Oleh:
I MADE SUARTIKA
NIP: 196503261994121001
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat-Nya yang diberikan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan
Karya Tulis dengan judul ” Sistem Pembumian (Grounding) Dua Batang” Sistem
Pengaman Tenaga Listrik.
Dimana dalam karya tulis ini berisi mengenai penjelasan tentang Sistem
Pembumian (Grounding) Dua Batang yang merupakan salah satu sistem pengaman
tenaga listrik yang cukup efesien.
Penulis menyadari sepenuhnya, karya tulis yang tersusun ini masih jauh dari
sempurna karena keterbatasan waktu dan buku-buku pedoman, maka banyak
kekurangan materi untuk penulisan pada karya tulis ini. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik, maupun saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
karya tulis ini, dan semoga dapat berguna untuk kedepannya.
Mei 2017
penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
2.15 Tahanan Jenis Tanah ........................................................................... 27
2.16 Klasifikasi tanah .................................................................................. 28
2.16.1 Batu Kerikil dan Pasir ...................................................................... 29
2.16.2 Tanah Lempung ............................................................................... 30
2.16.3 Tanah Lanau .................................................................................... 31
2.17 Tahanan Jenis Tanah ........................................................................... 31
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Jalur Untuk Arus Gangguan ........................................................................ 6
Gambar 2.2 Bahaya Pada Sistem Tanpa Pentanahan ....................................................... 7
Gambar 2.3 Jenis jenis Elektroda Pentanahan ................................................................. 12
Gambar 2.4 Elektroda Pentanahan .................................................................................. 12
Gambar 2.5 Pentanahan Satu Batang Elektroda Ditanam Vertikal .................................. 18
Gambar 2.6 Satu batang Elektroda yang Ditanam dengan Kedalaman Z ......................... 19
Gambar 2.7 Dua Batang Elektroda Ditanam Tegak Lurus ke Dalam Tanah ..................... 20
Gambar 2.8 Satu Batang Elektroda yang Ditanam Horisontal ......................................... 21
Gambar 2.9 Pentanahan Bentuk Radial ........................................................................... 22
Gambar 2.10 Pentanahan Bentuk Cincin ......................................................................... 23
Gambar 2.11 Tegangan Sentuh yang Terjadi pada Saat Seseorang Menyentuh Peralatan
Yang Ditanahkan ....................................................................................... 27
Gambar 3.1 Rangkaian Pengukuran Tahanan Pentanahan ............................................... 35
Gambar 3.2 Alur Analisis ............................................................................................... 37
Gambar 4.1 Grafik Nilai tahanan Pentanahan Dengan Ukuran Elektroda 6 mm2 ............. 46
Gambar 4.2 Grafik Nilai tahanan Pentanahan Dengan Ukuran Elektroda 10 mm2 ............ 47
Gambar 4.3 Grafik Nilai tahanan Pentanahan Dengan Ukuran Elektroda 16 mm2 ........... 47
vi
DAFTAR TABEL
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
sistem pentanahan maupun dengan merubah kandungan elektrolit pada tanah dengan
penambahan zat aditif pada tanah. tersebut. Namun penelitian mengenai sistem
pentanahan dua batang elektroda ditanam vertikal terhadap tanah khususnya pada
sistem pentanahan dengan jarak antar elektroda lebih besar dari pada panjang
elektroda (S > L) sangat jarang dilakukan, karena sistem pentanahan tersebut sangat
jarang digunakan, karena sistem tersebut kurang efektif bila ditinjau dari lahan yang
dibutuhkan. Bila sistem pentanahan tersebut dapat menghemat lahan yang
dibutuhkan, kemungkinan sistem pentanahan tersebut efektif dioperasikan untuk
memenuhi kebutuhan sistem pentanahan untuk mengamankan perangkat-perangkat
elektronik. Melihat dari faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tahanan pentanahan
seperti diameter elektroda dan penambahan zat aditif, maka sangat mungkin
dilakukan penelitian dengan memodifikasi kedalaman dan diameter elektroda pada
sistem pentanahan dua batang elektroda ditanam vertikal terhadap tanah dengan S >
L untuk mengurangi jarak antar elektroda, sehingga akan dapat menngurangi lahan
yang dibutuhkan.
Berdasarkan masalah tersebut, dalam Paper ini akan diteliti mengenai
modifikasi kedalaman dan diameter elektroda pada sistem pentanahan dua batang
elektroda ditanam vertikal terhadap tanah dengan S > L untuk mengurangi jarak antar
elektroda pada sistem pentanahan.
