Anda di halaman 1dari 34

BAB II

LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Analisa Vibrasi
is dan operasional
Analisa vibrasi digunakan untuk menentukan kondisi mekan
dari pe
etaran udara atau
ralatan. Vibrasi adalah gerakan, dapat disebabkan oleh g
getaran
Keunt

mekanis, misalnya mesin atau alat-alat mekanis lainnya (J.F.

Gabriel, 1996:96).

tifikasi munculnya
ungan utama adalah bahwa analisa vibrasi dapat menginden

masal ah sebelum menjadi serius dan menyebabkan downtime yang tidak terencana. Hal
ini bisa dicapai dengan melakukan monitoring secara regular terhadap getaran mesin
baik se cara kontinyu maupun pada interval waktu yang terjadwal. Monitoring vibrasi
secara regular dapat mendeteksi detorisasi atau cacat pada ba ntalan, kehilangan
mekan is (mechanical looseness) dan gigi-gigi yang rusak atau aus. Analisa vibrasi dapat
juga m

endeteksi misalignment dan ketidakseimbangan (unbalance) s

ebelum kondisi ini

menyebabkan kerusakan pada bantalan dan poros.


Trending terhadap tingkat vibrasi dapat mengindentifikasi praktek pemeliharaan
yang buruk seperti instalasi dan penggantian bantalan yang buruk, alignment poros
yang tidak akurat, dan balancing rotor yang tidak presisi. Semua mesin yang berputar
menghasilkan getaran yang merupakan fungsi dari dinamika permesinan seperti

7
misalignment dan unbalance dari komponen-komponen rotor. Pengukuran amplitudo
getaran pada frekuensi tertentu akan menginformasikan tingkat akurasi dari proses
alignment dan balancing, kondisi bantalan atau roda gigi, dan efek mesin yang
diakibatkan oleh resonansi dari rumah mesin, pipa dan strukutur lainnya.
2.2 Parameter Getaran
Vibrasi adalah gearakan bolak balik dalam suatu interval waktu tertentu yang
disebabkan oleh gaya. Vibrasi atau getaran mempunyai tiga para meter yang dapat
dijadikan sebgai tolak ukur yaitu :
2.2.1 Frekuensi
Frekuensi adalah banyaknya periode getaran yang terjadi d alam satu putaran
waktu. Besarnya frekuensi

yang timbul

pada saat terjadin ya vibrasi dapat

mengdentifikasikan jenis-jenis gangguan yang terjadi. Gangguan yang terjadi pada


mesin
yang d

sering menghasilkan frekuensi yang jelas atau mengasilkan


apat dijadikan sebagai bahan pengamatan. Dengan diketahui

contoh frekuensi

nya frekuensi pada

esin mengalami vibrasi, maka penelitin atau pengamatan s


saat m
ecara akurat dapat
kan untuk mengetahui penyebab atau sumber dari perma
dilakua
salahan. Frekuensi
a ditunjukkan dalam bentuk Cycle per menit (CPM), yang
biasany

biasanya disebut

dengan istilah Hertz ( dimana Hz = CPM ).Biasanya singkatan yang digunakan untuk
Hertz adalah Hz.

Frequency = 0,25 cycles/s (cps)


() = 0,25 x 60 cycles/min = 15 cycles/min (cpm)
Fase

Waktu

90
2

27
0
4

45
0
6

degr
ee
seco
nd

2.2.2 Amplitudo
Amplitudo adalah ukuran atau besarnya sinyal vibrasi yang dihasilkan.
Amplitudo dari sinyal vibrasi mengidentifikasikan besarnya gangguan yang terjadi.
Makin tinggi amplitudo yang ditunjukkan menandakan makin besar gangguan yang
terjadi, besarnya amplitudo bergantung pada tipe mesin yang ada. Pada mesin yang
masih bagus dan baru,tingkat vibrasinya biasanya bersifat relatif.

Gambar 2.1 : Dua Gelombang yang Berbeda Amplit


Sumber: www.Google.com
Dua buah gelombang dengan frekuensi yang sama tetapi deng
beda Amplitudo adalah simpangan vibrasi, yaitu seberapa j

udo
an amplitudo yang
ber

auh jarak dari titik

keseimbangan masa jika dilihat pada gambar pegas dan diagram harmonic diatas.
Ada tiga cara untuk menggambarkan besarnya amplitudo yaitu ;
1. Displacement (perpindahan) satuannya adalah mills inch atau micron
2. Velocity (kecepatan) satuannya adalah inch per sekon atau mm/s
3.

Accelerations (percepatan) satuannya adalah

Gambar 2.2: Perbedaan Acceleration, Velocity, dan Displacement Pada Sistem


Pegas
Sumber: www.Google.com
Untuk amplitudo vibrasi (displacement, velocity, a ccelerations) dapat
dinyatakan dalam peak to peak (Pk-Pk), Peak (Pk), Averag
e, dan Root Mean
Square (RMS). Angka Peak to Peak tidak selalu bisa ditampil
kan oleh setiap alat
ukur vibrasi.

