OLEH :
i
ABSTRAK
ii
ABSTRACT
The analysis result of the ground, against the installation of wire showing
the decreasing the number of thunderbolt from 43 time to be 28 times struck with
forming an angle conservation 55o. So that it can be constructed in say succeeded
in reducing the number of interference lightning and apply them to the system can
be in feeders who have often have been affected
iii
KATA PENGANTAR
Penyusun.
iv
DAFTAR ISI
ii
ABSTRAK ....................................................................................................
v
2.3.3 Tegangan pada saluran akibat sambaran induksi ........... 17
2.3.4 Perhitungan Gangguan Kilat Akibat Sambaran Langsung
Saluran Udara Tegangan Menengah Dengan Kawat tanah 18
2.4 Sistem Pentanahan Jaringan Distribusi ................................ 19
2.4.1 Tahanan Jenis Tanah ..................................................... 20
2.5 Beberapa bentuk kontruksi Kawat Tanah Jaringan 20kV....... 20
vi
4.7 Kontruksi Pembumian pada Penyulang Serangan .................. 40
4.7.1 Pengukuran tahanan pentanahan .................................... 42
4.8 Alat Pengaman Lightning Arrester ......................................... 43
4.8.1 Grafik Perlindungan Lightning Arrester Terhadap Surja 43
4.9 Pemilihan arrester sebagai pelindung petir ............................. 45
4.9.1 Menentukan tegangan pengenal arrester.................... 45
4.9.2 Menentukan arus pelepasan arrester ......................... 47
BAB V SIMPULAN
5.1 Simpulan ................................................................................. 49
5.2 Saran ....................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR GAMBAR
Hal.
viii
DAFTAR TABEL
Hal.
ix
BAB I
PENDAHULUAN
Dari hasil data BMKG untuk daerah Serangan Petir yang terjadi dengan
jumlah sambaran maksimum perbulan mencapai lebih dari 6000 sambaran ke
tanah dan lebih dari 1000 sambaran ke awan.
Pulau serangan merupakan salah satu objek wisata di bali yang memiliki
suasana desa pesisir. oleh karenanya penyediaan tenaga listrik harus memiliki
keandalan dan kualitas yang baik, sejalan dengan perkembangan perekonomian
yang terus meningkat sesuai dengan kemajuan pembangunan dan perkembangan
pariwisata
1
1.2 Rumusan Masalah
1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari Karya Ilmiah ini adalah diharapkan
pemasangan kawat tanah dan arrester dapat mengurangi terjadinya gangguan
penyulang trip, mengurangi kerusakan peralatan di saluran distribusi tegangan
menengah, dan juga dapat menjadi acuan untuk di aplikasikan pada penyulang
yang rawan gangguan surja petir lainnya.
BAB I : Pendahuluan
Berisikan latar belakang tentang pengaruh pemasangan dan sudut
pengaman pemasangan kawat tanah yang di kombinasikan dengan
arrester di penyulang Serangan .dapat mengurangi terjadinya
2
gangguan penyulang trip, mengurangi kerusakan peralatan di
saluran distribusi tegangan menengah, rumusan masalah, tujuan,
manfaat, batasan masalah, dan sistematika pembahasan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Gambar 2.1 Proses Terjadinya Petir
5 5
c. Leader stroke ini mempunyai kecepatan antara 10 – 2 x 10 m/s dan
bergerak zigzag. Ketika leader stroke mencapai bumi akan terjadi sambaran
8
balik atau biasa disebut return stroke yang mempunyai kecepatan sekitar 10
m/s dan berlangsung sekitar 100 μs. Return stroke bergerak dalam pola yang
sama dengan leader stroke dari bumi ke awan. Koneksi antara bumi dan awan
akan menyebabkan terjadinya pelepasan muatan. Pelepasan muatan inilah
yang sering kita sebut dengan petir.
d. Awan akan menginduksi muatan positif dari bumi pada salah satu kutubnya.
e. Sekitar 40 μs setelah return stroke, sambaran susulan disebut leader mungkin
akan menyambar dengan pola yang sama dengan sambaran pertama. Dart
5
leader ini jauh lebih cepat dan tidak bercabang. Terjadi karena perbedaan
potensial antara dua kutub bermuatan di awan.
f. Setelah dart leader mencapai bumi maka akan terjadi lagi return stroke.
Proses ini dapat berulang beberapa kali.
6
Panjang gawang saluran rata-rata 50 meter. Pada saluran tanpa sistem
kawat tanah semua sambaran petir dianggap terjadi pada kawat fasa, di mana
pengetanahan dilakukan pada jarak 3 sampai 4 gawang, semua sambaran petir
dianggap terjadi pada tiang atau dekat tiang, baik pada tiang yang diketanahkan
maupun pada tiang yang tidak diketanahkan dengan perbandingan yang sama.
