Oleh
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Dual Fuel Line 2 PT Riau Andalan
Pulp and Paper dipilih karena penulis adalah karyawan dari perusahaan
tersebut, dan kenapa penulis pilih line 2 karena PLTU line dua ini lebih
dominan menggunakan biomassa sebagai bahan bakar. Bahan bakar biomassa
yang digunakan adalah kulit kayu Akasia, cangkang sawit, tandan kosong, serat
kayu (fiber). Pada saat proses produksi pasti ada penggunaan energinya tidak
optimal atau banyak energi yang hilang. Selain itu, saat proses pemeliharaan
membutuhkan waktu yang lama. Salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi
penggunaan energi adalah dengan melakukan analisis exergy. Tujuan analisis
exergy untuk mengidentifikasi nilai exergy yang terbuang. Sedangkan real
kerugian itu, mudah diamati jika telah dalam bentuk cost. Sehingga perlu
dilakukan analisis lanjutan. Analisis yang dilakukan adalah analisis
exergoeconomic, yaitu analisis gabungan exergy dan ekonomi teknik.
2
DAFTAR ISI
RINGKASAN...........................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iv
DAFTAR TABEL....................................................................................................v
1. Judul..................................................................................................................1
2. Latar belakang..................................................................................................1
3. Rumusan Masalah.............................................................................................4
4. Batasan Masalah...............................................................................................4
5. Tujuan penelitian..............................................................................................5
6. Manfaat.............................................................................................................5
7. Tinjauan Pustaka...............................................................................................6
7.1 Pengertian umum.......................................................................................6
7.2 Jenis jenis Pembangkit tenaga listrik........................................................6
7.3 Pembangkit Listrik Tenaga Uap Biomassa...............................................8
7.2.1 Prinsip kerja PLTU Biomassa..................................................................9
7.2.2 Komponen Utama PLTU biomassa.......................................................10
7.3 Analisa thermodinamika pada PLTU Dual FueL......................................15
7.3.1 Siklus Ideal Rankine........................................................................15
7.3.2 Siklus Aktual Rankine..........................................................................17
7.3.3 Analisa Termodinamika pada Ruang Bakar..........................................18
7.4 Exergi......................................................................................................19
7.4.1 Pengertian...........................................................................................19
7.4.2 Aspek Exergy......................................................................................19
7.4.3 Analisis Exergy...................................................................................20
7.4.5 Destruksi exergi..................................................................................22
7.4.6 Efisiensi exergy...................................................................................22
7.5 Analisis Ekonomi....................................................................................22
7.5.1 Kelebihan dan Kekurangan dari Teknik Pendanaan Proyek...............23
7.5.2 Sumber dan Macam Pendanaan Proyek.............................................24
3
7.5.3 Infasi dan Deflasi................................................................................26
7.5.4 Analisis Ekonomi Biaya Komponen Pembangkit..............................27
7.6 Exergeconomic........................................................................................28
7.6.1 Pengertian...........................................................................................28
7.6.2 Sejarah Exergoeconomic....................................................................29
7.6.3 Analisis Exergoeconomic....................................................................30
8. Metodologi Penelitian.....................................................................................33
8.1. Diagram Alir Penelitian...............................................................................33
8.2 Prosedur pelaksanaan..................................................................................34
8.3 Diagram Alir Perhitungan...........................................................................36
9. Jadwal Kegiatan..............................................................................................38
10. Biaya...............................................................................................................38
11. Daftar Pustaka.................................................................................................38
4
DAFTAR GAMBAR
5
DAFTAR TABEL
6
7
0
1. Judul
Analisis Exergoeconomic Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Dual Fuel
di Line 2 Riau Andalan Pulp And Paper (Rapp) 100 MW
2. Latar belakang
Indonesia merupakan negara berkembang yang sangat tergantung dengan
energi fosil khususnya batu bara, gas alam dan minyak bumi. Sejak zaman
pemerintahan orde baru hingga saat ini energi utama yang menggerakkan
perekonomian di Indonesia adalah energi bahan bakar fosil (unrenewable energy
resource). Kondisi ini menyebabkan ketersediaan negeri yang bersifat
unrenewable energy resources menjadi langka. Hal ini disebabkan karena
peningkatan kebutuhan energi yang tidak diimbangi dengan ketersediaan energi
itu sendiri (Elinur dkk, 2010).
Banyak faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi
energi di Indonesia seiring dengan perkembangan dari beberapa sektor-sektor di
Indonesia. Diantaranya adalah sektor industri, sektor rumah tangga, sektor
komersial, sektor transportasi, sektor kelistrikan dan peningakatan jumlah
penduduk (Handbook of energy & economic statistic of Indonesia,2018).
1
resource) sebagai solusi dari ketergantungan terhadap energi fosil yang
ketersediaannya semakin menipis. Perkembangan energi terbarukan (renewable
energy) di Indonesia untuk saat sekarang ini sudah bisa dikatakan pesat karena
sudah didukung oleh regulasi pemerintah pada pemanfaatan energi terbarukan
di Indonesia diantaranya adalah:
a. Peraturan Presiden no 5 Tahun 2006 tentang kebijakan Energi Nasional,
yang menargetkan bahwa tahun 2025 tercapai elastisitas energi kurang dari
1 (satu) dan energi mix primer yang optimal dengan peranan yang lebih
besar terhadap sumber energi alternative. (blue print pengelolaan energi
nasional 2006-2025)
b. Peraturan Pemerintah No 3 Tahun 2005 tentang suppli listrik
c. Undang-undang No 30 Tahun 2007 tentang energi
d. Undang-undang No 20 Tahun 2002 tentang Ketenagaan Listrikan dan lain
lain.
Untuk mendukung pemerintah dalam menerapkan energi terbarukan untuk
menghasilkan energi khusunya listrik, baik itu pembangkit listrik swasta
maupun milik negara. Pemerintah harus memiliki komitmen yang kuat,
sehingga nantinya setiap pembangkit yang ada di Indonesia menggunakan
bahan bakar non fosil ataupun gabungan antara keduanya (mix energy). Dengan
menerapkan energi terbarukan ini diharapkan nantinya mengurangi
ketergantungan terhadap bahan bakar fosil.
