SKRIPSI
M. IQBAL
42116014
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat allah SWT atas segala berkat, rahmat
dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program
Skripsi ini tidak lepas dari banyak pihak. Oleh karena itu melalui kesempatan ini
1. Bapak Prof. Ir. Muhammad Anshar, M.si., Ph.D., selaku Direktur Politeknik
2. Bapak Dr. Ir. Hafsah Nirwana, MT., selaku Ketua Jurusan Teknik Eketro
3. Bapak Sofyan Tato, ST., MT., selaku Ketua Program Studi Diploma IV
Naely Muchtar, S.Pd, M.Pd selaku dosen pengarah II yang telah membantu
5. Kedua orang tua serta keluarga atas segala dukungan baik berupa moril,
iv
Tak lupa penulis menyampaikan permohonan maaf apabila selama
penyusunan skripsi ini terdapat kesalahan, baik yang disengaja maupun tidak
disengaja. Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Sehingga dengan rendah hati mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
bermanfaat.
Makassar, 2020
Penulis
v
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN..........................................................................ii
KATA PENGANTAR.....................................................................................iv
DAFTAR ISI....................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................ix
DAFTAR TABEL...........................................................................................11
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................12
1.3 Tujuan..............................................................................................14
1.5 Manfaat............................................................................................14
vi
2.4.3 Jaringan Distribusi Spindle....................................................23
2.11 Penyulang.................................................................................39
vii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.........................................................53
5.1 Kesimpulan......................................................................................76
5.2 Saran.................................................................................................77
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................78
LAMPIRAN....................................................................................................80
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 21.Recloser........................................................................................37
i
Gambar 23. Fuse Cut Out................................................................................38
Gambar 29. Single Line Diagram Aliran Daya dengan software ETAP 12.6.57
Gambar 30. Aliran Daya GI Bone Sistem 3 Bus Pada ETAP 12.6.0..............61
12.6.0...............................................................................................................63
12.6.0...............................................................................................................64
12.6.0...............................................................................................................67
12.6.0...............................................................................................................67
12.6.0...............................................................................................................71
x
DAFTAR TABEL
Table 5. Hasil simulasi aliran daya Software ETAP Power Station 12.6.0....59
Table 6. Hasil Simulasi Aliran Daya Sistem 3 Bus GI Bone Software ETAP
12.6.0...............................................................................................................61
Matlab..............................................................................................................62
Table 10. Hasil simulasi aliran daya Software ETAP Power Station.............71
Table 11. Hasil simulasi aliran daya Software ETAP Power Station.............74
1
BAB I PENDAHULUAN
Listrik menjadi salah satu kebutuhan utama untuk masyarakat di segala lini,
juga menjadi salah satu indikator pertumbuhan ekonomi suatu negara. Oleh
karena itu, penyaluran tenaga listrik perlu dioptimalkan sebaik mungkin atau
bersifat kontinuitas agar kegiatan masyarakat terus tetap berjalan dengan lancar
strategi strategi yang digunakan agar tidak terjadi pemadaman apabila dilakukan
pemeliharaan yang terdapat pada trafo 2 20 MVA. Salah satu cara untuk menjaga
kontinuitas penyaluran energi listrik pada saat akan pemeliharaan pada trafo yaitu
penyulang yang berbeda pada Gardu Induk dilimpahkan ke penyulang lain apakah
1
dapat di backup oleh penyulang yang akan dilimpahkan atau tidak. Pelimpahan
beban dilakukan untuk membagi beban agar sebagian wilayah yang tidak tersuplai
oleh penyulang yang seharusnya karena ada gangguan maupun pekerjaan jaringan
dengan membuka atau menutup alat switching berupa Load Break Switch (LBS),
Recloser dan PMT. Dalam membuka atau menutup alat switching dapat
menggunakan HMI SCADA yaitu kontrol jarak jauh dan juga secara manual
sebagai berikut :
2. Bagaimana simulasi aliran daya saat manuver pada Trafo 2 20 MVA dan
1
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh penulis, antara lain :
2. Simulasi aliran daya saat manuver pada Trafo 2 20 MVA dan Trafo 3 30
versi 12.6.0.
manuver pada Trafo 2 20 MVA dan Trafo 3 30 MVA Gardu Induk Bone.
Pada penelitian ini, masalah yang dibahas yaitu menghitung aliran daya dan
Gardu Induk Bone dengan 2 kondisi yaitu dimana ketika Trafo 2 20 MVA di
1.5 Manfaat
pengetahuan dan wawasan yang lebih luas. Selain itu, juga sebagai
bahan informasi atau bahan acuan bagi peneliti selanjutnya dalam skala
1
2. Memberikan manfaat kepada PT. PLN (Persero) dalam perbaikan
didistribusikan.
1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Sistem Tenaga Listrik adalah suatu sistem yang terdiri dari beberapa
berhubungan dan berkerja sama untuk melayani kebutuhan tenaga listrik bagi
pelanggan sesuai kebutuhan. Secara garis besar Sistem Tenaga Listrik dapat
listrik, yaitu mengubah energi yang berasal dari sumber energi lain misalnya:
air, batu bara, panas bumi, minyak bumi dan lain-lain menjadi energi listrik.
1
2. Transmisi merupakan komponen yang berfungsi menyalurkan daya atau
distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik
besar (Bulk Power Source) sampai ke konsumen. Jadi fungsi distribusi tenaga
pada saluran transmisi, dimana dalam hal ini kerugian daya adalah sebanding
dengan kuadrat arus yang mengalir (I2.R). Dengan daya yang sama bila nilai
kerugian daya juga akan kecil pula. Dari saluran transmisi, tegangan diturunkan
1
lagi menjadi 20 kV dengan transformator penurun tegangan pada gardu induk
dilakukan oleh saluran distribusi primer. Dari saluran distribusi primer inilah
trafo distribusi menjadi sistem tegangan rendah, yaitu 220 / 380 Volt.
Dengan ini jelas bahwa sistem distribusi merupakan bagian yang penting dalam
Pada sistem penyaluran daya jarak jauh, selalu digunakan tegangan setinggi
selain menjadi tidak cocok dengan nilai tegangan yang dibutuhkan pada sisi
beban. Maka, pada daerah-daerah pusat beban tegangan saluran yang tinggi ini
ditinjau nilai tegangannya, maka mulai dari titik sumber hingga di titik beban,
1
a. Daerah I: bagian pembangkitan (generation).
EHV).
rendah.
materi Sistem Distribusi adalah daerah III dan IV, yang pada dasarnya dapat
diklasifikasikan menurut beberapa cara, bergantung dari segi apa kelasifikasi itu
1
Gambar 2. Pembagian/Pengelompokan Sistem Penyaluran Tenaga Listrik
(Sumber: Suhadi & Wrahatnolo, 2008)
Pada saluran distribusi dikenal berbagai macam jenis feeder (penyulang), ada
yang sebagai feeder primer dan ada yang sebagai feeder sekunder. Jenis- jenis
feeder ini sangat diperlukan dalam memenuhi tingkat kontinuitas pelayanan pada
2
c. Jaringan distribusi Spindle
dan ekonomis. Pada sistem ini terdapat beberapa penyulang yang menyuplai
beberapa gardu distribusi secara radial. Diagram satu garis sistem radial dapat
Keuntungan dari sistem ini adalah sistem ini tidak rumit dan lebih murah
sistemnya lebih rendah dibandingkan dengan sistem yang lainnya, hal ini
disebabkan karena hanya terdapat satu jalur utama yang menyuplai gardu
distribusi, sehingga apabila jalur utama mengalami ganguan, maka seluruh gardu
2
2.4.2 Jaringan Distribusi Ring dan Loop
Jaringan Distribusi Ring dan Loop yaitu jaringan yang mempunyai alternatif
pasokan tenaga listrik jika terjadi gangguan. Susunan penyulang yang membentuk
ring memungkinkan titik beban dilayani dari dua arah penyulang, sehingga
kontinyuitas pelayanan lebih terjamin, serta kualitas dayanya menjadi lebih baik,
karena rugi tegangan dan rugi daya pada saluran menjadi lebih kecil. Diagram
satu garis sistem jaringan distribusi ring (loop) dapat dilihat pada gambar 5
(Ratama, 2015).
Gar Gar
Pada tipe ini, kualitas dan kontinyuitas pelayanan daya memang lebih baik,
tetapi biaya investasinya lebih mahal, hal ini dikarenakan dibutuhkan pemutus
bebab yang lebih banyak. Bila digunakan dengan pemutus beban yang otomatis
cepat dan praktis, dengan cepat pula daerah gangguan segera beroperasi kembali
2
bila gangguan telah teratasi. Sistem ini cocok digunakan pada daerah beban yang
pola radial dan ring. Spindle terdiri dari beberapa penyulang dengan sumber
tegangan yang berasal dari gardu induk distribusi dan kemudian disalurkan pada
Pada tipe ini biasanya terdiri dari beberapa penyulang aktif dan sebuah
penyulang langsung (express) yang akan terhubung dengan gardu hubung. Pola
kabel tanah/ saluran kabel tanah tegangan menengah (SKTM). Diagram satu garis
2
2.4.4 Jaringan Distribusi Cluster
mempunyai kerapatan beban yang tinggi. Dalam sistem ini terdapat saklar
pemutus beban dan penyulang cadangan. Dimana penyulang ini berfungsi bila ada
gangguan yang terjadi pada salah satu penyulang konsumen maka penyulang
pelanggan penting yang tidak boleh padam (Bandar Udara, Rumah Sakit dan lain-
lain). Sistem ini memiliki minimal dua penyulang sekaligus dengan setiap
2
Gambar 7. Konfigurasi Jaringan distribusi Hantaran Penghubung (Tie Line)
(Sumber: Ratama, 2015)
Jaringan Distribusi Grid ini mempunyai bebarapa rel daya dan antara rel-rel
tersebut dihubungkan oleh saluran penghubung (Coupler) yang disebut tie feeder.
Maka setiap gardu distribusi dapat menerima atau mengirim daya dari atau ke rel
lain. Adapun klebihan kontinuitas pelayananan lebih baik dari pola radial atau
loop, fleksibel dalam menghadapi perkembangan beban dan sesuai untuk daerah
proteksi yang rumit dan mahal dan biaya investasi yang mahal (Ratama, 2015).
2
Gambar 8. Konfigurasi Jaringan distribusi Grid
(Sumber: Ratama, 2015)
bagiannya dapat merupakan suatu bentuk, susunan dan macam yang berbeda
disesuaikan dengan tujuan tertentu. Dapat dilihat dari jenisnya maka dikenal dua
Saluran Udara digunakan pada daerah yang memiliki kerapatan beban yang
2
Saluran udara menyalurkan daya listrik melalui penghantar yang berupa kawat
telanjang dan kabel yang digantung pada tiang-tiang dengan peralatan isolator.
tiang yang paling banyak digunakan pada jaringan distribusi primer adalah tiang
beton yang lebih kokoh dan tidak mudah terkena korosi seperti halnya
Saluran bawah tanah digunakan pada daerah yang memiliki kerapatan beban
yang tinggi seperti pada pusat kota dan daerah industri. Hal ini dikarenakan pada
daerah pusat kota dan industri terdapat bangunan-bangunan yang cukup tinggi
penghantar dari gangguan pohon, sambaran petir dan tidak akan menyebabkan
bahaya sentuh oleh manusia. Namun saluran bawah tanah memiliki beberapa
d. Waktu dan biaya yang dibutuhkan untuk melakukan perbaikan saat terjadi
2
2.6 Gardu Induk
peralatan listrik yang disusun menurut pola tertentu dengan pertimbangan teknis,
Pada dasarnya gardu induk terdiri dari saluran masuk dan dilengkapi
2
2.7 Kubikel Tegangan Menengah
dipasang pada Gardu Induk dan Gardu Distribusi/Gardu Hubung yang berfungsi
2
Gambar 11. Bagian - Bagian Kubikel Incoming
(Sumber: Hamzah, 2020)
2020).