Pada waktu petir menyambar sistem kawat tanah atau kawat fasa akan timbul arus
yang besar dan sepasang gelombang merambat pada kawat. Besarnya arus atau
tegangan akibat sambaran ini tergantung pada besar arus petir, waktu muka, dan
jenis tiang saluran.. Makin tinggi tegangan sistem, makin tinggi tiangnya, dan
makin besar jumlah sambaran ke saluran itu.
7
akan memiliki validitas yang baik. Dengan sebuah model Fractal dari aktifitas
sambaran petir telah menunjukkan bahwa 95 % sambaran akan terjadi dalam
o
sudut 53 ( sumber: A.Haddad and D.F. Warne)
8
penghantarnya terdiri dari kawat yang dipilin bulat di padatkan terbuat dari
aluminium.
Kabel MVTIC banyak digunakan karena memiliki kelebihan dari jenis
konduktor SUTM karena lebih aman dari gangguan dari luar. Tetapi SKUTM
perlu penanganan khusus saat proses jointing dan terminathing karena rentan akan
gangguan apabila kurang teliti saat pemasangannya. Cepatnya pertumbuhan beban
menjadi pertimbangan pula pemasangan kabel jenis ini karena pemeliharaan atau
modifikasi jaringan sulit dilakukan dalam kondisi on line atau tanpa pemadaman.
Jenis kabel MVTIC banyak digunakan sebagai express fiedder dari suatu system
distribusi spindle atau jaringan yang berdekatan dengan bangunan atau perlakuan
khusus lainnya.
Tiang penyangga
Tiang sudut
9
b. Cross Arm (Lengan Tiang)
Cross Arm dipakai untuk menjaga penghantar dan peralatan yang perlu
dipasang diatas tiang. Material Cross Arm terbuat dari besi. Cross Arm dipasang
pada tiang. Pemasangan dapat dengan memasang klem-klem, disekrup dengan
baut dan mur secara langsung. Pada Cross Arm dipasang baut-baut penyangga
isolator dan peralatan lainnya, biasanya Cross Arm ini dibor terlebih dahulu untuk
membuat lubang-lubang baut.
c. Isolator
Isolator adalah alat untuk mengisolasi penghantar dari tiang listrik atau
Cross Arm. Jenis-jenis isolator yang digunakan biasanya dipakai untuk SUTM
adalah isolator tumpu. Isolator tarik biasanya dipasang di tiang tarik atau akhir
dan isolator tumpu biasanya dipasang pada tiang penyangga.
d. Penghantar (konduktor)
Penghantar atau konduktor merupakan penyalur arus listrik dari trafo daya
pada gardu induk ke konsumen. Konduktor umumnya terbuat dari bahan tembaga,
aluminium dan aluminium campuran. Khusus untuk distribusi umumnya
digunakan All-Aluminium Conductor (AAC), All-Aluminium-Alloy Conductor
(AAAC), Aluminium Conductor Steel Reinforced (ASCR) dan Alluminium-
Conductor Alloy Reinforced (ACAR). Dilihat dari bentuk penampangnya,
konduktor terdiri atas batangan, kawat pilin, konduktor berongga, dan konduktor
berkas. Untuk kabel udara biasanya menggunakan twisted kabel (MVTIC)
.
2.2.3 Konstruksi Jaringan Distribusi Saluran Udara 20 kV
Konstruksi pada jaringan distribusi saluran udara disesuaikan dengan
kondisi geografis dari lokasi saluran distribusi tersebut dan juga material yang
digunakan harus sesuai dengan kontruksi jaringan. Material utama yang
digunakan pada saluran udara adalah tiang.Berikut jenis material dan konstruksi
yang digunakan. :
10
1. Konstruksi Elektroda Pembumian
a. Elektroda pembumian ditanam 0,3 meter dari titik tanam tiang atau dari sisi
luar fondasi.
b. Terminal sambungan dengan penghantar pembumian disambung 0,2 meter
dibawah permukaan tanah.
c. Sambungan dilakukan dengan mur baut anti korosif / anti karat.
d. Nilai pentanahan dari electrode pembumian maksimal 5 ohm
11
b) Type Valve: bila tegangan surja petir menyambar jaringan dan dimana
terdapat lightning arrester terpasang maka seri gap akan mengalami
kegagalan mengakibatkan terjadi arus yang besar melalui tahanan kran
yang saat itu mempunyai nilai kecil. Bila tegangan telah normal kembali
maka tahanan kran mempunyai nilai besar sehingga busur api akan padam
pada saat tegangan susulan sama dengan nol.
12
Terdapat lekukan-lekukan pada permukaannya untuk mengurangi hantaran yang
terjadi pada isolator. Makin tinggi tegangan isolasinya makin banyak lekukan-
lekukan tersebut.
