Anda di halaman 1dari 37

Analisa Vibrasi

Diposkan oleh awan di 16.39 . Kamis, 10 Desember 2009


Label: Sains dan Teknologi

Pengertian Vibrasi

Getaran mesin (Mechanical Vibration) diartikan sebagai gerakan bolakbalik dari komponen mekanik dari suatu mesin sebagai reaksi dari adanya gaya dalam
(gaya yang dihasilkan oleh mesin tersebut) maupun gaya luar (gaya yang berasal dari luar
atau sekitar mesin). Kasus yang dominan dalam getaran permesinan adalah yang
disebabkan oleh gaya eksitasi getaran yang berasal dari mesin tersebut, yang menyangkut
diantaranya:
Kondisi yang tak seimbang (unbalance) baik yang statik maupun dinamik pada
mesin tersebut.
Cacat yang terjadi pada elemen-elemen rotasi (bearing rusak, impeller macet, dll).
Ketidaksempurnaan bagian/fungsi mesin tersebut.
Mesin yang ideal tidak akan bergetar karena energi yang diterimanya digunakan
sepenuhnya untuk kefungsian mesin itu sendir. Dalam praktek mesin yang dirancang
dengan baik, getarannya relatif rendah namun untuk jangka pemakaian yang lama akan
terjadi kenaikan level getaran karena hal berikut:
Keausan pada elemen mesin.
Proses pemantapan pondasi(base plate)sedemikian rupa sehingga terjadi deformasi
dan mengakibatkan misalignment pada poros.
Perubahan perilaku dinamik pada mesin sehingga terjadi prubahan frekuensi
pribadi.
Analisis ciri mekanik memungkinkan pemanfaatan sinyal getaran untuk mengetahui
kondisi mesin tersebut tanpa membongkar atau menghentikan suatu mesin, sehingga dapat
dimanfaatkan untuk analisis lebih lanjut dalam perbaikan pada kerusakan yang terjadi.
Dengan melakukan pengamatan analisis getaran secara berkala, maka sesuatu yang tidak
normal pada suatu mesin dapat dideteksi sebelum kerusakan yang lebih besar terjadi.

Perangkat Analisis Sinyal Getaran


1. Sensor Getaran
Sensor getaran ini memegang peranan penting dalam kegiatan pemantauan sinyal
getaran karena terletak di sisi depan (front end) dari suatu proses pemantauan getaran
mesin. Secara konseptual, sensor getaran berfungsi untuk mengubah besar sinyal getaran

fisik menjadi sinyal getaran analog dalam besaran listrik dan pada umumnya berbentuk
tegangan listrik. Pemakaian sensor getaran ini memungkinkan sinyal getaran tersebut
diolah secara elektrik sehingga memudahkan dalam proses manipulasi sinyal, diantaranya:
Pembesaran sinyal getaran
Penyaringan sinyal getaran dari sinyal pengganggu.
Penguraian sinyal, dan lainnya.
Sensor getaran dipilih sesuai dengan jenis sinyal getaran yang akan dipantau. Karena itu,
sensor getaran dapat dibedakan menjadi:
Sensor penyimpangan getaran (displacement transducer)
Sensor kecepatan getaran (velocity tranducer)
Sensor percepatam getaran (accelerometer).
Pemilihan sensor getaran untuk keperluan pemantauan sinyal getaran didasarkan atas
pertimbangan berikut:
Jenis sinyal getaran
Rentang frekuensi pengukuran
Ukuran dan berat objek getaran.
Sensitivitas sensor
Berdasarkan cara kerjanya sensor dapat dibedakan menjadi:
Sensor aktif, yakni sensor yang langsung menghasilkan tegangan listrik tanpa
perlu catu daya (power supply) dari luar, misalnya Velocity Transducer.
Sensor pasif yakni sensor yang memerlukan catu daya dari luar agar dapat
berkerja.
Catu daya yang digunakan pada umumnya dikemas dalam bentuk alat yang dinamai
Conditioning Amflifier.

2. Dinamic Signal Analizer (DSA)


Penerapan analisis getaran mesin telah dibuat mudah dengan adanya instrument yang
disebut Dynamic Signal Analyzer (DSA). Getaran mesin merupakan kombinasi kompleks
dari sinyal yang berasal dari berbagai sumber getaran mesin didalam mesin. Dengan DSA,
getaran tersebut dapat diuraikan atas komponen-komponennya, misalnya rotor yang tidak
balance, bantalan yang cacat dan meshing dari roda gigi, masing-masing pada frekuensi
yang unik. Dengan menampilkan amplitudo getaran sebagaifungsi frekuensi(spektrum
getaran) maka, DSA memungkinkan identifikasi sumber getaran. DSA juga dapat
memperlihatkan simpanagn getaran sebagai fungsi waktu, suatu format yang sangat

berguna untuk mengamati getaran implusive(misalnya yang dihasilkan oleh roda gigi yang
cuwil).
Perangkat analisis yang umum digunakan untuk keperluan pemantauan sinyal
getaran adalah DSA atau penganalisis sinyal dinamik yang berkerja dengan konsep digital.
Keuntungan utama peralatan digital ini adalah:
Fleksibilitas dalam pengolahan data
Waktu pengolahan relatif cepat (order milisecond)
Secara konseptual prinsip kerja penganalisis ini adalah sebagai berikut:
Anti aliasing filter, pada tahap ini sinyal analog dimasukan dalam low pass filter
(LPF) untuk mencegah terjadinya kesalahan aliasing atau pelipatan frekuensi
Konversi sinyal analog untuk menjadi digital, ADC(Analog to Digital Converter).
Koreksi data digital dengan fungsi jendela, proses window ini dimasukkan untuk
mencegah semaksimal mungkin kebocoran spektrum, karena hal ini
mempengaruhi ketelitian frekuensi dan amplitudonya.
Konversi data domain waktu ke domain frekuensi, proses ini dilakukan dengan
menggunakan algoritma transformasi faurier cepat, FFT (Fast fourier Transform).
DSA dapat dibedakan menjadi:
DSA, portable, umumnya jumlah kanal ada 2 buah sehingga disamping untuk

pemantauan getaran mesin dapat juga untuk mengukur fungsi respon frekuensi
(FRF). DSA jenis ini menggunakan catu daya baterai atau adaptor untuk sumber
listriknya sehingga sangat praktis untuk keperluan dilapangan.
DSA Benchop, DSA tipe ini bisa terdiri atas satu kanal, dua kanal, atau empat

kanal. Catu daya berasal dari jala-jala listrik sehingga tidak fleksibel untuk
pemakaian dilapangan. Kemampuan pengolahan data lebih lanjut, lebih kompleks
dari DSA Portable. DSA type ini umumnya dilengkapi juga dengan generator
pembangkit sinyal.
DSA berbasis komputer, DSA type ini memiliki perangkat, yaitu:
- Mainframe, bagian ini berfungsi untuk akurisasi sinyal getaran dan pengolahan
data awal.
- Komputer, bagian ini berfungsi untuk pengolahan data lanjutan serta penayangan
data.

Parameter Getaran
Vibrasi atau getaran mempunyai tiga parameter penting yang dapat dijadikan sebagai
tolak ukur yaitu :

Amplitudo (seberapa besar)


Frekuensi (berapa kali permenit atau perdetik)
Phase (yang menggambarkan bagaimana benda itu bergetar)

a. Amplitudo
Amplitudo adalah ukuran atau besarnya sinyal vibrasi yang dihasilkan. Amplitudo
dari sinyal vibrasi mengidentifikasikan besarnya gangguan yang terjadi. Makin tinggi
amplitudo yang ditunjukkan,menandakan makin besar gangguan yangterjadi,besarnya
amplitudonya bergantung pada tipe mesin yang ada. Pada mesin yang masih bagus dan
baru,tingkat vibrasinya biasanya bersifat relative.

b. Frekuensi
Frekuensi adalah banyaknya periode getaran yang terjadi dalam satu putaran waktu.
Besarnya frekuensi yang timbul pada saat terjadinya vibrasi dapat mengidentifikasikan
jenis-jenis gangguan yang terjadi.Gangguan yang terjadi pada mesin sering
menghasilkan frekuensi yang jelas atau menghasilkan contoh frekuensi yang dapat
dijadikan sebagai bahan pengamatan.
Dengan diketahuinya frekuensi pada saat mesin mengalami vibrasi, maka penelitian
atau pengamatan secara akurat dapat dilakukan untuk mengetahui penyebab atau
sumber dari permasalahan. Frekuensi biasanya ditunjukkan dalam bentuk Cycle per
menit (CPM), yang biasanya disebut istilah Hertz (dimana Hz = CPM). Biasanya
singkatan yang digunakan untuk Hertz adalah Hz.

c. Phase Vibrasi (Vibration Phase)


