Anda di halaman 1dari 22

BAB III

PEMBAHASAN MASALAH

3.1 Percobaan Uji Lendutan


Percobaan uji lendutan ini dilakukan untuk mengukur atau mengetahui
nilai defleksi dan regangan batang kantilever secara sederhana. Batang kantilever
yang digunakan yaitu stainless steel, lalu membandingkan harga analitik dan
percobaan dari regangan batang serta mengukur defleksi dan teori untuk
menentukan modulus young dari bahan (stainless steel) antara batang kantilever
ujung satu tumpuan dengan dua tumpuan lalu mencatat kesalahan yang mungkin
terjadi dalam percobaan uji lendutan.

3.1.1 Flowchart Uji Lendutan


Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan pengujian uji
lendutan dapat dilihat pada Gambar.

MULAI

Persiapan Alat:
Pemasangan Dial Indicator

Peletakan Beban

Pengujian
Lendutan

Pengambilan data,
Menganalisa &
kesimpulan

SELESAI

Gambar 3.1 Flowchart Uji Lendutan

57
58

3.1.2 Penjelasan Flowchart Uji Lendutan


Berikut ini adalah tahap-tahap dalam pengujian Lendutan, diantaranya
adalah :
1. Mulai persiapan alat, dan bahan
Pada tahap pertama untuk pengujian lendutan ini yaitu persiapan alat
dan bahan untuk pengujian, seperti Peralatan defleksi batang, 1 batang
silinder baja 1045 dengan panjang 100cm berdiameter 8mm, 1 rangka
batang atap berbahan baja, 1 buah dial indicator dengan probe 10mm, 1
buah magnetic stand, 20 pemberat, 1 buah kunci pas 12.
2. Pemasangan alat uji
Pemasangan alat uji ini ada dua tipe, untuk ujian lendutan yang
pertama dilakukan dengan ujung satu tumpuan, adapun pemasangan dial,
batang kantilever, pemberatnya seperti gambar 3.14

Gambar 3.2 Pemasangan Alat Uji Lendutan untuk Ujung 1 Tumpuan

Untuk pemasangan alat uji lendutan dengan 2 tumpuan, pemasangan alat ujinya
seperti gambar 3.15
59

Gambar 3.3 Pemasangan Alat Uji Lendutan untuk Ujung 2 Tumpuan

3. Pengujian Lendutan
Pada tahap ini yaitu pengujian lendutan, untuk pengujian lendutan
ujung 1 tumpuan dengan meletakkan tempat beban pada ujung batang
bebas dan dial indicator diatasnya. (mengamati posisi awal dial dan
mencatatnya), lalu meletakkan pemberat pertama m1 dan mencatat
penurunan posisi pada dial, selanjutnya meletakkan pemberat m2
berikutnya dan mencatat penurunan posisi pada dial, pemberat terus
ditambah hingga jarum penujuk pada dial indicator sudah melebihi nilai 2.
Prosedur pengujian lendutan untuk ujung 2 tumpuan sama saja dengan
pengujian lendutan pada ujung 1 tumpuan.
4. Pengambilan data, analisa, dan kesimpulan
Tahap terakhir yaitu pengambilan data menganalisa,dan menarik
kesimpulan dari pengujian lendutan ini, untuk pengujian lendutan dengan
ujung 1 tumpuan yaitu menentukan defleksi antara pemberat yang satu
dengan pemberat berikutnya, membuat grafik antara pemberat (W) dan
60

defleksi (δ) dan menghitung harga modulus elastisitas (modulus young) E


melalui persamaan:
E = W.I3/6δ I (Pa atau N/mm2)

Dimana :
l = jarak antara ujung jepit dan bebas
I = Momen Inersia untuk penampang lintang lingkaran
(batang berbentuk silinder)
l Lingkaran = ¼.πr4 , r = jari – jari lingkaran
Menghitung tegangan tekuk σb antara pemberat berbeda menggunakan hubungan :

b = M δ/ I (MPa atau N/mm2)

M (Momen Tekuk) = Wl/4 (Nmm3)

Sedangkan untuk pengujian lendutan dengan ujung 2 tumpuan menentukan


defleksi antara pemberat yang satu dengan pemberat berikutnya, membuat grafik
antara pemberat (W) dan defleksi (δ), dan menghitung harga modulus elastisitas
(Young) E melalui persamaan :
E= WI3/48.δ.I (MPa atau N/mm2)