Kekuatan mekanis isolator jenis pos ini lebih tinggi dibandingkan isolator jenis
pasak. Isolator jenis pos yang digunakan untuk jaringan distribusi 20 kV, memiliki
tegangan tembus sebesar 35 kV dengan kekuatan tarik (tensile strenght) sebesar
5000 pon.
d. Kapasitansi isolator
Isolator memiliki elektroda yang terbuat dari bahan logam berupa besi atau
baja campuran sebagai tutup (cap) dan pasak (pin) yang dipisahkan oleh bahan
isolasi. Dimana tiap bahan isolasi mempunyai kemampuan untuk menahan
tegangan yang mengenainya tanpa menjadi rusak, yang disebut dengan kekuatan
dielektrikum. Apabila tegangan diterapkan pada isolator yang ideal di kedua
elektroda tersebut, maka dalam waktu singkat arusnya yang mengalir terhenti dan
didalam bahan isolasi terjadi suatu muatan (Q). Hal ini menunjukkan adanya
perbedaan tegangan (V) diantara kedua elektroda. Besarnya muatan itu adalah :
Q = C.V ………………... 2.1
Dimana nilai kapasitas (C) tergantung pada nilai konstanta dielektrik dari suatu
bahan diantara elektroda . Untuk bahan isolasi porselin dan gelas nilai konstanta
dielektriknya lebih tinggi dibandingkan dengan bahan-bahan isolasi yang lain.
Bandingkan konstanta dielektrik bahan-bahan di bawah ini.
13
Selain nilai konstanta dielektrik yang mempengaruhi nilai kapasitansi, luas dan
tebalnya suatu bahan mempengaruhi juga nilai kapasitansi tersebut. Makin besar
volume suatu bahan makin bertambah tinggi muatannya, dan makin besar nilai
kapasitansinya yang ditentukan dengan persamaan.
C A ………………... 2.2
4d
Dimana :
C = kapasitansi (Farad)
ε = konstanta dilektrikum
A = luas permukaan bahan (m2)
d = diameter atau tebal bahan (m)
Tabel 2.3 Jarak Aman (savety distance) sumber:PT PLN (Persero) Edisi 1 Tahun
2010
No Uraian Jarak aman
1. Terhadap permukaan jalan raya ≥ 6 meter
2. Balkon rumah ≥ 2,5 meter
3. Atap rumah ≥ 2 meter
4. Dinding bangunan ≥ 2,5 meter
5. Antena TV/radio,menara ≥ 2,5 meter
6. Pohon ≥2,5 meter
7. Lintasan Kereta Api ≥ 2 meter
8. Lintasan Jaringan listrik sangat rendah ≥ kabel tanah
14
9. Under build TM-TM ≥ 1 meter
10. Under build TM - TR ≥ 1 meter
0 0
penangkal petir mempunyai sudut pengamanan berkisar antara 25 hingga 55
dapat dilihat pada gambar. Dari gambar di atas, misalkan sistem kawat tanah
diletakkan setinggi h meter dari cross arm tiang tegangan menengah , Zona
proteksi sistem kawat tanah terletak di dalam daerah segitiga tersebut. Di dalam
zona tersebut, diharapkan tidak terjadi sambaran petir langsung sehingga di daerah
tersebut kawat phasa dapat terlindungi.
15
2.3.1 Efektivitas perlindungan kawat tanah
Efektivifitas perlidungan diharapkan mampu melindungi kawat fasa,
sehingga tidak terjadi sambaran petir langsung ke kawat fasa. Keefektipan
perlindungan kawat tanah bertambah baik jika kawat tanah semakin dekat dengan
kawat fasa. Untuk memperoleh perlindungan (perisaian) yang baik, harus
memenuhi persyaratan penting sebagai berikut:
1. Supaya petir tidak menyambar langsung kawat fasa maka jarak kawat tanah di
atas kawat fasa diatur sedemikian rupa.
2. Pada tengah gawang kawat tanah harus mempunyai jarak yang cukup di atas
kawat fasa untuk mencegah terjadinya lompatan api karena tegangan pantulan
negatif dari dasar tiang yang kembali ke tengah gawang.
3. Saat petir menyambar tiang secara langsung, tidak terjadi flashover pada
isolator.
4. Tahanan kaki menara harus cukup kecil untuk menurunkan tegangan yang
dibebani isolator agar tidak terjadi lompatan api (flashover) pada isolator.
