Anda di halaman 1dari 12

LABORATORIUM

MESIN-MESIN LISTRIK DAN PENGAMAN

MOTOR INDUKSI

DISUSUN OLEH :

Nama : Muh. Farid Rusdi


NIM : 421 17 049
Kelas : 3B / D4 Teknik Listrik
Semester : V (Lima)

PROGRAM STUDI D4 TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
TAHUN AJARAN 2019 / 2020
PRAKTIKUM I

MOTOR INDUKSI

1.1 Tujuan Percobaan


Adapun tujuan yang ingin dicapai pada praktikum ini adalah :
1. Membuktikan ketidakserempakan motor induksi (nr ≠ ns) dengan ns yang selalu
konstan.
2. Mengetahui pengaruh perubahan torsi beban terhadap kecepatan rotor (nr), slip
motor (s), frekuensi supply (f), dan arus jangkar (Ia) dari motor induksi pada
tegangan nominal motor.

1.2 Teori Dasar

1.2.1 Motor Induksi

Motor induksi merupakan motor arus bolak-balik (ac) yang paling Iuas

digunakan. Motor jenis ini bekerja berdasarkan induksi elektromagnet. Motor

induksi memiliki sebuah sumber energi listrik yaitu di sisi stator, sedangkan

sistem kelistrikan di sisi rotornya diinduksi melalui celah udara dari stator dengan

media elektromagnet. Hal inilah yang menyebabkannya diberi nama motor

induksi. Motor induksi memiliki dua jenis rotor yaitu rotor sangkar dan slip ring.
1.2.2 Rotor Sangkar Tupai

Rotor motor induksi tipe ini berbentuk unik seperti sangkar tupai, maka dari

itu diberi nama rotor sangkar tupai. Rotor ini berbentuk silinder yang menjadi satu

dengan porosnya. Pada sisi tepi silinder terdapat beberapa batang konduktor

(biasanya berbahan tembaga atau aluminium) yang disusun hampir sejajar dengan

poros, serta terikat dengan sebentuk cincin pada ujung-ujungnya sehingga nampak

menyerupai bentuk sangkar tupai.

Gambar 1.1 Rotor Sangkar Tupai

Batang konduktor didesain sedikit sejajar namun juga sedikit miring terhadap
poros rotor. Desain ini memiliki beberapa tujuan yakni:

1. Mengurangi suara bising dengungan akibat efek magnetik.


2. Mengurangi fluktuasi torsi pada saat terjadi perubahan kecepatan rotor.
3. Meningkatkan rasio efektifitas proses transformasi (induksi) antara stator
dengan rotor.
4. Meningkatkan tahanan rotor karena bobot konduktor yang ringan.
5. Meningkatkan nilai slip untuk torsi tertentu.
1.2.3 Rotor Slip Ring

Motor induksi tipe ini sebenarnya juga menggunakan bentuk sangkar tupai
pada batang konduktornya. Namun, rotor motor ini tidak menggunakan inti besi,
melainkan menggunakan lilitan kawat kumparan yang dilengkapi dengan slip
ring. Kumparan dan slip ring rotor tidak digunakan sebagai sistem eksitasi,
penggunaannya menciptakan resistansi atau hambatan pada rotor ketika penyalaan
awal. Resistansi yang tercipta tersebut akan menghasilkan torsi yang besar saat
penyalaan awal. Dengan sistem ini, maka motor induksi dengan slip ring ini akan
sangat cocok digunakan pada sebuah beban kerja yang apabila menggunakan
motor induksi squirrel cage dapat mengakibatkan arus listrik penyalaan yang
terlalu tinggi untuk kapasitas motor induksi squirrel cage tersebut.

Gambar 1.2 Rotor Slip Ring

Motor induksi dengan slip ring cocok digunakan untuk beban yang memiliki
inersia tinggi serta waktu akselerasi yang lama. Hal ini karena dengan motor
induksi ini, kita dapat mengontrol kecepatan serta torsi motor. Namun jika sistem
kontrol resistansi rotor tidak berjalan dengan baik, dapat dipastikan efek negatif
temperatur panas pada rotor akan muncul.
1.2.4 Prinsip Kerja Motor Induksi

Prinsip kerja motor induksi adalah berdasarkan induksi elektromagnet,


dimana tegangan sumber diberikan pada kumparan stator, sehingga inti besi di
stator menjadi magnet, kemudian menginduksikan magnet tersebut ke rotor.
Dengan demikian, di kumparan rotor akan terinduksi tegangan karena kumparan
rotor merupakan loop tertutup, maka akan mengalir arus di kumparan rotor
tersebut yang berinteraksi dengan medan magnet di stator, sehingga menimbulkan
gaya putar pada rotor yang mendorong rotor untuk berputar dengan kecepatan
sinkron dan akan mengikuti persamaan