Salah satu energi terbarukan yang digunakan adalah biomassa. Biomassa
adalah bahan biologis yang hidup ataupun yang baru mati yang dapat
digunakan sebagai bahan bakar. Umumnya biomassa merujuk pada tumbuhan
yang sifatnya renewable. Biomassa merupakan pemanfaatan limbah
terbiodegradasi yang digunakan sebagai bahan bakar. Salah satu pembangkit
listrik yang menggunakan sumber enegi terbarukan adalah pembangkit listrik
tenaga uap yang menggunakan bahan bakar cangkang sawit, sekam padi dan
juga serbuk kayu. Salah satu perusahaan swasta yang sudah menerapkan energi
terbarukan khususnya biomassa adalah PT Riau Andalan Pulp and Paper di
kabupaten Pelalawan provinsi Riau. Bahkan yang digunakan oleh PT RAPP
dalam proses produksi tenaga listrik ≈ 100 % berasal dari energi terbarukan
(biomassa) yaitu bark (kulit kayu), serat buah kelapa sawit, tandan kosong, dan
2
cangkang yang kemudian dibakar pada suatu mesin pembangkit uap (boiler),
dan masih menggunakan natural gas dalam jumlah yang cukup sedikit.
Dalam proses produksi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dual Fuel di PT Riau
Andalan Pulp and Paper sudah pasti mengalami banyak masalah yang
menyebabkan kualitas dan kuantitas produksi yang menurun. Untuk mengatasi
masalah tersebut sudah banyak dilakukan usaha usaha ataupun perbaikan untuk
Fibre,Cangkang,tandan
Wood yard Bark storage
kosong
BOILER
meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Salah satu usaha yang dilakukan
adalah efisiensi energi. Salah satu konsep untuk meningkatkan efisiensi energi
adalah dengan melakukan sebuah analisis. Analisis yang dimaksud disini
adalah analisis exergi. Analisis exergi adalah konsep efisiensi energi yang tidak
hanya memperhitungkan kuantitas energi tetapi kualitas energi yang dihasilkan
juga (hukum termodinamika kedua). Pada hukum termodinamika kedua
dinyatakan bahwa tidak semua energi yang bisa dimanfaatkan untuk
menghasilkan kerja, dan sudah pasti terjadi penurunan kualitas energi
didalamnya (cengel, 2005). Analisis exergy (pendekatan hukum
thermodinamika kedua), merupakan sebuah alternatif untuk pemanfaatan energi
secara optimal, dan dengan adanya analisis ini diharapkan tidak ada energi dan
exergy yang terbuang percuma ke lingkungan.
3
Analisis exergy saja tidak cukup, dikarenakan exergy hanya
mengidentifikasi nilai exergy yang terbuang percuma yang mengakibatkan
kerugian. Sedangkan real kerugian mudah diamati jika telah dalam bentuk cost.
Sehingga perlu dilakukan analisis lanjutan untuk mengetahui nilai kerugian ini
dalam bentuk cost, yaitu analisis gabungan exergy dan ekonomi teknik. Analisis
ini disebut dengan exergoeconomic.
Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui nilai kerugian
cost pada proses produksi akibat kehilangan energi dan exergy pada
pembangkit listrik tenaga uap (biomassa).
3. Rumusan Masalah
Permasalahan pada penelitian ini adalah seberapa besar energi yang
terbuang yang dikaitkan dengan sisi ekonomi akibat kehilangan energi dan
pemborosan energi pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dual Fuel Line
2 PT. Riau Andalan Pulp and Paper. Analisis yang dilakukan adalah analisis
exergoeconomic yaitu teknik yang menggabungkan analisis exergy dengan
pendekatan biaya (cost).
4. Batasan Masalah
Penulis membatasi masalah yang akan dibahas pada penelitian ini sebagai
berikut:
1. Analisis exergoeconomic dilakukan terhadap Pembangkit Listrik
Tenaga Uap (PLTU) Dual Fuel Line 2 100 MW PT Riau Andalan Pulp
and Paper.
2. Analisis dilakukan dengan menggunakan data actual operasional PLTU
Dual Fuel line 2, 100 MW PT RAPP.
3. Analisis dilakukan pada komponen utama PLTU yaitu Boiler, Turbine
Uap, Pompa, condenser dan komponen tambahan seperti LP pre-
heater, HP pre-heater.
4. Data ekonomi yang dilakukan adalah data asumsi keuangan PLTU
Dual Fuel Line 2 PT RAPP dan data asumsi lainnya.
Data ekonomi aktual yaitu harga bahan bakar bark (kulit kayu).
Data ekonomi asumsi yaitu data bahan bakar lainnya seperti natural
gas, serat kelapa sawit (fiber palm), cangkang, dan tandan kosong.
Data asumsi lainnya adalah Gaji karyawan PT RAPP.
4
5. Data harga listrik yang digunakan untuk operasional PLTU Dual Fuel
di Line 2 PT RAPP, berdasarkan perhitungan analisis ekonomi PLTU
biomassa PT RAPP itu sendiri, yang dibandingkan dengan harga listrik
yang dijual PLN ke industri.
6. Data bahan bakar yang digunakan untuk operasional PLTU Dual fuel
di Line 2 PT RAPP, berdasarkan perhitungan analisis PLTU line 2 PT
RAPP itu sendiri.
5. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah menganalisa secara exergoeconomic, sehingga
diketahui nilai kerugian cost akibat kehilangan energi pada setiap komponen
utama dan tambahan di Pembangkit Listrik Tenaga uap (PLTU) Dual Fuel di
Line 2, 100 MW PT Riau Andalan Pulp and Paper.
6. Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui kerugian cost akibat kehilangan energi pada setiap komponen
PLTU Dual Fuel di Line 2, 100 MW PT Riau Andalan Pulp and Paper.
