Anda di halaman 1dari 6

1

DETEKSI MULTI-KERUSAKAN PADA POMPA


MENGGUNAKAN ACCELEROMETER ARRAY
Anisatul Fauziyah1, dan Dr. Dhany Arifianto, ST., M.Eng2
Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, ITS
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: anisatul09@ep.its.ac.id1, dhany@ep.its.ac.id2

Abstrak — Pengukuran getaran umumnya dilakukan pada II. TINJAUAN PUSTAKA


mesin yang sedang beroperasi tetapi ketika terdapat dua mesin A. Predictive Maintenance
atau lebih yang beroperasi dalam satu pondasi apakah hasil dari Prediktif maintenance merupakan jenis perawatan mesin
pengukuran benar-benar menggambarkan kondisi mesin. dengan menjadwal aktivitas maintenance ketika terdeteksi
Sehingga diperlukan deteksi kerusakan pompa yang dipengaruhi kerusakan mesin. Perawatan ini menggunakan alat monitoring
transmissibilitas getaran pompa lain dalam satu pondasi
menggunakan accelerometer array. Deteksi kerusakan dilakukan
untuk mendapat informasi langsung tanpa mengganggu
dengan mengukur getaran pompa yang berada pada satu operasi mesin. Perawatan jenis ini termasuk “condition –
pondasi. Dari hasil penelitian membuktikan bahwa based maintenance” dimana maintenance akan dilakukan
transmissibility dapat dideteksi menggunakan accelerometer ketika terdeteksi perubahan kondisi mesin dapat sehingga
array dibuktikan dengan adanya perubahan diagnosa tindakan yang bersifat proaktif dapat segera dilakukan
kerusakakn pompa yang dilihat pada spektrum Fast fourier sebelum terjadinya kerusakan mesin.
transform. Nilai transmissibility yang bernilai negatif Kondisi mekanik dan operasional mesin harus
menunjukkan superposisi destruktif misalkan pada pompa dimonitoring secara periodik dan ketika trend menujukkan
misalignment 2mm (yang dioperasikan dengan pompa unbalance adanya abnormal terjadi bagian kerusakan pada mesin harus
27 gram.cm) dengan nilai transmissibility -7.7296 dB. Sedangkan
diidentifikasi dan dijadwalkan untuk maintenance.
transmissibility yang bernilai positif menunjukkan superposisi
konstruktif misalkan pada pompa bearing fault (yang B. Superposisi Getaran Harmonis
dioperasikan dengan pompa unbalance 27 gram.cm) dengan nilai Superposisi pada getaran harmonik yaitu gabungan dari
3.6719 dB.
dua gerak harmonik atau penjumlahan simpangan dari dua
Kata Kunci —Accelerometer array, kerusakan pompa, Fast
getaran harmonik dalam waktu yang sama. Terdapat beberapa
Fourier Transform, transmissibility dan superposisi.
faktor yang mempengaruhi hasil superposisi gelombang yaitu
amplitudo, frekuensi, fasa dan kecepatan sudut. Untuk
I. PENDAHULUAN
menentukan superposisi dari fungsi sinusoidal digunakan
alam proses industri, mesin-mesin yang digunakan diagram fasor sehingga didapatkan resultan dari perpaduan