Phase adalah penggambaran akhir dari pada karekteristik suatu getaran atau vibrasi
yang terjadi pada suatu mesin. Phase adalah perpindahan atau perubahan posisi dari
pada bagian bagian yang bergetar secara relative untuk menentukan titik referensi
atau titik awal pada bagian yang lain yang bergetar.
Type-Type Pengukuran Vibrasi
Ada tiga dasar yang menjadi parameter dalam melakukan pengukuran vibrasi yaitu :
Displacement
Velocity

Acceleration
Displacement (Simpangan Getaran)
Displacement adalah ukuran dari pada jumlah gerakan dari pada massa suatu benda,
dimana hal ini menunjukkan sejauh manabenda bergerak maju mundur (bolak-balik)
pada saat mengalami vibrasi. Displacement adalah perubahaan tempat atau posisi dari
pada suatu objek atau benda meju suatu titik pusat (dalam hal ini massa benda berada
dalam posisi netral). Besarnya gaya daripada Displacement dapat diketahui dari
amplitude yang dihasilkan. Makin tinggi amplitude yang ditunjukkan,makin keras
atau tinggi pula vibrasi yang dihasilkan. Displacement atau perpindahan dari suatu
benda dapat dijukkan dalam satuaan mil (dimana mil = 0,001 inc) atau dalam micron
(dimana 1 micron = 0,001 mm)
Displacement biasanya sangat berguna pada batas frekuensi kurang dari 600 CPM (10
Hz). Frekuensi ini harus digunakan selama terjadi displacement untuk mengefaluasi
gejala vibrasi. Pada keadaan biasa, dimana vibrasi pada 1 x RPM adalah 2 millis
(25,4 micron PK)tapi hal ini belum memberikan komfirmasi yang cukup untuk
menentukan apakah vibrasi pada tingkatan 2 mil,hal ini merupakan kondisi yang baik
atau buruk, sebagai contoh, vibrasi 2 mils PK-PK pada 3600 CPM adalah lebih
berbahaya dibandingkan dengan vibrasi 2 mils PK PK pada 300 CPM.
Velocity (kecepatan getaran)
Velocity addalah jumlah waktu yang dibutuhkan pada saat terjadi displacement
(dalam hal kecepatan). Velocity adalah satu indikator yang paling baik untuk
mengetahui masalah vibrasi (contohnya unbalance, misaligment, mecanical loosess,
dan kerusakan bearing atau bearing defect) pada mesin berkecepatan sedang. Velocity
adalah ukuran kecepatan suatu benda pada saat bergerak atau bergetar selama
berisolasi. Kecepatan suatu benda adalah nol pada batas yang lebih tinggi atau lebih
rendah,dimulai pada saat berhenti pada suatu titik sebelum berubah arah dan mulai
untuk bergerak kearah berlawanan. Velocity dapat ditunjukkan dalam suatu inch per
second (in/sec) atau milimeter per secon (mm/sec)
Velocity disisi lain tidak sepenuhnya mempunyai frekuensi yang bergantung pada
batas sekitar 600 sampai 120000 CPM (10 sampai 2000 Hz) dan pada dasarnya hanya
merupakan satu pilihan ketika batas frekuensi berada pada 300 sampai 300000 CPM
(5 sampai 500 Hz).

Acceleration(percepatan getaran)
Acceleration adalah jumlah waktu yang diperlukan pada saat terjadi velocity.
Acceleration adalah parameter yang sangat penting dalam analisis mesin-mesin yang
berputar (rotation equipment)dan sangat berguna sekali dalam mendeteksi kerusakan
bearing dan masalah pada gearbox berkecepatan tinggi lebih cepat dan lebih awal.
Acceleration diartikan sebagai perubahan dari velocity yang di ukur dalam satuan
gravitasi. Pada posisi permukaan laut 1,0g = 32,2 ft/sec 2 yang ekuivalen dengan
386,087 in/sec atau 9806,65 mm/sec, harga yang digunakan untuk menyatakan
akselerasi dari gravitasi (percepatan grafitasi)dalam satuan Inggris dan Metric
(dimana
in/sec/sec
biasanya
ditunjukkan
sebagai
in
sec 2
Pengambilan data menggunakan sensor getaran
Sensor getaran dipasang pada bagian-bagian mesin yang cukup kaku untuk menghindari
efek resonansi lokal bagian tersebut. Pengambilan data-data dengan alat sensor tersebut
haruslah terlebih dahulu mengetahui bagian mana dari mesin tersebut yang paling tepat
untuk pengukuran vibrasi. Tempat yang paling tepat tersebut adalah pada bearing caps
(rumah bearing). Pengambilan data vibrasi dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara
axial dan cara radial. Pengambilan data secara axial adalah menempatkan alat sensor
pada arah aksial atau searah dengan poros. Problemsemacam misalignment dan bent shaft
biasanya dapat diketahui dengan cara ini. Cara radial sendiri terbagi menjadi 2 cara,
yaitu:
a. Horizontal
Pengecekan secara horizontal dengan cara meletakkan alat sensor secara
horizontal pada bearing cap. Dari pengukuran ini dapat diketahui amplitudo yang
paling tinggi.
b. Vertikal
Pengambilan data secara vertikal adalah dengan menempatkan alat sensor pada
posisi vertikal atau berbanding 90o dengan arah horizontal pada bearing cap.
Pengambilan data secara vertikal ini akan meunjukan amplitudo yang lebih
rendah dibandingkan pengambilan data secara horizontal.
Keterangan: A. Axial, B. Vertical, C. Horizontal, D. Shaft

Gambar 1. Keterangan tata cara pengambilan data menggunakan sensor getaran.

Gambar 2. Keterangan lokasi cara penempatan sensor getaran

Panduan pemasangan sensor secara umum diperlihatkan pada table berikut ini:

Tabel 3.1 Deskripsi pemasangan Sensor secara umum

BAB I. PENDAHULUAN
Posted by vibrasi on 1 March 2009

Dalam banyak hal orang mengharapkan dapat memperoleh mesin yang ideal dipandang dari sudut vibrasi
(getaran), yaitu mesin yang tidak menghasilkan vibrasi sama sekali. Mesin ideal yang demikian akan sangat
menghemat energi karena semua energi yang diberikan kepada mesin seluruhnya akan digunakan untuk
melakukan pekerjaannya saja, apakah memompa suatu cairan, mengompresi udara, menggilas kertas dll. tanpa
menghasilkan produk samping berupa vibrasi.
BACA ARTIKEL SELENGKAPNYA . >>>>
Kelihatannya hal itu sangat mustahil karena dalam hal permesinan sangatlah tidak mungkin mendapatkan material
yang sangat homogen, fabrikasi mesin yang tanpa sisa ketidakimbangan (unbalance residu) dan mesin yang
bergerak secara berputar maupun bergerak bolak-balik yang tidak menimbulkan gesekan satu bagian dengan
bagian lainnya.

Apakah yang kemudian terlihat sebagai akibat timbulnya getaran mesin, tak lain adalah mengakibatkan berbagai
keadaan yang abnormal seperti mengendornya baut-baut, bagian-bagian mesin-cepat aus, shaft menjadi
misaligned, rotor menjadi unbalance dll. Kondisi tersebut di atas akan menaikkan energi yang terdissipasi karena
getaran, menyebabkan resonansi, dan beban dinamis pada bearing. Sebab akibat yang terjadi seterusnya akan
menyebabkan mesin segera menuju kepada kerusakan (break down) yang menyebabkan mesin harus dimatikan
atau secara otomatis mati dengan sendirinya karena proteksi pada sistem listrik atau instrumentasi- nya.

Suatu disain dan manufakturing mesin yang sangat baik hanyalah berusaha untuk memperkecil ketidakpresisian
sedemikian rupa sehingga mendapatkan mesin-mesin yang tingkat getarannya sangat kecil (halus).
Konsekwensinya adalah harga mesin akan menjadi lebih mahal dari mesin yang tingkat kepresisiannya biasa-biasa
saja. Bahkan mesin-mesin yang demikian kadang-kadang diproteksi.agar tidak dapat diekspor keluar dari negara
penghasilnya sebagai suatu keunggulan karena mempunyai dampak strategic; politic dan keamanan negara.

Mesin-mesin yang presisi seperti di atas sangat menentukan di dalam menghasilkan suatu produk berkualitas.

Di masa yang lalu (bahkan masih ada saat ini) banyak tenaga teknik lapangan (pabrik) yang dapat menentukan
suatu kesehatan mesin hanya dengan meraba mesin atau pipa yang tersambung pada mesin tertentu dan
mendengarkan suara yang timbul dari getaran mesin tersebut. Cara tersebut juga salah satu cara analisa akan
tetapi dilakukan secara individu yang pengukurannya dilakukan dengan alat panca indera. Keadaan seperti di atas
mungkin masih banyak terjadi.

Tetapi dilihat dari sisi perusahaan untuk jangka panjang mungkin bisa merugikan antara lain disebabkan karena
hal-hal sbb.