7. Tinjauan Pustaka
7.1 Pengertian umum
Secara harfiah yang dimaksud dengan pembangkit adalah sesuatu atau hal-
hal atau suatu aktifitas yang bisa membangkitkan sesuatu, atau timbulnya efek
atau hasil tertentu akibat adanya pembangkitan. (Marsudi, 2012).
Pembangkit tenaga listrik adalah suatu sub sistem dari sistem tenaga listrik
yang terdiri dari instalasi elektrikal, mekanikal, bangunan-bangunan, dan
bangunan pelengkap dan komponen bantu lainnya yang berfungsi untuk
merubah energi potensial ke energi mekanik yang akan menghasilkan energi
listrik (Marsudi, 2012).
Pembangkitan tenaga listrik adalah suatu proses produksi tenaga listrik
yang dilakukan dalam pusat-pusat pembangkit tenaga listrik menggunakan
generator. Proses pembangkitan tenaga listrik sebagian besar dilakukan
dengan cara memutar generator sehingga dihasilkan tenaga listrik dengan
tegangan bolak-balik 3 fasa (sasongko 2010).
7.2 Jenis jenis Pembangkit tenaga listrik
5
Klasifikasi pusat pembangkit tenaga listrik ditinjau dari penggerak dasar
(prime mover) yang digunakan. Adapun jenis-jenis pusat pembangkit tenaga
listrik adalah sebagai berikut (Marsudi, 2012):
1. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) merupakan pembangkit tenaga
listrik yang mengubah energi potensial air (energi gravitasi air) menjadi energi
listrik. Mesin penggerak yang digunakan adalah turbin air untuk mengubah
energi potensial air menjadi kerja mekanis poros yang akan memutar rotor
generator untuk menghasilkan energi listrik. Sistem tenaga air mengubah
energi dari air yang mengalir menjadi energi mekanik dan kemudian biasanya
menjadi energi listrik. Air mengalir melalui kanal (penstock) melewati kincir
air atau turbin dimana air akan menabrak sudu-sudu yang menyebabkan kincir
air ataupun turbin berputar. Ketika digunakan untuk membangkitkan energi
listrik, perputaran turbin menyebabkan perputaran poros rotor pada generator.
Energi yang dibangkitkan dapat digunakan secara langsung, disimpan dalam
baterai ataupun digunakan untuk memperbaiki kualitas listrik pada jaringan
(Marsudi, 2012).
2. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD)
Pembangkit listrik yang menggunakan mesin diesel sebagai penggerak
mula (prime mover). Prime mover merupakan peralatan yang mempunyai
fungsi menghasilkan energi mekanis yang diperlukan untuk memutar rotor
generator. Mesin diesel sebagai penggerak mula PLTD berfungsi
menghasilkan tenaga mekanis yang dipergunakan untuk memutar rotor
generator. Unit PLTD adalah kesatuan peralatan-peralatan utama dan alat-alat
bantu serta perlengkapannya yang tersusun dalam hubungan kerja,
membentuk sistem untuk mengubah energi yang terkandung didalam bahan
bakar minyak menjadi tenaga mekanis dengan menggunakan mesin diesel
sebagai penggerak utamanya.dan seterusnya tenaga mekanis tersebut diubah
oleh generator menjadi tenaga listrik (Marsudi, 2012).
3. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
Pembangkit listrik tenaga nuklir adalah sebuah pembangkit listrik yang
menggunakan reaksi fisi sebagai bahan penghasil energinya. Pembangkit listik
6
tenaga nuklir pertama kali beroperasi pada tahun 1957. Hingga saat ini, jenis
reactor yang paling banyak digunakan sebagai PLTN adalah Pressurized Water
Reactor (PWR) (Marsudi, 2012).
4. Pembangkit Listrik Tenaga Uap
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) adalah pembangkit listrik yang
memanfaatkan energi panas dari steam untuk memutar turbin sehingga dapat
digunakan untuk membangkitkan energi listrik melalui generator. Steam yang
dibangkitkan ini berasal dari perubahan fase air yang berada pada boiler akibat
mendapatkan energi panas dari hasil pembakaran bahan bakar. Secara garis
besar sistem pembangkit listrik tenaga uap terdiri dari beberapa peralatan
utama diantaranya: boiler, turbin, generator, dan kondensor (Marsudi, 2012).
5. Pembangkit Listrik Tenaga Gas
Pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) merupakan sebuah pembangkit
energi listrik yang menggunakan peralatan/mesin turbin gas sebagai
penggerak generatornya. Turbin gas dirancang dan dibuat dengan prinsip kerja
yang sederhana dimana energi panas yang dihasilkan dari proses pembakaran
bahan bakar diubah menjadi energi mekanis dan selanjutnya diubah menjadi
energi listrik atau energi lainnya sesuai dengan kebutuhannya. PLTG memiliki
kelebihan yaitu energi mekanik yang dihasilkan dari mesin turbin gas lebih
besar dibandingkan pembangkit listrik lainnya (Marsudi, 2012).
6. Pembangkit Listrik Tenaga Surya
Pembangkit listrik tenaga surya adalah pembangkit listrik yang mengubah
energi surya menjadi energi listrik. Pembangkitan listrik bisa dilakukan
dengan dua cara, yaitu secara langsung menggunakan photovoltaic dan secara
tidak langsung dengan pemusatan energi surya. Photovoltaic mengubah secara
langsung energi cahaya menjadi listrik menggunakan efek foto-elektrik.
Pemusatan energi surya menggunakan sistem lensa atau cermin
dikombinasikan dengan sistem pelacak untuk memfokuskan energi matahari
ke satu titik untuk menggerakan mesin kalor (Marsudi, 2012).
7. Pembangkit Listrik Tenaga Uap Biomassa
Secara umum PLTU biomassa ini hampir sama dengan PLTU umumnya
yang menggunakan batu bara sebagai bahan bakar, hanya saja dalam PLTU
biomassa ini menggunakan bahan bakar berbeda yaitu biomassa. Biomassa
7
merupakan energi yang bersumber dari bahan-bahan alami seperti kayu,
limbah pertanian, perkebunan, hutan, komponen organik dari industri dan
rumah tangga serta kotoran hewan dan manusia (Marsudi, 2012).