3
2.7.2.3 Kubikel Pemakaian Sendiri
(Hamzah, 2020).
3
2.7.2.5 Kubikel PT
3
2.8 Penghantar Pada Jaringan Distribusi
a. Penghantar AAC
AAC (All Aluminium Conductor), yaitu penghantar yang terbuat dari kawat-
kawat aluminium keras yang dipilin, tidak berisolasi dan berinti baja. Penghantar
(Ratama, 2015).
b. Penghantar AAAC
AAAC (All Aluminium Alloy Conductor) yaitu penghantar yang terbuat dari
kawat-kawat aluminium campuran yang dipilin, tidak berisolasi dan tidak berinti.
Penghantar jenis ini mempunyai ukuran diameter antara 1,50-4,50 mm, dengan
3
c. Penghantar AAACS
aluminium paduan dipilin bulat tidak dipadatkan. Isolasi kabel AAACS memiliki
d. Penghantar NYFGbY
Penghantar jenis ini berisolasi dan berselubung PVC berperisai kawat baja
atau aluminium untuk tegangan kerja sampai dengan 0,6/1 kV. Dengan adanya
3
2.9 Gardu Distribusi
Pengertian umum Gardu Distribusi tenaga listrik yang paling dikenal adalah
suatu bangunan gardu listrik berisi atau terdiri dari instalasi Perlengkapan Hubung
kebutuhan tenaga listrik bagi para pelanggan baik dengan Tegangan Menengah
(TM 20 kV) maupun Tegangan Rendah (TR 220/380V) (PT. PLN (Persero),
2010).
terhadap maksud dan tujuan penggunaannya yang kadang kala harus disesuaikan
2010).
a. Jenis pemasangannya:
b. Jenis Konstruksinya:
3. Gardu Kios
c. Jenis Penggunaannya:
3
Khusus pengertian Gardu Hubung adalah gardu yang ditujukan untuk
dapat dilengkapi/tidak dilengkapi RTU (Remote Terminal Unit). Untuk fasilitas ini
atau Trafo distribusi untuk umum yang diletakkan dalam satu kesatuan (PT. PLN
(Persero), 2010).
berfungsi sebagai sarana manuver pengendali beban listrik jika terjadi gangguan
adalah rangkaian saklar beban (Load Break switch – LBS), dan atau pemutus
tenaga yang terhubung paralel. Gardu Hubung juga dapat dilengkapi sarana
1. Recloser
sistemnya secara cepat sehingga dapat memperkecil daerah yang terganggu pada
sampai gangguan tersebut akan dianggap hilang, dengan demikian recloser akan
3
masuk kembali sesuai penyetelannya sehingga jaringan akan aktif kembali secara
menutup balik sebanyak setting yang telah ditentukan kemudian recloser akan
membuka tetap (lock out).. Bentuk recloser dapat dilihat pada gambar 22 (Dwip,
2015).
Gambar 21.Recloser
(Sumber: Qadarsih, 2019)
Saklar atau Switch pemutus beban (Load Break Switch) atau dikenal dengan
singkatan LBS adalah saklar atau pemutus arus tiga fasa untuk penempatan di luar
ruas pada tiang pancang, yang dikendalikan secara elektronis. Switch dengan
penempatan diatas tiang ini dioptimalkan melalui control jarak jauh dan skema
3
Gambar 22.Load Break Switch
(LBS) (Sumber: Ezkhelenergy,
2011)
Fuse Cut Out (FCO) adalah suatu alat pengaman yang melindungi jaringan
terhadap arus beban lebih yang mengalir melebihi dari batas maksimum, yang
disebabkan karena hubung singkat atau beban lebih. FCO berfungsi sebagai
gangguan di trafo agar peralatan tersebut tidak rusak. Selain itu FCO juga
berfungsi sebagai pengaman dan pemisah daerah yang mengalami gangguan. FCO
dipasang pada sisi tegangan menengah 20 kV. Di dalam FCO terdapat sebuah
kawat penghubung yang disebut Fuse Link. Fuse Link inilah yang akan putus bila
terjadi arus lebih atau arus hubung singkat pada sisi tegangan menengah (Qadarsih,
2019).
3
2.11 Penyulang
listrik tersebut harus selalu dijaga. Namun pada kenyataannya, penyulang tersebut
sering mengalami gangguan yang dapat disebabkan adanya kejadian secara acak
telanjang yang banyak terdapat di Indonesia yang digelar di udara bebas yang
singkat 3 fasa, 2 fasa dan 1 fasa ke tanah yang sifatnya temporer dan permanen.
Oleh karena itu untuk melokalisasi gangguan tersebut diperlukan sistem proteksi
current relay (OCR) atau penutup balik otomatis (PBO, Automatic Circuit
terhadap operasi normal dari jaringan akibat dari adanya gangguan atau pekerjaan
3
mengurangi daerah pemadaman tenaga listrik agar tetap tercapai kondisi
2013). Manuver jaringan harus dilakukan pada saat terjadi gangguan penyulang
disalah satu penyulang tersebut. Penyulang yang layak untuk dilakukan manuver
jaringan yaitu ketika kedua jaringan penyulang tersebut sudah bertemu di satu
Load Break Switch (LBS) dan kapasitas yang akan di manuver masih dalam
Adapun tujuan dan manfaat dari manuver pasokan daya listrik adalah sebagai
pekerjaan jaringan.
kritis.
Bertujuan untuk merubah aliran distribusi listrik antara penyulang utama dan
langsung menuju gardu hubung atau tempat yang akan dilakukannya manuver
(Saputri, 2019).
4
menggunakan ATS (Automatic Transfer Switch), apabila terjadi gangguan pada
Daya listrik akan selalu menuju ke beban, sehingga disebut aliran daya atau
aliran beban. Studi tentang aliran daya listrik sangatlah penting karena sebagai
perencanaan perluasan sistem tenaga listrik dan dalam menentukan operasi terbaik
daya aktif, daya reaktif, faktor daya yang terdapat pada setiap simpul atau bus
suatu sistem tenaga listrik. Perhitungan tersebut dilakukan pada kondisi normal,
baik yang sedang berjalan saat ini maupun yang diharapkan akan berkembang di
masa mendatang. Dengan analisis aliran daya listrik dapat diketahui efek-efek
interkoneksi dengan sistem tenaga lain, beban yang baru, sistem pembangkit yang
baru, dan saluran yang baru, (Prabowo, 2007 dalam Dhimas, 2014).
4
Menurut Ir. Sulasno, 1993 dalam Nigara (2015), kegunaan studi analisis aliran
Aliran daya listrik adalah suatu pembahasan studi dalam sistem tenaga listrik
tegangan, dan arus), kemampuan alokasi daya yang dibutuhkan serta memenuhi
perkembangan beban merupakan salah satu tujuan dari diadakannya analisis aliran
daya.
Aliran daya juga dapat menganalisis keadaan suatu sistem (dalam hal ini
sistem kelistrikan industri) pada keadaan steady state (kondisi yang mantap).
Besaran yang dihasilkan dari perhitungan studi aliran daya adalah daya nyata (real
power), daya reaktif (reactif power), besaran tegangan (magnitude), dan sudut
1. Data Saluran
4
2. Data Bus
Data bus yang diperlukan adalah besaran daya, tegangan, arus, sudut fasa,
3. Data Spesifikasi
perluasan sistem tenaga listrik dan dalam menentukan operasi terbaik untuk
sistem jaringan kelistrikan. Perencanaan sistem aliran daya listrik industri meliputi
beban terpasang dan beban operasi pada industri tersebut. Sehingga dapat
perencanaan yang baik dan matang maka aliran daya listrik pada sistem tersebut
terjadinya losses. Menentukan perencanaan operasi terbaik dari sistem aliran daya
dalam keadaan tetap (stabil). Beban yang berupa mesin-mesin yang tidak
gangguan, oleh karena itu biasanya diabaikan. Tetapi beban yang berupa motor
beban yang bekerja dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu; beban statis (static
load) dan beban campuran antara beban motor dan beban statis (lumped load).
4
2.14 Konsep Dasar Aliran Daya
𝑃𝑖𝑠𝑐ℎ−𝑗𝑄𝑖𝑠𝑐ℎ
−∑ 𝑗≠𝑖 𝑌𝑖𝑗 𝑉 (𝑘)
𝑉𝑖∗(𝑘) 𝑗
𝑉𝑖(𝑘+1) = ∑ 𝑌𝑖𝑖
,𝐽 ≠ …………….(1)
𝑖
Untuk menyelesaikan masalah aliran daya telah digunakan berbagai metode,
cara yang paling sering digunakan sebagai salah satu materi dasar studi aliran
daya adalah dengan membentuk matriks admitansi (Y) bus. Selanjutnya matriks
kelebihan antara lain adalah pemrogaman dan perhitungan relatif lebih mudah,
waktu tiap iterasi relatif singkat dan metode ini sesuai untuk sistem jaringan yang
4
Sedangkan dari sisi kelemahan, pencapaian konvergen dalam metode ini
relatif lambat, untuk sistem radial tidak dapat mencapai konvergen, tidak cocok
untuk perhitungan pada sistem jaringan yang banyak, dan makin banyak simpul
maka makin banyak pula diperlukan iterasi dimana jumlah iterasi akan berubah
4
2.15 ETAP (Electrical Transient Analyzer Program)
Lunak ini dapat digunakan untuk merancang suatu diagram saluran tunggal dari
standar yaitu ANSI dan IEC. Beberapa fitur analisa yang disediakan oeh ETAP
antara lain :
c. Motor starting
d. Star coordination
4
Pada skripsi ini fitur ETAP yang digunakan untuk simulasi adalah fitur load
flow, dengan simulasi ini dapat dilihat aliran daya pada sistem kelistrikan GI
Bone. Adapun tampilan kertas kerja pada Etap dapat dilihat pada gambar 26:
4
BAB III METODE PENELITIAN
a. Tempat Penelitian
penelitian.
b. Waktu Penelitian
dilakukan pada bulan November 2019 sampai dengan bulan April 2020.
b. Data Penyulang
c. Beban actual
4
kemudian diperiksa melalui fasilitas error checking yang ada di ETAP
4
Diagram alir penelitan ini dapat dilihat pada gambar 27:
Mulai
Tidak
Data Lengkap?
Ya
Tidak
Ya
Selesai
5
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Studi Literatur
studi dari buku-buku/pustaka, situs-situs internet dan literatur lain yang berkaitan
2. Observasi
PLN (Persero) untuk mengetahui kondisi real dan mendapatkan data-data yang
diperlukan dan informasi penting lainnya dalam penyusunan tugas akhir ini.