Kesinambungan keahlian dan regenerasi tenaga yang bersifat demikian sangat sulit mengingat pengalaman dan
keahlian pribadi tersebut sulit disistimatisasikan dan dipelajari.

Bahkan kadang-kadang dengan alasan pribadi keahlian tesebut sengaja tetap diinginkan untuk dimiliki sendiri dan
tidak ditularkan kepada personil yang lain. Pengambilan keputusan mengenai kondisi mesin dan perlakuan
pemeliharaannya hanya didasarkan kepada keputusan pribadi orang ybs. sehingga tidak terintegrasi dengan
rencana pemeliharaan menyeluruh.

Data-data tertulis tentang kondisi equipment tidak ada, analisa berdasarkan ilmiah tidak bisa dilakukan, sehingga
tidak dapat ditarik kesimpulan dan pengambilan keputusan, serta untuk jangka panjang tidak akan ada equipment
history maupun vibration trend record yang bisa digunakan untuk predictive maintenance.

Personil dengan keahlian seperti tersebut di atas, jika harus sering berhadapan dengan jenis mesin yang baru yang
lebih modem akan lebih sulit menyesuaikan. Hal tersebut mengingat bahwa toleransi vibrasinya lebih kecil,
berbeda dari mesin-mesin lama yang toleransi vibrasinya cukup besar dan mudah dirasakan secara fisik.

Semakin beratnya pekerjaan personil lapangan untuk selalu mengikuti perkembangan teknologi baru, yaitu dengan
semakin modern-nya permesinan dengan desain yang selalu baru, terutama dalam hal-hal sbb.

Bentuk lebih kompak dan ukurannya lebih kecil.

Efisiensi lebih tinggi, clearance lebih kecil.

Alat deteksi dan pengukuran yang dipasang lebih canggih cenderung menuju kepada penggunaan

mikroprosesor.

Sifat operasi menuju kepada otomatisasi secara penuh.

Disini peranan pendeteksian dari segi vibrasi semakin penting.

Dengan perkembangan teknologi yang sangat cepat model yang satu akan segera ketinggalan daripada model
yang dikeluarkan berikutnya.

Perencanaan dan. pengendalian pemeliharaan equipment pabrik tidak dapat dilakukan dengan oleh pihak
manajemen , dampaknya secara ekonomi adalah perencanaan pengeluaran biaya pemeliharaan , down time

(berhenti berproduksi) dan perencanaan pemasarannya, serta forecast ing penerimaan uang masuk lebih sulit
diperhitungkan.

Oleh karena itu diperlukannya alat bantu berupa alat ukur dalam hal ini adalah untuk pengukuran vibrasi, recorder,
dan analyzer vibrasi baik yang dioperasikan secara manual maupun yang dipasang secara permanen sebagai
kelengkapan dari mesin utama. Dengan demikian tujuan untuk mengetahui kondisi mesin / equipment dengan
mengetahui tingkat vibrasi dan analisanya dapat diperoleh untuk keperluan jangka pendek maupun jangka
panjang.

Di sini akan disampaikan bahwa ada 2 (dua) macam pengukuran yang dapat dilakukan sehubungan dengan lebar
band dari filter pada alat ukur yang digunakan, yaitu

1.

Pengukuran level vibrasi overall (wide-band).

Pengukuran ini merupakan pengukuran dengan menggunakan filter dengan band yang lebar. Sehingga semua
frekuensi akan terukur, akan tetapi yang ditunjukkan oleh pengukuran adalah level vibrasi yang terbesar. Kita
tidak dapat melihat frekuensi vibrasi berapa yang mempunyai amplitude terbesar seperti ditunjukkan oleh alat
ukur, sehingga boleh dikatakan bahwa cara pengukuran ini mengabaikan frekuensi vibrasi yang ada. Kegunaan
cara pengukuran ini adalah untuk melihat tingkat vibrasi pads suatu saat dan jika secara berkala pengukuran ini
dicatat maka akan diperoleh trend vibrasi dari bagian-bagian mesin yang diukur.

2.

Pengukuran level vibrasi pads tiap titik frekuensi (narrow band). a

Cara pengukuran ini dilakukan dengan setiap saat memeriksa suatu daerah frekuensi yang sempit sehingga kita
dapat melihat pada frekuensi berapa saja terjadi level vibrasi yang meninggi atau peak yang terjadi pada masingmasing komponen frekuensi. Kegunaan cara pengukuran ini adalah. bahwa datanya akan digunakan untuk analisa
vibrasi yang terinci terhadap bagian.bagian mesin / equipment.

Kegunaan terpenting dari pengukuran menggunakan narrow band dilanjutkan dengan analisanya adalah dapat
mengetahui secara dini kerusakan suatu komponen mesin. Semakin sempit lebar band yang digunakan dan
semakin dapat diperoleh peak pada masing-masing frekuensi maka semakin dini dapat diketahui adanya
kemungkinan suatu bagian mesin mengalami pertumbuhan untuk terjadi kerusakan. Semakin sempit kita
gunakan narrow band width maka semakin lama kita akan menganalisanya kecuali dibantu dengan alat yang
semakin canggih.

Analisa terhadap hasil suatu pengukuran vibrasi akan menghasilkan kesimpulan berapa alternatif-alternatif, jadi
bukan langsung menghasilkan kesimpulan menuju satu titik kemsakan pada bagian tertentu dari mesin /
equipment.

Hal ini disebabkan karena banyak kejadian kerusakan mesin yang berbeda dapat menghasilkan vibrasi dengan pola
frekuensi yang mirip antara kejadian kerusakan yang satu dengan lainnya. Dengan demikian diperlukan adanya
ketekunan, kejelian, serta kesabaran personil yang terlibat di dalam analisa vibrasi untuk dapat mempersempit
masalah sehingga dihasilkan kesimpulan yang mengarah kepada kerusakan sebenarnya dari suatu bagian mesin /
equipment.

Bahkan untuk mengetahui persisnya kerusakan yang terjadi kadang-kadang sesuai dengan alternatif-alternatif
hasil analisanya harus pula dilakukan pembongkaran bagian mesin / equipment untuk mengetahui kenyataan
kerusakan yang terjadi. Hal ini lazim dilakukan di dalam memeriksa kesehatan mesin industri, sehingga untuk
keperluan maintenance mesin ybs. perlu disediakan waktu yang cukup untuk membongkar dan melihat semua
bagian mesin sesuai dengan alternatif-alternatif kerusakan sebagai hasil dari analisa vibrasinya.

Di dalam proses melakukan analisanya untuk menemukan masalah pada suatu mesin yang berputar terdapat
beberapa teknik yang populer yaitu :

1.

Analisa Spektrum

2.

Analisa Orbit

3.

Analisa Fase

Masing-masing akan dilakukan pembahasan secara rinci pada bab selanjutnya.

BAB III. TRANSDUCER GETARAN


Posted by vibrasi on 1 March 2009

3.1. Pendahuluan

Untuk mengukur suatu getaran mesin dibutuhkan suatu tranduser getaran yang berfungsi untuk mengolah sinyal
getaran menjadi sinyal lain, dalam hal ini sinyal listrik.. Tranduser getaran yang umum digunakan adalah velocity
pickups, accelerometer dan non-contact pickups. Masingmasing tranduser tersebut mempunyai keuntungan dan
kerugian dalam aplikasinya. Tidak ada satupun tranduser yang dapat memberikan semua kebutuhan pengukuran
yang diperlukan, sehingga kita harus memilih tranduser yang paling cocok untuk pekerjaan yang akan kita
lakukan. Karena itu bab ini dimaksudkan untuk mengenal lebih mendalam mengenal tranduser yang secara umum
dipakai untuk pengukuran getaran, sehingga dapat membantu kita memilih tranduser mana yang paling cocok
untuk pekerjaan yang akan kita lakukan.

3.2. Velocity Pickup

Gambar 3.1
BACA ARTIKEL SELENGKAPNYA . >>>>

3.2.1. Prinsip Kerja

Gambar 3.1 menunjukkan skematik dari velocity pickups dan bagian-bagiannya. Sistem tersebut terdiri dari massa
yang dililiti o1eh suatu kumparan yang dihubungkan dengan pegas dan damper, Dan suatu magnet permanen yang
memberikan medan magnet yang cukup kuat dipasang mengelilingi kumparan tersebut.