D mempunyai mekanisme kerja rumit serta bernilai mahal


sehingga ketika terjadi kerusakan pada mesin dan tdak
segera diperbaiki, maka akan terjadi kerusakan yang
gelombang. dalam diagram fasor masing-masing fungsi
dinyatakan sebagai sebuah vektor. Sedangkan resultan dari
fungsi-fungsi sinusoidal tersebut sama dengan resultan vektor
lebih parah. Banyak efek negatif ketika merusakan mesin dari diagram fasor.
terjadi yaitu terganggunya proses produksi, jam kerja Pada gambar 1 menunjukkan Amplitudo dari hasil
karyawan menjadi terbuang dan pengeluaran perbaikan biaya supeposisi dua gerak harmonik dinyatakan oleh Ar dimana
yang mahal. Oleh karena itu diperlukan teknik perawatan panjang Ar sama dengan panjang vektor resultan Rr dari dua
mesin untuk mengetahui kondisi performa kinerja produksi. buah vektor R1 dan R2. Vektor R1 dan R2 merepresentasikan
Predictive maintenance adalah salah satu teknik perawatan masing-masing gerak harmonik yaitu X1 dan X2. Panjang
mesin yang banyak diaplikasikan diinsustri, khususnya mesin vektor R1 adalah A1 dan panjang vektor R2 adalah A2 dimana
berputar. Metode perawatan ini dilakukan berdasarkan kondisi A1 dan A2 adalah amplitudo dari masing-masing gerak
mekanik serta operasional yang dimonitoring secara periodik. harmonik.
Sehingga ketika trend menunjukkan penurunan performa
mesin, dilakukan penjadwalan untuk melakukan maintenance
pada mesin. Tranduser yang sering digunakan untuk
mengukur percepatan getaran adalah accelerometer.
Pengukuran dilakukan pada sumbu kartesian (x, y dan z)
untuk mengetahui arah rambat getaran.
Maintenance mesin umunya dilakukan dengan mengukur
getaran mesin saat mesin beroperasi. Tetapi ketika terdapat
lebih dari satu mesin beroperasi dalam satu pondasi maka
terjadi transmisibilitas antar mesin. Sehingga hasil pengukuran
getaran mesin tidak dapat menggambarkan kondisi getaran Gambar 1 Ilustrasi Superposisi Dua Gelombang
mesin yang sebenarnya. Dari uraian tersebut muncul ide untuk
melakukan deteksi multikerusakan antar pompa dalam satu Terdapat beberapa macam superposisi dari dua getaran
pondasi menggunakan accelerometer array. dibedakan berdasarkan parameter getaran, misalkan perpaduan
dua getaran dengan frekuensi sudut yang sama. Jika terdapat
2

dua buah getaran yang mempunyai frekuensi sudut ω yang beroperasi dengan stabil, sehingga data baseline berfungsi
sama tetapi mempunyai amplitudo R dan fasa ∅. Sehingga sebagai pembanding data pengukuran untuk menentukan
superposisi kedua getaran tersebut dapat dinyatakan dalam kondisi mesin. sedangkan untuk mengetahui tingkat kerusakan
persamaan : atau keparahan dari mesin berputar digunakan standar untuk
mengevaluasi kerusakan berdasarkan kelas dan tipe mesin,
𝑌 = 𝑅 sin (𝜔𝑡 + ∅1 ) (1) salah satu standar pengukuran getaran yaitu International
Organization for Standardization (ISO).
dimana
D. Pengukuran Getaran Menggunakan Accelerometer
2 2
R = 𝐴1 + 𝐴2 + 2 𝐴1 𝐴2 cos(∅1− ∅2 ) (2) Accelerometer adalah sebuah perangkat yang digunakan
untuk mengukur percepatan getaran sebuah sistem. Secara
𝐴1 sin ∅1 + 𝐴2 sin ∅2 umum accelerometer dipasang pada bagian stasioner (non
tan∅ = (3) rotating) pada sistem. Cara kerja dari accelerometer yaitu
𝐴1 cos ∅1 + 𝐴2 cos ∅2
dengan mengubah gerak mekanik menjadi sinyal tegangan.
Persamaan 2 dan 3 menyatakan superposisi dari dua buah Sinyal tegangan yang di konversi sebanding dengan
getaran yang berbeda amplitudo dan fasa tetapi mempunyai percepatan getaran yang menggunakan prinsip piezo elektrik.
frekuensi sudut yang sama. Contoh lain yaitu perpaduan Accelerometers terdiri dari kristal piezoelektrik ( terbuat dari
banyak getaran dengan frekuensi sudut sama. Untuk n buah bahan feroelektrik), massa seismik yang dilapisi logam.
getaran yang dipadukan dan mempunyai frekuensi sudut sama,
persamaan superposi getaran adalah :

𝑌 = 𝑅 sin (𝜔𝑡 + ∅) (4)

dimana

𝑛 𝑛
R= 1 𝐴𝑛 cos ∅𝑛 2 + 1 𝐴𝑛 cos ∅𝑛 2 (5)