Gambar 2.3: Peak to Peak, Average, dan R MS


Sumber: http://www.scribd.com/doc/214066931/Lapres-Akus tik-P3-40
Pada umumnya Average

adalah nilai rata-rata nilai mutlak dari

waveform. Dan untuk gelombang sinus besarnya adalah 0,5 Peak. Root Mean
Square (RMS) adalah akar kuadrat dari rata-rata nilai kuadrat waveform, untuk
gelombang sinus besarnya adalah 0.707 Peak. Nilai RMS dalam grafik bisa
digambarkan seperti dibawah ini

Gambar 2.4: Root Maen Square


Sumber: http://www.scribd.com/doc/214066931/Lapres-Akustik-P3-40
Dalam

suatu

Organisasi

Standarisasi

Internasio nal

(ISO)

yang

standarisasinya sudah dikenal dan diterima di dunia internasi onal menganjurkan


untuk memakai RMS sebagai acuan tingkat keparahan vibrasi . Berkaitan dengan
RMS dikenal juga parameter penting lainnya yaitu Crest Fa ctor yang besarnya
adalah perbandingan antara nilai peak (pk) gelombang terhada p nilai RMS dari
gelombang. Crest factor dari gelombang Sinus adalah 1.414 y aitu nilai Peak (Pk)
adalah 1.414 dikali nilai RMS. Dan Crest Factor adalah salah satu ciri-ciri
penting yang dapat digunakan unruk perkembangan kondisi m esin.
2.2.3 Fase
Jika kita perhatikan kedua gelombang seperti yang digambarkan pada
bar 2.8 kita temukan bahwa kedua gelombang vibrasi memi
gam
liki amplitude dan
frekuensi yang sama tetapi puncak gelombangnya berjarak sekitar T. T adalah
priode yaitu waktu yang dibutuhkan untuk mencapai satu gelombang vibrasi
sempurna yaitu satu puncak dan satu lembah atau . Perbedaan waktu ini disebut
fase dan dapat dinyatakan dengan sudut fase. Jadi dalam gambar 2.8 dibawah
waktu wave crest gelombang kedua terlambat (lag) sebesar T/4 dari wave crest
gelombang pertama. Waktu keterlambatan T adalah sudut fase sebesar

sehingga waktu keterlambatan T/4 akan menjadi fase sudut

. Dalam hal ini,

biasanya kita mengatakan bahwa kedua gelombang tersebut berbeda dase sebesar
, sehingga

T setara dengan

Gambar 2.5: Fase diantara Dua Gelombang yang Id entik

Sumber: www.Google.com

2.2.4

Harmonik

Gambar waveform dibawah ini memberi informasi yang bagus untuk


memahami bagaimanakah cara membaca fenomena vibrasi.

Sumbu Y adalah

displacement (perpindahan) dan sumbu X adalah waktu (Ti me) dalam skala 1
tik. Gelombang seperti dibawah ini dinamakan juga gelomb
de
ang time domain
ngsi waktu).
(fu

Gambar 2.6: Bentuk Gelombang Persegi


Sumber: http://www.scribd.com/doc/214066931/Lapres-Akustik-P3-40

12
Keterangan Gambar 2.6 nomor yang tertera menunjukan nomor dari gelombang
sinusnya. Penjelasan dari gambar diatas sebagai berikut :
1. Gelombang pertama yang harus kita amati adalah gelombang (1),
gelombang 1 adalah gelombang dengan satu siklus. Karena skala
waktunya adalah 1 detik, maka frekuensi dari gelombang 1 adalah 1
Hz.
2. Gelombang berikutnya adalah gelombang (3) dengan priode yang
sama dengan gelombang 1, dengan jumlah siklu s adalah 3, maka
frekuensinya adalah 3 Hz
3. Ketiga adalah gelombang (5) memiliki 5 siklus. Se hingga pada priode
yang sama yaitu 1 detik, gelombang 5 mempunyai f rekuensi 5 Hz.
4. Berikutnya adalah gelombang (7) mempunyai 7 sikl us selama priode 1
detik. Sehingga gelombang ini mempunyai frekuensi sebesar 7 Hz
5. Kemudian dengan cara yang sama gelombang (9) mempunyai 9 Hz
Jika semua gelombang pada gambar diatas dijumla hkan, maka akan
menghasilkan satu gelombang
omplek.

yang Nampak seperti bentuk kotak yang lebih

Gelombang dalam bentuk yang komplek sangat

sulit dibaca dan

dianalisa. Bentuk gelombang komplek ini bisa ditransformasi menjadi bentuk yang
lebih sederhana dengan menggunakan operasi matematik yang dinamakan Fourier
Fast Transform (FFT). Sehingga menghasilkan gambar yang lebih mudah dianalisa.
Gambar dibawah ini adalah contoh dari Waveform sebagai fungsi dari waktu (time
domain) yang komplek.