Prinsip kerja dari tranduser ini berdasarkan hukum fisika bahwa apabila suatu konduktor digerakkan melalui
suatu medan magnet, atau jika.suatu medan magnet digerakkan melalui suatu konduktor, maka akan timbul suatu
tegangan induksi pada konduktor tersebut. Apabila transducer ini ditempatkan pada bagian mesin yang bergetar,
maka tranduser inipun akan ikut bergetar, sehingga kumparan yang ada di dalamnya akan bergerak relatif
terhadap medan magnet akan menghasilkan tegangan listrik pada ujung kawat kumparannya. Sinyal listrik yang
dihasilkan sebanding. dengan kecepatan getaran mesin tersebut. Dengan mengolah/ mengukur dan menganalisa
sinyal listrik dari tranduser, maka getaran mesin dapat diukur / diketahui.3.2.2. Karakteristik

Velocity tranduser biasanya lebih umum digunakan untuk pengukuran maupun analisa vibrasi. Karena tranduser ini
cukup kuat,.mudah dalam .pemakaiannya, dan tranduser ini juga mempunyai level output listrik yang relatif tinggi.
Serta tidak membutuhkan daya listrik untuk mengaktifkannya. Seperti tranduser lainnya,..velocity transducer
mempunyai batas maksimum dan minimum untuk daerah yang dapat diukur, baik itu amplitude maupun frekuensi
getaran. Gambar 3.2 adalah salah satu contoh daerah pengukuran untuk velocity pickup.

Gambar 3.2

Tegangan output dari velocity pickup biasanya dinyatakan dalam bentuk millivolts per inch per second.
sensitivitas dari velocity pickup akan konstan pada daerah.frekuensi operasinya. pada daerah frekuensi getaran
yang rendah sensitivitas dari tranduser ini akan menurun, karena pada frekuensi rendah gerakan coil cenderung
mengikuti gerakan magnet. Untuk pengukuran amplitudo dengan frekuensi dibawah 600 CPM, biasanya harga
pembacaan lebih rendah dari harga sebenarnya. .

Walaupun sensitivitas transducer tersebut turun pada frekuensi rendah,tetapi kita masih bisa mengambil data pada
daerah frekuensi tersebut dengan menggunakan grafik koreksi faktor (Gambar 3.3). Pemakaian grafik ini hanya
bisa digunakan,pada pembacaan amplitudo yang telah difilter (amplitudo terhadap frekuensi). Untuk pembacaan
overall (amplitudo terhadap fungsi waktu) grafik tersebut tidak dapat digunakan.

Gambar 3.3

3.2.3.

Aplikasi

Beberapa keuntungan yang didapatkan dengan menggunakan velocity tranduser untuk sistem pengukuran getaran
adalah

Dalam pengoperasiannya tranduser ini tidak memerlukan days dan mempunyai sinyal output yang cukup kuat.

Dapat dipasang langsung pada rumah bearing.

Dapat dipegang Langan untuk melakukan suatu pengukuran getaran suatu mesin.

Disamping beberapa keuntungan yang didapatkan dengan menggunakan velocity tranduser, ada juga beberapa
kekurangannya antara lain

Respon frekuensinya terbatas. Biasanya digunakan hanya pada daerah frekuensi 600 CPM 120.000 CPM.

Relatif berat dan besar, sehingga membutuhkan ruangan yang cukup untuk memasangnya. Jika dipasang pada

rumah bearing yang kecil dapat meredam vibrasi.

3.2.

Harus menggunakan faktor koreksi apabila digunakan pada frekwensi dibawah 600 CPM.

Accelerometer Tranduser

Gambar 3.4

3.2.1. Prinsip Kerja

Gambar 3.4 adalah diagram sederhana dari tipe accelerometer dengan sebuah penguat didalamnya. Apabila
tranduser ini ditempelkan pada bagian mesin yang bergetar, maka getaran mekanis tersebut diteruskan melalui
Case insulator ke bahan piezoeletric, sehingga bahan tersebut mengalami tekanan sebanding dengan getarannya
Bahan piezoelectric tersebut mempunyai kemampuan untuk menimbulkan muatan listrik sebagai respon terhadap
gaya mekanis yang bekerja terhadapnya. Getaran mekanis yang menghasilkan gaya akan mengenai bahan
piezoeletric dan bahan tersebut akan menimbulkan muatan listrik yang sebanding dengan besarnya percepatan
dari getaran tersebut. Muatan listrik yang ditimbulkan oleh bahan piezoelectric tersebut sangat kecil jika
dibandingkan dengan output velocity tranduser. Karena muatan listrik yang ditimbulkan langsung oleh bahan
piezoelectric begitu kecil, maka di dalam tranduser ini dibuat rangkaian penguat electronik untuk memperkuat
muatan listrik yang dihasilkan oleh bahan piezoelectric, tersebut. Besarnya muatan yang dihasilkan langsung oleh
bahan piezoelectric biasanya dalam picocoulombs per g. Sedangkan besarnya sinyal yang dihasilkan setelah melalui
penguat, mempunyai sensitivitas 50 mv per g

3.2.2. Karakteristik

Tranduser accelerometer umumnya mempunyai bentuk yang cukup kecil dan ringan, serta range temperatur dan
frekwensi kerjanya cukup lebar. Accelerometer adalah merupakan sensor yang dapat digunakan sebagai sistem
monitor getaran maupun untuk. analisis getaran.
Tranduser ini mempunyai sensitivitas yang tinggi terhadap getaran dengan frekuensi tinggi. Ukuran accelerometer
cukup kecil dan ringan, sehingga accelorometer ini sangat cocok digunakan di lokasi yang mempunyai ruang yang
sangat terbatas.
3.2.3. Aplikasi

Beberapa keuntungan yang didapatkan dengan menggunakan tranduser accelerometer untuk sistem pengukuran
getaran adalah :

Mempunyai respon yang baik terhadap frekuensi tinggi. mempunyai range frekuensi kurang dari 2

Cycle/second sampai lebih dari 20 KHz.

Dengan bentuk yang kecil dan ringan dapat digunakan pada posisi dengan ruang yang sangat terbatas.

Dapat digunakan pada temperatur tinggi, yaitu sampai temperature kurang lebih 500 derajat C.

Disamping beberapa keuntungan yang didapatkan dengan menggunakan accelerometer transducer, ada jugs
beberapa kekurangannya antara lain

Tranduser accelorometer membutuhkan sinyal penguat external untuk mendapatkan output yang cukup kuat.

Sensitiv terhadap dan sinyal noise dengan frekwensi tinggi.

Tidak cocok untuk pemakaian handhold, kecuali digunakan dengan low pass fiter.

3.3. Non-Contact pickup (proximitor)

Gambar 3.5

3.3.1. Prinsip Kerja

Tidak seperti tranduser velocity dan accelerometer, Tranduser non-contact tidak mempunyai element yang dapat
menimbulkan suatu tegangan atau muatan listrik sebagai respon terhadap getaran.
Sebagai ilustrasi pada gambar 3.5, sensor non-contact membutuhkan rangkaian elektronik, eksternal untuk
membangkitkan suatu sinyal ac dengan frekuensi yang sangat tinggi dan sinyal ac ini yang digunakan untuk
mendeteksi getaran.

Pada mesin berputar, non-contact pickup digunakan untuk mengukur getaran poros tanpa menyentuh poros
tersebut. Sinyal ac dengan frekuensi yang sangat tinggi (disebut carrier sinyal) dikirimkan pada koil. Suatu
permukaan logam (dalam hal ini poros) yang dekat dengan koil akan menyerap energi dari medan magnet tersebut
dan akan mengurangi amplitude sinyal carrier.

Gambar 3.6

Apabila jarak antara poros dengan ujung koil berubah-ubah, maka amplitude sinyal carrier juga akan berubahubah sebanding dengan jarak antara poros dengan koil tersebut. Tranduser non-contact dipasang pada suatu mesin
dengan jarak tertentu, jarak antara ujung tranduser dengan poros dari mesin disebut gap. Gap ini diatur sesuai
dengan karakteristik tranduser dan mesin yang akan digunakan. Tranduser ini sangat baik untuk memantau
getaran poros pada mesin yang berputar dengan kecepatan tinggi dan menggunakan sleeve bearing.

3.3.3. Aplikasi

Beberapa keuntungan yang didapatkan dengan menggunakan non-contact pickup untuk sistem pengukuran
getaran adalah

Dengan menggunakan tranduser non-contact dapat dilakukan pengukuran gerakan poros mesin dari kedua

arah radial maupun gerakan pada arah axial.

Dengan menggunakan dua tranduser non-contact yang dipasang dengan sudut 90, maka dapat dilihat bentuk

orbit dari gerakan poros.

Dapat digunakan sebagai keyphasor untuk pengukuran sudut phase dan kecepatan mesin.

Respon frekuensi sampai dengan 5 KHz ( 0-300.000 CPM).

Dapat digunakan untuk cek hot alignment mesin.

Disamping beberapa keuntungan yang didapatkan dengan menggunakan non-contact pikup, ada juga beberapa
kekurangannya antara lain :

Sangat sensitiv terhadap kondukiivitas permukaan logam yang dideteksi. Getaran output sangat terpengaruh

oleh mechanical.dan electrical runouts.

Pemasangan tranduser pada bearing housing harus benar- benar kuat. Tidak cocok untuk pemakaian handhold.