8
dalam proses produksinya disini masih memakai natural gas sebagai bahan
bakar, tetapi konsumsi bahan bakar natural gas sangat sedikit dibandingkan
konsumsi bahan bakar dari limbah limbah industri tadi. Dengan pemanfaatan
cangkang, kulit kayu dll maka meningkatkan ketahanan energi dan
kemandirian energi sekaligus mampu mengurangi emisi gas rumah kaca
karena biomassa adalah bagian dari energi terbarukan (Manurung, 2012).
Bahan bakar seperti cangkang, kulit kayu (bark), fiber palm (serat) dan
fruit bunch (tandan kosong) dimasukkan kedalam ruang bakar untuk
memanaskan air umpan boiler. Pembakaran dalam ruang bakar, akan
memanaskan air umpan boiler yang akan menghasilkan uap jenuh, (high
pressure steam) yang kemudian akan diumpankan ke turbine uap, dimana uap
tadi akan menggerakkan sudu-sudu turbin. Sehingga energi potensial yang
dimiliki uap jenuh akan dikonversi menjadi energi mekanis didalam sudu-
sudu turbin yang dihubungkan ke generator. Sehingga generator bergerak yang
kemudian menghasilkan energi listrik. Uap buang (exhaust steam) yang masih
bertekanan dan temperature tinggi akan dimanfaatkan kembali sebagai
pemanas air umpan (feed water) boiler. Ketika memutar poros atau sudu-sudu
turbin, uap mengalamai penurunan tekanan dan temperature sehingga uap
mengalami kondensasi. Uap yang mengkondensasi (campuran uap dan
kondensat) akan mengalir ke kondenser, dikondenser ini uap yang tidak
sepenuhnya menjadi kondensat akan di dinginkan sehingga berubah fase
menjadi cair yang kemudian akan dialirkan ke feedwater tank (tanki air
umpan), sebagai air umpan boiler. Hal ini terjadi secara terus-menerus dan
berulang-ulang sehingga sistem ini dikatakan closed cycle (Manurung, UMY,
2012).
9
sekitar 1.600 kali, menghasilkan tenaga yang menyerupai bubuk mesiu yang
mudah meledak, sehingga boiler merupakan peralatan yang harus dikelola dan
dijaga dengan sangat baik. Sistem boiler terdiri dari: sistem air umpan, sistem
steam dan sistem bahan bakar. Sistem air umpan menyediakan air untuk boiler
secara otomatis sesuai dengan kebutuhan steam. Berbagai kran disediakan
untuk keperluan perawatan dan perbaikan. Sistem steam mengumpulkan dan
mengontrol produksi steam dalam boiler. Steam dialirkan melalui sistem
pemipaan ke titik pengguna. Pada keseluruhan sistem, tekanan steam diatur
menggunakan kran dan dipantau dengan alat pemantau tekanan. Sistem bahan
bakar adalah semua peralatan yang digunakan untuk menyediakan bahan
bakar untuk menghasilkan panas yang dibutuhkan. Peralatan yang diperlukan
pada sistem bahan bakar tergantung pada jenis bahan bakar yang digunakan
pada sistem. Air yang disuplai ke boiler untuk dirubah menjadi steam disebut
air umpan. Dua sumber air umpan adalah:
1. Kondensat atau steam yang mengembun yang kembali dari proses
2. Air make-up (air baku yang sudah diolah) yang harus diumpankan dari luar
ruang boiler dan plant proses. Untuk mendapatkan efisiensi boiler yang lebih
tinggi, digunakan economizer untuk memanaskan awal air umpan
menggunakan limbah panas pada gas buang (Manurung, UMY 2012)
B. Turbin
10
Turbin uap adalah suatu penggerak mula yang mengkonversi energi panas
yang terkandung oleh uap menjadi energi putar (energi mekanis). Poros turbin
yang dikopel dengan poros generator sehingga ketika turbin berputar
generator juga ikut berputar.
C. Kondenser
Kondensor merupakan alat penukar kalor (Heat Exchanger) yang
berfungsi mengkondensasikan uap bekas dari turbin menjadi titik-titik air (air
kondensat) dan air yang terkondensasi menjadi air ditampung pada Hotwell.
Selanjutnya air tersebut disirkulasikan kembali keboiler untuk diproses
kembali menjadi uap .
11
Gambar 5. Kondenser
(Sumber : Korting. De.en)
12
Gambar 7. Feedwater tank
(Sumber: Foster Wheeler)
Gambar 8. LP Pre-heater
(Sumber : RAPP 2018)
13
Gambar 9. HP Pre-heater
(Sumber: RAPP, 2018)
14
- Proses 2-3
Penambahan panas dalam boiler secara isobar (tekanan konstan). Fluida
kerja meninggalkan pompa pada kondisi 2 yang disebut air-pengisian,
dipanaskan sampai jenuh dan diuapkan didalam boiler dan steam drum
yang mengalirkan air pengisian dari kondisi 2 ke kondisi 3, kesetimbangan
laju massa dan energi menghasilkan :
Qin = h3 – h2 (2)
Dimana Qin adalah laju perpindahan kalor dari sumber energi kedalam
fluida kerja per unit massa yang melalui boiler.
- Proses 3-4
Terjadi proses ekspansi isentropic pada turbin. Uap dari boiler pada
kondisi 3, yang berada pada temperatur dan tekanan yang sudah dinaikkan,
ber-ekspansi melalui turbin untuk menghasilkan kerja dan kemudian
dialirkan ke kondensor pada kondisi 4 dengan tekanan yang relatif rendah.
Dengan mengabaikan perpindahan kalor dengan sekelilingnya,
kesetimbangan laju energi dan massa untuk volume atur disekitar turbin
pada kondisi tunak, maka persamaan nya menjadi :
Wt = h3 – h4 (3)
Wt adalah laju kerja yang dihasilkan per unit massa unit massa yang
melalui turbine.