Gambar 2.7: Waveform


Sumber: www.Google.com
2.3 Titik Pengukuran
Secara umum dianjurkan untuk mengukur vibrasi dekat de ngan sumbernya
unt uk meminimalisasi pengaruh-pengaruh yang dikhawatirkan ak an merubah sinyal
vib rasi. Titik pengkuran yang disukai biasanya adalah pada ko mponen yang kaku,
sepe

rti rumah bantalan atau gearbox. Untuk monitoring yang

bersifat rutin ISO

16-1 Sebagai acuan merekomendasikan pengukuran pada ara


108
h horizontal saja
pada arah vertical sudah cukup memadai. Pada poros yang d
atau
ipasang horizontal,
pengukuran pada komponen
kaku pada arah
horizontal akan
titik mendapatkan
hasil
pengkuran yang paling besar. Tetapi pengukuran vibrasi pada sa mbungan fleksibel
pada mesin akan mendapatkan hasil yang besar pada arah vertikal.
Titik pengukuran pada pillow block bearings, harus dilakukan pada ketiga arah
sumbu poros, seperti yang ditampilkan pada gambar dibawah ini:

Gambar 2.8: Titik Pengukuran Pillow Block Bearings

Sumber: www.Google.com

Demikian juga pengukuran pada rumah motor, dilakukan pada ketiga arah sumbu
seperti pada gambar dibawah ini:

Gambar 2.9: Titik Pengukuran Rumah Motor

Sumber: www.Google.com

Pada titik pengukuran secara vertical adalah menempatkan alat pada posisi
vertical berbanding dengan arah horizontal pada rumah motor, dan axial sejajar
garis lurus dengan poros. Pengambilan pada tiga sumbu berfungsi untuk melihat
kondisi vibrasi pada masing-masing sumbu seperti yang sudah dibahas diatas karena
disetiap sumbu mempunyai vibrasi yang berbeda. Dan pada setiap kondisi dapat
ditentukan karakteristik kerusakan dengan melihat sinyal vibrasi dari masing-masing
sumbu pengukuran.

2.4 Standart ISO


Standar ISO dibangun oleh Komite Teknis yang terdiri dari para pakar yang
dipinjam dari sector teknis, bisnis dan industry. Para pakar ini berpartisipasi sebagai
perwakilan dari negara-negara anggota ISO (sekarang ini beranggota 145 negara).
Komite Teknik bertemu,berdiskusi, berdebat, dan berargumentasi hingga mereka
menetapkan consensus yang akan menjadi draft kesepakatan. Draft kesepakatan
yang biasa dikenal sebagai Draft International Standard (DIS) ini diedarkan
kesemua anggota ISO untuk dikomentari seringkali harus dilakuk an pemilihan. DIS
yang sudah disepakati dan sudah dimodifikasi menjadi draft final yang dikenal
sebagai Final Draft International Standard (FDIS). Draft final d iedarkan ke semua
anggota dan lalu dilakukan pemilihan.

Dokumen akhir me njadi International

ndard.
Sta
Hampir semua standar vibrasi pada mesin disusun oleh ko
mite teknis TC108
chanical Vibrations and Shock). TC108 beranggotakan 22 n
(Me
egara dan peninjau
25 negara. Hingga bulan Mei 2003, TC108 menerbitkan 98 s
dari
tandar.
Berkenaan dengan vibrations severity, ISO mengeluarkan
beberapa standar
ntara bisa dilihat pada table dibawah ini.
dia

16

Tabel2.1: Standart ISO

g analisis sebagai tandard ini dapat isa diterima oleh i standar ini harus
2.4.1 ISO 2372
Standar yang paling banyak digunakan oleh seoran
indikator tingkat vibrasi adalah ISO 2372 (BS 4675). S
digunakan sebagai acuan batasan tingkat vibrasi yang b
bermacam-macam mesin. Oleh karena itu untuk memaka
dimulai dengan mengklasifikasikan terebih dahulu mesin yang akan kita ukur.
Standard ini menggunakan parameter velocity-RMS untuk mengindikasikan
tingkat keparahan vibrasi.

Tabel2.2: ISO 2372 Sumber: www.Google.com

Keterangan gambar diatas :


Kelas I : komponen individu dari Engine atau Mesin y

ang secara integral

terhubung dengan sebuah Mesin yang

plek pada kondisi

lebih kom

operasi normalnya (missal ; motor produksi dengan daya hingga 15 Kw)


Kelas II : Mesin berukuran medium (biasanya motor elektrik dengan
kapasitas keluaran 15 75 Kw), tanpa pondasi special, atau mesin yang
terikat kaku pada fondasi special (kapasitas keluaran hingga 300 Kw)

Kelas III : Pengerak Utama (Prime Mover) besar dan mesin-mesin besar
lainnya yang memiliki bagian yang berputar (Rotating Mass) terikat
secara kaku pada fondasi berat, yang relative kaku terhadap arah getaran.
Kelas IV : Pengerak Utama (Prime Mover) besar dan mesin-mesin besar
lainnya yang memiliki bagian yang berputar (Rotating Mass) terikat pada
fondasi, yng relative lunak terhadap arah pengukuran vibrasi (sebagai

contoh Turbo generator dengan fondasi yang struktur bawahnyaa ringan)