Output dari tranduser dapat terpengaruh bila ujung . probe sensor ter kena oleh kotoran serbuk logam yang

terkandung dalam oil.

Tranduser tidak dapat menghasilkan sinyal output tanpa bantuan rangkaian elektronik dan catu daya dari luar.

3.4. Teknik Pemilihan Trand user

Seperti yang telah kita ketahui bahwa tidak ada satupun tranduser yang cocok digunakan untuk semua pemakaian,
sehingga kita perlu memilih tranduser mans yang palingcocok yang akan kita gunakan untuk keperluan kita.
Ada beberapa hal penting yang perlu dipertimbangkan dalam proses pemilihan transduser ini. Pemilihan transduser
ini adalah langkah yang paling penting dalam proses mendapatkan data vibrasi yang benar dan akurat Tiap-tiap
mesin mempunyai karakteristik getaran yang berbedabeda dan spesifik, sebagai contoh : sebuah gearbox dengan
ball bearing akan mempunyai karakteristik getaran pada frekuensi tinggi, hal tersebut jarang tedadipada motor

yang menggerakkan fan dengan kecepatan rendah. Contoh lain adalah sebuah pompa besar atau kompresor
dengan sleeve bearing dimana kita menginginkan meneliti gerakan shaft mesin tersebut.

Dari dua contoh diatas terdapat perbedaan parameter yang harus diukur, sehingga dibutuhkan tranduser yang
berbeda untuk mendapatkan informasi yang diinginkan.
Jadi pemilihan tranduser bergantung pads beberapa hal yaitu :

Karakteristik mekanik mesin Parameter yang akan diukur

Daerah ftekwensi getaran yang akan diukur

Pertimbangan pemasangan. Kondisi lingkungan dll

3.4.1. KarakteristikMekanikMesin

Untuk mengukur clearances bearing, posisi rotor atau getaran shaft dibutuhkan pengukuran displacement dengan
menggunakan tranduser non-contact. Tranduser non-contact mengukur getaran relatif shaft terhadap rumah
bearing. Tranduser ini bisa dikombinasi dengan tranduser velocity yang mengukur getaran relatif shaft dengan
casing.
Untuk mesin-mesin yang besar dan berat dengan rotor yang relatif lebih ringan dan bekerja pads RPM tinggi
tranduser non-contact, adalah yang paling cocok untuk pengukuran displacement/getaran porosnya.

3.4.2. Parameter Pengukuran

Pertama yang harus dipertimbangkan dalam proses pemilihan tranduser yang akan digunakan adalah parameter
apa yang kita inginkan untuk diukur. Biasanya parameter-parameter tersebut adalah displacement (perpindahan),
Velocity (kecepatan) dan acceleration (percepatan).

Displacement:
Displacement dapat diukur dengan tranduser velocity dan tranduser acceleration. Hal ini dilakukan dengan cara
mengintegralkan hasil pengukuran dari kedua tranduser tersebut dengan rangkaian integrator yang biasanya
sudah ada pada alat pengukur getaran. Tranduser jenis non-contact mengukur langsung displacement getaran
tanpa memerlukan proses integrasi.

Tranduser velocity, dapat digunakan untuk mengukur displacement dengan rangkaian single integrator, tetapi
apabila kita akan bekerja pada frekuensi rendah, kita harus mempertimbangkan bahwa tranduser velocity akan
kurang sensitif apabila digunakan pada frekuensi dibawah 600 CPM. Akibat adanya proses integrasi akan
menimbulkan juga noise elektronik pada pengukuran frekuensi rendah tersebut.

Tranduser accelerometer, dapat digunakan untuk mengukur diplacement getaran dengan rangkaian double
integrator. Seperti halnya tranduser velocity, menggunakan tranduser accelorometer untuk mengukur displacement
getaran akan memberikan attenuasi dan noise pada pengukuran frekuensi rendah.

Velocity :
Velocity dapat juga diukur dengan transducer velocity dan accelerometer. Sensor velocity dapat mengukur
langsung kecepatan getaran tanpa proses integrasi. Sensor accelerometer untuk mendapatkan kecepatan getaran
membutuhkan rangkain single integrator, dan dapat mengukur frekuensi getaran sampai dengan kira-kira 3 Hz,
atau 180 CPM.

Acceleration :
Acceleration sebaiknya diukur hanya dengan accelerometer. Secara teoritis memungkinkan untuk mengukur
acceleration menggunakan tranduser velocity dengan menambah rangkain difrensiator yang biasanya juga sudah
ada di dalam alas pengukuran getaran.
Yang paling baik dalam pemilihan tranduser adalah tranduser yang akan mengukur secara langsung. Tranduser
displacement untuk mengukur displacement, tranduser velocity untuk mengukur kecepatan getaran dan
accelorometer untuk mengukur percepatan getaran.

3.4.3. Daerah Frekuensi

Daerah frekuensi getaran yang ditimbulkan oleh suatu mesin akan berpengaruh pada pemilihan tranduser. Secara
umum petunjuk untuk pemilihan tranduser berdasar daerah frekuensi adalah

(a) Penggunaan sensor displacement :


1.

Frekuensi rendah, dibawah 600 CPM

2.

Untuk pengukuran getaran shaft pada mesin berat dengan rotor yang relatif ringan.

(b) Penggunaan sensor velocity

1.

Daerah frekwensi adalah 600 100.000 cpm

2.

Pengukuran over all level getaran Mesin

3.

Untuk melakukan prosedur analisa secara umum

(c) Penggunaan sensor accelerometer


1.

Daerah frekuensi pengukuran 600 600.000 CPM atau lebih.

2.

Untuk pengukuran pada frekuensi tinggi/ultrasonic

3.

Untuk pengukuran spike energy pada roll bearing, ball bearing, gear, dan sumber getaran aerodinamis dengan

frekuensi tinggi

BAB IV. PENGUKURAN GETARAN


Posted by vibrasi on 13 March 2009

4. 1.

Tujuan Pengukuran

Pada saat dilakukan pengukuran getaran suatu mesin, maka akan timbul suatu pertanyaan,untuk apa sebenarnya
dilakukan pengukuran tersebut. Dalam suatu pengukuran jelas bahwa tujuannya adalah untuk mendapatkan data,
tetapi selanjutnya untuk apa data tersebut diambil. Ada beberapa tujuan pengambilan data getaran suatu mesin,
tujuan tersebut adalah :
Pengukuran rutin
Pengukuran referensi (Baseline Measurement)
Pengukuran sebelum dan sesudah perbaikan
Trouble Shooting
Pengukuran Rutin:
Pengukuran yang dilakukan secara rutin dan periodik bertujuan untuk dapat mengetahui kerusakan yang terjadi
pada suatu mesin secara dini, sehingga dengan informasi tersebut kita dapat menyusun jadual perbaikan dari
suatu mesin.
BACA ARTIKEL SELENGKAPNYA . >>>>

Pengukuran Referensi:
Suatu pengukuran yang diambil pada saat suatu mesin dalam kondisi baik, kesetimbangannya maupun
kelurusannya ataupun bagian-bagiannya yang lain, serta beroperasi dalam kondisi normal. Getaran hasil
pengukuran tersebut sebagai acuan dan pembanding bagi pengukuran-pengukuran selanjutnya
Pengukuran Sebelum dan Sesudah Perbaikan:
Pengukuran yang dilakukan sebelum perbaikan sehingga dapat memberikan informasi pada kita mesin mana yang
membutuhkan perbaikan dan mana yang tidak. Pengukuran yang dilakukan setelah perbaikan sehingga dapat
memberikan informasi pada kita bahwa masalah yang terjadi pada mesin tersebut telah selesai, hal tersebut
sekaligus juga memberikan informasi pada kita bahwa pekerjaan perbaikan yang kita lakukan berhasil dengan
baik.

Trouble Shooting:
Pengukuran getaran dilakukan pada suatu mesin yang mempunyai level getaran cukup tinggi, yang diperkirakan
terjadi akibat adanya kelainan pada mesin tersebut. Pengukuran getaran ini mempunyaj tujuan untuk menganalisa
bagian mana dari mesin tersebut yang me . ngalami kelainan kerusakan.

4.2.

Alat Pengukur Getaran

Dalam pengambilan data suatu getaran agar supaya informasi mengenai data getaran tersebut mempunyai arti,
maka kita harus mengenal dengan baik alat yang akan kita gunakan. Ada beberapa alat standard yang biasanya
digunakan dalam suatu pengukuran getaran antara lain
o

Vibration meter

Vibration analyzer

Shock Pulse Meter

Osiloskop

Pemilihan dari tipe instrumen-instrumen tersebut bergantung pada kemampuan dari instrumen itu terhadap tujuan
kita melakukan pengukuran dan persyaratan personal yang menggunakannya.