16
2.3.3 Tegangan pada saluran akibat sambaran induksi
Untuk dapat menghitung tegangan lebih pada saluran akibat sambaran
induksi terlebih dahulu harus diketahui medan elektromagnetis dari sambaran
kilat. Arus kilat pada tanah mempunyai waktu muka yang kecil dan ekor yang
panjang. Selama proses pelompatan kepala (stepped leader) suatu muatan 46
terdistribusi secara merata sepanjang kanal kilat (lightning channel). Kemudian
sambaran balik yang berupa surja arus dengan bentuk fungsi langkah
(steppedfunction) bergerak ke atas dengan kecepatan sama dengan kecepatan sinar
danmenetralkan muatan yang ada pada kanal kilat. Bila waktu muka dari arus
kilattidak diperhatikan, pendekatan ini dapat digunakan untuk bagian bawah
darikanal kilat, di mana variasi muatan dan kecepatan pada ketinggian di atas
permukaan tanah dapat diabaikan. ( T.S Hutahuruk, 1988)
Hubungan'antar arus Io dan muatan qo adalah:
Io= c qo ………………... 2.4
Dengan :
Io = harga puncak arus kilat selama sambamn balik
c = kecepatan merambat sambaran balik
q0 = muatan listrik pada lintasan kilat per satuan panjang
Untuk menghitung tegangan puncak atau Vmaks yang diakibatkan oleh tegangan
induksi petir tanpa kawat tanah dapat dihitung dengan menggunakan rumus
berikut :
Vinduksi =1
Z
2R Z
12
. h h
2
V
i
………………... 2.6
22 1
17
sepanjang kawat adalah nol. Pada kenyataannya tidak ada kawat ideal, jadi kawat
tanah itumempunyai beda tegangan tertentu terhadap tanah. Bila terdapat
groundwire dapat dihitung faktor perisaian sebagai berikut :
FP =1
Z
2R Z
12
. h
2
h ………………... 2.7
22 1
V 50%
e .h0,09
NFL = 30,6 IKL . FP. h 510 ………………... 2.8
V
50%
Jadi tegangan puncak pada tiang yang terjadi dapat dihitung sebagai berikut :
Vt = z .zt ………………... 2.10
g
z g 2zt
Besar arus kilat minimum yang mengakibatkan lompatan api dapat dihitung sebagai
berikut :
V ………………... 2.11
I0 = 50%
Rht
2.4 Sistem Pentanahan Jaringan Distribusi
18
kebocoran arus akibat kegagalan isolasi dan tegangan lebih pada peralatan
jaringan distribusi. Petir dapat menghasilkan arus gangguan dan juga tegangan
lebih dimana gangguan tersebut dapat dialirkan ke tanah dengan menggunakan
sistem pentanahan. Sistem pentanahan adalah suatu tindakan pengamanan dalam
jaringan distribusi yang langsung rangkaiannya ditanahkan dengan cara
mentanahkan badan peralatan instalasi yang diamankan, sehingga bila terjadi
kegagalan isolasi, terhambatlah atau bertahannya tegangan sistem karena
terputusnya arus oleh alat-alat pengaman tersebut. Agar sistem pentanahan dapat
bekerja secara efektif, harus memenuhi persyaratan sebagai berikut (Daman
Suswanto) :
1. Membuat jalur impedansi rendah ketanah untuk pengamanan personil dan
peralatan menggunakan rangkaian yang efektif.
2. Dapat melawan dan menyebarkan gangguan berulang dan arus akibat surja
hubung (surge current)
3. Menggunakan bahan tahan terhadap korosi terhadap berbagai kondisi kimiawi
tanah. Untuk meyakinkan kontiniutas penampilan sepanjang umur peralatan
yang dilindungi.
4. Menggunakan sistem mekanik yang kuat namun mudah dalam pelayanannya.
Secara umum tujuan dari sistem pentanahan dan grounding pengaman adalah
sebagai berikut :
1. Mencegah terjadinya perbedaan potensial antara bagian tertentu dari instalasi
secara aman.
2. Mengalirkan arus gangguan ke tanah sehingga aman bagi manusia dan
peralatan.
3. Mencegah timbul bahaya sentuh tidak langsung yang menyebabkan tegangan
kejut
19
Tabel 2.4 tahanan jenis tanah (sumber: Daman Suswanto)
Tanah Pasir
Tanah Pasir Kerikil Tanah
Jenis tanah liat dan kerikil
rawa basah basah berbatu
ladang kering
20
1,5 m
80cm 80cm
35cm
21
1,5 m
80cm 80cm
35cm
22
1,5m
80cm 80cm
35cm
23
BAB III
METODE
3.2 Data
3.2.1 Sumber data
Adapun data-data yang digunakan dalam analisis proposal tugas akhir ini
bersumber dari:
1. PT PLN (Persero) Area Bali Selatan
2. PT PLN (Persero) Area Pengatur Distribusi
3. Buku-buku dan literature yang ada hubungannya dengan permasalahan
yang dibahas.
24
1. Metode Observasi
Metode pengumpulan data dengan melakukan pencarian data yang
berhubungan dengan gangguan surja petir dan kawat tanah pada
penyulang 24
Serangan.
2. Studi Kepustakaan
Metode pengumpulan data yang dilakukan dengan membaca literatur yang
berhubungan dengan gangguan surja petir dan kawat tanah.