2.4.2

ISO 10816-6
Standar ini digunakan untuk mengukur
pada me
sinvibrasi
Reciprocating,

seperti mesin bensin atau diesel pada mobil,


motor,
kompre
ssoer
torak,
pompa S dari akselerasi, ta
g dipakai biasanya
torak dan lain-lain. Parameter yang diukur adalah nilai RM
velocity, dan displacement. Besaran ini diambil dengan mele
ketiga arah sumbu di blok mesin. Jangkauan frekuensi yan
berkisar antara 2 Hz hingga 1000 Hz.
Tabel2.3: ISO 10816-6 Sumber: www.Google.co

19
Keterangan untuk table diatas adalah ;
A : Mesin baru
B : pengoperasian kontinyu tanpa berhenti.
C : Tidak memungkinkan untuk pengoperasian kontinyu, kurangi jam
operasi hingga dilakukan tindakan perbaikan pada skedul berikutnya.
D : vibrasi terlalu tinggi pada mesin. Kerusakan pada mesin tidak dapat
dibiarkan.
2.4.3

ISO 10816-3
Standar ISO 10816-3 adalah salah satu standar turun an dari ISO series

diatas

yang paling banyak pula digunakan oleh seoran g analisis sebagai

indicator tingkat vibrasi dan sebagai acuan batasan tingk at vibrasi. Namun
sebelum memakai standar ini harus dimulai dengan mengklasifikasikan terebih
dahulu mesin yang akan kita ukur. Seperti salah satunya ial ah melihat pondasi
mesin

yang seperti apa untuk mengklasifikasikannya dan type mesin

tersebutnya.
Tabel2.4: ISO 10816-3 Sumber: www.Google.co m

DCBA

Keterangan Tabel di atas sebagai berikut :


1. Zona A berwarna hijau, getaran dari mesin sangat baik dan dibawah getaran
yang diijinkan.
dapat dioperasikan
. Zona B berwarna hijau muda, getaran dari mesin baik dan
tanpa larangan.
3

eransi dan hanya

. Zona C berwarna kuning, getaran dari mesin dalam batas tol


dioperasikan dalam waktu terbatas.
4

. Zona D berwarna merah, getaran dari mesin dalam batas b

erbahaya dan dapat

terjadi kerusakan sewaktu-waktu.


2.5

Fourier Fast Transform (FFT)


FFT (Fourier Fast Transform) adalah varian tercepa

t dari pada varian

l
FFT menggunakan
ainnya seperti DFT (Discreete Fourier Transform). Dimana
al
goritma yang canggih untuk melakukan proses yang sama de ngan DFT, namun
perbedaannya FFT menggunakan waktu yang lebih singkat. Ka rena kecepatan dan
sifat diskritnya inilah yang membuat FFT digunakan pada berbagai pengolahan
sinyal digital termasuk yang paling utama kita gunakan adalah pengolahan sinyal
vibrasi. Dengan menggunakan Fourier analysis atau spectrum analysis, gelombang
berbasis waktu (time domain) dirubah menjadi gelombang sebagai fungsi dari
frekuensi. Sehingga jika dilhat pada gambar dibawah ini; gelombang fungsi
frekuensi dilihat sebagai fungsi amplitude (sumbu Y) dan frekuensi (sumbu Z).

Proses transformasi dari gelombang berbasis waktu ke gelombang berbasis


frekuensi dapat dilakukan oleh sebuah alat analyzer.

Gambar 2.10: Gelombang Frekuensi


Sumber: www.Google.com
Gelombang sebagai fungsi frekeunsi (FFT) secara dua di mensi akan terlihat
perti gambar dibawah ini:
se

Gambar 2.11: FFT Dua Dimensi


Sumber: www.Google.com

2.5.1

Kegunaan FFT

Sebagai contoh grafik dibawah ini menunjukkan gambar gelombang fungsi


waktu (Time Waveform) dari Turbin Uap berkapasitas 40 MW. Untuk menarik
kesimpulan dari grafik ini sangat tidak mudah, kita tidak bisa menjawab
pertanyaan apakah yang menyebabkan getaran, meskipun kita mungkin bisa
memperoleh informasi tingkat keparahan dari vibrasi pada Turbin ini.

Gambar 2.12: Time Waveform Turbin


Sumber: www.Google.com
Gelombang komplek diatas kita rubah menjadi sinyal yang lebih sederhana
dengan proses FFT. Proses penyederhanaan sinyal gelombang ini dilakukan oleh
an alyzer.

Seorang analis yang mempunyai kemampuan matematik bisa

elakukannya
secara manual, tetapi akan sangat memakan waktu yang jauh lebih
m
l ama.

Dengan perangkat teknologi sekarang semuanya bisa dilakukan oleh

perangkat elektronik.

Sinyal yang sudah disederhanakan berupa sinyal fungsi

frekuensi seperti pada gambar.


Dengan grafik ini kita bisa melakukan analisa spketrum, dengan melihat
frekuensi sebagai basis analisa. Frekuensi memberikan informasi apa yang
menjadi penyebab vibrasi dan amplitude menunjukkan tingkat keparahannya.

Gambar 2.13: Spectrum Data


Sumber: www.Google.com
Grafik dibawah ini menunjukkan perubahan dari gelombang waveform dari
urbin
Uap yang dirubah dengan FFT menjadi gelombang berb
T
ebih
l sederhana dari bentuk grafik waveform data menjadi spec

asis frekuensi yan


trum data.