3. Wawancara
Metode pengumpulan data ini dilakukan dengan mengadakan tatap muka atau
menggunakan software ETAP Power Station versi 12.6.0. Pengolahan dan analisis
data dilakukan untuk mengetahui aliran daya GI Induk Bone sebelum dan setelah
5
dilakukannya manuver beban trafo 2 dan trafo 3 serta untuk mengetahui
perubahan nilai pembebanan trafo 2 dan trafo 3 sebelum dan setelah dilakukannya
manuver.
5
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
dilakukan dengan mengambil data – data mengenai subjek penelitian dari PT.PLN
Untuk melihat Single Line Diagran (SLD) dari Gardu Induk Bone 150/20 kV
daya tampung beban (Ampere) dari penyulang – penyulang Gardu Induk Bone.
Berikut ini adalah data daya tampung beban (Ampere) untuk penyulang –
penyulang Gardu Induk Bone yang telah disediakan dalam tabel dibawah ini.
BEBAN
SIANG MALAM
sett (A) A MW A MW
INCOMING TR #2 20 MVA GI. BONE 578 378,1 11,1 426,5 12,5
INCOMING TR #3 30 MVA GI. BONE 867 416,2 12,2 537,2 15,8
PENYULANG
P_COKRO 300 112,5 3,3 132,3 3,9
P_BAJOE 249 156,8 4,6 162,4 4,8
P_BANDARA_WP 300 113,8 3,3 131,3 3,9
P_PACCING 300 43,2 1,3 54,8 1,6
P_BIRU 300 88,5 2,6 115,1 3,4
P_ULAWENG 300 102,2 3,0 160,2 4,7
P_MESJID AGUNG 300 130,1 3,8 133,4 3,9
P_ULOE 300 57,0 1,7 75,9 2,2
(Sumber : PT.PLN (Persero) UP2D Makassar: 2020)
5
4.1.3 Data Jenis dan Panjang Penghantar Gardu Induk Bone
menengah 20 kV. Pada transformator tenaga yang digunakan pada Gardu Induk
dengan total keseluruhan yaitu 8 penyulang dengan total panjang saluran yaitu
550,93 KMS.
Adapun data panjang dan jenis penghantar yang dilayani oleh transfomator
digunakan penulis dalam perhitungan aliran daya. Metode sistem aliran daya yang
5
dengan hasil perhitungan semi manual menggunkan Software MATLAB. Untuk
memudahkan dalam segi perhitungan, maka sistem aliran yang di validasi adalah
3 busbar.
Single line Diagram sistem 3 Bus Gardu Induk Bone pada gambar 28:
Berikut data daya aktif dan daya reaktif yang ada pada generator dan
Pembangkit Beban
Tegangan
Bus Daya Aktif Daya Reaktif Daya Aktif Daya Reaktif Keterangan
(KV)
(MW) (Mvar) (MW) (Mvar)
1 150 60 - - - Swing
2 20 - - 11.2 8.4 Load
3 20 - - 12.4 9.3 Load
5
4.1.5.3 Data Impedansi sistem 3 Bus GI Bone
Berikut data impedansi Gardu Induk Bone sistem 3 bus pada tabel 4:
Impedansi
From Bus To Bus
R X
1 2 0.025 0.499
1 3 0.009 0.416
2 3 0.06 0.03
5
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian
Simulasi aliran daya pada Software ETAP Power Station versi 12.6.0.
dengan metode Gauss-Seidel yang dilakukan adalah sesuai dengan Single Line
Diagram (SLD) pada Gardu Induk Bone. Dalam hal ini, Transformator 2 20
hasil aliran daya, seperti Daya Aktif (MW), Daya Reaktif (MVar), dan Tegangan
(kV).
Berikut Single Line Diagram simulasi aliran daya pada software ETAP
Gambar 29. Single Line Diagram Aliran Daya dengan software ETAP 12.6.0
Gambar 29 merupakan Single Line Diagram aliran daya Gardu Induk Bone
dengan software ETAP 12.6.0 yang berjumlah 11 bus. Bersumber dari swing bus
5
kemudian dialirkan ke bus 1 150 kV. Pada bus 1, terdapat Transformator 2 yang
memiliki daya sebesar 20 MVA dan Transformator 3 yang memiliki daya sebesar
sekunder 20 KV (Step Down) yang kemudian dialirkan ke bus 2 dan bus 3. Bus 1
merupakan rel penghubung dari masing-masing setiap beban yang terpasang. Bus
2 memiliki 3 jalur (line) dan bus 3 memiliki 5 jalur (line) yang setiap jalurnya
daya sebesar 5,75 MVA. Jalur 3 merupakan jalur pendistribusian mengarah dari
penyulang beban Bandara yang memiliki kapasitas daya sebesar 4,125 MVA.
beban Biru yang memiliki kapasitas daya sebesar 1,625 MVA. Jalur 2 merupakan
mengarah ke penyulang beban Uloe yang memiliki kapasitas daya sebesar 3,75
Paccing yang memiliki kapasitas daya sebesar 4,75 MVA. Jalur 5 merupakan jalur
hasil pengukuran dan data simulasi aliran daya dalam kondisi normal yang
5
terdapat pada Software ETAP Power Station versi 12.6.0. metode Gauss-Seidel
pada tabel 5:
Table 5. Hasil simulasi aliran daya Software ETAP Power Station 12.6.0.
Simulasi
No. Penyulang Pengukuran Daya Daya To -
Tegangan
Aktif Reaktif From
(MW) (Mvar) (KV) Bus
1 Trafo 2 10.53 9,53 8,25 150 1-2
2 Trafo 3 11.21 10,69 9,18 150 1-3
4 Cokro 2.89 2,79 2,87 20 2-4
5 Bajoe 4.10 3,87 3,99 20 2-5
6 Bandara 2.55 2,43 2,63 20 2-6
7 Biru 1.32 1,10 1,13 20 3-7
Masjid
2.41 2,34 2,36 20 3-8
8 Raya
9 Uloe 2.45 2,33 2,48 20 3-9
10 Paccing - 3,23 3,33 20 3-10
11 Ulaweng 1.36 1,24 1,35 20 3-11
(Sumber : PT.PLN (Persero) UP2D Makassar: 2020)
Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa pada hasil simulasi aliran daya pada
software ETAP 12.6.0. terdapat perbedaan nilai antara hasil pengukuran dengan
hasil pada software ETAP. Hal tersebut dapat dikarenakan oleh salah satu faktor
yaitu seperti yang kita ketahui bahwa hasil teori tidak selamanya berbanding lurus
dengan hasil pengukuran/praktik, hal tersebut dapat disebebkan oleh Human error
pada saat melakukan pengukuran atau dapat disebabkan juga karena umur
peralatan yang sudah tidak sesuai standar sehingga terdapat perbedaan nilai antara
data hasil pengukuran dengan data hasil simulasi. Pada table 5 juga terdapat 3 bus
beban yang mengalami jatuh tegangan (Under Voltage) yaitu bus 6, 9 dan bus 11.
Hal ini disebabkan karena pembebanan yang berlebih pada penyulang tersebut
dan juga disebabkan oleh penghantar pada penyulang yang memiliki jalur
5
penghantar yang sangat panjang sehingga menyebabkan Under voltage pada bus
tersebut.
Pada Tabel 5 berisi tentang informasi arah aliran daya dalam simulasi pada
software ETAP 12.6.0. Untuk data No.3 penyulang Cokro sampai No.10
penyulang Ulaweng berisi informasi tentang arah aliran daya dari Bus Utama
menuju ke Bus Beban. Sedangkan untuk data No. 1 dan 2 yaitu trafo 2 dan 3
berisi informasi tentang arah aliran daya dari bus utama ke bus beban. Total daya
yang dikeluarkan di setiap penyulang berbeda dengan total daya pada trafo 2 dan
trafo 3. Pada trafo 2 menghasilkan daya sebesar 9,537 MW dan 8,256 MVar,
sedangkan untuk perhitungan total daya dari penyulang Cokro, bajoe dan bandara
yang dilayani oleh trafo 2 sebesar 9,102 MW dan 6,826 Mvar. Pada Trafo 3
perhitungan total daya dari penyulang Biru sampai Ulaweng yang dilayani oleh
trafo 2 sebesar 10,264 MW dan 7,698 MVar. Dalam hal di pengaruhi oleh rugi-
Hasil perhitungan aliran daya pada tiap bus menggunakan software ETAP
6
12.6.0. dapat dilihat pada pada gambar 30 dan tabel 6 berikut.
Gambar 30. Aliran Daya GI Bone Sistem 3 Bus Pada ETAP 12.6.0.
Table 6. Hasil Simulasi Aliran Daya Sistem 3 Bus GI Bone Software ETAP 12.6.0.
Berdasarkan hasil simulasi pada gambar 30 dan tabel 6, dapat dilihat pada
gambar 30, bus 1 digunakan sebagai slack/swing bus dan pada gambar 30 tidak
ditemukannya bus yang berwarna merah yang menandakan bahwa nilai tegangan
pada bus tersebut berada di bawah standar yang ada. Pada tabel 6, data bus 1-2,
bus 1-3 dan bus 3-2 berisi informasi tentang arah aliran daya dari Bus Utama ke
Bus beban. Untuk data pada bus 2-1, bus 3-1 dan bus 2-3 berisi informasi tentang
6
arah aliran daya dari Bus Beban menuju ke Bus Utama yang hasilnya negatif. Hal
ini dikarenakan setiap penyulang menyerap daya dari Bus Beban ke Bus Utama.
Hasil perhitungan aliran daya pada tiap bus menggunakan software Matlab
Table 7. Hasil Perhitungan Aliran Daya Sistem 3 bus GI Bone Software Matlab
Berdasarkan tabel 6 dan 7 Aliran daya sistem 3 bus serta gambar 31 grafik
perbandingan aliran daya, dapat dilihat bahwa perbandingan nilai daya aktif dan
daya reaktif yang didapatkan dari hasil simulasi Software ETAP 12.6.0. dengan
6
perhitungan semi manual dengan Software Matlab didapatkan hasil yang tidak
jauh berbeda. Hal ini terjadi karena ketidaktelitian penulis dalam hal simulasi dan
perhitungan.
4.2.3 Simulasi Aliran Daya Saat Manuver Trafo 2 20 MVA Kondisi Beban
Siang Hari
Gardu Induk Bone setelah dilakukannya manuver beban Trafo 2 20 MVA dengan
Berikut hasil simulasi sebelum dan setelah dilakukannya manuver pada gambar
32:
Gambar 32. Gambar Simulasi Sebelum Manuver Trafo 2 Software ETAP 12.6.0.
Untuk melakukan manuver beban trafo 2 20 MVA pada Gardu Induk Bone,
langkah sebelum dilakukannya manuver beban pada trafo 2 yaitu dapat dilihat
6
Gambar 33. Gambar Simulasi Prosedur Manuver Trafo 2
melakukan manuver beban trafo 2 20 MVA. Hasil simulasi aliran daya software
Gambar 34. Gambar Simulasi Setelah Manuver Trafo 2 Software ETAP 12.6.0.