25
3.4 Alur Analisis
Mulai
Identifikasi masalah
Pengumpulan data:
Selesai
26
BAB IV
PEMBAHASAN
27
27
Gambar 4.2 Persentase Jumlah Sambaran Petir Negative Tahun 2010
berikut data dari PLN wilayah Denpasar diperoleh data gangguan petir
yang terjadi di wilayah Pulau serangan periode 2010
Arus
Nama Tgl_trip Jam_trip Tgl_masuk Jam_masuk Lm
(kA) Pdm
3:09:00
Serangan 2/10/2010 81
AM 2/10/2010 3:11:27 AM
4:41:38 0:41:00
Serangan 4/10/2010 71
AM
16:34:59 4/10/2010 4:43:55 AM
Serangan 2/12/2010 166 0:38:00
PM
2/12/2010 4:37:34 PM
0:43:00
29
4.4 Perhitungan Kemungkinan Gangguan Akibat Sambaran Induksi SUTM
Tanpa Kawat Tanah
30
Selanjutnya untuk menghitung tegangan puncak atau Vmaks yang diakibatkan oleh tegangan
induksi petir dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut :
Vinduksi = Z 0 .I 0 .h
kV
y
= 30.I 0 .h
y
= 30.20.10,6
30
= 212 kV
Probabilitas arus gangguan sambaran induksi yang demikian dapat diperoleh sebagai berikut :
V y
50%
.
PIo = e 1020 h
160 30
= .
e 1020 10,6
= 0,97
Jumlah lompatan api (flashover) yang dapat terjadi adalah :
.10,6
e 510
31
4.4.1 Perhitungan Kemungkinan Gangguan Akibat Sambaran Induksi
SUTM Dengan Ground Wire
Perhitungan lebar bayang-bayang di bawah saluran atau disebut daerah
perisaian untuk saluran udara tegangan menengah dengan groundwire dapat
dihitung dengan menggunakan rumus berikut (Hutahuruk, T.S. 1988) :
W = ( b + 4 h1,09 ) meter
1,09
= ( 0 + 4 × 12,1 )
= 60,5 meter
150 12,1
= 1 x212
2.10 500 10,6
= 79,5kV
Probabilitas arus gangguan sambaran induksi yang demikian dapat diperoleh sebagai
berikut :
V y
30%
.
PIo = e 1020 h
160 30
.
= e 1020 12,1
= 0,68
Bila terdapat kawat tanah dapat dihitung faktor perisaian sebagai berikut
32
Z 12 h
FP = 1 . 2
2R Z 22 h
1
150 12,1
= 1 .
160 0,09
e .12,1
= 30,6 . 100 . 0,65 . 12,45 510
160
= 86 kali per 100 km per tahun
Jadi besar gangguan kilat yang terjadi karena sambaran induksi adalah
.h
V
50% 0,09
Vp= I0 ZP
4
=
40
x500
4
33
= 5000 kV
Untuk menentukan probabilitas lompatan api, tegangan di atas akan dibandingkan
dengan kekuatan isolasi dari semua jalan yang mungkin dari lompatan api isolasi
saluran :
V 30%
.
8,5.Z p
PFL = e
160
= e 8,5.500
= 0,96
Jumlah sambaran kilat pada saluran :
1,09
NL = 0,015IKL ( b + 4h )
1,09
= 0,015 . 100 ( 1,8 + 4 . 10,6 )
= 81 sambaran per 100 km per tahun
Jumlah lompatan api (flasover) yang dapat menimbulkan api dapat dihitung
seperti berikut :
NFL = NL . PFL
= 81 × 0,96
= 77,76 lompatan api per 100 km per tahun
Selanjutnya bila probabilitas peralihan lompatan api menjadi busur api ( power arc
atau power follow ) η, maka jumlah gangguan adalah :
Nt = NFL.η
= 77,76 × 0,5
= 38,8 gangguan per 100 km per tahun
t
h t
h
Zt =60 ln r
90
r
60
t t
34
10,6 10,6
= 60 ln 90 60
0,45 0,45
= 9049 ohm
h
Zg=
t
60 ln r
10,6
= 60 ln
0,45
= 317 ohm
Jadi tegangan puncak pada tiang yang terjadi dapat dihitung sebagai berikut :
z g .zt
Vt =
z g 2zt
189,6 .2249.6
= =156 kV
189,6 2.2249.6
Besar Arus minimum yang mengakibatkan lompatan api dihitung sebagai berikut :
I0 = V
50%
Rht
= 160
5 0,3.12,1
= 11.7 kA
Dengan mengetahui besar arus minimum yang dapat menimbulkan lompatan api
balik (black flashover), kemudian dapat dicari probabilitas terjadinya lompatan
api :
Io
34
PFL = e
11,7
= e 34
0,71
=
o o
Untuk daerah bali sudut lindung yang biasa digunakan 30 - 45 .Berdasarkan
hasil perkiraan perhitungan kontruksi ground wire di atas dapat di katakan
berhasil menurunkan jumlah gangguan petir dan dapat di aplikasikan pada system
penyulang di serangan.
Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus yang sama di
atas, dengan tinggi groundwire yang berbeda maka didapat hasil jumlah gangguan
sambaran induksi sebelum di pasang groundwire dan sesudah di pasang
groundwire seperti tabel berikut :
Tabel 4.4 Jumlah gangguan sambaran induksi pada jaringan tegangan menengah
sebelum dipasang groundwire
Probabilitas Jumlah Jumlah
Vi Vmaks
h y Lompatan Lompatan Api Gangguan
(kV) (kV)
Arus (PIo) (NFL) Kilat (Ni)
12 30 240 238 0.97 155 78
11.8 30 236 220 0.97 153 76
10.6 30 212 200 0.97 138 69
36
Tabel 4.5 Jumlah gangguan sambaran langsung induksi pada jaringan tegangan
menengah yang dipasang groundwire
Jumlah
Tinggi Arus Tegangan Faktor Jumlah
Probabilitas Lompatan
tiang Induksi Induksi Perisaian Gangguan
Arus Api
(m) Io (kA) Vi (kV) (FP) (Ni)
(NFL)
13,6 20 78,2 0.71 0.7 68 49
13,4 20 77,8 0.70 0.7 96 48
12,1 20 80 0.68 0.7 86 43
Tabel 4.6 Jumlah gangguan sambaran langsung pada jaringan tegangan menengah
sebelum dipasang groundwire
ht Io Vt I
PFL NL Nt
(meter) (kA) (kV) (kA)
10.6 20 90.9 10 0.96 81 39
11.8 20 90.9 10 0.96 91 44
12 20 90.9 10 0.96 93 45
Tabel 4.7 Jumlah gangguan sambaran langsung pada jaringan tegangan menengah
yang dipasang groundwire
h Vt Io
PFL NL Nt
(meter) (kV) (kA)
12,45 156 11.6 0.71 79 28
13,4 159 11.4 0.71 88 32
13,6 160 11.4 0.72 90 32
37
C 3,14.8,855.10 12 F / m
rs
ln 0,8 / 0,0007
3,94x10-12 F / m
Deq= 3 0,8.0,8.1,6
Deq= 3 1,1
Deq=1,03m
Cn 2. .k
F/m
ln Deq / r
Cn 2x3,14x8,855.10 12 F / m
ln 1,03 / 0,0007
-12
Cn =7,62 x 10 F/m
Jadi sepanjang jarak 12,34 km adalah
12,34 km = 12340 m
-12
Cn = 7,62 x 10 x12340 m
38
4.5 Kemampuan Hantar Arus (KHA)
Banyak faktor yang mempengaruhi suatu KHA pada penghantar,
diantaranya adalah suhu pada penghantar dan suhu pada lingkungan sekitar.
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa kemampuan hantar arus
masing-masing penghantar tidaklah sama karena dipengaruhi oleh beberapa faktor
yang telah saya sebutkan berdasarka kondisi .kondisi-kondisi berikut ( SPLN 64 :
1985 ):
- kecepatan angin 0,6 m/detik
- suhu akibat sinar matahari 35° C
- suhu penghantar maksimum 80° C
Tabel 4.8. KHA Penghantar AAC dan AAAC ( SPLN 64 : 1985 Tabel VIII )
16 105
25 135
35 170
50 210
70 255
95 320
120 365
150 425
185 490
240 625
39
4.6 Panjang Andongan Kawat
2
Berdasarkan diameter konduktor AAAC 70 mm pada suhu rata-rata
tertinggi (32°C) dengan panjang gawang antara tiang rata - rata sepanjang 50
meter maka lebar andongan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
Jarak tiang / gawang (S) : 50 m Berat penghantar (W) : 0,208 Kg/m Tegangan
renggangan mendatar dari penghantar (T) : 198 daN = 198 Kg Maka dapat
dihitung andongan dari penghantar sebagai berikut :
Jadi andongan yang diperoleh adalah 0,3 cm Dari hasil perhitungan di atas, maka
dapat dicari panjang penghantar dengan jarak 1 gawang, yaitu :
Lo = S + 8D2 =50+ 8.(0,3)2
3.S
3x50
0,72
Lo =50+
150
40
Material yang digunakan untuk pembuatan konstruksi sistem groundwire
pada penyulang serangan tersebut adalah besi galvanis. Panjang besi galvanis
yang diperlukan yaitu 250 cm dan kemudian besi galvanis tersebut dibentuk
sedemikian rupa seperti gambar diatas.
Dari gambar diatas, dapat diketahui bahwa tinggi konstruksi sistem
groundwire dari kawat fasa adalah 200 cm. Dengan tinggi konstruksi sistem
groundwire 150 cm diharapkan kawat fasa akan terlindungi dari sambaran petir.
Tepat diatas konstruksi dudukan tersebut dipasang sistem groundwire yang
terpasang di sepanjang jaringan SUTM di penyulang Serangan. Penggunan kawat
AAAC 70 mm sebagai grounding dari sistem groundwire adalah karena kawat
AAAC 70 mm yang berinti baja memiliki kekuatan tarik yang kuat serta tidak
mudah putus. Penghubung sistem groundwire dengan pembumian dilakukan
dengan menggunakan ground rod sepanjang 2 meter yang ditanam sedalam ± 3
meter. Pada sistem Tegangan Menengah sampai dengan 20 KV seperti di daerah
serangan setiap empat gawang harus diketanahkan berdasarkan SPLN 2 tahun
1978 untuk menjaga kemungkinan kegagalan sangat besar oleh tegangan lebih
transient tinggi.