Dimana :
L = jarak antara 2 tumpuan ujung
I = Momen inersia untuk penampang lintang lingkaran
l Lingkaran = ¼.πr4 , r = jari – jari lingkaran

Menghitung tegangan tekuk σb antara pemberat berbeda menggunakan


hubungan :

σb = My / I (MPa atau N/mm2)

M (Momen tekuk) = Wl/4 ( Nmm3)


61

3.1.3 Data Pengujian Lendutan


Berikut ini adalah data hasil dan pengamatan dari pengujian lendutan,
untuk batang kantilever dengan ujung satu tumpuan dan dua tumpuan yaitu :

1. Batang Kantilever dengan ujung 2 tumpuan


Panjang batang Kantilever antara tumpuan terikat dan bebas l =
93cm = 0,93m.
Batang penampang Lingkaran
Diameter batang = 7,4mm
Jari – jari batang = 3,7mm = 3,7x10-3m
Momen inersia luas penampang lintang lingkaran I = ¼ πr4 =
147,1x10-12 m4 = 1,47x10-10m4
Beban pemberat, W = 133 x 9,8m/s2 = 1,3 N
Posisi awal pada dial indicator = 9,72 mm

Tabel 3.1 Penentuan tegangan tekuk dan modulus Young melalui percobaan
batang kantilever

No Skala pada Defleksi δ Massa Pemberat Momen Tegangan Modulus


dial (mm) (mm) (gram) W (N) Tekuk tekuk (Pa) Young
(Nm) (GPa)

1. 9,72
2. 8,9 0,82 133 1,3 0,3 0,16x107 2,4x102
3. 8,22 1,5 264 2,5 0,5 0,51x107 1,89x102
4. 7,4 2,32 387 3,7 0,8 1,26x107 1,80x102
5. 6,75 2,97 516 5,05 1,1 2,70x107 1,92x102
6. 6,1 3,62 643 6,3 1,4 3,44x107 1,973x102
7. 5,35 4,37 777 7,6 1,8 5,35x107 1,972x102
8. 4,55 5,17 910 8,9 2,1 7,38x107 1,952x102
9. 3,77 5,95 1051 10,2 2,4 9,71x107 1,942x102
10. 3,12 6,6 1193 11,6 2,7 12,12x107 1,993x102
62

Berikut ini adalah contoh perhitungan untuk uji lendutan, dengan batang
ujung 2 tumpuan. :

Momen Inersia ( I ) = ¼ πr4


= 1471,1x10-12 mm4
= 1,47 x 10-10m4

Pemberat ( W ) =m.g
=(133 gr). 9,8m/s2= 1,3 N

Defleksi ( δ ) = Skala dial awal – Skala selanjutnya


= 9,72 mm – 8,9 mm
= 0,82 mm

Momen Tekuk ( M ) = W.l/4


= 1,3 N x 0,95 m / 4 = 0,3 Nm

Tegangan Tekuk (𝜎b) = M δ/ I


= 0,3 Nm . (0,82 x 10-3m) / 1,47x10-10 m4
= 0,16 x 107 Pa

Modulus Young ( E ) = W . l3/48.δ.I


= 1,3 N . (0,95 m)3 / 48 . (0,82 x 10-3m) . 147 x10-10 m4
= 1,04 Nm3/ (57,88 x 10-13 m5)
= 0,024 x 1013Pa
= 0,024 x 1013 / 109 Gpa
= 2,4 x 102 GPa
63

3.1.4 Analisa pada Pengujian Lendutan


Berikut ini adalah hasil dari pengujian lendutan batang kantilever ujung
satu tumpuan dan dua tumpuan, dapat disimpulkan dan dianalisa bahwa :
a Dalam praktikum/pengujian lendutan ini hal penting yang harus
diperhatikan yaitu batas elastisitas, tegangan, regangan, dan modulus
young.
b Dalam pembacaan hasil / nilai pada dial indicator haruslah tepat,
untuk mendapatkan nilai defleksi dan modulus yang tepat.
c Hal yang mempengaruhi uji lendutan yaitu, nilai suatu gaya gravitasi
bumi.
d Dari gambar diatas dapat dianalisa bahwa, nilai modulus young yang
lebih besar terjadi pada batang kantilever ujung 2 tumpuan, hal ini
disebabkan nilai defleksi lebih kecil pada ujung 2 tumpuan,
sehingga untuk mencapai nilai maksimal, memerlukan beban yang
lebih banyak, itulah sebabnya data pada pengamatan uji lendutan
batang kantilever 2 tumpuan lebih banyak, dibandingkan dengan
data pengamatan ujung 1 tumpuan, hal ini karena pada ujung 1
tumpuan, hanya memerlukan beban sedikit untuk mencapai nilai
maksimal pada dial indicator.