BAB I : PENDAHULUAN
Pada Bab ini berisikan latar belakang mengenai masalah-masalah sistem
pentanahan berupa modifikasi kedalaman dan diameter elektroda pada sistem
pentanahan dua batang elektroda ditanam vertikal terhadap tanah untuk mengurangi
jarak antar elektroda pada sistem pentanahan, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian,
Manfaat Penelitian, Ruang Lingkup dan Batasan Masalah dan Sistematika
Pembahasan.
BAB V: PENUTUP
Berisikan simpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
6
2. Untuk memperoleh potensial yang merata dalam suatu bagian struktur dan
peralatan serta untuk memperoleh impedansi yang rendah sebagai jalan balik
arus hubung singkat ke tanah. Bila arus hubung singkat ke tanah dipaksakan
mengalir melalui tanah dengan tahanan yang tinggi akan menimbulkan
perbedaan tegangan yang besar dan berbahaya.
waktu tertentu dari arus gangguan, tegangan pindah yang dizinkan adalah sama
dengan tegangan sentuh.
Memiliki kekerasan (kekuatan) secara mekanis pada tingkat yang tinggi terutama
bila digunakan pada daerah yang tidak terlindung terhadap kerusakan fisik.
Tahan terhadap peleburan dari keburukan sambungan listrik, walaupun konduktor
tersebut akan terkena magnitude arus gangguan dalam waktu yang lama.
Tahan terhadap korosi.
a. Elektroda Pita
Elektroda pita adalah elektroda yang terbuat dari hantaran berbentuk pita atau
berpenampang bulat atau hantaran pilin yang pada umumnya ditanam secara
dangkal. Kedalaman pemasangan minimal 0,5 m.
b. Elektroda Batang
Elektroda Batang atau pasak adalah elektroda dari pipa atau besi baja yang
dilapisi tembaga yang ditancapkan kedalam tanah secara tegak lurus atau
mendatar.
c. Elektroda Pelat
Elektroda Pelat adalah elektroda dari bahan pelat logam atau pelat logam
berlubang atau dari kawat kasa yang dipasang tegak lurus didalam tanah dengan
tepi atasnya sekurang-kurangnya 1 m dibawah permukaan tanah.
12
Elektroda pentanahan harus terbuat dari batang baja pejal yang berlapis
tembaga dan salah satu ujungnya lancip dengan sudut kelancipan (45 ± 5)º, seperti
terlihat pada Gambar 2.4 (Nugraha, 1999; SPLN 102).
a. Syarat bahan :
Batang elektroda pentanahan harus terbuat dari baja karbon tinggi dengan kuat
tarik minimum 51 kg/mm², serta mempunyai kekerasan minimum 74 HrB
(Hardness Brinell).
- Lapisan tembaga
Untuk lapisan tembaga harus mempunyai kadar tembaga minimum 99,9%.
b. Syarat mutu :
Elektroda pentanahan harus mempunyai permukaan yang halus, rata, bersih dan
tidak berpori. Kelancipan ujung batang elektroda pentanahan diperiksa dengan
14
- Korosi
Batas maksimum laju korosi yang diijinkan pada batang elektroda
pentanahan adalah sebesar 50 mg/dm²/hari.
- Sifat listrik
- Resistan kontak sebelum arus uji waktu singkat.
Pengukuran resistan kontak antara penghantar dan batang elektroda
dilakukan dengan mengalirkan arus searah 100 A selama 1 menit.
Pengukuran dilakukan dengan mengukur turun tegangan (∆V) dan
pengukuran dilakukan pada suhu ruang (27 ± 2) o C. Sebelum dilakukan
pengujian dengan arus uji waktu singkat, nilai resistan kontak antara
penghantar dan batang elektroda maksimum 15 mikro ohm.
keseluruhan sistem pentanahan. Tahanan antara elektroda dan tanah jauh lebih kecil
dari yang biasanya diduga. Apabila elektroda bersih dari minyak atau cat dan tanah
dapat dipasak dengan kuat, maka Biro Standarisasi Nasional Amerika Serikat
menyatakan bahwa tahanan kontak dapat diabaikan (Pabla, 1986).