- Proses 4-1
Pelepasan panas pada kondensor secara Isobar. Dalam kondensor terjadi
perpindahan kalor dari uap ke air pendingin yang mengalir dalam aliran
yang terpisah. Pada kondisi tunak, kesetimbangan laju massa dan energi
untuk volume atur yang melingkupi bagian kondensasi dan penukar kalor
adalah :
Qout = h4 – h1 (4)
Dimana Qout adalah laju perpindahan energi dari fluida kerja ke air
pendingin per unit massa fluida kerja yang melalui kondenser.
15
- Adanya friksi fluida yang menyebabkan turunya tekanan di boiler dan
kondenser sehingga tekanan steam saat keluar boiler sangat rendah
sehingga kerja yang dihasilkan (Wout) menurun dan efisiensinya menurun.
Hal ini dapat diatasi dengan meningkatkan tekanan fluida yang masuk.
- Adanya kalor yang hilang ke lingkungan sehinggga kalor yang diperlukan
(Qin) dalam proses bertambah, sehingga efisiensi termalnya berkurang.
Penyimpangan siklus aktual dari siklus ideal dikarenakan beberapa faktor
seperti gesekan fluida, kerugian panas, dan kebocoran uap. Gesekan fluida
mengakibatkan tekanan menurun pada boiler, kondenser dan pipa-pipa
yang menghubungkan banyak peralatan. Akibat dari turunnya tekanan
pada boiler mengakibatkan pompa membutuhkan tenaga yang lebih untuk
memompakan air ke boiler. Juga tekanan uap ke turbine semakin rendah
dan daya yang dihasilkan menurun.
- Kerugian energi panas banyak terjadi pada peralatan. Pada Turbin karena
proses ekspansi uap air pada sudu-sudu dan rumah turbin banyak
kehilangan panas. Terjadinya kebocoran dilapangan merupakan suatu hal
yang tidak bisa diremehkan, biasanya terjadi didalam Turbin.
16
ws h2 s - h1
hp= =
wa h2 a - h1 (5)
ws h3 - h4 a
hT = =
wa h3 - h4 s (6)
Keterangan :
2a dan 4a menyatakan keadaan yang sebenarnya pada turbin dan pompa.
2s dan 4s menyatakan keadaan isentropic
(7)
mair
AFR =
mfuel
(8)
Untuk mencari excess air di boiler, karena dari data diketahui oksigen konten
di flue gas maka persamaanya :
Actualair - Stoichiometricair
excessair =
Stoichiometricair (10)
AFRAKT - AFRTH
l=
Atau dengan persamaan AFRTH (11)
17
7.4 Exergi
7.4.1 Pengertian
Exergy adalah kata lain yang digunakan untuk menggambarkan energi
yang dapat dimanfaatkan (available energy) atau ukuran kertersediaan energi
untuk melakukan kerja (Cengel, 2005). Exergy menyajikan standar kualitas
energi yang paling mendasar dan dapat diterima secara universal dengan
menggunakan parameter-parameter lingkungan sebagai keadaan-keadaan
referensi. Exergi suatu sumber daya memberikan indikasi seberapa besar kerja
yang dapat dilakukan oleh sumber daya tersebut pada suatu lingkungan tertentu.
Konsep exergi secara eksplisit memperlihatkan kegunaan (kualitas) suatu energi
dan zat sebagai tambahan selain apa yang dikonsumsi dalam tahapan-tahapan
pengkonversian atau transfer energi (Moran dan Shapiro).
Metode analisis exergy (analisis kemanfaatan) sangat tepat digunakan
untuk mendorong tercapainya penggunaan sumber daya energi dengan lebih
efektif, karena exergy memungkinkan untuk menentukan lokasi, penyebab, dan
besar sebenarnya dari kerugian dan pemborosan suatu system termal. Dengan
demikian exergy dapat digunakan dalam system baru yang lebih efisien dan
dapat meningkatkan efisiensi dari sistem yang sudah ada. Hukum kedua
thermodinamika menyatakan bahwa selain kuantitas, energi juga memiliki
kualitas, dan suatu proses yang real berlangsung pada arah kualitas energi yang
semakin menurun. Besaran kualitas energi disebut exergy.
7.4.1.2 Aspek Exergy
Beberapa aspek penting dari konsep exergy adalah sebagai berikut
(Moran, 2006):
1. Exergy adalah ukuran tingkat menjauhnya keadaan sistem dari keadaan
lingkungan. Oleh karena itu exergy merupakan atribut dari sistem dan
lingkungan bersama. Namun setelah lingkungan ditentukan, suatu nilai
dapat ditentukan, dalam hal ini untuk exergy property untuk suatu
sistem saja, jadi exergy dapat dianggap sebagai property dari sistem.
2. Nilai exergy tidak bisa bernilai negative. Karena jika sistem berada
pada keadaan lain selain keadaan mati (dead state), sistem akan
mengubah kondisi secara spontan menuju keadaan mati.
3. Exergy tidak dapat dikekalkan tetapi dihancurkan oleh irreversibilitas.
Sebuah batas adalah jika seluruh exergy dimusnahkan, seperti yang
18
akan terjadi jika sistem yang diizinkan untuk mengalami perubahan
spontan ke keadaan mati dengan tidak ada kemampuan untuk
memperoleh kerja.
4. Exergy dilihat sebagai kerja teoritis maksimum yang diperoleh dari
suatu sistem kombinasi ditambah lingkungan sebagai suatu sistem
yang bergerak dari suatu keadaan menuju keadaan mati
(kesetimbangan). Atau, exergy dapat dianggap sebagai kerja teoritis
minimum yang diperlukan untuk membawa sistem keadaan mati
(kesetimbangan) menuju keadaan lain.
Komponen utama exergy total dari suatu system dapat dibagi menjadi
empat komponen yaitu (Bejan, 1996):
PT KN CH TM
X́ = X́ + X́ + X́ + X́ (12)
Keterangan:
X́ TM = Exergy Thermo-Mechanical
Ẋ PT = Exergy Potensial
ẊKN = Exergy Kinetik
ẊCH = Exergy Kimia
Walaupun exergy merupakan sebuah sifat yang ekstensif, kerap kali
exergy bekerja berdasarkan unit massa, dan exergy spesifik total berdasarkan
unit massa yang dapat ditulis dengan persamaan (12) diatas.
