Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

EKSITASI MOTOR 3 PHASE

Disusun Oleh:
MEYRANO ARIWAKO
201811005

Waktu Percobaan:
24 NOVEMBER 2020

Mata Kuliah:
MESIN-MESIN LISTRIK

LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRO


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI BONTANG
2020
HALAMAN PERSETUJUAN PRAKTIKUM

MESIN-MESIN LISTRIK
EKSITASI MOTOR 3 PHASE

Disusun oleh:
MEYRANO ARIWAKO
2018 11 005

Bontang, Desember 2020


Telah diperiksa dan disetujui oleh:

Kepala Laboratorium Teknik Elektro Dosen Pengampu Praktikum

Turahyo, S.T., M.Eng Turahyo, S.T., M.Eng


NIDN. 1117037603 NIDN. 1117037603
ABSTRAKSI

Pada praktikum ini, dilakukan percobaan pada motor induksi 3 phase


menggunakan panel SPWM tanpa menggunakan beban. Tujuan dari praktikum
ini adalah mahasiswa mampu memahami skema VSD, mampu meng set-up
penggerak motor induksi, dan dapat menentukan kecepatan karakteristik
kecepatan dari kemudi motor AC
Pengujian dimulai dengan mengsetup gerak motor induksi. Motor induksi 3 phase
di jalankan tanpa beban. Dari data putaran rotor (Nr) yang diinginkan, kita
mencari data frekuensi dari setiap putaran rotor tersebut dengan menggunakan
alat tachometer dan kemudian dicatat. Hasil data frekuensi yang di dapat bisa
menjadi dasar perhitungan nilai putaran stator (Ns) dan kemudian mendapatkan
nilai slip (S) dari motor induksi tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi putaran rotor, semakin
tinggi pula frekuensinya, sebaliknya semakin rendah putaran rotor, semakin
rendah pula frekuensinya. Nilai putaran rotor dari percobaan selalu di bawah
nilai putaran stator (Ns>Nr) sehingga torsi dapat terjadi. Pada putaran rotor
yang bervariasi antara 1350 rpm-100 rpm didapat niali frekuensi antara 48,2 Hz-
5,5 Hz, nilai putaran stator antara 1446 rpm – 172 rpm, dan nilai Slip antara
6,6% - 42,5 %. Nilai Slip tertinggi (42,5%) di dapat pada frekuensi 5,5 Hz,
sedangkan nilai slip terendah (6,6%) didapat pada frekuensi 48,2 Hz.
Kata kunci: motor induksi, 3 fase,, Frekuensi, Putaran Rotor, Slip
1. PENDAHULUAN
Motor induksi merupakan motor listrik arus bolak balik (AC) yang paling luas
digunakan. Penamaannya berasal dari kenyataan bahwa motor ini bekerja
berdasarkan induksi medan magnet stator ke statornya, dimana arus rotor motor
ini bukan diperoleh dari sumber tertentu, tetapi merupakan arus yang terinduksi
sebagai akibat adanya perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar
(rotating magnetic field) yang dihasilkan oleh arus stator. Motor induksi sangat
banyak digunakan di dalam kehidupan sehari-hari baik di industri maupun di
rumah tangga. Hal ini disebabkan karena motor induksi memiliki berbagai
keunggulan dibanding dengan motor listrik yang lain, yaitu diantaranya karena
harganya yang relatif murah, konstruksinya yang sederhana dan kuat serta
karakteristik kerja yang baik.
Motor induksi yang umum dipakai adalah motor induksi 3-fase dan motor
induksi 1-fase. Motor induksi 3-fase dioperasikan pada sistem tenaga 3-fase dan
banyak digunakan di dalam berbagai bidang industri dengan kapasitas yang besar.
Motor induksi 1-fase dioperasikan pada sistem tenaga 1-fase dan banyak
digunakan terutama untuk peralatan rumah tangga seperti kipas angin, lemari es,
pompa air, mesin cuci dan sebagainya karena motor induksi 1-fase mempunyai
daya keluaran yang rendah.
Pada praktikum ini, kita akan melakukan percobaan pada motor induksi 3
phase menggunakan panel SPWM tanpa menggunakan beban. Tujuan dari
praktikum ini adalah mahasiswa mampu memahami skema VSD, mampu meng
set-up penggerak motor induksi, dan dapat menentukan kecepatan karakteristik
kecepatan dari kemudi motor AC