Pasak dengan tahanan seragam yang ditanam ke tanah akan menghantarkan
arus kesemua jurusan. Ditinjau dari suatu pasak yang ditanam ditanah yang terdiri
atas lapisan-lapisan tanah dengan ketebalan yang sama. Lapisan tanah terdekat
dengan pasak dengan sendirinya memiliki permukaan paling sempit, sehingga
memberikan tahanan terbesar. Lapisan berikutnya karena lebih luas, memberikan
tahanan yang lebih kecil. Demikian seterusnya sehingga pada suatu jarak tertentu
dari pasak, lapisan tanah tidak menambah besarnya tahanan tanah sekeliling pasak,
jarak ini disebut daerah tahanan efektif (Pabla, 1986).
4L
R= ln 1 (Ω) ……………................................................................ (2.1)
2L a
Untuk n batang pentanahan berlaku persamaan berikut :
R
Rn = (Ω)
n
Keterangan :
R = tahanan pentanahan (Ω)
ρ = tahanan jenis tanah (Ω-m)
L = panjang elektroda pentanahan (m)
a = jari-jari elektroda pentanahan (m)
η = koefisien kombinasi
n = banyaknya elektroda pentanahan
η tergantung dari jarak antara dari masing-masing yang harganya diperlihatkan dalam
Tabel 2.1 (Arismunandar, 1991).
Tabel 2.1 Nilai Koefisien Kombinasi
Jarak antara (meter) 0,5 1 2 3 4 5
Koefisien Kombinasi 1,35 1,20 1,15 1,10 1,05 1,0
(Arismunandar, 1991).
19
Persamaan (2.2) yang telah umum yang bisa dipergunakan untuk menghitung
tahanan pentanahan elektroda yang ujung atasnya tidak tepat diatas permukaan tanah
seperti Gambar 2.6 (Pabla, 1986., Hutauruk, 1987).
Tanah
z
L Elektroda
4L
1 ln
1 z
L z ln L
4 4z
L
z …………………….....(2.2)
2
L
R= ln
2L a 1 2 z L 1 4 z 4 z
2
L L
dimana :
R = tahanan pentanahan ( )
L = panjang elektroda pentanahan (m)
z = jarak ujung atas batang elektroda dengan permukaan tanah (m)
= tahanan jenis tanah ( -m)
a = jari-jari elektroda pentanahan (m)
Keuntungan sistem pentanahan satu batang elektroda yang ditanam vertikal (rod) :
- Bentuknya sederhana.
- Biaya investasinya lebih murah.
- Pemasangan lebih mudah dan cepat.
- Tidak memerlukan daerah pentanahan yang luas.
20
Kerugian sistem pentanahan satu batang elektroda yang ditanam vertikal adalah :
- Sulit diterapkan pada daerah dengan struktur tanah yang keras dan berbatu.
- Kurang efektif digunakan pada daya yang besar.
- Apabila terjadi kerusakan pada saluran, maka sistem pentanahan benar-benar
terputus, sehingga perlu dilakukan pemasangan ulang.
Permukaan
tanah
L
S
Gambar 2.7 Dua batang elektroda ditanam tegak lurus ke dalam tanah
Rumus tahanan pentanahan untuk dua batang elektroda yang ditanam tegak
lurus ke dalam tanah adalah :
21
………………... ( 2.3 )
untuk S > L
………….... ( 2.4)
untuk S < L
dimana : S : jarak antara kedua elektroda (meter)
Tanah
d
Elektroda
Gambar 2.8 Satu batang elektroda yang ditanam horisontal permukaan tanah
22
4L 4L d d2 d4
R= ln ln 2 ........ ……………......….....(2.5)
4L a d 2
2 L 16 L 512 L 4
Keterangan :
R = tahanan pentanahan (Ω)
ρ = tahanan jenis tanah (Ω-m)
L = panjang elektroda pentanahan (m)
a = diameter konduktor pentanahan (m)
d = jarak elektroda dari permukaan tanah (m)
dengan :
m
n 1 1 sin( )
N(n) = ln n ……………….………………................................ (2.7)
m 1
m
sin( )
n
Keterangan :
R = tahanan pentanahan (Ω)
ρ = tahanan jenis tanah (Ω-m)
a = jari-jari diameter (m)
n = banyaknya lengan elektroda
m = 1,2,3,...n-1
L = panjang elektroda (meter)
1 1 1
Rg = { + [1+ ] }( ) ........................................ (2.9)
L 20 A 1 h 20 / A
Dimana: Rg = adalah tahanan pentanahan dengan sistem grid (ohm)
ρ = tahanan jenis tanah ( ohm – meter)