Dengan:
B. Thermo-mechanical exergy
19
Komponen lain dari physical exergy adalah Thermo-mechanical exergy
TM
X́ ), bisa ilustrasikan pada kasus sederhana dari gas ideal. Hubungan
¿
antara entalpi (h) dan entropi (s ) ditunjukkan oleh persamaan di bawah
ini (Gundersen, 2009):
[
Ẋ TM =ṁ C p ( T −T 0 ) −T 0 (C p ln
T
T0
P
(−R ) . ln )
P0 ] (15)
C. Exergy Kimia
Exergy kimia adalah kerja (work) maksimum teoritis yang dapat dihasilkan
oleh sel bahan bakar pada tempertur referensi (T0) dan tekanan referensi (P0),
dan akan bereaksi sepenuhnya dengan lingkungan (Moran dan Shapiro, 2007).
k
Y0
Ė =Ṝ . T 0 ∑ N ln
ch
i=1
( )
Y 00
(16)
ch
Ėch =ṁm . e (17)
N = Jumlah Mol
Ṝ = Konstanta gas
Y0, Yoo = Fraksi mol gas
Pada saat murni (tidak mixture) Y0 = 1
Sehingga
k
Ė =Ṝ .T 0 ∑ N ln ( Y 00 )
ch
(18)
i=1
ĖI = Ėe +ĖD (19)
Dimana :
Ėi = Laju pemasukan exergy
Ėe = Laju keluaran exergy
20
ĖD = Laju destruksi (pemusnahan) exergy
Ėp E
ε= =1− d (22)
ĖF Ef
Dimana :
ε = Efisiensi exergy
ĖF = Bahan bakar yang disuplai
Ėp = Produk yang dibangkitkan
21
pada pengambilan pertama dan 50% sisanya diberikan pada pengambilan
kedua.
IDC = % pengambilan pinjaman x suku bunga pinjaman (23)
b. Pengaturan jadwal pendanaan yang ketat. Misalkan antara penarikan
pendanaan dengan tahap pencapaian (stage) proyek dan cashflow generation
dengan loan repayment.
c. Kontrol bersama dengan peminjam (kreditur) terhadap kegiatan operasi project
vehicle.
d. Membuat berbagai macam account untuk memenuhi kebutuhan operasional
proyek dan contingencies.
e. Dokumentasi yang lebih kompleks dari pendanaan traditional.
22
7.5.2 Sumber dan Macam Pendanaan Proyek
Pada dasarnya secara potensial tersedia berbagai macam sumber pendana
bagi suatu perusahaan, yang dikategorikan berasal modal sendiri (equity) dan dari
hutang (debt) (Soeharto, 1997, dikutip dari tulisan Fatony, 2010).
23
pokok sesuai syarat perjanjian. Seringkali kreditor memerlukan jaminan atas dana
yang dipinjamkan. Adapun syarat perjanjian umumnya meliputi:
a) Pengaturan dan jadwal pengembalian
b) Adanya security bagi pihak pemberi pinjaman
c) Fee dan biaya administrasi
d) Bunga pinjaman
Pinjaman atau hutang dianggap tidak dipengaruhi oleh inflasi, dalam arti sekali
bunga dan cicilan pokok ditentukan jadwal dan besarnya maka umumnya dampak
inflasi dianggap tidak diperhitungkan lagi. Nilai Pinjaman yang digunakan adalah:
D = % Asumsi x Biaya PLTU (25)
Dimana:
D = Debt (Rupiah)
% = Persentase biaya
Seringkali kreditor memerlukan jaminan atas dana yang dipinjamkan. Adapun
syarat perjanjian umumnya meliputi :
a) Pengaturan dan jadwal pengembalian
b) Adanya security bagi pihak pemberi pinjaman
c) Fee dan biaya administrasi
d) Bunga pinjaman
Pinjaman atau hutang dianggap tidak dipengaruhi oleh inflasi, dalam arti sekali
bunga dan cicilan pokok ditentukan dengan jadwal dan besarnya sehingga secara
umum dampak inflasi dianggap tidak perlu.
Berlaku singking fund deret seragam, karena nilai cost hutang pada tahun ke-n,
bergantung pada nilai pengurangan cost hutang awal pada setiap tahunnya. Nilai
hutang per periode (Cdn), diperoleh dari penjumlahan cost hutang per tahun
dengan perkalian antara nilai suku bunga pinjaman (i) dan nilai cost hutang
pertahun pada tahun ke –n. N adalah waktu pengembalian cost hutang (life time).
Untuk perhitungan dalam mencari nilai pengembalian pinjaman pada tahun ke-n
ditunjukkan pada persamaan berikut:
Cdn = [{Cd/n +{i{Cd –(n* Cd/n)}}] (26)
Keterangan :
Cdn = Nominal pembayaran pinjaman pada tahun ke-n
N = waktu peminjaman
I = suku bunga pinjaman pajak
24
Cd = Nilai pinjaman total
N = Periode tahun pembayaran
Adapun pengaturan dan jadwal pengembalian hutang dalam proyek
adalah sebagai berikut:
1) Total Angsuran Menurun
Jumlah angsuran pokok tetap dengan bunga diperhitungkan dari sisa pokok.
Sehingga jumlah total angsuran menurun sesuai waktu.
2) Pengembalian pada Waktu Jatuh Tempo
Disini jumlah total pinjaman pokok dibayarkan kembali pada waktu jatuh
tempo yaitu pada masa akhir pinjaman.
3) Grace Period
Diberikan tenggang waktu mulainya cicilan hutang pokok. Struktur ini
sesuai untuk proyek yang tidak menghasilkan produksi sama sekali sampai
jangka waktu tertentu. Setelah menghasilkan cashflow maka mulailah
debitur membayar kembali pinjaman.