4.2.1. Vibration meter


Vibration meter biasanya bentuknya kecil dan ringan sehingga mudah dibawa dan dioperasikan dengan battery
serta dapat mengambil data getaran pada suatu mesin dengan cepat. Pada umumnya terdiri dari sebuah probe,
kabel dan meter untuk menampilkan harga getaran. Alat ini juga dilengkapi dengan switch selector untuk memilih
parameter getaran yang akan diukur.
Vibration meter ini hanya membaca harga overall (besarnya level getaran) tanpa memberikan informasi mengenai
frekuensi dari getaran tersebut. Pemakaian alat ini cukup mudah sehingga tidak diperlukan seorang operator yang
harus ahli dalam bidang getaran. Pada umumnya alat ini digunakan untuk memonitor trend getaran dari suatu
mesin. Jika trend getaran suatu mesin menunjukkan kenaikan melebihi level getaran yang diperbolehkan, maka
akan dilakukan analisa lebih lanjut dengan menggunakan alat yang lebih lengkap.

4.2.2

Vibration Analyzer

Alat ini mempunyai kemampuan untuk mengukur amplitude dan frekuensi getaran yang akan dianalisa. Karena
biasanya sebuah mesin mempunyai lebih dari satu frekuensi getaran yang ditimbulkan, frekuensi getaran yang
timbul tersebut akan sesuai dengan kerusakan yang tedadi pada mesin tersebut. Alat ini biasanya dilengkapi
dengan meter untuk membaca amplitudo getaran yang biasanya juga menyediakan beberapa pilihan skala. Alat ini
juga memberikan informasi mengenai data spektrum dari getaran yang terjadi, yaitu data amplitudo terhadap
frekuensinya, data ini sangat berguna untuk analisa kerusakan suatu mesin. Dalam pengoperasiannya vibration
analyzer ini membutuhkan seorang operator yang sedikit mengerti mengenai analisa vibrasi.

4.2.3. Shock Pulse Meter ,


Shock pulse meter adalah , alat yang khusus untuk memonitoring kondisi antifriction bearing yang biasanya sulit
dideteksi dengan metode analisa getaran yang konvensional. Prinsip kerja dari shock pulse meter ini adalah
mengukur gelombang kejut akibat terjadi gaya impact pada suatu benda, intensitas gelombang kejut itulah yang
mengindikasikan besarnya kerusakan dari bearing tersebut. Pads sistem SPM ini biasanya memakai tranduser
piezo-electric yang telah dibuat sedemikian rupa sehingga mempunyai frekwensi resonansi sekitar 32 KHz. Dengan
menggunakan probe tersebut maka SPM ini dapat mengurangi pengaruh getaran terhadap pengukuran besarnya
impact yang terjadi
Pemilihan titik ukur pada rumah bearing adalah sangat penting karena gelombang kejut ditransmisikan dari
bearing ke tranduser melalui dinding dari rumah bearing, sehingga sinyal tersebut bisa berkurang karena terjadi
pelemahan pada saat perjalanan sinyal tersebut. Beberapa prinsip yang secara umum bisa dipakai sebagi acuan
dalam menentukan titik ukur adalah
1.

Jejak sinyal antara bearing dengan probe harus sedekat mungkin.

2.

Probe harus ditempatkan sedekat mungkin terhadap daerah beban dari bearing.

3.

Lintasan sinyal harus terdiri dari satu sistem mekanis antara bearing dengan rumah bearing. Sebagai contoh,

apabila pada rumah bearing digunakan cover sebagai sistem mekanis kedua, maka titik ukur tidak boleh diambil
pada posisi ini.

4.2.4. Osciloskop
Osciloskop adalah salah satu peralatan yang berguna untuk melengkapi data getaran yang akan dianalisa. Sebuah
osciloskop dapat memberikan sebuah informasi mengenai bentuk gelombang dari getaran suatu mesin. Beberapa
kerusakan mesin dapat diiden-tifikasi dengan melihat bentuk gelombang getaran yang dihasilkan, sebagai contoh,
kerusakan akibat unbalance atau misalignment akan menghasilkan bentuk gelombang yang spesifik, begitu juga
apabila terjadi kelonggaran mekanis (mechanical looseness), oil whirl atau kerusakan pada anti friction bearing
dapat menghasilkan gelombang dengan bentuk-bentuk tertentu.
Osiloskop juga dapat memberikan informasi tambahan yaitu : untuk mengevaluasi data yang diperoleh dari
tranduser non- contact (proximitor). Data ini dapat memberikan informasi pada kita mengenai posisi dan getaran
shaft relatif terhadap rumah bearing, ini biasanya digunakan pada mesin- mesin yang besar dan menggunakan
sleeve bearing (bantalan luncur)
Disamping itu dengan menggunakan dual osciloscop (yang memberikan fasilitas pembacaan vertikal maupun
horizontal), dan minimal dua tranduser non-contact pada posisi vertikal dan horizontal maka kita dapat
menganalisa kerusakan suatu mesin ditinjau dari bentuk orbitnya.

4.3.

Teknik Pengukuran Getaran Mesin

4.3.1. Posisi dan Arah Pengukuran


Pengukuran getaran pada suatu mesin secara normal diambil pada bearing dari mesin tersebut. Tranduser

sebaiknya harus ditempatkan sedekat mungkin dengan bearing mesin karena melalui bearing tersebut gaya
getaran dari mesin ditransmisikan. Gerakan bearing adalah merupakan hasil reaksi gaya dari mesin tersebut:
Disamping karakteristik getaran seperti :
Amplitudo, frekuensi dan phase, ada karakteistik lain dari getaran yang juga mempunyai arti yang sangat penting
yaitu arah dari gerakan getaran, hingga perlu bagi kita untuk mengukur getaran dari berbagai arah.
Pengalaman menunjukkan bahwa ada tiga arah pengukuran yang sangat penting yaitu horizontal, vertikal, dan
axial.
Arah horizontal dan vertikal bearing disebut dengan arah radial. Arah pengukuran ini biasanya didasarkan pada
posisi sumbu tranduser terhadap sumbu putaran dari shaft mesin. Arah ini juga sangat penting artinya dalam
analisa suatu getaran.

4.4.

Standard

Dalam membicarakan getaran kita harus mengetahui batasan batasan level getaran yang menunjukkan kondisi
suatu mesin, apakah mesin tersebut masih baik (layak beroperasi) ataukah mesin tersebut sudah mengalami suatu
masalah sehingga memerlukan perbaikan. Dalam sub bab ini disajikan beberapa macam standard
mengenaibatasan-batasan level getaran yang umum digunakan.

BAB V. ANALISA VIBRASI


Posted by vibrasi on 20 March 2009

Langkah awal pengukuran vibrasi pada mesin-mesin industri pada umumnya adalah melakukan pengukuran
overall yaitu pengukuran yang tidak difilter pada daerah frekuensi tertentu. Tujuannya dalah memperoleh
gambaran kondisi mesin secara umum. Cara melakukan pengukurannya sudah isampaikan pada pembahasan
sebelumnya.Sebelum kita melaksanakan analisa terhadap hasil pengukuran vibrasi suatu mesin selalu disarankan
ntuk memperhatikan hal-hal yang menyangkut mesin dan skala pengukuran yang digunakan sebagai berikut :

1.

SEJARAH OPERASI MESIN

Seandainya banyak keluhan mengenai vibrasi di mana suatu mesin selalu naik dengan cepat vibrasinya, maka
keluhan ini sebaiknya ditampung dan dijadikan sebagai catatan tersendiri di dalam sejarah operasi mesin tersebut.
Sebagai contoh adalah bahwa penggantian suatu part dari suatu mesin dapat mempengaruhi kondisi balans
maupun alignment. Demikian juga adanya tambahan mesin-mesin baru dapat pula merubah natural frequency dari
suatu mesin dan struktur yang sebelumnya sudah terpasang di sekitar lokasi tersebut.
BACA ARTIKEL SELENGKAPNYA . >>>>

Demikian juga perubahan terhadap suatu parameter operasi suatu mesin misalnya perubahan beban, perubahan
kecepatan kerja, perubahan tekanan operasi, atau perubahan temperatur operasipun dapat merubah kondisi

vibrasi suatu mesin terutama yang berasal dari kondisi unbalance, kavitasi, aerodinamika / hidrolika dll.
Instalasi grounding terhadap struktur dan kelistrikan yang ada dapat juga mempengaruhi umur bearing atau
kopling, bahkan dapat merusak dengan cepat pada saat ada pengelasan yang mana sebagai groundnya diambil
dari struktur yang berkaitan dengan listrik catu daya untuk motor penggerak pompa dll.
Kadang kadang perhatian kita hanya tertuju pada vibrasi yang dianggap sebagai akibat dari rusaknya komponenkomponen mesin tertentu atau perubahan-perubahan terhadap mesin atau struktur di sekitar mesin tersebut.
Padahal kadang kadang masalah yang ditemukan justru diakibatkan oleh kejadian-kejadian lainnya yang hanya
dapat ditemukan kalau kita mau kembali sejenak menengok sejarah operasi mesin tersebut.