L = adalah panjang keseluruhan rod (meter)
A =Luas Grid meter)
h = tinggi penanaman grid (meter)
4L a 2ab 4L s s2 s4
R = ln ln 1 () ....( 2.10 )
4L a 2(a b) 2 s 2 L 16 L2 512 L4
Apabila arus yang melewati tubuh manusia lebih besar dari arus yang
mempengaruhi otot dapat mengakibatkan orang menjadi pingsan bahkan sampai mati,
hal ini disebabkan arus listrik tersebut mempengaruhi jantung sehingga jantung
berhenti bekerja dan peredaran darah tidak jalan. Adapun batas arus yang melewati
tubuh manusia dan pengaruhnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini ( Hutauruk,
1987 )
26
Gambar 2.11 Tegangan sentuh yang terjadi pada saat seseorang menyentuh peralatan
yang ditanahkan
Dengan :
A1 = Kontak kaki yang pertama dari seseorang pada areal pentanahan
A2 = Kontak kaki yang kedua dari seseorang pada areal pentanahan
B = Kontak tangan seseorang dengan peralatan yang ditanahkan
V eq = Tegangan ekivalen yang timbul pada tubuh manusia
req = Tahanan pengganti antara A1, A2 dengan ground
Penelitian yang telah dilakukan oleh Dalziel disebutkan bahwa 99.5 % dari semua
orang yang beratnya kurang dari 50 kg masih dapat menahan arus pada frekuensi
50 Hz atau 60 Hz yang mengalir melalui tubuhnya dan waktu yang ditentukan (
Hutauruk, 1987 ).
Tanah rawa 30
tertentu disebut dengan klasifikasi tanah. Sistem klasifikasi dalam mekanika tanah
bertujuan untuk memberikan keterangan mengenai sifat-sifat teknis dari bahan-bahan
itu dengan cara yang sama seperti halnya pernyataan-pernyataan secara geologis
dimaksudkan untuk memberikan keterangan mengenai asal geologis dari bahan-
bahan tersebut ( Hadjowigeno, 1993).
Golongan batu kerikil dan pasir ini terdiri atas pecahan-pecahan batu dengan
berbagai ukuran dan bentuk. Butir-butir batu kerikil biasanya terdiri dari pecahan-
pecahan batu, tetapi kadang-kadang terdiri dari satu macam zat mineral tertentu,
30
seperti kwartz atau flint. Butir-butir pasir hampir selalu terdiri dari satu macam zat
mineral terutama kwartz. Dalam beberapa hal mungkin hanya terdapat butiran-butiran
dari satu ukuran saja(seragam). Pada macam ini terdapat ukuran-ukuran butir yang
mencakup semua daerah ukuran dari ukuran batu besar sampai ke ukuran pasir halus
yang dalam hal ini dikatakan bergradasi baik.
7. Bersifat nonplastis
Tanah lempung terdiri dari butiran yang sangat kecil dan menunjukkan sifat-
sifat plastis dan kohesi. Kohesi menunjukkan kenyataan bahwa bagian-bagiannya
melekat satu sama lain, sedangkan plastisitas adalah sifat yang memungkinkan
bentuknya diubah-ubah tanpa perubahan isi atau tanpa kembali ke bentuk aslinya dan
tanpa terjadi retakan-retakan atau terpecah-pecah. Sifat-sifat tanah lempung adalah
sebagai berikut :
1. Mempunyai sifat melekat
2. Bersifat plastis
4. Impermiabel
yaitu tanah kering dan dingin. Berikut ini tabel 2.2 memperlihatkan tahanan jenis
tanah rata-rata untuk bermacam-macam jenis tanah (PUIL 2000).
Tanah rawa 30
3.2 Data
3.2.1 Sumber Data
Data yang digunakan dalam analisis Paper ini bersumber dari :
1. Hasil pengukuran pada lokasi penelitian
2. Buku tentang sistem pentanahan
3.2.2 Jenis Data
Data yang digunakan dalam analisis ini adalah:
1. Data primer yang didapat dari pengukuran langsung dilapangan mengenai
modifikasi kedalaman dan diameter elektroda pada sistem pentanahan dua batang
ditanam tegak lurus terhadap tanah
2. Data sekunder (hasil-hasil penelitian)
D1 - K1 RK1
. .
. .
. .
33
34
… …………………………………….