𝐴𝑛 sin ∅𝑛 Gambar 2 Accelerometer


tan ∅ = (6)
𝐴𝑛 cos ∅𝑛
Tranduser getaran dipasang pada bagian-bagian mesin
persamaan diatas adalah persamaan untuk mendapatkan yang cukup kaku untuk menghindari efek resonansi lokal
amplitudo dan sudut fase dari superposisi getaran. bagian tersebut. Pengambilan data-data dengan tranduser
harus terlebih dahulu mengetahui bagian mesin yang paling
tepat untuk pengukuran vibrasi. Tempat yang paling tepat
C. Analisa Vibrasi tersebut adalah pada tempat yang dekat dengan sumber
Analisa vibrasi adalah salah satu teknik yang sering
vibrasi, misalnya pada kerusakan bearing maka penempatan
digunakan dalam melakukan teknik prediktif mesin berputar. tranduser diletakkan pada bearing caps (rumah bearing).
Teknik ini memanfaatkan karakteristik getaran yang
Pengambilan data vibrasi dilakukan dengan dua posisi yaitu
dibangkitkan oleh mesin berbutar. Beberapa kerusakan yang dengan posisi axial dan posisi radial. Pengambilan data secara
sering muncul pada mesin berputar adalah bearing fault,
axial adalah menempatkan alat tranduser pada arah axial atau
unbalance dan misalignment, beberapa kerusakan tersebut searah dengan poros. Cara radial sendiri terbagi menjadi 2
memiliki karakteristik khusus dalam pola sinyal vibrasi yang
cara, yaitu pengukuran secara horizontal dengan cara
dibangkitkan. meletakkan alat tranduser secara horizontal misalnya pada
Getaran mempunyai tiga parameter penting yang dapat
bagian atas pompa dan pengambilan data secara vertikal, yaitu
dijadikan sebagai tolok ukur yaitu amplitudo, frekuensi, dan dengan menempatkan alat tranduser pada posisi vertikal atau
fase. Amplitudo adalah ukuran atau besarnya sinyal vibrasi
berbanding 90o dengan arah horizontal pada pompa.
yang dihasilkan atau mengidentifikasikan besarnya gaya yang
dihasilkan dari getaran. Makin tinggi amplitudo yang
ditunjukkan, menandakan makin besar gangguan yang terjadi.
Besarnya amplitudonya bergantung pada tipe mesin dan
kerusakan. Kenaikan amplitudo pada frekuensi tertentu
mengidentifikasi jenis-jenis gangguan yang terjadi pada
bagian mesin. Dengan diketahuinya frekuensi pada saat mesin
mengalami vibrasi, maka penelitian atau pengamatan secara
akurat dapat dilakukan untuk mengetahui penyebab atau
sumber dari permasalahan.
Kenaikan tingkat getaran mesin dapat dilihat melalui
trend pengukuran. Ketika tingkat getaran mesin bertambah
melampaui sinyal baseline maka perlu dilakukan penanganan
khusus pada mesin. Data baseline merupakan sekumpulan data Gambar 3 Pengukuran Getaran pada Sumbu Vertikal,
yang didapatkan melalui pengukuran pada saat mesin Horizontal dan Axial
3

Dari diagram pada gambar 2.11 hubungan antara vektor


Pengambilan data pada tiga sumbu berfungsi untuk dari gaya massa (F0), pegas (k) dan redaman (c) dapat di
melihat kondisi vibrasi pada masing-masing sumbu, karena rumuskan sebagai berikut:
disetiap sumbu mempunyai vibrasi yang berbeda. Pada setiap
kondisi mesin dapat ditentukan karakteistik kerusakan dengan F0 = (𝑐𝑦0 ω)2 + 𝑘𝑦0 − 𝑚𝑦0 ω2 7
melihat sinyal vibrasi dari masing-masing sumbu pengukuran.
E. Analisa Vibrasi dengan Fast Fourier Transform atau dalam betuk lain dapat ditulis
Analisis Fourier merupakan cara untuk mempresentasikan
gelombang kedalam spektrum amplitudo dengan nilai 𝑚 ω2 2 𝑐 ω 2
F0 = ky0 1− + 8
frekuensi. Analisis spektrum getaran yang umum digunakan 𝑘 𝑘
menggunakan Fast Fourier Transform (FFT).
Analisa fourier terbagi atas dua yakni deret fourier untuk Karena vektor dari gaya yang melalui pegas dan redaman
sinyal periodik dan trasformasi fourier untuk sinyal aperiodik. saling tegak lurus, dengan mengetahui gaya yang melalui
Setiap sinyal periodik dapat dinyatakan oleh jumlahan atas pegas ( k. y0) dan gaya melalui redaman : c . ω . y0 maka FT
komponen-komponen sinyal sinusoidal dengan frekuensi dirumuskan dengan :
berbeda. Jika ada sebuah fungsi f(t) yang kontinyu periodik
dengan periode T, bernilai tunggal terbatas dalam suatu FT = 𝑘𝑦0 2 + 𝑐ω0 2 9
interval terbatas, memiliki diskontinyuitas yang terbatas
jumlahnya dalam interval tersebut dan dapat diintegralkan
secara mutlak, maka f(t) dapat dinyatakan dengan deret atau
fourier. Dengan menggunakan software komputer, komputasi 𝑐 ω 2
FFT menjadi lebih mudah dan cepat. FT = ky0 1+ 10
𝑘
FFT merupakan elemen pemrosesan sinyal pada
pengukuran vibrasi. Pada pengukuran vibrasi ada empat sehingga persamaan transmissibility adalah:
tahapan untuk merubah sinyal vibrasi menjadi spektrumnya.
Tahapan dalam algortima FFT untuk analisa vibrasi dapat
diilustrasikan dengan gambar sebagai berikut : 𝑐ω 2
𝐹𝑇 𝑘 𝑦0 1+
𝑘
Tr = = 11
𝐹0 2
mω 2 𝑐 ω 2
𝑘 𝑦0 1− +
𝑘 𝑘