Gambar 2.14: Transform FFT


Sumber: www.Google.com
2.6 Sinyal Vibrasi
Sinyal getaran adalah gambaran (deskripsi) tentang bagaimana suatu parameter
mempengaruhi parameter lain. Sinyal yang diperoleh melalui sensor pada pengukuran
suatu vibrasi mesin adalah suatu respon gabungan dari suatu mesin terhadap bermacammacam gaya eksitasi, dari dalam maupun dari luar mesin tersebut. Kunci ke arah analisa
yang efektif adalah, penguraian sinyal kompleks ini menjadi komponen-komponennya.

Masing-masing komponen kemudian dikorelasikan dengan sumbernya dimana Analisa


vibrasi bertujuan untuk menemukan korelasi antara tingkat vibrasi dengan penyebab
vibrasi yang pada akhirnya mengarah kepada menemukan sebuah kerusakan pada
komponen.
Telah dijelaskan diatas bahwa amplitudo vibrasi menunjukkan tingkat keparahan
dari vibrasi dan juga berarti tingkat kerusakan pada mesin. Hanya saja para analis
kesulitan dalam menentukan pada tingkat amplitude berapakah yang masih diijinkan
bagi mesin yang menimbulkan sinyal vibrasi untuk beroprasi ?
Ya ng harus diingat adalah bahwa para analisis bertujuan untuk menetapkan
frekuensi pemeriksaan vibrasi terhadap mesin agar bisa mendetek si kerusakan lebih
awal, bukan menentukan berapa banyak getaran yang bisa diterima o leh mesin sebelum
rusak.
Ba
munc

tasan vibrasi yang absolute akan tidak mungkin untuk

didapatkan, sebab

ulnya kerusakan pada mesin sangatlah komplek. Tetapi ada

lah mustahil bagi

g analis untuk mengimplementasikan kegiatan monitoring v


seoran
ibrasi tanpa suatu
k yang mungkin diperoleh dari pengalaman atau penelitian
petunju
dari orang-orang
udah berpengalaman.
yang s
2.6.1 Sumber Frekuensi
Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan terjadinya vibrasi, diantaranya karena
misalignment poros, pondasi yang kurang kokoh, masalah elektris pada motor, akibat
kavitasi, cacat pada bantalan, unbalance pada impeller, ataupun ada benda asing yang
menggangu operasi kinerja mesin, Gaya yang menyebabkan vibrasi dihasilkan dari
gerak berputar elemen mesin. Gaya tersebut berubah dalam besar dan arahnya

25
sebagaimana elemen putar berubah terhadap titik netral. Akibatnya, vibrasi yang
dihasilkan akan mempunyai frekuensi yang bergantung pada kecepatan putar element
yang telah mengalami kerusakan. Oleh karena itu dengan mengetahui frekuensi vibrasi,
akan dapat mengidentifikasi bagian dari mesin yang bermasalah.

Vibrasi adalah gearakan bolak balik dalam suatu interval waktu tertentu yang
disebabkan oleh gaya, beberapa diantara gaya tersebut adalah

Torsi penggerak

Gaya reaksi karena adanya beban

Gaya tambahan akibat adanya misaligment, unbala

nce, dll.

Dalam terminology dasarnya Vibrasi adalah sebuah gerakan yan g kontiyu, random
atau periodic dari sebuah objek. Atau sebuah impak dalam suatu du rasi waktu tertentu
yang singkat. Pemahaman dasar Vibrasi bisa kita proleh dari ilustrasi sederhana
mengenai gerakan pegas seperti dibawah ini :

Gambar 2.15: Model Vibrasi Sederhana


Sumber: www.Google.com
Bola (massa) yang terikat ke pegas berada pada titik keseimbangannya di

A,

dikarenakan gaya luar maka bola akan bergerak ke B kembali ke titik keseimbangan di

26
C dilanjutkan ke C dan kembali ke titik keseimbangan di E. Pergerakan masa dari A ke
E dinamakan satu siklus dan dalam contoh diatas
membutuhkan waktu 4 detik. Dari pergerakan bolak-balik masa pada pegas diatas
terdapat informasi berharga yang bisa kita simpulkan yang sebenarnya menggambarkan
kondisi alami dari vibrasi.
Pergerakan di atas dinamakan periodic dan harmonic, dimana hubungan antara
simpangan (X) dengan massa (m) dan waktu (t) dan hubungan antara perpindahn masa
dengan waktu bisa diekspresikan dengan persamaan (Leonard Meirovitch. 1975)
berikut:
..............................................................(2.1)
..........
X = p
erpindahan masa pada waktu tertentu
Xo = p
erpindahan maksimum dari masa
....(2.2)
...................................................................
f= frek

.......

t=time uensi (cycle/s, Hertz, Hz)


Kecepatan pergerakan masa dari titik keseimbangan ke titik maksimum (atas
atau bawah) bisa dituliskan dengan rumus persamaan (Leonard Meirovitch. 1975):
...............................................(2.3)

Sedangkan persamaan percepatan bisa diturunkan dari persamaan kecepatan


menghasilkan persamaan (Leonard Meirovitch. 1975):

.....................................(2.4)

Pada gambar dibawah ini perpindahan (displacement) digambarkan dalam kurva


sinus, kecepatan dalam cosinus dan percepatan dalam sinus.