6
Berdasarkan hasil simulasi pada gambar 34, berikut data hasil simulasi aliran
daya yang terlihat pada Software ETAP Power Station versi 12.6.0. pada Tabel 8 :
Daya Daya
Tegangan To - From
No. Penyulang Aktif Reaktif
(KV) Bus
(MW) (Mvar)
1 Trafo 3 18,931 17,575 150 1-3
2 Cokro 2,700 2,090 20 2-4
3 Bajoe 3,754 2,910 20 2-5
4 Bandara 2,473 2,013 20 2-6
5 Biru 1,057 0,821 20 3-7
6 Masjid Raya 2,202 1,669 20 3-8
7 Uloe 2,314 1,853 20 3-9
8 Paccing 3,106 2,406 20 3-10
9 Ulaweng 1,264 1,033 20 3-11
Pada table 8 data hasil simulasi Gardu Induk Bone tidak ditemukannya data
beban pada trafo 2. Hal Ini dikarenakan simulasi dalam kondisi manuver trafo 2,
dimana CB 1 pada trafo 2 20 MVA dilepas (Out) agar supaya arus yang mengalir
pada trafo 2 tidak diteruskan ke bus 2. Dalam kondisi ini bus 2 mendapat suplay
arus dari trafo 3 30 MVA sehingga beban yang tadinya dilayani oleh trafo 2
perubahan nilai pembenanan pada trafo. Dapat dilihat pada data No.1 yaitu pada
trafo 3 didapatkan selisih nilai yang cukup jauh dengan data trafo 3 kondisi
normal pada table 5. Data No.2 yaitu pada penyulang Cokro sampai data No.9
yaitu penyulang Ulaweng berisi informasi tentang arah aliran daya dari Bus utama
menuju ke Bus beban. Sedangkan untuk data No.1 berisi informasi tentang arah
aliran daya dari Bus Utama ke Bus beban. Total daya yang dihasilkan di setiap
penyulang berbeda dengan total daya pada Trafo 3. Pada Trafo 3 menghasilkan
6
daya sebesar 18,931 MW dan 17,575 MVar, sedangkan untuk perhitungan total
daya dari penyulang Cokro sampai Ulaweng yang dilayani oleh trafo 3 sebesar
18,117 MW dan 13,587 Mvar. Dalam hal ini dipengaruhi oleh rugi-rugi daya yang
dihasilkan.
Berdasarkan tabel 8, dapat dilihat bahwa pada hasil simulasi aliran daya saat
manuver trafo 2 20 MVA pada software ETAP 12.6.0. terdapat 5 bus beban yang
mengalami jatuh tegangan (Under Voltage) yaitu pada bus 4,5, 6, 7, 9, 10 dan bus
11. Hal ini disebabkan karena pembebanan yang berlebih pada penyulang tersebut
dan juga disebabkan oleh penghantar pada penyulang yang memiliki jalur
penghantar yang sangat panjang sehingga menyebabkan Under voltage pada bus
tersebut.
4.2.4 Simulasi Aliran Daya Saat Manuver Trafo 3 30 MVA Kondisi Beban
Siang Hari
Gardu Induk Bone setelah dilakukannya manuver beban Trafo 3 30 MVA dengan
menggunakan Software ETAP Power Station versi 12.6.0. Berikut hasil simulasi
6
Gambar 35. Gambar Simulasi Sebelum Manuver Trafo 3 Software ETAP 12.6.0.
Gambar 36. Gambar Simulasi Prosedur Manuver Trafo 3 Software ETAP 12.6.0.
6
1. Mengubah kondisi kontak CB3 dari posisi “In” menjadi “Out”.
Berdasarkan hasil simulasi pada gambar 37, berikut data hasil simulasi aliran
daya yang terlihat pada Software ETAP Power Station versi 12.6.0 pada Tabel 9:
Daya To -
Daya Aktif Tegangan
No. Penyulang Reaktif From
(MW) (KV)
(Mvar) Bus
1 Trafo 2 18,383 17,505 150 1-2
2 Cokro 2,607 2,018 20 2-4
3 Bajoe 3,625 2,810 20 2-5
4 Bandara 2,388 1,944 20 2-6
6
Daya To -
Daya Aktif Tegangan
No. Penyulang Reaktif From
(MW) (KV)
(Mvar) Bus
5 Biru 1,021 0,793 20 3-7
6 Masjid Raya 2,126 1,612 20 3-8
7 Uloe 2,235 1,790 20 3-9
8 Paccing 2,999 2,323 20 3-10
9 Ulaweng 1,220 0,998 20 3-11
Pada table 9 data hasil simulasi Gardu Induk Bone menggunkan Software
ETAP 12.6.0. Sama halnya dengan kondisi manuver trafo 2, pada kondisi
manuver trafo 3 juga tidak ditemukannya data hasil simulasi pada trafo 3. Hal Ini
dikarenakan simulasi dalam kondisi manuver trafo 3 30 MVA Gardu Induk Bone,
dimana CB 3 pada trafo 3 30 MVA dilepas (Out) agar supaya arus yang mengalir
pada trafo 3 tidak diteruskan ke bus 3. Dalam hal ini bus 3 mendapat suplay arus
dari trafo 2 20 MVA sehingga beban yang tadinya dilayani oleh trafo 3 kemudian
pembenanan pada trafo. Dapat dilihat pada data No.1 trafo 2 didapatkan selisih
nilai yang cukup jauh dengan data trafo 2 kondisi normal pada table 5. Pada data
No.2 penyulang Cokro sampai No.9 penyulang Ulaweng tidak terjadi perubahan
nilai yang sangat signifikan atau dengan kata lain nilai yang didapatkan tidak jauh
berbeda dengan kondisi normal dapat di lihat pada data table 5. Pada data No.2
yaitu penyulang Cokro sampai No.9 penyulang Ulaweng berisi informasi tentang
arah aliran daya dari Bus Utama menuju ke Bus Beban. Sedangkan untuk data
No.1 berisi informasi tentang arah aliran daya dari Bus Utama ke Bus beban.
Total daya yang dihasilkan di setiap penyulang berbeda dengan total daya pada
6
Trafo 2. Pada Trafo 2 menghasilkan daya sebesar 18,383 MW dan 17,505 MVar,
sedangkan untuk perhitungan total daya dari penyulang Cokro sampai Ulaweng
sebesar 17,495 MW dan 13,121 MVar. Dalam hal ini dipengaruhi oleh rugi-rugi
Berdasarkan tabel 9, dapat dilihat bahwa pada hasil simulasi aliran daya
terjadi Overload pada trafo 2 20 MVA. Hal ini disebabkan karena trafo 2 20 MVA
tidak mampu menampung atau menerima beban dari trafo 3 30 MVA dikarenakan
kapasitas dari trafo 2 yang kecil. Dalam kondisi ini juga terdapat 7 bus beban yang
mengalami jatuh tegangan (Under Voltage) yaitu pada bus 4, 5, 6, 7, 9, 10 dan bus
11. Hal ini disebabkan karena pembebanan yang berlebih pada penyulang tersebut
dan juga dapat disebabkan karena penghantar pada penyulang yang memiliki jalur
penghantar yang sangat panjang sehingga menyebabkan Under voltage pada bus
tersebut.
4.2.5 Simulasi Aliran Daya Saat Manuver Trafo 2 20 MVA Kondisi Beban
Malam Hari
Gardu Induk Bone setelah dilakukannya manuver beban Trafo 2 20 MVA dengan
7
Berikut hasil simulasi setelah dilakukannya manuver pada gambar 38:
Gambar 38. Gambar Simulasi Setelah Manuver Trafo 2 Software ETAP 12.6.0.
Berdasarkan hasil simulasi pada gambar 38, berikut data hasil simulasi aliran
daya yang terlihat pada Software ETAP Power Station versi 12.6.0. pada Tabel 10:
Table 10. Hasil simulasi aliran daya Software ETAP Power Station
To -
Daya Aktif Daya Reaktif Tegangan
No. Penyulang From
(MW) (Mvar) (KV) Bus
1 Trafo 3 21,971 18,675 150 1-3
2 Cokro -3,056 -1,939 20 4-2
3 Bajoe -3,764 -2,706 20 5-2
4 Bandara -2,634 -1,672 20 6-2
5 Biru -2,485 -0,712 20 7-3
Masjid -3,225 -1,613
6 Raya 20 8-3
7 Uloe -1,616 -1,653 20 9-3
8 Paccing -1,287 -2,293 20 10-3
9 Ulaweng -2,637 -0,715 20 11-3
7
Pada table 10 data hasil simulasi Gardu Induk Bone tidak ditemukannya data
beban pada trafo 2. Hal Ini dikarenakan simulasi dalam kondisi manuver trafo 2,
dimana CB 1 pada trafo 2 20 MVA dilepas (Out) agar supaya arus yang mengalir
pada trafo 2 tidak diteruskan ke bus 2. Dalam kondisi ini bus 2 mendapat suplay
arus dari trafo 3 30 MVA sehingga beban yang tadinya dilayani oleh trafo 2
perubahan nilai pembenanan pada trafo. Dapat dilihat pada data No.1 yaitu pada
trafo 3 didapatkan selisih nilai yang cukup jauh dengan data trafo 3 kondisi
normal pada table 5. Data No.2 yaitu pada penyulang Cokro sampai data No.9
yaitu penyulang Ulaweng berisi informasi tentang arah aliran daya dari Bus Beban
menuju ke Bus Utama yang hasilnya negatif. Hal ini dikarenakan setiap
penyulang menyerap daya dari Bus Beban ke Bus Utama. Sedangkan untuk data
No.1 berisi informasi tentang arah aliran daya dari Bus Utama ke Bus beban.
Total daya yang dihasilkan di setiap penyulang berbeda dengan total daya pada
Trafo 3. Pada Trafo 3 menghasilkan daya sebesar 21,971 MW dan 18,675 MVar,
sedangkan untuk perhitungan total daya dari penyulang Cokro sampai Ulaweng
yang dilayani oleh trafo 3 sebesar 20,705 MW dan 13,304 Mvar. Dalam hal ini
Berdasarkan tabel 10, dapat dilihat bahwa pada hasil simulasi aliran daya
terjadi Overload pada trafo 3 30 MVA. Hal ini disebabkan karena trafo 2 20 MVA
tidak mampu menampung atau menerima beban dari trafo 2 20 MVA dikarenakan
7
kapasitas dari trafo 2 yang kecil untuk menampung jumlah beban yang sangat
besar. terdapat 7 bus beban yang mengalami jatuh tegangan (Under Voltage) yaitu
pada bus 4,5, 6, 7, 9, 10 dan bus 11. Hal ini disebabkan karena pembebanan yang
berlebih pada penyulang tersebut dan juga disebabkan oleh penghantar pada
4.2.6 Simulasi Aliran Daya Saat Manuver Trafo 3 30 MVA Kondisi Beban
Malam Hari
Gardu Induk Bone setelah dilakukannya manuver beban Trafo 3 30 MVA dengan
menggunakan Software ETAP Power Station versi 12.6.0. Berikut hasil simulasi
7
Berdasarkan hasil simulasi pada gambar 39, berikut data hasil simulasi aliran
daya yang terlihat pada Software ETAP Power Station versi 12.6.0 pada Tabel
11:
Table 11. Hasil simulasi aliran daya Software ETAP Power Station
To -
Daya Aktif Daya Reaktif Tegangan
No. Penyulang From
(MW) (Mvar) (KV)
Bus
1 Trafo 2 21,284 18,647 150 1-2
2 Cokro -2,943 -1,868 20 4-2
3 Bajoe -3,625 -2,606 20 5-2
4 Bandara -2,537 -1,610 20 6-2
5 Biru -2,393 -0,686 20 7-3
6 Masjid Raya -3,106 -1,553 20 8-3
7 Uloe -1,557 -1,592 20 9-3
8 Paccing -1,239 -2,208 20 10-3
9 Ulaweng -2,539 -0,689 20 11-3
Pada table 11 data hasil simulasi Gardu Induk Bone menggunkan Software
ETAP 12.6.0. Sama halnya dengan kondisi manuver trafo 2, pada kondisi
manuver trafo 3 juga tidak ditemukannya data hasil simulasi pada trafo 3. Hal Ini
dikarenakan simulasi dalam kondisi manuver trafo 3 30 MVA Gardu Induk Bone,
dimana CB 3 pada trafo 3 30 MVA dilepas (Out) agar supaya arus yang mengalir
pada trafo 3 tidak diteruskan ke bus 3. Dalam hal ini bus 3 mendapat suplay arus
dari trafo 2 20 MVA sehingga beban yang tadinya dilayani oleh trafo 3 kemudian
pembenanan pada trafo. Dapat dilihat pada data No.1 trafo 2 didapatkan selisih
7
nilai yang cukup jauh dengan data trafo 2 kondisi normal pada table 5. Pada data
No.2 penyulang Cokro sampai No.9 penyulang Ulaweng tidak terjadi perubahan
nilai yang sangat signifikan atau dengan kata lain nilai yang didapatkan tidak jauh
berbeda dengan kondisi normal dapat di lihat pada data table 5. Pada data No.2
yaitu penyulang Cokro sampai No.9 penyulang Ulaweng berisi informasi tentang
arah aliran daya dari Bus Beban menuju ke Bus Utama yang hasilnya negatif. Hal
ini dikarenakan setiap penyulang menyerap daya dari Bus Beban ke Bus Utama.