Dalam kondisi yang terjadi di lapangan agar tahanan pentanahan dari titik-
titik pentanahan tersebut di atas tidak melebihi 5 ohm. Secara teori, tahanan dari
tanah adalah nol karena luas penampang bumi tak terhingga. Tetapi kenyataannya
tidak demikian, artinya tahanan pentanahan nilainya tidak nol. Hal ini terutama
disebabkan oleh adanya tahanan kontak antara alat pentanahan dengan tanah
41
ada empat alat pentanahan, yaitu:
1. Batang pentanahan tunggal (single grounding rod).
2. Batang pentanahan ganda (multiple grounding rod). Terdiri dari beberapa
batang tunggal yang dihubungkan paralel.
Tabel 4.8 Hasil pengukuran tahanan dengan elektroda tunggal ditanam di tanah. Sumber :
PT.PLN Persero Area Bali Selatan
42
tegangan lebih tinggi ke tanah sampai pada batas aman untuk peralatan.Jika
sebuah gelombang mencapai arrester akan terjadi tembus pada tegangan tertentu
dan arus akan melalui impedansi rendah ke tanah. Jika arus terpa telah lalu dan
tegangan kembali normal, maka impedansi ini harus menjadi besar
Gambar 4.15 gelombang surja dan pemotongan gelombang surja oleh arrester
Grafik tegangan pemotongan surja dapat dilihat pada grafik diatas. Dimana dalam
grafik tesebut memperlihatkan tegangan normal pada sistem, namun pada saat
terjadi sambaran surja mengakibatkan tegangan meningkat hingga melebihi
tegangan normal dimana tegangan tersebut harus dibumikan untuk meminimalisir
gangguan atau kerusakan. Pada grafik terebut diperlihatkan bahwa, jika tegangan
yang mengalir melebihi standar tegangan normal maka sistem tersebut mengalami
tegangan surja baik yang diakibatkan oleh surja hubung atau surja petir. Ketika
Arrester menditeksi nilai tegangan lebih, maka tegangan tersebut langsung
dibumikan hingga tegangan kembali normal. sehingga sistem menjadi aman.
Arrester juga merupakan peralatan yang diperlukan untuk koordinasi
isolasi dalam sistem tenaga listrik. Berikut merupakan grafik perlindungan dari
tegangan surja menggunakan arrester, dan sistem tanpa alat pengaman arrester.
43
Gambar 4.16 Grafik perlindungan sistem tenaga listrik
(sumber: Volker Hinrichsen, Siemens PTD, Berlin/Germany)
Dari grafik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: pada saat terjadinya
tegangan lebih yang diakibatkan oleh lightning overvoltage dan switching
overvoltages, dimana tegangan lebih ini dapat mengganggu system pada saluran
distribusi tegangan menengah. Ketika terjadinya lightning overvoltage dan
switching overvoltages maka tingkat isolasi peralatan tidak dapat lagi menahan
dielektrik tegangan yang terjadi sehingga dalam kasus tersebut tidak ada peralatan
pengaman / arrester yang bekerja sehingga sistem akan mengalami gangguan.
Dengan adanya arrester Pada titik tersebut maka arrester akan bekerja
memproteksi lightning overvoltage dan switching overvoltages tersebut.
Dalam mengoperasikan arrester, rated voltage arrester disetting dibawah
nilai BIL(basic insulation level). Penyettingan arrester dibawah nilai BIL (basic
insulation level) ini dilakukan agar pada saat terjadi lightning overvoltage dan
switching overvoltages, arrester akan langsung memotong tegangan lebih tanpa
melewati nilai settingan BIL(basic insulation level) . Dengan adanya arrester
maka sistem dapat menyalurkan daya listrik sesuai tegangan sistem gardu induk
yang disetting , pada penyulang serangan tegangan systemnya di setting 20kV.
(sumber: Volker Hinrichsen, Siemens PTD, Berlin/Germany).
4.9 Pemilihan arrester sebagai pelindung petir
4.9.1 Menentukan tegangan pengenal arrester
a. Tegangan Pengenal Arrester
44
Tegangan pengenal arrester adalah tegangan saat arrester dapat bekerja
sesuai dengan karakteristiknya. Arrester tidak boleh bekerja pada tegangan
maksimum sistem, tetapi mampu memutuskan arus susulan dari sistem secara
efektif. Tegangan pengenal arrester merupakan tegangan rms fasa ke fasa tertinggi
dikalikan dengan koefisien pembumian. Dalam sistem pembumian langsung
dengan koefisien pembumian adalah 0,8 maka :
- Tegangan sistem maksimum
= Vnominal × 10% (faktor toleransi)
= 20 × 1,1 = 22 kV
- Tegangan pengenal arrester
= 22 / = 13 kV
b. Menentukan tegangan terminal arrester
Arrester yang digunakan mempunyai tegangan pengenal 21 kV dengan
kecuraman surja (dv/dt) dari tabel 4.9 adalah 175 kV / µ detik.