Gambar 2.16: Waveform dari percepatan, perpindahan dan k ecepatan

Sumber: www.Google.com
Istilah istilah yang terkandung dalam waveform (gelombang) akan sering kita
gunakan seperti siklus, panjang gelombang dan fasa merupakan tiga terminology utama
untuk menggambarkannya.
Frekuensi

Siklus perdetik/Cycles per second (Hz)


Siklus permenit/Cycles per minute (CPM)
Putaran per menit/ Rotation per minute (RPM)

Orders, 1 order sama dengan 1 x RPM (1xputaran poros


mesin) Amplitido

Displacement/perpindahan (mills,micron)
Velocity/kecepatan (ips, mm/s)
Accelerations/percepatan (g,
,
1 g = 9,807 m/
= 386,4 inch/

Fasa

Degree (derajat) dimana satu putaran sama dengan

Gambar 2.17: Terminologi Utama

2.6.2 Displacement, Velocity Atau Accelerations


Untuk menentukan tingkat keparahan vibrasi ditentukan dengan seberapa besarnya
amplitude. Dan frekuensi menunjukkan sumber atau penyebab dari vibrasi. Secara
umum makin besar amplitudo vibrasi dari sebuah mesin maka kondisi getarannya makin
parah, berarti kondisi mesin makin buruk.
Ada 3 jenis amplitudo yang sudah dikenalkan pda tulisan ini, dan alat ukur hanya
mampu melihat satu untuk setiap kali pengukuran, karena masi ng-masing besaran
amplitu de membutuhkan sensor yang berbeda. Pertanyaannya adalah mana dari ketiga
besaranamplitudo yang akan kita pilih ? grafik dibawah ini bisa dija dikan paduan.
Pergerakan dibawah 10 Hz (600 cpm), menghasilkan getaran yang sangat kecil dan
berarti

amplitudonya juga kecil dari sisi accelerations, sedang ji


ka dilihat velocity-

n besar jika dilihat Displacement-nya. Kesimpulannya untu


nya, da
k rentang dibawah
ebih baik Displacement yang diukur.
10 Hz l

Gambar 2.18 : Hubungan antara Displacement,Velocity dan Accelaration


Sumber: www.Google.com

29
Untuk rentang frekuensi tinggi (lebih dari 1000 Hz atau 60 kcpm) akan lebih baik
jika accelerations yang diukur. Secara umum disepakati bahwa antara 60 Hz s/d 1000
Hz , velocity adalah parameter terbaik. Karena secara umum Rotating Machine
mempunyai frekuensi antara 10 Hz sampai 1000 Hz, maka velocity umum digunakan
sebagai parameter pengukuran maupun analisa.
2.7 Macam-Macam Kegagalan

Untuk beberapa parameter penting yang di analisa pada v ibrasi, diantaranya


yang paling sering digunakan adalah sebagai berikut:
1. Amplitude versus frequency.
2. Amplitude versus time.
3. Amplitude versus frequency versus time.
4. Time waveform.
5. Lissajous patterns (orbits).
6. Amplitude and phase versus rpm.
7. Phase (relative motion) analysis.
8. Mode shape determination.

mudah jika kita

menggunakan Amplitude versus Frequency. Analisa parameter Amplitudi versus


frequency dalam prakteknya selalu melibatkan FFT analyzer. Metode ini paling banyak
digunakan terutama pada analisa vibrasi Rotating Machine, Motor dan Bearings. Seperti
yang sudah dibahas sebeleumnya, besarnya amplitudo berhubungan dengan besarnya
tingkat severity dan besarnya frequency mengacu kepada penyebab atau sumber
vibrasinya. Sebagai petunjuk table dibawah ini bisa dijadikan acuan dasar.

Tabel2.5 : Frekuensi Vibrasi dan Frekuensi Penyebabnya


Frekuensi

Penyebab
Utama

Kemungkinan Penyebab Lainnya

Unbalance

1. Ekisentrik journal, gigi atau puli.

dalam RPM
1 x RPM

2. Misaligment atau poros bengkok


(bila axial vibration terjadi).
3. Sabuk Buruk.
4. Resonansi.
5. Problema listrik.
2 x RP M

Kelonggaran

1. Misaligment

bila

axial
vibration

tinggi.
2. Gaya reciprocating.
3. Resonansi

4. Belt buruk bila 2 x RPM


beltbinasi

3 x RP
M

Misaligment

Pada

umumnya

misaligment

dan

(looseness).

Kur
an

kom

oli

dari
kelonggar

ratur.

an

2. Resonansi sub-harmonik.
3. Vibrasi belt.

RP
M
Synkron

Proble

Secara

(Frekuensi

ma

elektrikal seperti rotor patah, fase

A.C.)

elektri

yang tidak balance pada sistem poly-

kal

phase.

umum

adalah

problema

Pulsa torsi

Problema ini jarang sekali terjadi,

synkron
frekuensi
N
x RPM

kecuali resonansi yang ter-eksitasi.