𝑁𝑠 = 120. 𝑓
𝑝

Dengan :
N= kecepatan putar dari medan putar stator dalam rpm
F = Frekuensi arus dan tegangan stator
P = Banyaknya kutub
Garis-garis gaya fluks dari stator tersebut yang berputar akan memotong
panghantar-panghantar rotor sehingga pada penghantar rotor tersebut timbul Gaya
Gerak Listrik (GGL) atau tegangan induksi. Berhubung kumparan rotor
merupakan rangkaian yang tertutup maka pada kumparan tersebut mengalir arus.
Arus yang mengalir pada penghantar rotor yang berada dalam medan magnet
berputar dari stator, maka pada penghantar rotor tersebut timbul gaya-gaya yang
berpasangan dan berlawanan arah, gaya tersebut menimbulkan torsi yang
cenderung memutar rotornya, rotor akan berputar dengan kecepatan (Nr)
mengikuti putaran medan putar stator (Ns).
1.2.5 Cara Pengasutan Motor Induksi

Pengasutan motor adalah termasuk kedalam pengontrolan motor pada saat

dijalankan yang tujuannya adalah untuk mengurangi arus mula jalan (arus

starting).

Macam-macam pengasutan motor induksi 3 fasa adalah sebagai berikut:

1. Starting secara Direct on line ( DOL )

Pengasutan secara langsung DOL (direct on line) akan menarik arus

sangat besar dari jaringan (6 – 7 kali arus normal), dan torsi pengasutan

0,5 – 1,5x torsi nominal. Perlu diperhatikan bahwa dengan sistem DOL,

waktu pengasutan singkat, tidak lebih dari 10 detik dan kapasitas brake

horse power motor maksimum 5kW. Atau pengasutan DOL dapat

direkomendasikan dengan kapasitas motor hingga 0,5 -1MW apabila

waktu asut 5 detik dan persediaan daya pada feeder cukup, dimana waktu

t dan besaran kuat arus starting motor tidak melampau triping alat

proteksi.

2. Starting dengan Star Delta

Star awal dilakukan dalam hubungan bintang dan kemudian motor

beroperasi normal dalam hubungan delta. Pengendalian bintang ke delta

dapat dilakukan dengan sakelar mekanik Y /Δ atau dengan relay /

kontaktor magnit. Metoda starting Y /Δ banyak digunakan untuk

menjalankan motor induksi rotor sangkar yang mempunyai daya di atas 5

kW (atau sekitar 7 HP). Untuk menjalankan motor dapat dipilih starter

yang umum dipakai antara lain : saklar rotari Y /Δ, saklar khusus Y /Δ
atau dapat juga menggunakan beberapa kontaktor magnit beserta

kelengkapannya yang dirancang khusus untul rangkaian starter Y /Δ.

Perlu diingat jika pada name plat motor tertulis 220/380 V, sedangkan

tegangan jala-jala yang tersedia sumber 3 fasa 380 V, maka motor

tersebut hanya boleh dihubungkan bintang (Y) artinya motor berjalan

normal pada hubungan bintang pada tegangan 380 V. Motor tersebut

dapat dilakukan starting Y /Δ. Apabila dihubungkan pada tegangan jala 3

fasa 220 V. Besar arus pada hubungan bintang adalah 1/3 kali arus jika

motor dihubungkan segitiga.

3. Starting Dengan Menggunakan Tahanan Primer (Primary Resistance)

Starting dengan menggunakan tahanan primer adalah suatu cara

menurunkan tegangan yang masuk ke motor melalui tahanan yang

disebut tahanan primer karena tahanan ini terhubung pada sisi stator.

Penggunaan metoda starting ini banyak digunakan untuk motor-motor

kecil.

1.2.6 Hubungan Torsi Beban Terhadap Daya Beban

Secara umum torsi (torque) merupakan gaya yang digunakan untuk

menggerakan sesuatu dengan jarak dan arah tertentu.

Dari penjelasan tersebut , maka rumusan untuk torsi dapat diturunkan

menjadi :

𝜏=F.l
dimana : 𝜏 = Torsi (Torque), Newton meter

(N.m); F = Gaya penggerak, Newton (N)

l = jarak, meter (m)

Sedangkan hubungan torsi (Torque) terhadap daya (power) pada sbuah

motor adalah :

P=𝜔 .𝜏

dimana : 𝜔 = Kecepatan sudut, radian/detik (Rad/s)

P = daya atau power, watt (W)

Untuk motor listrik, rumusan untuk kecepatan sudut adalah :

𝜔 =2.𝜋 .n/

60 dimana : n = Kecepatan putaran motor

(rpm)

Dari ketiga persamaan diatas dapat dilihat bahwa power yang dibutuhkan

oleh motor sebanding dengan besarnya torsi yang dihasilkan pada kecepatan

putaran tertentu.
1.3 Aspek K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di laboratorium pada dasarnya


menyangkut semua unsur yang terkait dengan fasilitas praktek di laboratorium,
serta pihak yang melakukan aktivitas praktek yaitu instruktur dan mahasiswa.
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah tujuan dari semua pihak yang terkait
dengan aktivitas praktek, artinya tidak ada satu orangpun yang menginginkan
tidak selamat dan tidak sehat. Dengan demikian keselamatan dan kesehatan kerja
menjadi tugas dan kewajiban semua pihak. Hal ini perlu mendapatkan perhatian
sepenuhnya karena kenyataan menunjukkan bahwa tidak sedikit kejadian yang
telah menimpa unsur-unsur yang terkait dengan praktek di laboratorium sehingga
terjadi kondisi yang tidak diinginkan.