atau disederhanakan kembali menjadi :

𝐹𝑇 𝑘 2+ ω c 2
Tr = = 12
𝐹0 𝑘−𝑚 ω2 2 + ωc 2
Tetapi konsep tersebut digunakan pada pondasi sebagai
penyalur getaran. Sehingga untuk mengetahui transmisi
getaran harus diketahui konstanta pegas (k) dan konstanta
Gambar 4 Proses pencacahan pada FFT[2] redaman (c). Sebagai contoh, terdapat satu sumber getaran
dalam satu pondasi di illustrasikan pada gambar 5
getaran pada sistem dalam bentuk displacement, kecepatan
dan percepatan dimana ketiga bentuk tersebut dapat di
presentasikan dalam domain waktu dan frekuensi. representasi
dalam domain waktu menampilkan perubahan fisis getaran
berdasar waktu. sedangkan domain waktu merupakan
amplitudo yang ditampilkan dalam gelombang sinus/cosinus.
dimana mempunyai magnitud dan fasa yang berubah-ubah Gambar 5 Transmissibility dengan Sumber Getaran pada
terhadap frekuensi. Titik A dan Penerima Getaran pada Titik B
(AmirHossein, 2013)
F. Konsep Transmissibility
Transmissibility factor adalah rasio antara besarnya gaya Dari gambar 2.5 titik A adalah sumber getaran dan titik B
dinamis dari mesin yang disalurkan ke penopang dengan gaya adalah titik penerima getaran. Diasumsikan pada titik A
dinamis dari mesin. Besarnya gaya yang disalurkan ke merupakan fungsi dari sinusoidal maka respon fungsi
penopang mesin merupakan penjumlahan gaya yang melalui sinusoidal adalah pada titik B. Dimana rasio gaya yang
𝑋
redaman. (Wibowo, Eko Afdian.2004) diterima pada titik B adalah 0 . Jika frekuensi eksitasi pada
𝐹0
Gaya yang melalui pegas : k. y0 titik A yang mana frekuensi sudut (ω) terjadi perubahan, maka
Gaya melalui redaman : c . ω . y0
4