3.2 Percobaan Uji Rockwell


Pengujian Rockwell merupakan suatu uji untuk mengetahui tingkat
kekerasan logam baik logam ferro maupun logam non ferro dengan menggunakan
alat Rockwell Hardness Tester.
64

3.2.1 Flowchart Percobaan Uji Rockwell

MULAI

Persiapan Bahan

-Alumunium -baja

-Tembaga -Besi cor

Pemotongan Specimen

Pengikiran

Pengamplasan

Pengujian

Pencatatan Data

SELESAI

Gambar 3.4 Flowchart Percobaan Uji Rockwel

3.2.2 PenjelasanFlowchart Pengujian Rockwell


Berikut ini adalah tahap – tahap dalam praktikum/percobaan uji Rockwell
ini diantaranya adalah :
1. Persiapan alat dan bahan
Pada tahap ini, sebelum melakukan percobaan uji Rockwell bahan yang akan
diuji disiapkan terlebih dahulu, bahan yang akan diuji yaitu Alumunium (Al),
Tembaga (Cu), besi cor (Fe), dan baja (FeC). Lalu peralatan yang akan digunakan
yaitu, alat uji kekerasan/ RockwellHardness tester untuk menguji material logam,
indentor yang digunakan yaitu kerucut intan untuk logam ferro ( besi dan baja),
65

dan steel ball untuk logam nonferro (alumunium dan tembaga), lalu peralatan
terakhir yang diperlukan yaitu sebuah stopwatch.
2. Pemotongan dan pengamplasan bahan uji
Di tahap ini, bahan uji di potong terlebih dahulu, dengan ukuran Alumuniun
dan tembaga adalah 50x10x5mm, besi cor dan baja adalah dengan tebal 5mm
dengan permukaaan rata, setelah itu semua permukaan bahan uji harus diamplas
dahulu, pengamplasan/perataan ini dilakukan agar saat benda uji di uji kekerasan,
praktikan mendapat data pengamatan yang akurat untuk nilai Rockwell material
logam yang diuji.
3. Pengujian Rockwell
Pengujian Rockwell untuk bahan uji menggunakan Rockwell Hardness
tester, khusus untuk logam ferro (besi dan baja) menggunakan indentor kerucut
intan, setelah indentor dipasang pada alat uji kekerasan, bahan uji diletakkan di
dudukan alat uji, lalu kekuatan penekanan di atur dengan ukuran tekanan ukuran
masing – masing bahan uji berikut dengan indetornya pun harus sesuai
4. Pengamatan, pengambilan data dan kesimpulan
Ditahap yang terakhir, setelah semua material logam diuji Rockwell, seluruh
data dimasukkan kedalam data pengamatan, dan membuat analisa, seperti
membuat perbandingan data nilai Rockwell antara bahan uji satu dengan yang
lainnya, lalu membuat diagram masing - masing nilai Rockwell dari bahan uji dan
membuat kesimpulan dari semua percobaan uji Rockwell yang telah dilakukan.
66

3.2.3 Data Pengujian

DATA PENGUJIAN KEKERASAN ROCKWELL

Tabel 3.2 Nilai Rockwell dari Bahan uji

ROCKWELL A
SPECIMEN : BESI COR (Fe)
Indentor : Diamond, <120o Load : 60 KPressure
Ke-1 Ke-2 Ke-3 Ke-4 Ke-5 Rata –rata
48,1 40,3 41,4 44,1 44,5 43,68

ROCKWELL B
SPECIMEN : KUNINGAN
Indentor : Steel ball ∅1/16” Load : 100 KPressure
Ke-1 Ke-2 Ke-3 Ke-4 Ke-5 Rata –rata
40,3 46,4 45,8 46,6 47,4 45,3

ROCKWELL C
SPECIMEN : ALUMUNIUM
Ke-1 Ke-2 Ke-3 Ke-4 Ke-5 Rata –rata
13,8 11,8 14 20,5 13,2 14,66