Dn - Kn R < 1 Ohm
Keterangan :
D1 – K1 = adalah masing-masing diameter elektroda 10 mm2, kedalaman elektroda 6
meter, dengan jarak antar elektroda 50 meter.
RK1 = Hasil pengukuran tahanan pentanahan dari pentanahan dua batang
elektroda ditanam vertikal terhadap tanah dengan S > L dari elektroda
10 mm2, kedalaman elektroda 6 meter dengan jarak antar elektroda 50
meter.
Dn – Kn = adalah masing-masing diameter elektroda tertentu, kedalaman elektroda
tertentu hingga mencapai nilai tahanan pentanahan < 1 ohm.
R < 1 Ohm = Nilai tahanan pentanahan yang ingin dicapai < 1 Ohm.
Keterangan :
RE = Elektroda Pentanahan (batang besi bulat dilapisi tembaga)
Hubungkan kabel penghubung ke terminal alat ukur (E, P, C) dan ke batang (stake)
pembantu seperti pada Gambar 3.1.
- Apabila kabel terhubung seluruhnya, maka lakukanlah pengukuran dengan
menekan tombol batas ukur (skala) terbesar x 1000 terlebih dahulu untuk
menghindari kerusakan alat ukur kemudian tekan tombol MEAS.
- Apabila jarum penunjukkan bergeser sedikit (harga penunjukkan kecil), maka
rubahlah batas ukur yang lebih kecil (x 100 , x 10 ) agar harga
pengukuran dapat terbaca dengan jelas.
- Selama dalam pengukuran lampu indikator menyala apabila terminal C dan E
terhubung dengan baik, dan apabila terminal C dan E tidak terhubung dengan
baik maka lampu indikator tidak menyala (mati).
- Posisi tombol MEAS selalu dalam keadaan normal (tidak ditekan) apabila
selesai melakukan pengukuran sebab alat ukur menghasilkan tegangan max
130 V, akan terbaca harga tahanan pentanahannya.
Mulai
Perencanaan
Pengumpulan Material
Pengambilan Sampel
(lokasi)
Pelaksanaan Pemasangan
elektroda
Pengukuran /Pengambilan
Data
Analisis Data
Selesai
38
39
Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Tahanan Pentanahan Dengan Nilai Tahanan Pentanahan < 1 Ohm
Nilai R( )
No Ukuran L S
Elektroda (m) (m)
(mm2)
3 4 5 6 7 8 9 10
1 6 2 6,5 6,0 4,6 4,0 3,0 1,8 1,2 0,7
4 3,1 2,0 1,2 0,8
6 0,7 0,7 0,7 0,7 0,6
2 10 2 5,8 4,6 3,2 2,9 1,6 0,9
4 0,9 0,9 0,8
6 0,5 0,5 0,5 0,4 0,4
3 16 2 3,8 2,8 1,6 0,8
4 0,9 0,9 0,8
6 0,5 0,5 0,4 0,4 0,3
40
Tabel 4.2 Kedalaman dan Jarak Elektroda Dari Masing-Masing Ukuran Elektroda Untuk
Mendapatkan Nilai Tahanan Pentanahan < 1 Ohm Dengan S > L.
No Ukuran Kedalaman L Jarak Elektroda S Nilai Tahanan
Elektroda L1 & L2 (m) (m) Pentanahan
(mm ) 2
( )
1 6 2 10 0,7
4 6 0,8
6 7 0,6
2 10 2 8 0,9
4 5 0,8
6 7 0,4
3 16 2 6 0,8
4 5 0,8
6 7 0,3
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, ada beberapa jarak antar elektroda yang
masih dapat diperpendek yang dengan S < L, sehingga dicoba dengan melakakukan
percobaan dengan mengurangi panjang antar elektroda hingga mencapai nilai tahanan
pentanahan < 1 Ohm. Berdasarkan hasil percobaan hingga mendapatkan nilai tahanan
pentanahan < 1 Ohm, ukuran penghantar 6 mm2 dengan kedalaman 6 meter hanya
membutuhkan jarak antar elektroda 1 meter, sehingga jarak antar elektroda <
kedalaman elektroda (S < L). Bila ukuran penghantar 10 mm2 dengan kedalaman 4
meter hanya membutuhkan jarak antar elektroda 2 meter (S < L) dan dengan
kedalaman 6 meter hanya membutuhkan jarak antar elektroda 0,5 meter (S < L).