Sedangkan untuk data No.1 berisi informasi tentang arah aliran daya dari Bus
Utama ke Bus beban. Total daya yang dihasilkan di setiap penyulang berbeda
dengan total daya pada Trafo 2. Pada Trafo 2 menghasilkan daya sebesar 21,284
MW dan 18,647 MVar, sedangkan untuk perhitungan total daya dari penyulang
Cokro sampai Ulaweng sebesar 19,939 MW dan 12,881 MVar. Dalam hal ini
Berdasarkan tabel 11, dapat dilihat bahwa pada hasil simulasi aliran daya
terjadi Overload pada trafo 2 20 MVA. Hal ini disebabkan karena trafo 2 20 MVA
tidak mampu menampung atau menerima beban dari trafo 3 30 MVA dikarenakan
kapasitas dari trafo 2 yang kecil. Dalam kondisi ini juga terdapat 7 bus beban yang
bus 11. Hal ini disebabkan karena pembebanan yang berlebih pada penyulang
tersebut dan juga dapat disebabkan karena penghantar pada penyulang yang
7
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Pada swing bus, nilai daya aktif (P) sebesar 20,982 MW dan daya reaktif
(Q) sebesar 17,120 MVAR sedangkan jumlah beban sebesar daya aktif (P)
2. Hasil simulasi aliran daya saat manuver trafo 2 20 MVA Gardu Induk
nilai Daya Aktif sebesar 19,656 MW dan Daya Reaktif sebesar 17,331
3. Pada trafo 2 20 MVA, nilai Daya Aktif dan Daya Reaktif sebelum
dan setelah dilakukannya manuver trafo 3, nilai Daya Aktif dan Daya
Reaktif pada trafo 2 yaitu sebesar 19,089 MW dan 17,289 MVar. Pada
dan setelah dilakukannya manuver trafo 2, nilai Daya Aktif dan Daya
7
5.2 Saran
utama yaitu masalah rugi daya (losses). Terdapat selisih yang cukup besar
antara rugi daya aktif dengan rugi daya reaktif. Untuk itu, penulis
tegangannya besar.
pengumpulan data yang kompleks agar nilai yang dijalankan dapat terlihat
7
DAFTAR PUSTAKA
https://ezkhelenergy.blogspot.com/2011/12/load-break-switch-lbs.html
Skripsi Program Diploma Empat (D-4) Bidang Rekayasa dan Tata Niaga.
PT. PLN (Persero). (2010). Buku 4 Standar Konstruksi Gardu Distribusi dan
Daya. 33.
Matlab.
7
Penyulang Kikim dan Parkit di PT. PLN (Persero) Area Palembang.
Epository.Um-Palembang.Ac.Id, 20.
Sari, E. (2015). Penyetelan Relai Gangguan Tanah (GFR) yang ditempatkan pada
Jaringan Tegangan Menengah yaitu pada Trafo 2 Gardu Induk Boom Baru
Palembang. 1.
BSE.Mahoni.com
7
LAMPIRAN
8
Lampiran 2. Smartvu Gardu Induk Bone
8
Lampiran 3. Data Hasil Simulasi software ETAP Power Stasion 12.6.0
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
Lampiran 4. Hasil Perhitungan Matlab
Script Matlab
clear
clc
disp('
')
disp('
')
disp('
')
disp(' STUDI ALIRAN DAYA PADA SISTEM 3 BUS
')
disp(' DENGAN PENYELESAIAN METODE GAUSS-SEIDEL
')
disp(' OLEH : M. IQBAL
')
disp('
')
disp('
')
% Dasar 100 MVA
epsilon = 0.00001;
x = 1;
% Data impedansi pada saluran :
z12 = 0.025 + j*0.499;
z13 = 0.009 + j*0.416;
z23 = 0.06 + j*0.03;
% Admitansi pada saluran :
y12 = 1/z12;
y13 = 1/z13;
y23 = 1/z23;
% Beban dalam per unit :
S2 = -(11.2 + j*8.4)/100;
S3 = -(12.4 + j*9.3)/100;
% Bus 1 sebagai slack bus dengan :
V1 = 1.05 + j*0.0;
Vk1 = conj(V1);
% Estimasi tegangan awal untuk :
V2 = 1.0 + j*0.0;
E3 = 1.0 + j*0.0;
iter = 0;
format short g
while x >= epsilon
iter = iter + 1;
Vk2 = conj(V2);
Ek3 = conj(E3);
V2 = 1/(y12+y23)*((conj(S2))/(Vk2)+(y12)*(V1)+(y23)*(E3));
V3 = 1/(y13+y23)*((conj(S3))/(Ek3)+(y13)*(V1)+(y23)*(V2));
% Arus pada saluran :
I12 = y12*(V1-V2);
I21 = -I12;
I13 = y13*(V1-V3);
I31 = -I13;
I23 = y23*(V2-V3);
93
I32 = -I23;
% Konjugat dari arus pada saluran :
Ik12 = conj(I12);
Ik21 = conj(I21);
Ik13 = conj(I13);
Ik31 = conj(I31);
Ik23 = conj(I23);
Ik32 = conj(I32);
% Daya dalam bentuk bilangan pada bus 1 :
SP1 = (Vk1*(V1*(y12 + y13) - (y12*V2+y13*V3)));
S1 = conj(SP1);
% Aliran daya dalam bentuk bilangan komplek pada saluran :
S12 = V1*Ik12*100;
S21 = V2*Ik21*100;
S13 = V1*Ik13*100;
S31 = V3*Ik31*100;
S23 = V2*Ik23*100;
S32 = V3*Ik32*100;
% Rugi-rugi daya dalam bentuk bilangan komplek pada saluran :
SL12 = S12+S21;
SL13 = S13+S31;
SL23 = S23+S32;
% Tegangan dalam bentuk polar sudut derajat:
Va1 = abs(V1);
Vt1 = 180/pi*atan2(imag(V1), real(V1));
Va2 = abs(V2);
Vt2 = 180/pi*atan2(imag(V2), real(V2));
Va3 = abs(V3);
Vt3 = 180/pi*atan2(imag(V3), real(V3));
fprintf('Iterasi %i', iter)
disp(' ')
disp('Tegangan dan sudut fase dalam p.u.')
disp(['V1 = ', num2str(Va1),' ', 'Sudut = ', num2str(Vt1)])
disp(['V2 = ', num2str(Va2),' ', 'Sudut = ', num2str(Vt2)])
disp(['V3 = ', num2str(Va3),' ', 'Sudut = ', num2str(Vt3)])
disp('Daya Kompleks Bus 1 dalam p.u.')
disp(['S1 = ', num2str(S1)])
disp('Aliran Daya dan Rugi-rugi Daya dalam satuan MW dan Mvar')
disp(['S12 = ', num2str(S12),' ', 'S21 = ', num2str(S21)])
disp(['S13 = ', num2str(S13),' ', 'S31 = ', num2str(S31)])
disp(['S23 = ', num2str(S23),' ', 'S32 = ', num2str(S32)])
disp(['SL12 = ', num2str(SL12),' ', 'SL13 = ', num2str(SL13),' ',
'SL23 = ', num2str(SL23)])
disp(' ')
x = abs(V3-E3);
E3 = V3;
end
94
Command window MATLAB
Iterasi 1
Tegangan dan sudut fase dalam p.u.
V1 = 1.05 Sudut = 0
V2 = 0.99493 Sudut = -0.25722
V3 = 0.99067 Sudut = -0.59569
Daya Kompleks Bus 1 dalam p.u.
S1 = 0.044393+0.26439i
Aliran Daya dan Rugi-rugi Daya dalam satuan MW dan
Mvar S12 = 1.51673+11.5147i S21 = -1.48614-10.9042i
S13 = 2.92255+14.9243i S31 = -2.90367-14.0517i
S23 = 9.54578-4.93162i S32 = -9.47581+4.9666i
SL12 = 0.030587+0.61052i SL13 = 0.01888+0.87266i SL23 =
0.069974+0.034987i
Iterasi 2
Tegangan dan sudut fase dalam p.u.
V1 = 1.05 Sudut = 0
V2 = 0.98734 Sudut = -0.86613
V3 = 0.98499 Sudut = -1.2033
Daya Kompleks Bus 1 dalam p.u.
S1 = 0.093674+0.29361i
Aliran Daya dan Rugi-rugi Daya dalam satuan MW dan
Mvar S12 = 3.79274+13.0185i S21 = -3.75105-12.1863i
S13 = 5.5747+16.342i S31 = -5.55036-15.2171i
S23 = 6.9282-6.0755i S32 = -6.8759+6.1017i
SL12 = 0.041693+0.83219i SL13 = 0.024338+1.125i SL23 =
0.052262+0.026131i
Iterasi 3
Tegangan dan sudut fase dalam p.u.
V1 = 1.05 Sudut = 0
V2 = 0.98313 Sudut = -1.4599
V3 = 0.98238 Sudut = -1.7714
Daya Kompleks Bus 1 dalam p.u.
S1 = 0.13997+0.30851i
Aliran Daya dan Rugi-rugi Daya dalam satuan MW dan
Mvar S12 = 5.96389+13.84i S21 = -5.91239-12.8121i
95
S13 = 8.03282+17.0114i S31 = -8.00393-15.676i
S23 = 4.4934-6.5043i S32 = -4.4546+6.5237i
SL12 = 0.0515+1.0279i SL13 = 0.028891+1.3354i SL23 = 0.038796+0.019398i
Iterasi 4
Tegangan dan sudut fase dalam p.u.
V1 = 1.05 Sudut = 0
V2 = 0.9817 Sudut = -1.9975
V3 = 0.98222 Sudut = -2.2672
Daya Kompleks Bus 1 dalam p.u.