Gigi buruk

1. Jumlah gigi x RPM dari gigi

Gaya
aerodinamic

2. Jumlah impeller vanes x RPM.

Gaya hydraulic

3. Dapat terjadi pada 2,3,4 x

Kelonggaran

RPM bahkan harmonik

Gaya
Reciprocating

looseness
cukup pa
tinggi,bilayang
terjadi

Frek

nsi tinggi Bearing

ue

armonik) anti friksi

(Non
-H

yang kurang memadai.

dengan 1. Vibrasi bearing yang tidak

kurang baik

yang

yaitu amplitudo dan frekue steady,


2. Cavitasi, sirkulasi, dan a nsi.
yang menyebabkan ran

liran

dengan frekuensi tinggi.

tubulen

3. Lubrikasi yang tidak

dom

journal bearings

(pend

vibrasi

bantalan).
4. Gesekan.

benar

Sumbe
r : Machinery Failure Analysis and Troubleshooting ; Heinz PBloch, dkk

2.7.1 UNBALANCE (Sinyal Satu Kali Putaran)


Unbalance dicirikan dengan sinyal yang muncul pada frekuensi tunggal, dengan
amplitude yang sama besar pada keseluruhan arah radial. Pada unbalance murni, vibrasi
akan muncul dalam bentuk gelombang sinus pada kecepatan mesin, dituliskan sebagai
1x RPM. Vibrasi terjadi ketika pusat masa dari suatu elemen yang berputar tidak

sesumbu dengan susunan elemen putar. Amplitude akan terus membesar dengan terus
bertambahnya kecepatan elemen dan akan mencapai kecepatan kritis dari elemen putar.
Berikut adalah pola spectrum yang akan terjadi apabila unbalance:

Gambar2.19: Pola Spectrum Unbalance


Sumber: www.ludeca.com
2.7.2 Misalignment (Sinyal Pada Dua kali Putaran)
Para ahli sepakat bahwa penyebab dari 70 hingga 75 persen dari getaran
disebabkan oleh

misalignment.

Dan

seringkali

vibrasi

yang disebabkan oleh

misalignment sering kali disalah artikan sebagai unbalance. Hal ini bisa anda pahami
a mengerti tahap-tahap terjadinya unbalance akibat muncul
jika kit
nya misalignement
seperti

yang dijelaskan pada tahapan berikut ini :

1. Ciri misalignment:

Mempunyai komponen getaran pada frekuensi 2x putaran poros

Menyebabkan getaran dalam arah aksial


2. Misalignment berasal dari:

Preload dari poros bengkok atau bantalan yang tidak mapan

Sumbu poros pada kopling tidak segaris

33
3. Misalignment terjadi karena adanya pergeseran atau penyimpangan salah satu
bagian mesin dari garis pusatnya. Misalignment sendiri mengakibatkan getaran
dalam arah axial. Misalignment merupakan penyebab kedua terjadinya vibrasi
meskipun telah digunakan flexible couplings dan self aligning bearing.
4. Setiap elemen berputar (Rotating element) memiliki sejumlah unbalance. Setiap
manufaktur memiliki toleransi terhadap unbalance ini. Untuk mencapai kondisi
keseimbangan yang sempurna adalah sangat sulit dan mahal, yang hanya
dilkukan untuk aplikasi-aplikasi tertentu seperti kapal selam n uklir misalnya.
Ketidakseimbangan yang kecil ini kemudian diredam 5.
ata u diserap dengan
menggunakan rolling

element bearings yang memiliki clearance diantara

bagian yang tetap dan bagian berputarnya sekitar 0.0005

atau bahkan untuk

beberapa aplikasi praktis tidak ada clearance sama sekali.


Ketika unit-unitnya mengalami kondisi misalignment,
6. elemen-elemennya
mengalami tarikan dan tekanan melalui kopling dan menghasi
lkan keausan yang
tidak dinginkan pada bearings. Dengan segera keausan ini
akan membuat
clearance antara element putar dan race-nya membesar.
Sehingga kemudia
bearings tidak lagi mampu bertindak sebagai damper yang menja
ga unbalance
pada tingkat aman.

Tahap akhir dicapai ketika seorang yang memahami getaran menyimpulkan


bahwa getaran terjadi akibat adanya unbalance, sehingga dilakukan langkah koreksi
untuk memperbaiki keseimbangan elemen-elemen putar. Tanpa diagnose yang tepat
masalah getaran ini akan kembali muncul, seperti yang dijelaskan pada tahap
sebelumnya, bahwa misalignemetlah ternyata yang meneyebabkan timbulnya

unbalance. Secara statistic menunjukkan bahwa sekitar 12 % pekerjaan harus diulang


dan biaya menjadi naik, karena salah diagnose.
Beberapa gambaran terjadinya misaligment dan pola spektrum yang terjadi
apabila misaligment terjadi pada pompa yang mengalami kerusakan.