Pn
IHK= x 100 (27)
Po
Dimana:
25
IHK = Indeks harga Konsumen
Pn = Harga saat ini
Po = Harga tahun sebelumnya
Maka untuk mencari Inflasi digunakan persamaan :
Gaji Gaji
=∑ jumlah kayawan x (karyawan) (29)
tahun tahun
Tunjangan gaji
tahun (
= 2x
bulan )
(30)
OM gaji tunjangan
= +
tahun tahun tahun
26
(31)
7.6 Exergeconomic
7.6.1 Pengertian
Exergoeconomic menggabungkan analisis exergy dengan biaya untuk
mengoptimalkan kinerja system energy dari suatu sudut pandang biaya
(Arenberg structural school). Exergoeconomic adalah kombinasi dari analisi
exergy dan ekonomi (Taghavi et al, 2013). Konsep exergy dan exergoeconomic
adalah konsep dasar untuk penghematan energi (Galicia et a, 2013).
Penghematan energi adalah suatu tujuan utama exergoeconomic (aplikasi dari
hokum thermodinamika ke II sebagai penggabungan antara ekonomi dan proses
termodinamika) yang dapat memungkinkan untuk membuat analisis
ketidakmampubalikan dengan biaya untuk mendapatkan produk dari investasi
bahan bakar (Valero A et al,1993 dikutip dari jurnal Galicia et al).
27
Exergoeconomic adalah cabang dari ilmu rekayasa teknik yang
mengkombinasikan analisis exergy dengan prinsip-prinsip ekonomi untuk
memberikan informasi bagi desainer atau operator sistem yang tidak tersedia
melalui analisis energi atau berbagai evaluasi ekonomi konvensional.
Exergoeconomic dapat dipandang sebagai bentuk exergy dengan biaya
minimum. Tujuan dari melakukan analisis Exergoeconomic adalah untuk
meminimalkan biaya exergy. Dalam penetapan biaya exergy biaya yang
ditentukan untuk masing-masing aliran exergy. Kemudian untuk menghitung
secara terpisah biaya dari setiap produk yang dihasilkan oleh sebuah sistem dan
untuk mengoptimalkan berbagai variabel spesifik dalam sebuah komponen
tunggal atau sistem secara keseluruhan (Bejan, 1996).
Tujuan umum dari sebuah analisis exergoeconomic adalah dapat berupa:
1. Untuk menghitung secara terpisah biaya setiap produk yang dibangkitkan
oleh sebuah sistem yg mempunyai lebih dari satu produk
2. Untuk mengerti proses formasi biaya dan aliran biaya dari sistem tersebut
3. Untuk mengoptimalkan variabel spesifik dalam sebuah komponen tunggal
4. Untuk mengoptimalkan keseluruhan sistem.
28
Menurut Adrian Bejan, George Tsatsaronis dan Michele Moran dalam
bukunya “Thermal Design and Optimization”, sebuah analisa exergoeconomic
yang lengkap terdiri dari empat langkah, yaitu:
1. Analisis exergy, dimaksudkan untuk mengetahui laju aliran exergy (energi
berguna) dari setiap titik aliran substansi dari suatu sistem termal.
2. Analisis ekonomi, dimaksudkan untuk mengetahui laju biaya dari setiap
komponen suatu sistem termal berdassarkan analisis yang menggunakan
parameter-parameter ekonomi.
3. Analisis pembiayaan exergy, dimaksudkan untuk mengetahui laju biaya dari
setiap aliran substansi suatu sistem termal yang didasarkan pada data hasil
analisis exergy.
4. Evaluasi exergoeconomic, dimaksudkan untuk mengetahui variabel-variabel
apasaja yang dapat dikoreksi dari analisis sebelumnya, sehingga dapat
ditinjau kembali untuk menyusun informasi acuan baru demi mengurangi
kerugian ataupun memperbaiki efisiensi sistem termal yang dianalisis.
Turbin Uap
0.03 T 3−54.4
1+ exp (¿) ⌋
(34)
266.3 ms P3
PEC tu =⌊ (
0.92−ƞtu )
ln
P8
¿
Kondenser
0.018 T 10−26.4
1+exp ( ¿) ⌋
4.8 mw (35)
PEC tu =⌊
(
0.995−
P8
P3
¿
)
Pompa
PEC P =⌊ ( 39.5 mw P 1 P1
0.9−ƞP )( P 11 ) P11
ln ⌋
(36)
29
Boiler
PEC B =6570 $
[( ) ( )
Q¿ T
∆ Tin T
+
Qkond
+
21276 $
∆ T kond ṁsteam
+1184.4 $ / ṁkon
] (37)
Heater
�. �
�m(hin - hout ) �
PEC prehetaer = 4112$ � �
� U * DT �
� �
� � (38)
� � �
�
�
� 1 � 1
� �
�
Ck = �PEC
� k - �
� �
� (39)
�
� (1 + i ) n �
� 1 �
�
�1- �
�
� � (1 + i )
n �
�
�
Laju biaya komponen dapat dihitung dengan seperti persamaan berikut (Itbong
et, al, 2014):
PEC comp x φ
Zk =
Nx 3600
(40)
Dimana :
Φ = maintenance factor 1.06 (Gorji-Bandpy & Goodarzian, 2011; Gorji-
Bandpy et al., 2010)
N = Jam operasional per unit
30
yang disebabkan investasi ( ŻkCl ) dan berbagai biaya pemeliharaan (ŻkOM).