1.3.1 Potensi Bahaya

Potensi bahaya pada saat praktek di laboratorium dapat disebabkan oleh


beberapa faktor, diantaranya :
1. Faktor Manusia
Kesalahan utama sebagian besar kecelakaan dan kerusakan terletak pada
praktikan yang tidak hati-hati saat melakukan praktek serta tidak
menaati peraturan dan instruksi yang diberikan oleh instruktur.
2. Faktor Peralatan
Setelah jangka waktu tertentu peralatan-peralatan yang digunakan di
laboratorium mengalami penurunan dari segi kualitasnya, seperti nilai
tahanan isolasi peralatan yang digunakan semakin mengecil sehingga
berpotensi terjadi kebocoran arus yang kemudian dapat membahayakan
pihak yang terkait dengan aktivitas praktek di laboratorium.

1.3.2 Upaya Pencegahan

Untuk terhindar dari potensi bahaya seperti pada poin 1.3.1 perlu dilakukan
upaya pencegahan seperti :
1. Bekerja dengan hati-hati,
2. Menaati peraturan dan instruksi yang diberikan oleh instruktur,
3. Memakai alat pelindung diri terutama menggunakan safety shoes
minimal ber-sol karet sehingga tubuh terisolasi dari tanah dan resiko
bahayajikaterjadi sengatan listrik berkurang.

1.3.3 Pertolongan Pertama

Jika terjadi sengatan listrik, mendekati korban dapat membahayakan


sehingga langkah pertama yang harus dilakukan adalah memutuskan sumber
listrik. Ketika akan mendekati korban isolasi tubuh dari tanah menggunakan alas
karet.

1.4 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini meliputi :

1. AC dan DC Supply 1 Buah

2. Square Cage Motor 230/400 V 1 Buah

3. Power Circuit Breaker Module 1 Buah

4. Resistive Load 1 Buah

5. Digital Multimeter 2 Buah

6. Kabel Konektor Secukupnya


1.6 Prosedur Percobaan

1.6.1 Percobaan Motor Tak Serampak

1. Buatlah rangkaian percobaan seperti pada gambar 1.5.


2. Operasikan brake pada posisi torque control dengan starter tahanan 0
ohm.
3. Berikan supply AC pada motor tak serempak. Atur torsi motor pada
brake mulai dari torsi yang terendah 0,1 Nm.
4. Catat kecepatan motor dan arus jangkar/stator dari motor tak serempak.
5. Ulangi langkah 3-4 untuk torsi yang berbeda seperti pada tabel 7.1.
6. Ulangi langkah 2-5 untuk torsi yang tetap (M= 0,4 Nm) dari motor tak
serampak dengan tahanan sinkron yang berbeda seperti pada tabel 7.2.
7. Apabila semua hasil pengamatan untuk tabel 7.1 dan 7.2 selesai, matikan
suplay dengan urutan sebagai berikut : putar tahanan sinkron ke posisi 0
ohm, kemudian matikan sumber arus AC untuk motor tak serempak.

1.6.2 Percobaan Motor Serempak


1. Buatlah rangkaian percobaan seperti gambar 1.5.
2. Operasikan brake pada posisi torque control
3. Berikan supply AC pada motor tak serempak. Atur torsi motor pada
brake mulai dari torsi yang terendah 0,1 Nm.
4. Berikan suplay DC pada kumparan medan motor sinkron. Atur suplay
DC sebesar (Ierr = 0,75 A).
5. Catat kecepatan motor dan arus jangkar/stator dari motor serempak,
6. Ulangi langkah 3-5 untuk torsi yang berbeda seperti pada tabel 7.3.
7. Ulangi langkah 3-5 untuk arus eksitasi sebesar Ierr = 1,5 A. Catat
kecepatan motor dan arus jangkar/stator motor serempak seperti tabel
7.4.
8. Ulangi langkah 3-5 untuk arus eksitasi sebesar Ierr = 3A. Catat keceparan
motor dan arus jangkar/stator motor serempak seperti tabel 7.5.
9. Ulangi langkah 3-5 untuk torsi konstan sebesar M= 0,2Nm dengan arus

eksitasi berubah seperti tabel 7.6. Catat faktor daya (cosᵩ).

10. Apabila semua hasil pengamatan untuk tabel 7.1 sampai 7.5 selesai,
matikan suplay dengan urutan sebagai berikut : putar posisi torsi motor
pada posisi 0 Nm, kemudian matikan sumber arus DC dan AC untuk
motor tak serempak.

Anda mungkin juga menyukai