S1 = 0.18083+0.31181i
Aliran Daya dan Rugi-rugi Daya dalam satuan MW dan
Mvar S12 = 7.90652+14.1001i S21 = -7.84726-12.9173i
S13 = 10.177+17.081i S31 = -10.1447-15.5894i
S23 = 2.3621-6.3841i S32 = -2.3333+6.3985i
SL12 = 0.059258+1.1828i SL13 = 0.032272+1.4917i SL23 =
0.028847+0.014424i
Iterasi 5
Tegangan dan sudut fase dalam p.u.
V1 = 1.05 Sudut = 0
V2 = 0.98244 Sudut = -2.453
V3 = 0.98387 Sudut = -2.6726
Daya Kompleks Bus 1 dalam p.u.
S1 = 0.21487+0.30629i
Aliran Daya dan Rugi-rugi Daya dalam satuan MW dan
Mvar S12 = 9.54567+13.9269i S21 = -9.48103-12.6366i
S13 = 11.9408+16.7021i S31 = -11.9064-15.1115i
S23 = 0.60169-5.8731i S32 = -0.58002+5.884i
SL12 = 0.064644+1.2903i SL13 = 0.034412+1.5906i SL23 =
0.021668+0.010834i
Iterasi 6
Tegangan dan sudut fase dalam p.u.
V1 = 1.05 Sudut = 0
V2 = 0.98471 Sudut = -2.8144
V3 = 0.98674 Sudut = -2.9818
Daya Kompleks Bus 1 dalam p.u.
S1 = 0.24149+0.29462i
Aliran Daya dan Rugi-rugi Daya dalam satuan MW dan
Mvar S12 = 10.8474+13.4451i S21 = -10.7797-12.0944i
S13 = 13.302+16.0174i S31 = -13.2667-14.3817i
S23 = -0.7639-5.1136i S32 = 0.78044+5.1219i
SL12 = 0.067673+1.3507i SL13 = 0.035388+1.6357i SL23 =
0.016542+0.0082708i
96
Iterasi 7
Tegangan dan sudut fase dalam p.u.
V1 = 1.05 Sudut = 0
V2 = 0.98794 Sudut = -3.0802
V3 = 0.99028 Sudut = -3.1981
Daya Kompleks Bus 1 dalam p.u.
S1 = 0.26082+0.27922i
Aliran Daya dan Rugi-rugi Daya dalam satuan MW dan
Mvar S12 = 11.81+12.7682i S21 = -11.7414-11.3991i
S13 = 14.272+15.1539i S31 = -14.2366-13.5188i
S23 = -1.7441-4.226i S32 = 1.757+4.2325i
SL12 = 0.068595+1.3692i SL13 = 0.035374+1.6351i SL23 =
0.012849+0.0064245i
Iterasi 8
Tegangan dan sudut fase dalam p.u.
V1 = 1.05 Sudut = 0
V2 = 0.99164 Sudut = -3.257
V3 = 0.99407 Sudut = -3.331
Daya Kompleks Bus 1 dalam p.u.
S1 = 0.27342+0.26212i
Aliran Daya dan Rugi-rugi Daya dalam satuan MW dan
Mvar S12 = 12.4559+11.9939i S21 = -12.3881-10.6405i
S13 = 14.8863+14.2179i S31 = -14.8517-12.619i
S23 = -2.3725-3.3072i S32 = 2.3826+3.3123i
SL12 = 0.067801+1.3533i SL13 = 0.034592+1.5989i SL23 =
0.010108+0.005054i
Iterasi 9
Tegangan dan sudut fase dalam p.u.
V1 = 1.05 Sudut = 0
V2 = 0.99542 Sudut = -3.3562
V3 = 0.99778 Sudut = -3.3936
Daya Kompleks Bus 1 dalam p.u.
S1 = 0.28019+0.24494i
Aliran Daya dan Rugi-rugi Daya dalam satuan MW dan
Mvar S12 = 12.8235+11.201i S21 = -12.7577-9.88886i
S13 = 15.1955+13.2931i S31 = -15.1622-11.755i
S23 = -2.6978-2.43i S32 = 2.7058+2.434i
SL12 = 0.065738+1.3121i SL13 = 0.033274+1.538i SL23 =
0.0079827+0.0039913i
Iterasi 10
Tegangan dan sudut fase dalam p.u.
V1 = 1.05 Sudut = 0
V2 = 0.99901 Sudut = -3.3917
97
V3 = 1.0012 Sudut = -3.4006
Daya Kompleks Bus 1 dalam p.u.
S1 = 0.28218+0.2289i
Aliran Daya dan Rugi-rugi Daya dalam satuan MW dan
Mvar S12 = 12.9601+10.4493i S21 = -12.8973-9.19487i
S13 = 15.2582+12.4405i S31 = -15.2266-10.978i
S23 = -2.7771-1.6449i S32 = 2.7834+1.648i
SL12 = 0.062846+1.2544i SL13 = 0.031639+1.4624i SL23 =
0.0062631+0.0031316i
Iterasi 11
Tegangan dan sudut fase dalam p.u.
V1 = 1.05 Sudut = 0
V2 = 1.0022 Sudut = -3.3783
V3 = 1.0041 Sudut = -3.3663
Daya Kompleks Bus 1 dalam p.u.
S1 = 0.28051+0.2148i
Aliran Daya dan Rugi-rugi Daya dalam satuan MW dan
Mvar S12 = 12.9169+9.78004i S21 = -12.8574-8.59196i
S13 = 15.1345+11.7003i S31 = -15.1046-10.3195i
S23 = -2.6693-0.98255i S32 = 2.6741+0.98496i
SL12 = 0.059523+1.1881i SL13 = 0.029873+1.3808i SL23 =
0.004833+0.0024165i
Iterasi 12
Tegangan dan sudut fase dalam p.u.
V1 = 1.05 Sudut = 0
V2 = 1.0049 Sudut = -3.33
V3 = 1.0064 Sudut = -3.3042
Daya Kompleks Bus 1 dalam p.u.
S1 = 0.27625+0.20312i
Aliran Daya dan Rugi-rugi Daya dalam satuan MW dan
Mvar S12 = 12.7437+9.21803i S21 = -12.6876-8.0984i
S13 = 14.8815+11.0943i S31 = -14.8534-9.7943i
S23 = -2.4307-0.45713i S32 = 2.4343+0.45895i
SL12 = 0.056094+1.1196i SL13 = 0.028126+1.3001i SL23 =
0.003635+0.0018175i
Iterasi 13
Tegangan dan sudut fase dalam p.u.
V1 = 1.05 Sudut = 0
V2 = 1.007 Sudut = -3.2594
V3 = 1.0082 Sudut = -3.2259
Daya Kompleks Bus 1 dalam p.u.
S1 = 0.27037+0.19404i
Aliran Daya dan Rugi-rugi Daya dalam satuan MW dan Mvar
98
S12 = 12.4865+8.77414i S21 = -12.4337-7.72003i
S13 = 14.5507+10.6295i S31 = -14.5241-9.40434i
S23 = -2.1121-0.069481i S32 = 2.1148+0.070802i
SL12 = 0.052811+1.0541i SL13 = 0.026507+1.2252i SL23
= 0.0026426+0.0013213i
Iterasi 14
Tegangan dan sudut fase dalam p.u.
V1 = 1.05 Sudut = 0
V2 = 1.0085 Sudut = -3.1772
V3 = 1.0095 Sudut = -3.1412
Daya Kompleks Bus 1 dalam p.u.
S1 = 0.2637+0.18749i
Aliran Daya dan Rugi-rugi Daya dalam satuan MW dan
Mvar S12 = 12.1849+8.44821i S21 = -12.1351-7.45318i
S13 = 14.185+10.3011i S31 = -14.1599-9.14151i
S23 = -1.7564+0.18931i S32 = 1.7583-0.18839i
SL12 = 0.049851+0.99503i SL13 = 0.025088+1.1596i SL23 =
0.0018411+0.00092057i
Iterasi 15
Tegangan dan sudut fase dalam p.u.
V1 = 1.05 Sudut = 0
V2 = 1.0095 Sudut = -3.0923
V3 = 1.0103 Sudut = -3.0574
Daya Kompleks Bus 1 dalam p.u.
S1 = 0.2569+0.18328i
Aliran Daya dan Rugi-rugi Daya dalam satuan MW dan
Mvar S12 = 11.8714+8.23197i S21 = -11.8241-7.28739i
S13 = 13.8188+10.0962i S31 = -13.7949-8.99101i
S23 = -1.398+0.33478i S32 = 1.3992-0.33417i
SL12 = 0.047323+0.94458i SL13 = 0.02391+1.1052i SL23 =
0.0012165+0.00060826i
Iterasi 16
Tegangan dan sudut fase dalam p.u.
V1 = 1.05 Sudut = 0
V2 = 1.0101 Sudut = -3.011
V3 = 1.0106 Sudut = -2.9801
Daya Kompleks Bus 1 dalam p.u.
S1 = 0.25048+0.18108i
Aliran Daya dan Rugi-rugi Daya dalam satuan MW dan
Mvar S12 = 11.5708+8.11169i S21 = -11.5255-7.20791i
S13 = 13.4777+9.99656i S31 = -13.4547-8.9341i
S23 = -1.0622+0.38626i S32 = 1.0629-0.38588i
99
SL12 = 0.045279+0.90378i SL13 = 0.022986+1.0625i SL23 =
0.0007512+0.0003756i
Iterasi 17
Tegangan dan sudut fase dalam p.u.
V1 = 1.05 Sudut = 0
V2 = 1.0103 Sudut = -2.938
V3 = 1.0106 Sudut = -2.9128
Daya Kompleks Bus 1 dalam p.u.
S1 = 0.24479+0.18052i
Aliran Daya dan Rugi-rugi Daya dalam satuan MW dan
Mvar S12 = 11.3004+8.0706i S21 = -11.2566-7.19782i
S13 = 13.1785+9.98165i S31 = -13.1562-8.9504i
S23 = -0.76639+0.36458i S32 = 0.76681-0.36437i
SL12 = 0.043726+0.87278i SL13 = 0.022311+1.0312i SL23 =
0.00042341+0.0002117i
Iterasi 18
Tegangan dan sudut fase dalam p.u.
V1 = 1.05 Sudut = 0
V2 = 1.0102 Sudut = -2.8761
V3 = 1.0104 Sudut = -2.8575
Daya Kompleks Bus 1 dalam p.u.
S1 = 0.24002+0.18121i
Aliran Daya dan Rugi-rugi Daya dalam satuan MW dan
Mvar S12 = 11.071+8.09084i S21 = -11.0283-7.23981i
S13 = 12.931+10.0303i S31 = -12.9091-9.01978i
S23 = -0.52061+0.29025i S32 = 0.52082-0.29014i
SL12 = 0.042637+0.85103i SL13 = 0.021863+1.0105i SL23 =
0.00020889+0.00010444i
Iterasi 19
Tegangan dan sudut fase dalam p.u.
V1 = 1.05 Sudut = 0
V2 = 1.0099 Sudut = -2.8266
V3 = 1.01 Sudut = -2.8149
Daya Kompleks Bus 1 dalam p.u.