2. DASAR TEORI
Prinsip kerja motor DC Prinsip dasar dari motor arus searah (DC) adalah jika
sebuah kawat berarus diletakkan antara kutub magnet (U-S), maka pada kawat
tersebut akan bekerja suatu gaya yang menggerakkan kawat. Arah gerak kawat itu
dapat ditentukan dengan "kaidah tangan kiri" yang berbunyi sebagai berikut :
“ Apabila tangan kiri terbuka diletakkan diantara kutub utara dan selatan,
sehingga garis-garis gaya yang keluar dari kutub utara menembus telapak
tangan kiri dan arus kawat mengalir searah dengan arah keempat jari, maka
kawat itu akan mendapat gaya yang arahnya sesuai dengan arah ibu jari “

Besarnya gaya tersebut adalah :


dimana : F = gaya yang bekerja pada kawat penghantar (N)
B = kerapatan fluks (wb/A)
i = arus listrik (A)
l = panjang kawat penghantar
Gaya yang bekerja pada kawat tersebut dikarenakan adanya interaksi
antara medan magnet jangkar dengan medan magnet stator. Interaksi ini timbul
apabila suatu kawat dialiri arus, maka di sekitar kawat tersebut terdapat medan
magnet (percobaan Oersted). Jika arus yang mengalir dalam kawat arahnya
menjauhi kita (maju), maka medan yang terbentuk di sekitar kawat arahnya searah
dengan putaran jarum jam. Namun sebaliknya bila arus yang mengalir arahnya
mendekati kita, maka medan yang terbentuk berlawanan dengan arah putaran
jarum jam (percobaan Maxwell). Hal ini dapat dijelaskan pada Gambar 1.2
dibawah ini:
Sebagaimana halnya generator DC, rotor pada motor DC mempunyai
kumparan dan komutator yang banyak untuk mendapatkan torsi yang terjadi
secara terus-menerus ( kontinyu ).

Macam-macam motor DC
Seperti halnya pada generator DC, berdasarkan sumber arus penguat
magnetnya, motor DC dapat dibedakan menjadi 2 macam jenis, yaitu :
a) Motor DC penguat ( eksitasi ) terpisah, bila arus penguat magnet diperoleh dari
sumber DC diluar motor.
b) Motor DC penguat ( eksitasi ) sendiri, bila arus penguat magnet diperoleh dari
motor itu sendiri.
Berdasarkan hubungan lilitan penguat magnet terhadap lilitan jangkar
motor DC dengan penguat sendiri dapat dibedakan menjadi 3, yaitu :
a) motor DC shunt(pararel)
b) motor DC seri
c) motor DC kompon - kompon panjang. - Kompon pendek

Sifat – sifat motor DC


1. Sifat motor DC Shunt
 kecepatan konstan apabila tegangan konstan.
 Putaran konstan meskipun beban berubah-ubah
 Biasa digunakan untuk mesin kipas angin, blower, pompa sentrifugal,
elevator dan mesin cetak.
2. Sifat motor DC seri
 torsinya tinggi pada saat start, oleh karena itu motor ini tidak boleh
dijalankan tanpa beban.
 Kecepatannya berubah-ubah sesuai pembebanan
 Biasa digunakan untuk beban dengan torsi yang besar, misalnya crane, dan
kereta listrik.
3. Sifat motor DC kompon
 moment startnya besar.
 Hampir sama dengan motor seri dan motor shunt.
 Biasa digunakan untuk pompa plunger, pemecah, bulldozer dan elevator.
4. METODOLOGI
4.1 Bahan dan Komponen yang digunakan
a. 1 buah motor induksi 3 phasa 4 kutup 1500 rpm
b. 1 buah panel driver SPWM motor induksi
c. 1 buah multimeter digital
d. Kabel konektor merah dengan panjang 5 cm, 10 cm, 20 cm, 50 cm, dan
100cm; dengan jumlah masing-masing 10 buah
e. Kabel konektor hitam dengan panjang 5 cm, 10 cm, 20 cm, 50 cm, dan
100cm; dengan jumlah masing-masing 10 buah
f. Modul driver relay 4 input/output
4.2 Langkah Pengujian