45
36 300 130 150 130 150
Tabel 4.11 Perhitungan tegangan terminal LA PT. PLN ( Persero ) Distribusi Bali
46
d. Menentukan tegangan kerja arrester
Untuk menentukan tegangan kerja arrester digunakan tabel 4.10 dari tabel ini
diperoleh tegangan kerja arrester sebesar 76 kV.
Tabel 4.13Tegangan kerja arrester
Ia = 2Vpuncak V
Zs
= 2x408000 75600 = 1,649 kA
448,987
Dari hasil ini dipilih arrester dengan kelas arus 2,5 kA atau 5 kA. Untuk daerah
yang mempunyai frekuensi sambaran petir yang tinggi dan kemungkinan arus
surja dengan puncak yang tinggi maka kelas arus 2,5 kA tidak relevan digunakan.
47
c. Menentukan faktor perlindungan
Dalam menentukan faktor perlindungan, maka yang pertama-tama dihitung
adalah tingkat perlindungan arrester yaitu :
Tingkat perlindungan = Va x 110%
= 76 x 1,1 = 83,6 kV
TID
saluran
Dari tabel di atas, maka rating 18 kV lebih cepat bekerja memotong gelombang
impuls petir di bandingkan tegangan kerja arrester 21 kV dan 24 kV.
48
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Setelah melakukan analisa dan mendapat beberapa hasil perhitungan berdasarkan
dari data-data yang ada, maka dapat di simpulkan :
a. Berdasarkan hasil perhitungan kontruksi dan sudut lindung ground wire yang
paling cocok digunakan dengan kondisi pulau serangan yg dekat dengan laut
adalah kontruksi yang pertama dengan jumlah gangguan yg sangat kecil di
o.
bandingkan dengan kontruksi yang lain dengan membentuk sudut lindung 55
sehingga kontruksi tersebut dapat di katakan berhasil menurunkan jumlah
gangguan petir dan dapat di aplikasikan pada system penyulang yang sering
mengalami gangguan.
b. Dari hasil perhitungan untuk Penyulang serangan dengan panjang 12,34km,
dengan tinggi tiang JTM dari atas tanah 12,45 maka pengaruh pemasangan
kawat tanah myebabkan berkurangnya gangguan pada peralatan akibat
sambaran induksi dan sambaran langsung . Sebelum pemasangan kawat tanah
jumlah sambaran induksi sebesar 69 gangguan / 100 km / tahun dan sambaran
langsung 43 gangguan / 100 km / tahun dan setelah di pasang groundwire
mengalami pengurangan sambaran 39 gangguan / 100 km / tahun dan 28
gangguan / 100 km / tahun
c. Dari hasil perhitungan, maka di peroleh tegangan kerja 18 kV lebih cepat
bekerja memotong gelombang impuls petir di bandingkan tegangan kerja
arrester 21 kV dan 24 kV. Untuk tegangan kerja 18 kV faktor lindungnya 79%,
tegangan kerja 21 kV faktor lindungnya 75,41% , tegangan kerja 24 kV faktor
lindungnya 71,9% . Dalam mengoperasikan arrester, rated voltage arrester
disetting dibawah nilai BIL ( basic insulation level). Penyettingan arrester
dibawah nilai BIL (basic insulation level) ini dilakukan agar pada saat terjadi
lightning overvoltage dan switching overvoltages, arrester akan langsung
memotong tegangan lebih tanpa melewati nilai settingan BIL(basic insulation
level) . Dengan adanya arrester maka sistem dapat menyalurkan daya listrik
sesuai dengan tegangan sistem.
49
5.2 SARAN
a. Minimalisasi biaya penangkal petir internal dengan cara penyempurnaan
instalasi penangkal petir eksternal. Petir merupakan gejala alam yang
kejadiaannya tidak dapat dihindari, namun manusia diberi kemampuan
untuk memperkecil dampak bahaya yang ditimbulkan.
b. Sebagaimana yang telah di terangkan dalam penelitian ini, maka penulis
memberikan saran bahwa setiap kontruksi kawat tanah (groundwire)
o
sebaiknya sesuai dengan sudut proteksi 45 agar kegagalan proteksi
lebih kecil dan Pemasangan kawat tanah dengan tahanan tanah yang
serendah mungkin demi keamanan.
50
DAFTAR PUSTAKA
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral. 2009. Peraturan Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral Nomor 04 Tahun 2009 Tentang Aturan
Distribusi Tenaga Listrik. Jakarta : Departemen Energi dan Sumber
Daya Mineral
Pabla, A.S. 1994. Sistem Distribusi Daya Listrik. Terjemahan : Hadi, A. Jakarta:
Erlangga.
Panitia Revisi PUIL. 2000. Peraturan Umum Instalasi Listrik 2000. Jakarta :
Badan Standarisasi Nasional.
51
(JTR). Jakarta : Departemen Pertambangan dan Energi Perusahaan
Umum Listrik Negara.
52
53