Gambar2.20: Posisi Misaligment


Sumber: www.ludeca.com

Gambar2.21: Pola Spektrum Misaligment


Sumber: www.ludeca.com
Ben Shaft
Terjadinya bent shaft juga dapat menimbulkan vibrasi. Pha se ketika diukur
secara axial disekeliling poros akan berubah kira-kira 18 0o, terlebih ketika
pembengkokan

yang

terjadi

dekat

deng an

bearing.

Eccentric Journal/Rotor
Gejala ini menunjukkan bahwa garis pusat dari poros mesin,
stator tidak konsentris. Vibrasinya terjadi pada sekali shaft ro
Pada roda gigi, amplitude terbesar terjadi searah dengan
menunjukkan single reference merk

journal, rotor atau


tational frequency.
garis pusat. Phase

Tabel2.6: Toleransi Aligment Sumber: www.ludeca.com

2.7.3 MECHANICAL LOOSENESS


Karakteristik dominan dari kehilangan mekanis adalah munculnya multiple
harmonic pada beberapa kecepatan operasi. Kecepatan operasi dari suatu komponen

dituliskan sebagai 1X, misalnya adalah 1800 CPM. Harmonic ke-2 adalah 2X (3600
CPM) dan harmonic ke-3 adalah 3X (5400 CPM), dan seterusnya. Pada kasus
kehilangan mekanis, amplitudo terbesar akan terjadi dekat dengan sumber masalah.

Gambar2.22: Pola Spectrum Mechanical Loos eness


Sumber: www.ludeca.com
Komponen-komponen mesin yang dapat kendor antara lain bantalan (mount)
up bantalan (bearing cap). Kekendoran ini hampir selalu men
atau tut
ghasilkan sejumlah
armonik dalam spektrum frekuensinya, baik harmonik ganji
besar h
l maupun tunggal.
Komp

onen getaran yang dengan frekuensi lebih kecil dari kecepata

n putar juga dapat

terjadi. Teknik untuk mendeteksi kekendoran adalah dengan mengukur getaran pada
beberapa titik (transducer kecepatan dapat berfungsi baik). Sinyal yang terukur akan
mencapai maksimumnya pada arah getaran (biasanya arah vertikalmemberikan
getaranyang lebih besar dari arah horizontal), atau disekitar lokasi kekendoran.

2.7.4 RESONANSI
Setiap komponen memiliki sebuah frekuensi natural yang besarnya tergantung
pada mounting dari equipment tersebut. Suatu kasus mengenai resonansy ini terjadi
ketika sebuah mesin Diesel yang dioperasikan oleh sebuah perusahaan minyak
menjalani pengujian, dan mengalami getaran pada semua strukturnya secara hebat,
sehingga pengujian tidak mungkin dilakukan. Mesin ini diprogramkan untuk beroperasi
pada 2000 RPM selama periode pengujian, dan diperkirakan mengalamai resonansi.
2.7.5 BEARING (Bantalan)

BAGIAN UTAMA ROLLING BEARING

OUTER RING

R
LLING
ELEMENT
GE / SANGKAR NER RING
O
CA
IN

15/1

1/2010

TEGOEH SATRIYO WIBOWO

Semua pompa dan motor menggunakan roller atau ball bearings. Sebuah
perusahaan besar yang memproduksi bearing dengan penguasaan pasar sekitar 26 %
mampu menjual bearing seharga 3 miliar dolar setahunnya. Bearing ini dibuat untuk
bertahan sampai ratusan ribu jam, tetapi begitu keluar dari pabrik dan dipasang pada
mesin, usianya bisa saja hanya tinggal beberapa puluh jam saja. Beberapa masalah
yang membuat bearing berusia rendah diantaranya adalah kesalahan dalam penanganan,

kesalahan pemasangan, pelumasan yang buruk, kelebihan beban, overspeed, lingkungan


buruk dan yang paling banyak hamper 70 % disebabkan oleh misalignment antara
driver dan driven unit.
Salah satu alas an utama mengapa pengukuran vibrasi dilakukan pada rumah Bearings
adalah karena semua gaya yang bekerja pada elemen berputar akan ditransmisikan
melalui Bearings. Semua gaya yang terdeteksi ini pada gilirannya akan mendegradasi
Bearings. Degradasi ini akan muncul dalam empat cara: merusak sisi luar dari Race
menga cu kepada apa yang dinamakan BPFO (Ball Pass Frequency Outer), merusak sisi
dalam dari Race mengacu kepada BPFI (Ball Pass Frequncy Inner), merusak elemen
putar m engacu kepada BSF (Ball Spin Frequency), atau merusak Bearings cage
mengacu kepada FTF (Fundamental Train Frequency).

Catatan : jika inner ring-nya fix (stasioner) sementara outer race-nya bergerak, maka
tanda negative pada persamaan empat dalam kurung dirubah menjadi tanda postif. Dan
Nb x FTF tidak samadengan BPFI ataupun BPFO, besarnya FTF sekitar 0.55 0.65
RPM.
Dimana ;
Nb

= jumlah bola atau Roller

Bd

= diameter ball atau Roller (in atau mm)

Pd

= dimater Bearing Pitch (in atau mm)

= sudut kontak (derajat)

Anda mungkin juga menyukai