4.2.1 Set-up penggerak motor induksi


4.2.1.1 Penyetelan dasar
1. Lakukan pengkabelan pada penggerak motor seperti pada gambar 5.1 diatas.
2. Atur potensiometer pengatur kecepatan pada posisi maksimum CCW.
4.2.1.2 Penyetelan fungsi otomatis
1. Hidupkan jala-jala. Tekan tombol MON dan jika perlu tombol ▲ atau ▼
sehingga ditampilkan AU1 kemudian ENT. Setel nilai dengan menggunakan
tombol ▲ atau ▼ menjadi 0 kemudian tombol ENT. Ini berarti fungsi
percepatan dan perlambatan berfungsi manual.
2. Tekan tombol ▲ atau ▼ sehingga tampil AU2 dan untuk mengatur nilai AU2
menjadi 0 tekan tombol ENT. Ini berarti penguatan momen putar (torque
boosting) secara otomatis yang terjadi pada kecepatan rendah dinonaktifkan.
3. Tekan tombol ▲ atau ▼ sehingga tampil AU3 dan untuk mengatur nilai AU3
menjadi 0 tekan tombol ENT. Ini berarti fungsi parameter otomatis untuk
motor 50 Hz dan 60 Hz dinonaktifkan
4.2.1.3 Penyetelan fungsi dasar
1. Tekan tombol ▲ atau ▼ sehingga tampil Cnod dan untuk mengatur nilai Cnod
menjadi 1 tekan tombol ENT. Ini berarti jenis komando gerak berasal dari
internal.
2. Tekan tombol ▲ atau ▼ sehingga tampil Fnod dan untuk mengatur nilai Fnod
menjadi 0 tekan tombol ENT. Ini berarti pengaturan kecepatan berasal dari
potensiometer internal .
3. Tekan tombol ▲ atau ▼ sehingga tampil FH dan untuk mengatur nilai FH
menjadi 50 tekan tombol ENT. Ini berarti frekuensi keluaran penggerak
maksimum sebesar 50Hz.
4. Tekan tombol ▲ atau ▼ sehingga tampil UL dan untuk mengatur nilai UL
menjadi 50 tekan tombol ENT. Ini berarti batas atas frekuensi keluaran
penggerak sebesar 50 Hz.
5. Tekan tombol ▲ atau ▼ sehingga tampil LL dan untuk mengatur nilai LL
menjadi 0 tekan tombol ENT. Ini berarti batas bawah frekuensi keluaran
penggerak sebesar 0 Hz.
6. Tekan tombol ▲ atau ▼ sehingga tampil uL dan untuk mengatur nilai uL
menjadi 50 tekan tombol ENT. Ini berarti frekuensi dasar motor (base
frequency) sebesar 50 Hz.
7. Tekan tombol ▲ atau ▼ sehingga tampil Pt dan untuk mengatur nilai Pt
menjadi 0 tekan tombol ENT. Ini berarti V/f konstan. 8. Tekan tombol ▲ atau
▼ sehingga tampil Fr dan untuk mengatur nilai Fr menjadi 0 tekan tombol
ENT. Ini berarti arah putaran CW.
4.2.1.4 Penyetelan penguatan momen putar (voltage boosting)