Untuk elektroda 16 mm2 dengan kedalaman 4 meter hanya membutuhkan jarak antar
elektroda 1 meter dan dengan kedalaman 6 meter hanya membutuhkan 0,5 meter (S <
L). Hasil percobaan seperti pada tabel 4.3 di bawah.
41
Tabel 4.3 Kedalaman dan Jarak Elektroda Dari Masing-Masing Ukuran Elektroda Untuk
Mendapatkan Nilai Tahanan Pentanahan < 1 Ohm.
No Ukuran Kedalaman L Jarak Elektroda S Jenis Sistem
Elektroda L1 & L2 (m) (m) Pentanahan
2
(mm )
1 6 2 10 S>L
4 6 S>L
6 1 S<L
2 10 2 8 S>L
4 2 S<L
6 0,5 S<L
3 16 2 6 S>L
4 1 S<L
6 0,5 S<L
Tabel 4.4 Panjang Elektroda Yang Dibutuhkan Pada Masing-Masing Ukuran Elektroda Pada
Tanah Lempung.
No Ukuran Kedalaman Kedalaman Jarak Total Keterangan
Elektroda L1 L2 Elektroda Panjang
(mm2) (m) (m) S (m) Elektroda
(m)
1 6 2 2 10 14
4 4 6 14
42
6 6 1 13 S =1 m,
R = 0,9;
S < L Total
elektroda
dibutuhkan
semestinya
13 m
2 10 2 2 8 12
4 4 2 10 S = 2,
R = 0,9
Total
elektroda
dibutuhkan
semestinya1
0m
6 6 0,5 12,5 S = 0,5
R = 0,5
Total
elektroda
dibutuhkan
semestinya
12,5 m
3 16 2 2 6 10
4 4 1 9 S=1
R = 0,9
Total
elektroda
dibutuhkan
43
semestinya
9m
6 6 0,5 12,5 S = 0,5
R = 0,4
Total
elektroda
dibutuhkan
semestinya
12,5 m
jarak antar elektroda 6 meter dan bila dengan kedalaman 6 meter hanya
membutuhkan jarak antar elektroda 4 meter.
Berdasarkan hasil penelitian pada tanah lempung tersebut, untuk sistem
pentanahan dua elektroda ditanam vertikal terhadap tanah dengan S > L sangat
memungkinkan untuk dipasang pada lokasi yang sempit, dengan memilih kedalaman
dan ukuran elektroda yang dibutuhkan. Bila pada lokasi dengan area luas, memasang
sistem pentanahan dengan jarak antar elektroda yang lebih panjang lebih baik, karena
untuk memasang elektroda tidak dibutuhkan pengeboran, sehingga biaya pengeboran
dapat dihemat.
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kedalaman Elektroda 6 m
Gambar 4.1 Grafik Nilai Tahanan Pentanahan Dengan Elektroda Ukuran 6 mm2
47
0
1 2 3 4 5 6 7 8
Jarak Antar Elektroda S (m)
Gambar 4.2 Grafik Nilai Tahanan Pentanahan Dengan Ukuran Elektroda 10 mm2
8
6
4
(Ohm)
2
0
1 2 3 4 5 6 7
Jarak Antar Elektroda S (m)
Gambar 4.3 Grafik Nilai Tahanan Pentanahan Dengan Ukuran Elektroda 16 mm2
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa,
1. Dengan memodifikasi kedalaman dan diameter elektroda pada sistem pentanahan dua batang
elektroda ditanam vertikal terhadap tanah dengan S > L mampu mengurangi jarak antar
elektroda pada sistem pentanahan.
2. Pada kedalaman elektroda yang tetap, dengan memperbesar ukuran elektroda dapat
mengurangi jarak antar elektroda, begitu pula sebaliknya dengan memperdalam pemasangan
elektroda pada ukuran elektroda tertentu dapat mengurangi jarak antar elektroda.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan bahwa perlu dilakukan penelitian pada
jenis tanah lain sehingga dapat diketahui penggunaan sistem pentanahan dua batang elektroda
ditanam vertikal terhadap tanah dengan S > L pada semua jenis tanah.
48
49
DAFTAR PUSTAKA
IEEE. 1986. Guide For the Application of Neutral Grounding in Electrical Utility Systems.
New York.
IEEE. 1990. Recommended Practice For Power System Analisis. New York.
-----------, 2000. Persyaratan Umum Instalasi Listrik ( PUIL 2000 ). Jakarta : ----