𝑋0
rasio dari juga akan berubah. di illustrasikan pada gambar
𝐹0
2.6

Gambar 7 Ilustrasi Pengukuran Getaran

A. Pengambilan Data Getaran


Pengukuran dibagi menjadi dua macam yaitu
Gambar 6 Renspons Transmissibility Dengan Perbedaan pengukuran getaran baseline dan pengambilan data getaran
Fasa (AmirHossein, 2013) yang telah diberi variasi. Perekaman sinyal baseline bertujuan
sebagai pembanding pengukuran lain yang telah di beri
Illustrasi pada gambar 2.6 merupakan konsep dasar variasi. Sebagai contoh yang dicantumkan adalah pengukuran
transmissibility, yang mana pada penelitian ini untuk titik baseline dan pengukuran pada dua pompa dengan masing-
penerima juga menghasilkan getaran. Sehingga untuk melihat masing pompa satu kerusakan.
nilai transmissibility rasio yang digunakan adalah
Tabel 1 Pengukuran Getaran Baseline (Satu Pompa masing-
Transmissibility = 10 log 10 (S/B) dB (3.1) masing pompa Satu Kerusakan)
dengan keterangan : No Keadaan Pompa
S : Getaran yang Tercampur Getaran Lain (m/s2) 1 Normal
B: Baseline Getaran (m/s2). 2 Unbalance 6 gram.cm
3 Unbalance 27 gram.cm
Perbedaan dari konsep tersebut karena pembaginya yaitu 4 Bearing Fault
baseline getaran, sehingga hasilnya yaitu nilai yang 5 Misalignment 1 mm
menunjukkan rambatan dari getaran pompa lain. analisis 6 Misalignment 2 mm
getaran menjadi menarik ketika frekuensi eksitasi pada titik A
yang mana frekuensi sudut (ω) terjadi perubahan mempunyai 7 Misalignment 3 mm
𝑋
beda fasa dengan gaya eksitasi pada titik B, maka rasio dari 𝐹0
0 Tabel 2 Pengukuran Getaran 2 Pompa dengan 1 Kerusakan
juga akan berubah.
per Pompa
No Kerusakan Pompa
III METODOLOGI PENELITIAN Pompa 1 Pompa 2
Dalam penelitian ini penulis membagi metodologi 1 Unbalance 27 gram.cm Misalignment 1 mm
menjadi dua bagian yaitu pembuatan kerusakan mesin pompa, 2 Unbalance 27 gram.cm Misalignment 2 mm
pengambilan data getaran dan pengolahan data. Objek yang 3 Unbalance 27 gram.cm Misalignment 3 mm
digunakan ada enam buah pompa air satu fasa dengan 4 Unbalance 27 gram.cm Bearing Fault
kecepatan sudut 3000 RPM (50 Hz). Kondisi Pompa yang
5 Bearing Fault Misalignment 1 mm
digunakan adalah satu pompa normal dan lima pompa lain
6 Bearing Fault Misalignment 2 mm
dengan kerusakan berbeda. Kerusakan yang gunakan adalah
7 Bearing Fault Misalignment 3 mm
unbalance 18 gram, unbalance 4 gram bearing fault dan
misalignment dengan offset 1mm, 2 mm dan 3 mm. Jarak antar
C. Pengolahan Data
pompa mengikuti dari penelitian sebelumnya yaitu 25 cm.
Perangkat pengukuran yang digunakan antara lain enam Hasil pengukuran percepatan getaran disimpan dengan
format file .lvm kemudian diolah menggunakan software
buah accelerometer, sistem akuisisi data menggunakan DAQ
NI 9234, compact cDAQ 9178 dan laptop yang terinstal Labview dengan algoritma Fast Fourier Transform untuk
melihat data dalam domain waktu dan domain frekuensi.
software Labview acoustic and vibration assistant. Pompa
diletakan pada satu pondasi kemudian accelerometer dipasang Data waveform dengan format .lvm digunakan dalam
secara array pada masing-masing pompa yaitu peletakkan di perhitungann untuk mengetahui transmissibility getaran dari
titik axial dan radial (vertical dan horizontal). Peletakan sensor pompa lain, maka digunakan persamaan sebagai berikut :
arah vertical dan horizontal diletakkan dengan jarak 900 𝑆
sedangkan untuk axial di letakkan arah dengan posisi poros. dB = 10 log ( ) (3.1)
𝐵
pengukuran dilakukan selama lima detik dengan tiga kali
pengulangan tiap pengambilan data. dengan keterangan :
S : Getaran yang Tercampur Getaran Lain (m/s2)
B: Baseline Getaran (m/s2)
5