1. Matikan jala-jala. Rangkaikan untuk pengukuran arus fasa motor induksi


multimeter digital.
2. Hidupkan jala-jala. Tekan tombol MON dan jika perlu tombol ▲ atau ▼
sehingga tampil ACC kemudian tekan tombol ENT. Atur nilainya menjadi 5
dengan menggunakan tombol ▲ atau ▼ kemudian tombol ENT. Ini berarti
waktu untuk percepatan/Acelerasi sebesar 5 detik..
3. Tekan tombol ▲ atau ▼ sehingga tampil dEC kemudian tekan tombol ENT.
Atur nilainya menjadi 5 dengan menggunakan tombol ▲ atau ▼ kemudian
tombol ENT. Ini berarti waktu untuk perlambatan/decelerasi sebesar 5 detik.
4. Tekan tombol MON dua kali. Seven-segment akan menampilkan frekuensi
yang disuplai ke stator motor.
5. Tekan tombol RUN dan atur potensiometer pengatur kecepatan sampai pada
tampilan seven-segment ditampilkan 0,8. Ini berarti frekuensi yang disuplai ke
motor sebesar 0,8 Hz. Tentukan kecepatan putar rotor yang seharusnya (nr).
4.3 Diagram Alir

Mulai

Persiapan Alat dan Komponen


Yang digunakan

Set Up Penggerak Motor Induksi

Laksanakan Pengujian
Dan Ambil Data Pengujian

Ulangi Pengujian

Berjalan
Baik?
Tidak
Ya

Catat Frekuensi Forward (CW) dan


Reverse (CCW)

Analisa Data

Selesai

Gambar Flowchart metodelogi


5. HASIL DAN ANALISIS
5.1 Pengujian Putaran Motor (Nr) untuk Mengetahui Frekuensi
Pada bagian ini akan di dapatkan hasil dari pengujian yang dilakukan pada
praktikum ini. Pengujian ini, dari putaran rotor yang terdapat dalam table, kita cari
frekuensinya untuk mengetahui berapa frekuensi pada putaran forward dan
reverse (CCW)yang didapat dari tiap putaran motor induksi satu fasa tersebut.
Pengujian ini dilakukan dengan nilai putaran rotor 1350 rpm sampai 100 rpm.
Setelah melakukan pengujian didapatlah hasil masing-masing frekuensi dari tiap
putaran rotor tersebut (terdapat dalam table).
Reverse Forward
nr
No (Hz) (Hz)
1 1350 47,7 48,2
2 1200 42,7 42,9
3 1100 39,4 39,4
4 1000 36,3 36,1
5 900 32,4 32,5
6 800 30 30,4
7 700 25,8 25,9
8 600 22,5 22,5
9 500 19,5 19,5
10 400 14,5 15,9
11 300 11,2 12,6
12 200 9,1 9,1
13 100 5,8 5,8

Gambar Tabel Nr dan Frekuensi Motor

Ns vs Frekuensi
60
50
Frekuensi (Hz)

40
30
20
10
0
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600
Nr

Reverse (Hz) Forward (Hz)

Gambat kurva Nr vs Frekuensi


Dari hasil percobaan didapat hasil frekuensi pada gerak forward dan reverse masing-
masing putaran rotor. Setelah di buatkan grafik didapat garis yang hamper linier
perbandingan antara putaran motor dengan frekuensi. Juga hasil percobaan diketahui
bahwa nilai frekuensi yang didapat dari tiap putaran rotor hamper senilai. Semakin tinggi
nilai putaran rotor, semakin tinggi pula frekuensinya

5.2 Perhitungan Slip Motor Induksi 3 Phase


Bila sumber tegangan tiga phasa dipasang pada kumparan stator, maka pada
kumparan stator akan timbul medan putar dengan kecepatan :

Perbedaan antara kecepatan nr dengan ns disebut dengan slip (S) yang


dinyatakan dengan persamaan:

Pada perhitungan Slip, kita dapat menggunakan data frekuensi yang kita dapatkan
dari percobaan sebelumnya. Dengan motor yang diketahui memiliki 4 kutub (percobaan
ini memakai motor induksi 4 kutub dan 1500 rpm). Missal kita menggunakan contoh
putaran rotor 1350 rpm, didapat data frekuensi adalah 48,2 (kita ambil contoh reverse
karena pada kesimpulan sebelumnya frekuensi kondisi forward dan reverse hampi linier
atau sama), maka dapat dihitung nilai stator:
Ns = ((120 : p) x frekuensi )
= ((120 : 4) x 48,2)
= 1446 rpm
Setelah kita mendapatkan nilai putaran stator, maka nilai slip dapat dicari dengan
perhitungan:
S = ((Ns-Nr)/Ns) x 100%
= ((1446 rpm – 1350 rpm)/ 1446 rpm) x 100%
= 6,63%
Dari hasil perhitungan di atas, dapat kita hitung masing-masing nilai putaran stator (Ns)
dan nilai slip (S) dari data dan putaran rotor (Nr) dan frekuensi (f), maka di dapat table
hasil perhitungan:
Forward
No nr ns S (%)
(Hz)
1 1350 48,2 1446 6,639004
2 1200 42,9 1287 6,759907
3 1100 39,4 1182 6,937394
4 1000 36,1 1083 7,663897
5 900 32,5 975 7,692308
6 800 30,4 912 12,2807
7 700 25,9 777 9,90991
8 600 22,5 675 11,11111
9 500 19,5 585 14,52991
10 400 15,9 477 16,14256
11 300 12,6 378 20,63492
12 200 9,1 273 26,73993
13 100 5,8 174 42,52874
Gambar tabel Nr,Ns,f,S
Dari percobaan, nilai stator harus lebih tinggi dari nilai rotor (Ns>Nr), hal
ini harus terjadi agar torsi pada motor terjadi, karena jika Ns=Nr maka tegangan
akan terinduksi dan arus tidak dapat mengalir pada rotor sehingga tidak ada torsi
yang dapat di hasilkan

S vs Frekuensi Forward
45
40
35
30
Frekuensi (Hz)

25
20
15
10
5
0
0 10 20 30 40 50 60
Slip

Gambar kurva slip vs frekuensi


Dari data di atas dapat kita buatkan kurva karakteristik hubungan antara frekuensi
dan slip. Dari kurva di dapat hasil bahwa slip terkecil terdapat pada frekuensi 48,2 Hz
dengan nilai slip 6,63% dan nilai tertinggi didapat saat frekuensi 5,8 Hz dengan nilai slip
42,53 %
6. KESIMPULAN
Dari praktikum yangtelah di laksanakan, didapatkan kesimpulan bahwa:
1. Semakin tinggi frekuensi motor, semakin tinggi pula putaran rotor motor
yang didapat. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah frekuensi motor,
semakin rendah pula putaran rotornya.
2. Frekuensi dari putaran rotor dilihat dari kondisi putaran reverse (CCW) atau
forward (CW) pada motor tidak jauh berbeda dan hamper linier pada kurva
hubungan antara frekuensi dan putaran rotor.
3. Nilai dari putaran stator bisa di dapat setelah nilai frekuensi didapat dan
perlu diketahui juga jumlah kutub dari motor induksi yang kita gunakan.
4. Dari percobaan, nilai stator harus lebih tinggi dari nilai rotor (Ns>Nr), hal
ini harus terjadi agar torsi pada motor terjadi, karena jika Ns=Nr maka
tegangan akan terinduksi dan arus tidak dapat mengalir pada rotor sehingga
tidak ada torsi yang dapat di hasilkan.
5. Dari percobaan dapat kita buatkan kurva karakteristik hubungan antara frekuensi
dan slip. Dari kurva di dapat hasil bahwa slip terkecil terdapat pada frekuensi 48,2
Hz dengan nilai slip 6,63% dan nilai tertinggi didapat saat frekuensi 5,8 Hz dengan
nilai slip 42,53 %
7. DAFTAR PUSTAKA
[1] A. E. Fitzgerald, “Electric machinery, Mc Graw Hill.2003
[2] Muhammad Salman , Analysis, design and control aspects of linear machines
using cosimulation. Department of Electrical Energy Conversion School of
Electrical Engineering Royal Institute of Technology. 2012
[3] Chapman. Stephen J ., ELECTRIC MACHINERY RJNDAMENTALS. FOURTH
EDITION. McGraw-Hill. 2005.

Anda mungkin juga menyukai