2.

KARAKTERISTIK MESIN

Disarankan agar dilakukan suatu tinjauan terhadap karakteristik operasi suatu mesin seperti:
1.

RPM

2.

Tipe bearing yang digunakan

3.

Jumlah gigi masing-masing bagian pada gearbox dan kecepatan kerjanya.

4.

Dll.

Hal tersebut akan sangat membantu dalam mengindentifikasi frekuensi vibrasi yang terlihat di dalam spektrumnya.
Demikian juga hal tersebut dapat membantu pemilihan instrumen dan transduser yang harus digunakan.
Seperti kita ketahui bahwa pemakaian transduser untuk displacement, velocity, maupun acceleration berbeda
dalam pemakaiannya, terutama berdasarkan perbedaan speed/frekuensi dari mesin/ bagian mesin yang akan
diukur vibrasinya (dapat dilihat pada bab Pengukuran Vibrasi).

3.

PENGGUNAAN SKALA LINIER DAN LOGARITMIK

Bagi kebanyakan tenaga teknik di lapangan skala pada suatu pengukuran yang paling sering dijumpai adalah skala
linier. Pada skala linier dijumpai bahwa jarak garis skala yang satu dengan yang lain tetap dan mempunyai
penambahan nilai yang tetap pula.
Lain halnya dengan skala logaritmik, di mana akan dijumpai jarak garis skala yang satu dengan lainnya tidak tidak
tetap karena dihitung dengan rumusan logaritmik yaitu logaritma dengan bilangan dasar 10 tehadap suatu angka.
Hasilnya adalah bahwa pertambahan jarak yang sama diperoleh jika angka yang lebih besar merupakan kelipatan
10 dari angka yang lebih kecil pada skala di bawahnya.
Ada beberapa skala yang sering digunakan di dalam pengukuran amplitudo vs. frekuensi yaitu Yaitu
a.

Skala linier-linier. Yaitu balk amplitudo maupun frekuensi diplot pada kertas skala linier (gambar 5.1)

b.

Skala linier-logaritmik.

Amplitude pada skala linier dan frekuensi pada skala logaritmis (gambar 5.2.), atau sebaliknya amplitudo pada

skala logaritmik sedangkan frekuensi pada skala linier


c.

Skala logaritmik-logaritmik.

Baik amplitudo maupun frekuensi keduanya diplot pada skala logaritmik

Gambar 5.1 Contoh plotting amplitudo vs. Frekuensi pada skala linier-linier

Gambar 5.2 Contoh plotting amplitudo vs. frekuensi pada skala logaritmik-logaritmik

Arti secara visual dari pernilihan skala logaritmik untuk amplitudo ini adalah bahwa hasil pengukuran ini akan dapat
mengesankan adanya penonjolan / pembesaran ukuran bagi amplitudo yang keeil ,dan pengecilan ukuran bagi
amplitudo yang besar.
Hal ini dapat diperlihatkan pada gambar diwah ini, bagaimana plotting amplitudo pada skala linier dan bedanya
jika dilakukan plotting pada skala logaritmik.

5.1. LANGKAH-LANGKAH PENGOLAHAN DATA VIBRASI

1.

Langkah untuk melakukan pengukuran atau secara umum memdapatkan data-data vibrasi mesin yang akan

dianalisa kerusakannya menggunakan salah satu atau lebih cara yang dapat mencirikan hubungan amplitudo

dengan frekuensi, amplitude vibrasi arah vertikal dan horisontal, amplitudo dengan fase, dll.
2.

Langkah untuk melakukan interpretasi data.

Di dalam Langkah melakukan pengukuran.vibrasi.untuk analisa terutama akan berkaitan dengan persyaratan
penggunaan transduser dan instrumentasinya serta pada operasinya akan banyak berkaitan dengan filter frekuensi
dan spektrum frekuensi, sedangkan untuk langkah interpretasi data akan banyak berkaitan dengan tabel
perbandingan amplitudo pada berbagai frekuensi (pada spektrumnya) dengan berbagai kemungkinan
penyebabnya, dll. Jika diperlukan untuk lebih mempersempit masalah dapat pula digunakan analisa dengan
metoda lainnya secara bersamaan yaitu metoda orbit (Lissayous) dan metoda pengukuran fasa pada bagian-bagian
mesin tersebut.

5.2. ANALISA SPEKTRUM

Yang dimaksudkan dengan analisa spektrum disini adalah usaha menemukan masalah dan penyebabnya dengan
mengkaji pola perbandingan besarnya amplitudo vibrasi pada semua frekuensi yang mungkin terjadi
Dilihat dari tingkat keberhasilan dalam mendeteksi kelainan dan kerusakan mesin berdasarkan tingkat vibrasinya
maka analisa spektrum merupakan cara yang paling berguna dibandingkan dengan cara analisa orbit maupun
analisa fasa. Hal ini juga telah dibuktikan bahwa 85% masalah mekanis pada rotating machinery dapat
diidentifikasi dengan cara melihat pada hasil pengukuran amplitudo vibrasi vs. frekuensi ini.
Keberhasilan analisa menggunakan cara ini kadang-kadang untuk selanjutnya perlu didukung dengan melakukan
kedua cara analisa lainnya. Yang tak kurang pentingnya urituk diperhatikan adalah kelengkapan data serta
sistimatika yang balk dalam pengukuran vibrasi atau pengambilan data.
Sebagai contoh melakukan pengukuran atau pengambilan data vibrasi yang baik adalah melakukan pengukuran
vibrasi pada daerah rurnah bearing secara vertikal, horisontal, dan axial. Di bawah ini diperlihatkan contoh
pengukuran pada arah radial (hotisontal dan vertikal) dan pada arah axial pada suatu mesin

Gambar 5.5 Penyusunan data yang baik untuk analisa.

Pada pembahasan selanjutnya akan terlihat bahwa suatu masalah (kelainan) pada mesin (unbal-ance dll.) ternyata
dapat dibedakan satu dari lainnya dengan melihat arah vibrasi yang dominan (vertikal, horisontal, axial, atau
kombinasi dari ketiga unsur pengukuran tsb.). Kasus yang dapat dikemukakan sebagai contoh adalah:
1.

Suatu kejadian unbalance, mis-alignment, dan bent shaft pada rotary mesin (bukan over hung rotor) hampir

selalu menghasilkan amplitudo vibrasi yang tinggi pada arah radial (horisontal dan vertikal) pada frekensi 1 x RPM,
dan aplitudo vibrasi yang rendah pada arah axial.
2.

Misalignment pada kopling dan bearing (atau bent shaft) akan menghasilkan aplitudo vibrasi yang tinggi pada

arah axial dan juga pada arah radial. Secara umum jika amplituo vibrasi axial lebih dari 50% dibandingkan
amplitudo vibrasi arah radial maka dapat dicurigai telah terjadi misalignment atau bent shaft.

5.3. INTERPRETASI DATA

Pada bagian ini akan diterangkan bagaimana suatu data dari hasil pengukuran diartikan dan bagaimana
karakteristik tiap-tiap keadaan perulangan frekuensi dihubungkan dengan gejala terjadinya masalah / kelainan
pada bagian mesin sebagai sumber penyebabnya.
Setelah suatu hasil pengukuran didapat, langkah selanjutnya adalah membandingkan hasil pembacaan dari datadata pengukuran yang mempunyai makna berupa karakteristik vibrasi yang berkaitan dengan adanya berbagai
macam masalah / kelainan pada bagian-bagian mesin.
Kunci dari langkah membandingkan hasil pengukuran ini adalah pembacaan pada frekuensifrekuensi yang paling
berkaitan dengan RPM mesin dan yang tidak berkaitan dengan RPM. Identifikasi. terhadap amplitudo yang tinggi
yang terjadi pada hasil pengukuran spektrumnya (amplitudo vs. frekuensi) dan kemungkinan penyebabnya dapat
dilihat pada tabel 5.1. dibawah ini

VIBRATION FREQUENCIES AND THE LIKELY CAUSES

Frequency
in Term of
RPM

Most Likely
Causes

Other Possible Causes & Remark

1x RPM

Un-balance

1) Eccentric journal, gears or pulleys


2) Misalignment or bent shaft-if high axial
vibration
3) Bad belt if RPM of belt
4) Resonance
5) Reciprocating forces
6) Electrical problems

2x RPM

Mechanical
Looseness

1)
2)
3)
4)

3x RPM

Misalignment

Usually a combination of misalignment and


excessive axial clearances (looseness)

Misalignment if high axial vibration


Reciprocating forces
Resonance
Bad belts if 2x RPM 0f belt

Less than
1x RPM

Oil Whirl (Less


than 1/2 RPM)

1)
2)
3)
4)

Bad drive belts


Background vibration
Sub-harmonic resonance
Beat Vibration

Synchrono
us
Electrical
(A.C.Line
Problems
Frequency)