S1 = 0.23627+0.18278i
Aliran Daya dan Rugi-rugi Daya dalam satuan MW dan
Mvar S12 = 10.8877+8.15498i S21 = -10.8458-7.31744i
S13 = 12.7388+10.1226i S31 = -12.7172-9.12365i
S23 = -0.32878+0.18205i S32 = 0.32886-0.18201i
SL12 = 0.041961+0.83753i SL13 = 0.021612+0.99894i SL23 = 8.3092e-
05+4.1546e-05i
Iterasi 20
10
Tegangan dan sudut fase dalam p.u.
V1 = 1.05 Sudut = 0
V2 = 1.0094 Sudut = -2.7897
V3 = 1.0095 Sudut = -2.7846
Daya Kompleks Bus 1 dalam p.u.
S1 = 0.23352+0.18488i
Aliran Daya dan Rugi-rugi Daya dalam satuan MW dan
Mvar S12 = 10.7512+8.2471i S21 = -10.7096-7.41609i
S13 = 12.6008+10.2407i S31 = -12.5792-9.24586i
S23 = -0.19007+0.056261i S32 = 0.19009-0.056249i
SL12 = 0.041634+0.83101i SL13 = 0.021523+0.99482i SL23 = 2.3136e-
05+1.1568e-05i
Iterasi 21
Tegangan dan sudut fase dalam p.u.
V1 = 1.05 Sudut = 0
V2 = 1.0089 Sudut = -2.7647
V3 = 1.009 Sudut = -2.7655
Daya Kompleks Bus 1 dalam p.u.
S1 = 0.23171+0.18723i
Aliran Daya dan Rugi-rugi Daya dalam satuan MW dan
Mvar S12 = 10.6588+8.35353i S21 = -10.6172-7.52349i
S13 = 12.5123+10.3697i S31 = -12.4907-9.37321i
S23 = -0.1002-0.073867i S32 = 0.10021+0.073872i
SL12 = 0.041585+0.83004i SL13 = 0.021558+0.99646i SL23 = 9.1337e-
06+4.5668e-06i
Iterasi 22
Tegangan dan sudut fase dalam p.u.
V1 = 1.05 Sudut = 0
V2 = 1.0084 Sudut = -2.7502
V3 = 1.0085 Sudut = -2.756
Daya Kompleks Bus 1 dalam p.u.
S1 = 0.23072+0.18961i
Aliran Daya dan Rugi-rugi Daya dalam satuan MW dan
Mvar S12 = 10.6052+8.46316i S21 = -10.5634-7.62993i
S13 = 12.4665+10.4978i S31 = -12.4448-9.49558i
S23 = -0.052625-0.19823i S32 = 0.052649+0.19824i
SL12 = 0.041745+0.83323i SL13 = 0.021683+1.0022i SL23 = 2.4819e-
05+1.241e-05i
Iterasi 23
Tegangan dan sudut fase dalam p.u.
V1 = 1.05 Sudut = 0
V2 = 1.0079 Sudut = -2.7444
V3 = 1.008 Sudut = -2.7542
10
Daya Kompleks Bus 1 dalam p.u.
S1 = 0.23039+0.19184i
Aliran Daya dan Rugi-rugi Daya dalam satuan MW dan
Mvar S12 = 10.584+8.56759i S21 = -10.542-7.72834i
S13 = 12.4554+10.6165i S31 = -12.4336-9.60582i
S23 = -0.039589-0.30975i S32 = 0.039647+0.30978i
SL12 = 0.042046+0.83925i SL13 = 0.021865+1.0107i SL23 = 5.7593e-
05+2.8797e-05i
Iterasi 24
Tegangan dan sudut fase dalam p.u.
V1 = 1.05 Sudut = 0
V2 = 1.0075 Sudut = -2.7455
V3 = 1.0076 Sudut = -2.7583
Daya Kompleks Bus 1 dalam p.u.
S1 = 0.23059+0.19381i
Aliran Daya dan Rugi-rugi Daya dalam satuan MW dan
Mvar S12 = 10.5883+8.66095i S21 = -10.5458-7.81402i
S13 = 12.4708+10.7199i S31 = -12.4487-9.6995i
S23 = -0.052971-0.40409i S32 = 0.053069+0.40414i
SL12 = 0.042432+0.84693i SL13 = 0.022077+1.0204i SL23 = 9.8185e-
05+4.9093e-05i
Iterasi 25
Tegangan dan sudut fase dalam p.u.
V1 = 1.05 Sudut = 0
V2 = 1.0071 Sudut = -2.7516
V3 = 1.0073 Sudut = -2.7664
Daya Kompleks Bus 1 dalam p.u.
S1 = 0.23116+0.19545i
Aliran Daya dan Rugi-rugi Daya dalam satuan MW dan
Mvar S12 = 10.611+8.73969i S21 = -10.5682-7.88437i
S13 = 12.5046+10.805i S31 = -12.4823-9.77446i
S23 = -0.084944-0.47923i S32 = 0.085084+0.4793i
SL12 = 0.042852+0.85532i SL13 = 0.022295+1.0305i SL23
= 0.00014013+7.0064e-05i
Iterasi 26
Tegangan dan sudut fase dalam p.u.
V1 = 1.05 Sudut = 0
V2 = 1.0068 Sudut = -2.761
V3 = 1.007 Sudut = -2.7769
Daya Kompleks Bus 1 dalam p.u.
S1 = 0.23196+0.19673i
Aliran Daya dan Rugi-rugi Daya dalam satuan MW dan
Mvar S12 = 10.6458+8.80219i S21 = -10.6026-7.93856i
10
S13 = 12.5497+10.8706i S31 = -12.5272-9.83044i
S23 = -0.12844-0.53499i S32 = 0.12862+0.53508i
SL12 = 0.043268+0.86363i SL13 = 0.022503+1.0401i SL23
= 0.00017918+8.9589e-05i
Iterasi 27
Tegangan dan sudut fase dalam p.u.
V1 = 1.05 Sudut = 0
V2 = 1.0066 Sudut = -2.7722
V3 = 1.0069 Sudut = -2.7886
Daya Kompleks Bus 1 dalam p.u.
S1 = 0.23287+0.19766i
Aliran Daya dan Rugi-rugi Daya dalam satuan MW dan
Mvar S12 = 10.6872+8.84837i S21 = -10.6435-7.97705i
S13 = 12.6+10.9173i S31 = -12.5773-9.86852i
S23 = -0.17744-0.57258i S32 = 0.17766+0.57269i
SL12 = 0.043653+0.87131i SL13 = 0.02269+1.0488i SL23 =
0.00021279+0.0001064i
Iterasi 28
Tegangan dan sudut fase dalam p.u.
V1 = 1.05 Sudut = 0
V2 = 1.0064 Sudut = -2.7839
V3 = 1.0067 Sudut = -2.8002
Daya Kompleks Bus 1 dalam p.u.
S1 = 0.23381+0.19826i
Aliran Daya dan Rugi-rugi Daya dalam satuan MW dan
Mvar S12 = 10.7305+8.8793i S21 = -10.6865-8.0013i
S13 = 12.6507+10.9468i S31 = -12.6279-9.89075i
S23 = -0.22713-0.59417i S32 = 0.22737+0.59429i
SL12 = 0.043988+0.87799i SL13 = 0.022847+1.056i SL23 =
0.00023968+0.00011984i
Iterasi 29
Tegangan dan sudut fase dalam p.u.
V1 = 1.05 Sudut = 0
V2 = 1.0064 Sudut = -2.7952
V3 = 1.0067 Sudut = -2.811
Daya Kompleks Bus 1 dalam p.u.
S1 = 0.2347+0.19858i
Aliran Daya dan Rugi-rugi Daya dalam satuan MW dan
Mvar S12 = 10.7723+8.89683i S21 = -10.728-8.01336i
S13 = 12.6982+10.9615i S31 = -12.6752-9.89975i
S23 = -0.27388-0.60245i S32 = 0.27414+0.60258i
SL12 = 0.044262+0.88347i SL13 = 0.022971+1.0618i SL23 =
0.00025947+0.00012973i
10
Iterasi 30
Tegangan dan sudut fase dalam p.u.
V1 = 1.05 Sudut = 0
V2 = 1.0063 Sudut = -2.8054
V3 = 1.0067 Sudut = -2.8204
Daya Kompleks Bus 1 dalam p.u.
S1 = 0.2355+0.19868i
Aliran Daya dan Rugi-rugi Daya dalam satuan MW dan
Mvar S12 = 10.81+8.90324i S21 = -10.7655-8.01557i
S13 = 12.74+10.9644i S31 = -12.717-9.89835i
S23 = -0.31524-0.60032i S32 = 0.31551+0.60045i
SL12 = 0.044472+0.88767i SL13 = 0.023063+1.066i SL23 =
0.0002724+0.0001362i
Iterasi 31
Tegangan dan sudut fase dalam p.u.
V1 = 1.05 Sudut = 0
V2 = 1.0063 Sudut = -2.8141
V3 = 1.0067 Sudut = -2.8282
Daya Kompleks Bus 1 dalam p.u.
S1 = 0.23617+0.19859i
Aliran Daya dan Rugi-rugi Daya dalam satuan MW dan
Mvar S12 = 10.8421+8.90101i S21 = -10.7975-8.01037i
S13 = 12.7748+10.9582i S31 = -12.7516-9.88936i
S23 = -0.34975-0.59065i S32 = 0.35003+0.59079i
SL12 = 0.044621+0.89064i SL13 = 0.023125+1.0689i SL23 =
0.00027917+0.00013959i
Iterasi 32
Tegangan dan sudut fase dalam p.u.
V1 = 1.05 Sudut = 0
V2 = 1.0064 Sudut = -2.8211
V3 = 1.0068 Sudut = -2.8343
Daya Kompleks Bus 1 dalam p.u.
S1 = 0.2367+0.19838i
Aliran Daya dan Rugi-rugi Daya dalam satuan MW dan
Mvar S12 = 10.8679+8.89254i S21 = -10.8232-8.00005i
S13 = 12.8019+10.9459i S31 = -12.7787-9.8754i
S23 = -0.37682-0.57609i S32 = 0.3771+0.57623i
SL12 = 0.044714+0.89249i SL13 = 0.023159+1.0705i SL23 =
0.00028073+0.00014037i
Iterasi 33
Tegangan dan sudut fase dalam p.u.
V1 = 1.05 Sudut = 0
10
V2 = 1.0064 Sudut = -2.8263
V3 = 1.0068 Sudut = -2.8386
Daya Kompleks Bus 1 dalam p.u.
S1 = 0.23709+0.1981i
Aliran Daya dan Rugi-rugi Daya dalam satuan MW dan
Mvar S12 = 10.8872+8.88005i S21 = -10.8425-7.98666i
S13 = 12.8215+10.9298i S31 = -12.7983-9.85873i
S23 = -0.39652-0.55892i S32 = 0.3968+0.55905i
SL12 = 0.044759+0.89339i SL13 = 0.023171+1.071i SL23 =
0.00027818+0.00013909i
Iterasi 34
Tegangan dan sudut fase dalam p.u.
V1 = 1.05 Sudut = 0
V2 = 1.0065 Sudut = -2.8299
V3 = 1.0069 Sudut = -2.8413
Daya Kompleks Bus 1 dalam p.u.
S1 = 0.23735+0.19777i
Aliran Daya dan Rugi-rugi Daya dalam satuan MW dan
Mvar S12 = 10.9005+8.86545i S21 = -10.8557-7.97193i
S13 = 12.8342+10.912i S31 = -12.811-9.84121i
S23 = -0.40942-0.541i S32 = 0.40969+0.54114i
SL12 = 0.044766+0.89352i SL13 = 0.023166+1.0708i SL23 =
0.00027263+0.00013632i
Iterasi 35
Tegangan dan sudut fase dalam p.u.