IV. PEMBAHASAN Pada pompa unbalance dengan beban 4 gram mempunyai


amplitudo yang lebih kecil dibanding dengan pompa
A. Sinyal Baseline
unbalance 18 gram, tetapi hasil pengukuran menunjukkan
Data baseline merupakan sekumpulan data yang
analisis yang sama yaitu arah getaran dominan pada sumbu
didapatkan melalui pengukuran pada saat mesin beroperasi
vertikal.
tanpa ada faktor pengganggu dari lingkungan, sehingga data
baseline berfungsi sebagai pembanding data pengukuran
B. Data Getaran dengan Variasi Jumlah Pompa dan Variasi
untuk menentukan kondisi mesin. Dari eksperimen didapatkan
Kerusakan Pompa
spektrum masing - masing pompa yang sesuai dengan kondisi
Pengambilan getaran dengan berbagai variasi bertujuan
kerusakan. Sehingga data baseline dapat digunakan sebagai
untuk mengetahui seberapa besar tingkat transmissibility
acuan pembanding data lain.
terhadap hasil pengukuran getaran sebuah pompa. Sehingga
Tabel dibawah ini menunjukkan rata-rata amplitudo
terdapat hipotesa yang harus di buktikan melalui penelitian ini
tertinggi pada pada ketiga sumbu pengukuran.dari masing-
transmissibility dapat dideteksi menggunakan accelerometer
masing frekuensi kerusakan mesin. Nilai amplitudo tersebut
array, hipotesa tersebut dibuktikan melalui hasil perhitungan
didapatkan dari hasil data waveform getaran. Sumbu
transmissibility getaran.
pengukuran dengan nilai amplitudo tertinggi akan menjadi
Sebagai contoh pembuktian hipotesa, diuraikan hasil
sumbu tinjauan untuk menganalisis getaran pompa ketika
percobaan pada pengukuran dua pompa dengan satu kerusakan
diberi variasi.
pada masing-masing pompa. tabel dibawah ini menunjukkan
nilai transmissibility tiap sumbu pengukuran dua pompa
Tabel 7 Nilai Amplitudo Tertinggi pada Pengukuran Baseline
dengan satu kerusakan tiap pompa.
Amplitudo Getaran dari FFT Tabel 8 Nilai Transmissibility pada Pengukuran Dua Pompa
NO Kerusakan dengan Satu Kerusakan Tiap Pompa.
vertikal horizontal axial
SUMBU SUMBU
1 Normal 1.9847 1.2964 1.1252 POMPA PENGUKURAN POMPA PENGUKURAN
No 1 2
Unbalance 6 V H A V H A
2 2.4109 1.3499 2.0307
gram.cm
1 Unb 27
Unbalance 27 -0.354 -0.558 -0.731 Mis - 1 10.378 -2.798 1.705
3 12.5919 3.0367 6.3154 gram.cm mm
gram.cm
2 Unb 27
4 bearing fault 5.3878 4.3244 5.3209 1.244 -0.548 -1.180 Mis - 2 1.764 -7.729 2.841
gram.cm mm
5 misalignment 1mm 1.6535 2.2436 2.4644 3 Unb 27 Mis - 3 1.567 1.888 2.499
0.023 3.590 -0.759
gram.cm mm
6 misalignment 2mm 8.4495 8.9356 2.1692 4 Unb 27
-0.036 -0.908 -1.249 Bearing 3.672 0.385 4.265
7 misalignment 3mm 9.3022 8.7367 2.2456 gram.cm F
5 Bearing
0.006 0.068 5.456 Mis - 1 -2.347 -2.879 5.025
F mm
6 Bearing
0.541 0.501 5.720 Mis - 2 -0.129 -8.037 4.489
F mm
7 Bearing
0.368 0.644 5.079 Mis - 3 -0.391 -7.059 4.606
F mm

Dari hasil perhitungan transmissibility pada tabel 8


menunjukkan bahwa terjadi transmisibility antar pompa,
Gambar 6 perubahan spektrum baseline pompa unbalance 18 dengan nilai yang dominan berada pada sumbu selain sumbu
gram dibandingkan dengan spektrum baseline pompa normal tinjauan (kolom yang tidak diarsir).
Nilai transmissibility getaran yang terjadi pada sumbu
Pada gambar 6 merupakan perubahan amplitudo dari tinjauan mempengaruhi analisis deteksi kerusakan pompa
keadaan normal (kiri) pompa menjadi unbalance (kanan) maka dari tabel 8 dilihat nilai transmissibility yang dominan
dengan beban 18 gram yang dibandingkan dengan baseline pada sumbu tinjauan (kolom biru). Nilai transmissibility yang
pompa normal pada sumbu vertikal. Spektrum menunjukkan besar (positif) menunjukkan bahwa terjadi superposisi
kenaikan amplitudo pada frekuensi kerusakan di 1X frekuensi konstruktif pada range frekuensi pompa. Sedangkan nilai
yaitu 50 Hz. Kenaikan ampllitudo di satu kali frekuensi terjadi transmissibility yang kecil (negatif) menunjukkan bahwa
di ketiga sumbu pengukuran (vertikal horizontal dan axial), terjadi superposisi destruktif pada range frekuensi pompa.
tetapi amplitudo tertinggi didapatkan pada sumbu vertikal. Sehingga untuk mengetahui apakah transmissibility
Gaya getaran pengaruh dari penambahan beban di impeller berpengaruh pada pendeteksian kerusakan pompa, dibuktikan
mengakibatkan getaran cenderung bergerak vertikal (naik dengan melihat spektrum FFT pada masing-masing sumbu
turun). Dalam hal ini kenaikan amplitudo tersebut diakibatkan tinjauan yang memiliki nilai transmissibility dominan.
karena saat shaft berputar pada sumbunya, impeller berputar Sebagai contoh pada pengukuran misalignment 2 mm
tidak tepat pada titik sumbu karena adanya beban tambahan. yang dioperasikan dengan unbalance 18 gram (pengukuran
6