UCommon electrical problems include broken


rotor bars, eccentric rotor, un-balanced
phase system, unequal air gap

2x
Synchrono
Torque Pulses
us
Frequency

Rare as a problem unless resonance is


excited

Bad Gears
Aerodinamic
Many times
Forces.
RPM
Hydraulic Forces
(Harmonica
Mechanical
lly Related
Looseness
Freq.)
Reciprocating
Forces

Gear teeth times RPM of bad gear


Number of fan blades times RPM
Number of Impeller vanes times RPM
May accur at 2, 3, 4 and sometimes higher
harmonics if severe looseness

1) Bearing vibration may be unsteadyamplitude and frequency


High
2) Cavitation, recirculation and flow
Frequency
Bad Anti-Friction turbulence cause random, high frequency
(Not
Bearings
vibration
Harmonical
3) Improper lubrication of journal bearings
ly Related
(Friction excited vibration)
4) Rubbing

Tabel 5.1
Fekuensi vibrasi yang biasa muncul dan kemungkinan penyebabnyaUntuk masing masing frekuensi

Tabel 5.2 Tabel identifikasi vibrasi

5.4. ANALISA ORBIT

Sebagai analisa tambahan kadang-kadang diterapkan analisa orbit (pola Lissajous) karena pada umumnya pada
instalsai non-contact pickup untuk suatu pengukuran pada daerah bearing yang mendeteksi tingkat vibrasi pada

arah axial.
Sehingga rekomendasi pengukuran yang lengkap dengan arah vibrasi axial tidak dapat dilakukan. Untuk noncontact pick up pada umumnya dipasang permanen untuk mendeteksi vibrasi langsung pada shaft mesin-mesin
yang penggunaannya cukup kritis, instalasinya berupa probe pada arah radial (horisontal dan vertikal) yang
keduanya dipisahkan oleh sudut 90 derajat.
Di sini analisa orbit dapat dilakukan, sebagai tambahan untuk analisa spektrum. Para praktisi telah melakukan
penelitian mengenai kegunaan metoda orbit (pola Lissajous) dan berhasil mendapat kesimpulan terhadap bentuk
bentuk orbit dalam hubungannya dengan kerusakan bagian-bagian mesin yang diukur dan dianalisa vibrasinya.
Adapun instalasi untuk cara pengukuran dan analisanya diberikan pernbahasannya di bawah ini

Gambar 5.6

Instalasi untuk pengukuran vibrasi dan analisa orbit (pola Lissajous).

Catatan untuk instalasi non-contact pickup seperti di atas dapat digunakan sebagai sistem yang bersifat redundant
(berlebih), failsafe protection (proteksi terhadap kegagalan pada salah satu sensor) dan dapat menghindari shut
down mendadak dari suatu mesin karena salah satu sensor rusak dan memberikan sinyal palsu seolah-olah terjadi
vibrasi yang levelnya tinggi (dipasang menggunakan logika AND).
Dari gambar di atas selain non-contact pickups (sebagai sensor) yang dipasang , maka harus disediakan pula
sebuah osiloskop dual input yang dilengkapi dengan T axis input. Dengan memasang T axis reference mark ini
maka pada gambar Lissajous-nya Akan terlihat suatu blank spot pada garis pola Lissajous yang terbentuk.
Gambar di bawah ini menunjukkan suatu pola Lissajous yang tergambar pada layar osiloskop.

Gambar 5,7 Contoh Pola Lissajous pada osiloskop

5.4. 1. Menginterpretasikan Pola Lissajous dari vibrasi mesin


Suatu rotary machine yang sehat mempunyai pola Lissajous sebagai titik, atau bulatan kecil, atau ellips kecil
(lihat amplitude vibrasi yang dianggap kasar dll. dalam masing-masing Severity Chart).
Dengan metoda ini pula tidaklah mungkin kita melihat semua masalah pada rotary machine dengan pola Lissajous
saja. Namun dari hasil penelitian para pakar yang meneliti masalah vibrasi telah dapat disimpulkan beberapa
karakteristik pola Lissajous tertentu yang berasal dari masalah tertentu pada rotary machine sebagai berikut di
bawah ini.

A. UNBALANCE

Suatu keadaan unbalance pada rotary machine ditunjukkan oleh pola Lissajous sebagai vibrasi yang besar pada
frekuensi 1 X RPM dengan menganggap bahwa vibrasi pada frekuensi yang lain sangat kecil dan tidak berarti.
Bentuknya dapat betul-betul bulat atau sedikit agak lonjong (elips) dan di dalam pola yang terbentuk akan terlihat
satu bush spot yang menunjukkan bahwa vibrasi yang besar hanya terjadi pada frekuensi 1 X RPM.
Gambar pola Lissajousnya diberikan di bawah ini

UNBALANCE

Gambar 5,8 Pola Lissaj ous pada rotary machine yang mengalami unbalance

B. MISALIGNMENT

Misalignment yang terjadi pada rotary machine akan menyebabkan vibrasi yang utama pada frekuensi 1 X RPM
yaitu sekitar yang diikuti dengan munculnya vibrasi pads 2 X RPM, 3 X RPM, dan harmonik yang lebih tinggi lagi. Di
dalam gambar pola Lissajousnya akan memberikan bentuk elips pipih seperti pisang atau bahkan bentuk pisang
yang melengkung.
Bentuk elips pipih selain memberikan kemungkinan vibrasi yang disebabkan oleh keadaan misalignment, tetapi
jugs dapat disebabkan oleh kerusakan bearing atau kemungkinan ter adinya resonansi.

MISALIGNMENT

Gambar 5.9 Pola Lissajous pads rotary machine yang mengalami misalignment

C.

OIL WHIRL

Misalignment akan menyebabkan vibrasi yang utama pada frekuensi di bawah I X RPM. Di dalam gambar pola
Lissajousnya akan memberikan bentuk dua buah lingkaran atau elips yang ditandai dengan adanya dua buah blank
spot. Bahkan karena kejadian oil whirl yang di bawah 1 X RPM tidak persis 1/2 X RPM, maka lingkaran atau ellips
yang lebih kecil akan bergerak dan ditandai dengan bergeraknya blank spot yang ada pada lingkaran atau elips
yang kecil.

OIL WHIRL

Gambar 5.10 Pola Lissajous pads rotary machine yang mengalami oil whirl.

D.

RUBBING (GESEKAN)

Gambar 5.12 Pola Lissajous pada rotary machine yang mengalami hit-and-bounce rubbing.

Pola semacam ini mirip dengan pola Lissajous yang terjadi pada peristiwa terjadinya oil whirl, hanya bedanya
dengan peristiwa oil whirl maka di sini lingkaran yang berada di dalam tidak berputar-putar.
Dengan semakin beratnya kondisi rubbing yang terjadi, yaitu yang dinamakan heavy rubbing atau full rubbing, dan
ditambah lagi dengan frekuensi resonansi, frekuensi harmonik, serta random frekuensi non-syncronous, maka
akan menghasilkan pola Lissajous yang sangat kompleks seperti ditunjukkan oleh gambar di bawah ini.

Gambar 5.13 Pola Lissajous pada rotary machine. yang full rubbing atau heavy rubbing

5.3 ANALISA FASA

Teknik lain yang sangat berguna untuk mendeteksi dan mengidentifikasi masalah-masalah problems mesin adalah
pengukuran dan analisa fasa (phase analysis). Pengukuran fasa pada umumnya dinyatakan dengan derajat sudut
atau radian jika siklus lengkap suatu vibrasi adalah sebesar 360 derajat atau 2 phi radian.
Pengertian fasa adalah bagian dari siklus (0 360 derajat) yang mana suatu bagian dari mesin telah bergerak
relatif terhadap bagian mesin lainnya atau terhadap suatu titik referensi yang tetap.
Sebagai -contoh dapat dilihat fasa dari dua benda yang bergerak secara periodik sinusoidal terhadap waktu, di
mana dapat diukur masing-masing fasa terhadap waktu dan juga fasa relatif benda satu terhadap lainnya seperti
pads gambar dibawah ini.

Gambar 5.14 Gambaran tentang Fasa dan fasa relatifantara dua benda yang bergerak periodik sinusoidal

Dua buah titik yang bergerak secara periodik yang diakibatkan oleh getaran suatu mesin yang bergerak berputar
dapat dilihat perbedaan fasanya relatif yang satu dengan lainnya dengan suatu osiloskop dual trace yang
mempunyai dua buah input. Maka secara, visual kedua titik yang bervibrasi tersebut dapat dilihat secara nyata
disamping perioda / frekuensi dan ukuran amplitudonya tetapi juga fasa atau perbedaan fasanya, seperti
diperlihatkan pada gambar di bawah ini.

Gambar 5.15 Gambaran tentang perioda/frekuensi, amplitude, sudut fasa dan sudut fasa relatif

Anda mungkin juga menyukai