V1 = 1.05 Sudut = 0
V2 = 1.0066 Sudut = -2.832
V3 = 1.007 Sudut = -2.8427
Daya Kompleks Bus 1 dalam p.u.
S1 = 0.23749+0.19745i
Aliran Daya dan Rugi-rugi Daya dalam satuan MW dan
Mvar S12 = 10.9082+8.8503i S21 = -10.8635-7.95723i
S13 = 12.8409+10.8943i S31 = -12.8178-9.82427i
S23 = -0.4164-0.52378i S32 = 0.41667+0.52391i
SL12 = 0.044743+0.89307i SL13 = 0.023149+1.07i SL23 =
0.00026515+0.00013257i
Iterasi 36
Tegangan dan sudut fase dalam p.u.
V1 = 1.05 Sudut = 0
V2 = 1.0066 Sudut = -2.8329
V3 = 1.007 Sudut = -2.843
Daya Kompleks Bus 1 dalam p.u.
S1 = 0.23754+0.19714i
10
Aliran Daya dan Rugi-rugi Daya dalam satuan MW dan
Mvar S12 = 10.9115+8.8358i S21 = -10.8668-7.94357i
S13 = 12.8428+10.8777i S31 = -12.8196-9.80893i
S23 = -0.41853-0.50826i S32 = 0.41879+0.50839i
SL12 = 0.044701+0.89223i SL13 = 0.023123+1.0688i SL23 =
0.00025668+0.00012834i
Iterasi 37
Tegangan dan sudut fase dalam p.u.
V1 = 1.05 Sudut = 0
V2 = 1.0067 Sudut = -2.8328
V3 = 1.0071 Sudut = -2.8425
Daya Kompleks Bus 1 dalam p.u.
S1 = 0.23752+0.19686i
Aliran Daya dan Rugi-rugi Daya dalam satuan MW dan
Mvar S12 = 10.9111+8.82277i S21 = -10.8665-7.93161i
S13 = 12.8409+10.8633i S31 = -12.8178-9.79584i
S23 = -0.41692-0.49507i S32 = 0.41717+0.4952i
SL12 = 0.044647+0.89115i SL13 = 0.023094+1.0674i SL23 =
0.00024802+0.00012401i
Iterasi 38
Tegangan dan sudut fase dalam p.u.
V1 = 1.05 Sudut = 0
V2 = 1.0068 Sudut = -2.832
V3 = 1.0071 Sudut = -2.8414
Daya Kompleks Bus 1 dalam p.u.
S1 = 0.23744+0.19663i
Aliran Daya dan Rugi-rugi Daya dalam satuan MW dan
Mvar S12 = 10.9081+8.81173i S21 = -10.8635-7.92175i
S13 = 12.8364+10.8513i S31 = -12.8133-9.78531i
S23 = -0.41267-0.48452i S32 = 0.41291+0.48464i
SL12 = 0.044588+0.88998i SL13 = 0.023063+1.066i SL23 =
0.00023978+0.00011989i
Iterasi 39
Tegangan dan sudut fase dalam p.u.
V1 = 1.05 Sudut = 0
V2 = 1.0068 Sudut = -2.8307
V3 = 1.0072 Sudut = -2.84
Daya Kompleks Bus 1 dalam p.u.
S1 = 0.23734+0.19645i
Aliran Daya dan Rugi-rugi Daya dalam satuan MW dan
Mvar S12 = 10.9034+8.80293i S21 = -10.8589-7.91412i
S13 = 12.8302+10.8421i S31 = -12.8072-9.7774i
S23 = -0.40676-0.47664i S32 = 0.40699+0.47675i
10
SL12 = 0.04453+0.88881i SL13 = 0.023034+1.0647i SL23 =
0.00023241+0.0001162i
Iterasi 40
Tegangan dan sudut fase dalam p.u.
V1 = 1.05 Sudut = 0
V2 = 1.0068 Sudut = -2.8292
V3 = 1.0072 Sudut = -2.8384
Daya Kompleks Bus 1 dalam p.u.
S1 = 0.23721+0.19632i
Aliran Daya dan Rugi-rugi Daya dalam satuan MW dan
Mvar S12 = 10.8977+8.79639i S21 = -10.8533-7.90865i
S13 = 12.8233+10.8354i S31 = -12.8003-9.77197i
S23 = -0.40003-0.47128i S32 = 0.40025+0.47139i
SL12 = 0.044476+0.88773i SL13 = 0.023008+1.0635i SL23 =
0.00022617+0.00011309i
Iterasi 41
Tegangan dan sudut fase dalam p.u.
V1 = 1.05 Sudut = 0
V2 = 1.0068 Sudut = -2.8276
V3 = 1.0072 Sudut = -2.8368
Daya Kompleks Bus 1 dalam p.u.
S1 = 0.23708+0.19623i
Aliran Daya dan Rugi-rugi Daya dalam satuan MW dan
Mvar S12 = 10.8918+8.79196i S21 = -10.8473-7.90517i
S13 = 12.8163+10.8312i S31 = -12.7933-9.76875i
S23 = -0.39315-0.46815i S32 = 0.39338+0.46826i
SL12 = 0.044428+0.88679i SL13 = 0.022985+1.0624i SL23 =
0.0002212+0.0001106i
Iterasi 42
Tegangan dan sudut fase dalam p.u.
V1 = 1.05 Sudut = 0
V2 = 1.0069 Sudut = -2.826
V3 = 1.0072 Sudut = -2.8353
Daya Kompleks Bus 1 dalam p.u.
S1 = 0.23696+0.19618i
Aliran Daya dan Rugi-rugi Daya dalam satuan MW dan
Mvar S12 = 10.886+8.78941i S21 = -10.8416-7.9034i
S13 = 12.8097+10.829i S31 = -12.7867-9.76739i
S23 = -0.38666-0.46688i S32 = 0.38687+0.46699i
SL12 = 0.04439+0.88602i SL13 = 0.022968+1.0616i SL23 =
0.0002175+0.00010875i
Iterasi 43
10
Tegangan dan sudut fase dalam p.u.
V1 = 1.05 Sudut = 0
V2 = 1.0069 Sudut = -2.8246
V3 = 1.0072 Sudut = -2.834
Daya Kompleks Bus 1 dalam p.u.
S1 = 0.23685+0.19617i
Aliran Daya dan Rugi-rugi Daya dalam satuan MW dan
Mvar S12 = 10.8807+8.78842i S21 = -10.8363-7.903i
S13 = 12.8039+10.8285i S31 = -12.7809-9.76749i
S23 = -0.38088-0.46709i S32 = 0.3811+0.4672i
SL12 = 0.04436+0.88542i SL13 = 0.022955+1.061i SL23 =
0.00021498+0.00010749i
Iterasi 44
Tegangan dan sudut fase dalam p.u.
V1 = 1.05 Sudut = 0
V2 = 1.0069 Sudut = -2.8234
V3 = 1.0072 Sudut = -2.8329
Daya Kompleks Bus 1 dalam p.u.
S1 = 0.23675+0.19618i
Aliran Daya dan Rugi-rugi Daya dalam satuan MW dan
Mvar S12 = 10.8762+8.78865i S21 = -10.8319-7.90366i
S13 = 12.799+10.8293i S31 = -12.776-9.76867i
S23 = -0.37604-0.46836i S32 = 0.37626+0.46847i
SL12 = 0.044338+0.88499i SL13 = 0.022946+1.0606i SL23 =
0.00021352+0.00010676i
Iterasi 45
Tegangan dan sudut fase dalam p.u.
V1 = 1.05 Sudut = 0
V2 = 1.0069 Sudut = -2.8224
V3 = 1.0072 Sudut = -2.832
Daya Kompleks Bus 1 dalam p.u.
S1 = 0.23668+0.19621i
Aliran Daya dan Rugi-rugi Daya dalam satuan MW dan
Mvar S12 = 10.8726+8.78977i S21 = -10.8283-7.90504i
S13 = 12.7952+10.8309i S31 = -12.7722-9.77056i
S23 = -0.37223-0.47033i S32 = 0.37244+0.47044i
SL12 = 0.044325+0.88473i SL13 = 0.022941+1.0604i SL23 =
0.00021293+0.00010646i
Iterasi 46
Tegangan dan sudut fase dalam p.u.
V1 = 1.05 Sudut = 0
V2 = 1.0069 Sudut = -2.8216
V3 = 1.0072 Sudut = -2.8314
10
Daya Kompleks Bus 1 dalam p.u.
S1 = 0.23662+0.19625i
Aliran Daya dan Rugi-rugi Daya dalam satuan MW dan
Mvar S12 = 10.8698+8.79146i S21 = -10.8255-7.90687i
S13 = 12.7924+10.8331i S31 = -12.7694-9.77284i
S23 = -0.36943-0.47269i S32 = 0.36964+0.47279i
SL12 = 0.044318+0.88459i SL13 = 0.022939+1.0603i SL23 =
0.00021302+0.00010651i
Iterasi 47
Tegangan dan sudut fase dalam p.u.
V1 = 1.05 Sudut = 0
V2 = 1.0068 Sudut = -2.8211
V3 = 1.0072 Sudut = -2.831
Daya Kompleks Bus 1 dalam p.u.
S1 = 0.23659+0.19629i
Aliran Daya dan Rugi-rugi Daya dalam satuan MW dan
Mvar S12 = 10.868+8.79346i S21 = -10.8236-7.9089i
S13 = 12.7905+10.8356i S31 = -12.7676-9.77526i
S23 = -0.36758-0.47516i S32 = 0.3678+0.47527i
SL12 = 0.044317+0.88457i SL13 = 0.022939+1.0603i SL23 =
0.0002136+0.0001068i
Iterasi 48
Tegangan dan sudut fase dalam p.u.
V1 = 1.05 Sudut = 0
V2 = 1.0068 Sudut = -2.8208
V3 = 1.0072 Sudut = -2.8308
Daya Kompleks Bus 1 dalam p.u.
S1 = 0.23656+0.19634i
Aliran Daya dan Rugi-rugi Daya dalam satuan MW dan
Mvar S12 = 10.8668+8.79555i S21 = -10.8225-7.91093i
S13 = 12.7896+10.838i S31 = -12.7666-9.77761i
S23 = -0.36656-0.47755i S32 = 0.36678+0.47766i
SL12 = 0.04432+0.88462i SL13 = 0.022942+1.0604i SL23 =
0.00021451+0.00010726i
Iterasi 49
Tegangan dan sudut fase dalam p.u.
V1 = 1.05 Sudut = 0
V2 = 1.0068 Sudut = -2.8207
V3 = 1.0072 Sudut = -2.8308
Daya Kompleks Bus 1 dalam p.u.
S1 = 0.23656+0.19638i
Aliran Daya dan Rugi-rugi Daya dalam satuan MW dan
Mvar S12 = 10.8663+8.79757i S21 = -10.822-7.91283i
10
S13 = 12.7893+10.8403i S31 = -12.7663-9.77975i
S23 = -0.36622-0.47972i S32 = 0.36644+0.47983i
SL12 = 0.044325+0.88473i SL13 = 0.022945+1.0606i SL23 =
0.0002156+0.0001078i
>>
11