nomor 2) yang ditampilkan pada gambar 7. Gambar 7 adalah DAFTAR PUSTAKA


hasil pengukuran pompa misalignment 2 mm yang [1] Girdhar, Pares.2004. Practical machinery vibration and
dibandingkan dengan baseline misalignment 2mm. Dari analysis & Predictive Maintenance. Oxford: Newnes
gambar tersebut menunjukkan adanya superposisi destruktif Inc.
karena penurunan amplitudo pada frekuensi 50 Hz. [2] Hayati, Dian Nur. 2-11. “Penerapan Independent
Superposisi tersebut terjadi karena pada frekuensi kerusakan Component Analysis (ICA) untuk pemisahan Sinyal
misalignment dan unbalance berada pada frekuensi yang sama Suara Mesin Berputar di PT.Gresik Power Indonesia
tetapi berbeda fasa. (TheLinde Group)”. ITS
[3] Patil& Gaikwad., S.S. 2014. Vibration analysis of
electrical rotating machines using FFT: A method of
predictive maintenance: Department of Instrumentation
& Control Engineering, Vishwakarma Institute of
technology. Pune, India
[4] Tri P., Agung, 2011. “Pembelajaran Vibrasi Bengkel
Mesin Fasilitas Pemeliharaan Kapal
Surabaya”,LANTAMAL V.
Gambar 7 Perubahan amplitudo baseline pompa [5] Fatma Ridasari, Dhany Arifianto, dan Andi
misalignment 2 mm (kiri) dengan pompa Rahmadiansyah, 2012 “Penerapan Time Frequency
misalignment yang di operasikan dengan Independent Component Analysis (TFICA) untuk
pompa unbalance 27 gram.cm Mendeteksi Multi Kerusakan Pada Mesin Putar ”.
Jurnal Teknik Pomits Vol. 1
Superposisi destruktif juga terjadi pada spektrum pompa
misalignment 2mm yang dioperasikan dengan bearing fault
yang ditunjukkan pada gambar 8. Dari spektrum terlihat
adanya penurunan amplitudo pada frekuensi 50 Hz. Tetapi
terdeteksi hasil spektrum juga menunjukkan kerusakan
bearing.

Gambar 8 Spektrum FFT pompa misalignment yang di


operasikan dengan pompa unbalance 27 gram.cm

Dari kedua spektrum pada gambar 7 dan gambar 8


menunjukkan bahwa transmissibility mempengaruhi diagnosa
kerusakan pompa.

V KESIMPULAN

Dari hasil penelitian didapatkan kesimpulan yaitu


transmissibility antar pompa dalam satu penopang dapat
dideteksi menggunakan accelerometer array, dibuktikan
dengan adanya perubahan diagnosa kerusakakan pompa pada
spektrum Fast Fourier Transform. Nilai transmissibility yang
bernilai negatif menunjukkan superposisi destruktif misalkan
pada pompa misalignment 2mm (yang dioperasikan dengan
pompa unbalance 27 gram.cm) dengan nilai transmissibility
-7.7296 dB. Sedangkan transmissibility yang bernilai positif
menunjukkan superposisi konstruktif misalkan pada pompa
bearing fault (yang dioperasikan dengan pompa unbalance 27
gram. cm) dengan nilai 3.6719 dB.

Anda mungkin juga menyukai