Jumlah dari dua pembiayaan tersebut dapat ditulis (Żk), sehingga (untuk sistem
yang menerima panas dan menghasilkan kerja, kesetimbangan exergy dapat
ditulis (Bejan, 1996):
Σ e Ċ e. k + Ċw . k =Σi Ċ i .k + Ż k (41)
Dimana biaya investasi dapat ditulis dengan persamaan:
Żk = ŻkCl + ŻkOM (42)
Persamaan tersebut secara sederhana menyatakan bahwa biaya total dari
berbagai laju exergi keluar sama dengan pengeluaran total untuk menghasilkan
exergy tersebut yaitu biaya capital dan yang lain. Berbagai laju exergi (Ėi , W,
Ėe) yang masuk dan keluar dari komponen k dikalkulasi dalam sebuah analisis
exergi yang dilakukan pada tahap sebelumnya, sehingga persamaannya
(Bejan,1996):
∑e (Ce.Ėe)k + Cw.k Wk = ∑I (Ci. Ėi)k + Żk (43)
Dengan mengasumsikan bahwa kerugian exergi diatas melalui suplai dari
bahan bakar (Efk) ke komponen k dan biaya rata rata (Cfk) dan menyuplai unit
exergi tetap konstan dengan bervariasi kerugian exergi didalam komponen k,
maka biaya destruksi exergi dapat ditulis dengan:
Cdk = Cfk + Ėdk (44)
Evaluasi exergoeconomic terhadap sistem termal yang berbasis pada
sebuah himpunan variable yang dikalkulasikan untuk setiap komponen k dari
sistem meliputi evaluasi terhadap (Bejan, 1996):
1. Efisiensi exergy
2. Berbagai laju destruksi exergy dan kehilanagn exergy
3. Rasio destruksi dan kerugian exergy
4. Berbagai tingkat biaya yang terkait dengan investasi kapital, berbagai
pengeluaran pengoperasian dan pemeliharaan dan jumlah keduanya
5. Tingkat biaya dari destruksi exergy
6. Beda biaya relative
7. Faktor thermoeconomic
8. Metodologi Penelitian
31
Gambar 12. Diagram Alir Penelitian
32
Analisis ekonomi dan data keuangan diperoleh dari pihak PLTU itu sendiri dan
dari literatur lainnya. Berikut adalah prosedur pelaksanaan penelitian dengan
judul Analisis Exergoeconomic Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Dual
Fuel Line 2 Pt Riau Andalan Pulp And Paper (Rapp) 100 MW
1) Survei Pendahuluan
Tahapan ini merupakan penelitian pendahuluan yang dilakukan terhadap sistem
untuk mengetahui kegiatan, data dan permasalahan yang ada pada sistem.
Survei pendahuluan ini dilakukan dengan cara wawancara dengan pihak
manajemen perusahaan serta observasi langsung ke lapangan.
2) Objek Penelitian
Analisis exergoeconomic merupakan analisis yang digunakan pada objek
penelitian. Pada kasus ini, objek penelitian adalah Pembangkit Listrik Tenaga
Uap (PLTU) Dual Fuel Line 2 Pt Riau Andalan Pulp And Paper (Rapp.
3) Studi Literatur
Studi literatur merupakan tahap awal dalam pelaksanaan penelitian. Studi
literatur dilakukan dengan cara memahami informasi dari teori yang berkaitan
dengan topik tugas khusus dan penyelesaian laporan serta mempelajari buku-
buku dan pencarian artikel yang berkaitan dengan batasan masalah yang akan
dibahas.
4) Identifikasi Masalah
Setelah menganalisis kehilangan exergy yang terjadi pada tiap state pada
bagian bagian pembangkit listrik tenaga uap maka dilakukan analisis
exergoeconomic untuk mengetahui dimana terjadi nilai kerugian (cost) terbesar
akibat kehilangan exergy.
5) Perumusan Masalah
Berdasarkan hasil dari tinjauan lapangan, dilakukan perumusan masalah,
seperti yang telah dijabarkan dirumusan masalah.
6) Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang diawali dengan peninjauan ke lokasi penelitian
kemudian dilakukan wawancara dan pencatatan data-data. Dimana data
keuangan ada yang diperoleh dari pihak PLTU PT Riau Andalan Pulp and
Paper dan ada yang diasumsikan.
7) Pengolahan Data
33
Setelah didapatkan data tentang permasalahan yang di bahas, selanjutnya data
diolah dengan cara perumusan dan penyuimpulan masalah-masalah apa saja
yang terjadi.
8) Analisis Hasil dari Pengolahan Data
Studi kasus tentang pemusnahan exergy ini kemudian di analisis lebih lanjut
dengan mempertimbangkan biaya sehingga diketahui dimana dan berapa nilai
kerugian cost terbesar.
9) Kesimpulan dan Saran
Rangkuman dari uraian dan analisis yang telah dilakukan sebelumnya, akan
diberikan suatu rekomendasi terhadap kekurangan ataupun masukan-masukan
terhadap penelitian yang akan dilakukan selanjutnya.
34
35
Gambar 13. Diagram Alir Perhitungan
9. Jadwal Kegiatan
10. Biaya
No Komponen Harga
1 Transport 400000
2 Print dan photocopi 100000
3 lain lain 100000
36
Total 600000
Tabel 3. Biaya
37
Jenis-jenis Pembangkit Listrik”. Tugas kuliah. Program studi Teknik Mesin
USU.
Kenneth K. Humphreys. Project and cost Engineer Handbook, Fourth edition.
2005
Kuncoro Indra Adji. 2008. PLTN merupakan solusi yang tepat dalam mengatasi
masalah global warming dan krisis energy. ITB Expo.
Manurung Parulian, 2012. Analisa PLTU Biomass PT Growth Sumatera. 2012.
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Moran, Michael J., and Howard N. Shapiro. 2007. Fundamentals of Engineering
Thermodinamics. 5th. Southern Gate, Chichester: John Wiley & Sons Ltd
Prodi Teknik Elektro. 2013. Macam-macam Pembangkit. Politeknik Elektonika
Negeri Surabaya.
Peraturan Presiden Republik Indonesia. Blueprint Pengelolaan Energi Nasional
2006-2025. Jakarta 2006
Permen ESDM no 28. Tarif Dasar Listrik. Jakarta 2016
Randi Maulana Yusuf. 2012. Analisis Eksergi. Blog Pribadi.
S.O. Oyepedo.R.O fagbenle, S.S. Adel Fila and Mahbub Alam. 2015. Exergi
Costing and Performance evaluation of selected gas turbine power plant.
Suseno Siti Astiyah. Inflasi. Pusat pendidikan dan Studi Kebanksentralan (PPSK)
Bank Indonesia. Jakarta, Maret 2009
Wibisono, G. 2013. “Analisa Pembiayaan Proyek Pengembangan Rumah Sakit
Petrokimia Gresik”. Jurnal Teknik POMITS Vol 1, No 1. ITS
38
39