ROCKWELL D
SPECIMEN : BAJA (FeC)
Indentor : Diamond,<120o Load : 150 KPressure
Ke-1 Ke-2 Ke-3 Ke-4 Ke-5 Rata –rata
13,5 11,7 5,8 7,7 7,4 9,22
67

3.2.4 Analisa Percobaan Uji Rockwell


Dari percobaan uji Rockwell ini, dapat dianalisa bahwa, dalam pengujian
Rockwell terdapat logam uji yang memiliki nilai kekerasan Rockwell yang lebih
besar/ tinggi Nilai yang dihasilkan berbeda beda karena setiap titik memiliki
penyebaran partikel besi yang tidak sama besarnya. Jadi hal tersebutlah yang
menyebabkan harga dari nilai tersebut berbeda beda. Dan dari setiap HRA, HRB,
dan HRC tidak dapat di bandingan dengan yang lain. Dapat di bandingkan apabila
memakai HRA maka pembandingnya juga harus memakai HRA. Dan indentor
yang sama dan load yang sama pula. Begitupun pada yang HRB dan HRC.
Perlakuan panas pun dapat mempengaruhi harga dari kekerasan dari
suatu material , karena partikel-partikel tersebut akan bergeser ke ruang yang
memiliki titik kadar konsentrasi yang rendah. Partikel tersebut akan mengalami
perubahan ikatan dari lemah menjadi kuat karena proses pemanasan tersebut.

3.3 Percobaan Uji Metalografi


Uji metalografi adalah suatu pengetahuan yang khusus mempelajari
tentang struktur logam dan mekanisnya. Dimana pengamatan struktur logam ini
dilakukan dengan menggunakan alat mikroskopi, oleh sebab itu pengujian ini
biasa disebut juga pengujian mikroskopi. metalografi adalah ilmu yang
mempelajari tentang cara pemeriksaan logam untuk mengetahui sifat, struktur,
temperatur, dan persentase campuran logam tersebut. Dalam proses pengujian
metalografi, pengujian logam dibagi lagi menjadi dua jenis, yaitu :
Pengujian makro (Macroscope Test), Pengujian mikro (Microscope Test).
68

3.3.1 Flowchart Uji Metalografi


Berikut ini adalah flowchart metodologi pengujian metalografi pada
praktikum ini yaitu :

MULAI

Persiapan Bahan

-Gear Motor -Piston

-Stang Piston -Kampas rem

Pemotongan Specimen

Penyalutan (Mounting)

Pengamplasan (100-1500)

Pemolesan (Polishing) Terbakar

Pengetsaan (etching)

Pengujian Tertutup

No

Pengambilan Gambar
Yes

yes
Analisa & Kesimpulan

SELESAI

Gambar 3.4 Flowchart Pengujian Metalografi


69

3.3.2 Penjelasan Flowchart Pengujian Metalografi


Langkah pertama yang dilakukan adalah memotong specimen. Specimen
yang akan di uji dengan pengujian Metalografi adalah Gear motor belakang, stang
piston, piston dan kampas rem belakang motor. Permukaan dari specimen yang
akan diuji pun harus rata. Adapun yang termasuk ke dalam logam ferrous adalah
setang piston, dan Gear motor belakang sedangkan yang termasuk logam non
ferrous adalah piston dan kampas rem belakang motor.
Setelah itu, spesimen diamplas agar permukaannya halus. Amplas yang
digunakan antara lain amplas yang berukuran dari 100 hingga 1200, dimana
pengamplasan dimulai dari ukuran yang paling kecil hingga paling besar. Hal
tersebut bertujuan untuk memberikan hasil yang optimal pada proses
pengamplasan.
Langkah selanjutnya adalah penyalutan benda kerja. Bahan penyalutan
yang digunakan adalah termoplastik seperti resin, yang mencair pada temperatur
150º C. Setelah itu benda kerja diamplas lagi dengan menggunakan amplas
berukuran dari 100 hingga 1200. Kemudian benda uji yang sudah melewati proses
penggerindaan, diteruskan ke proses pemolesan dengan menggunakan autosol.
Mesin yang digunakan adalah mesin poles metalografi. Mesin ini terdiri dari
piringan yang berputar dengan kain beludru.
Hasil pemolesan yang akan menghasilkan suatu lapisan yang menutupi
permukaan struktur logam. Struktur mikro dapat terlihat dengan jelas di bawah
mikroskop dengan menghilangkan lapisan tersebut dengan cara mengetsa, yaitu
dengan memberikan cairan nital pada permukaan bahan uji ferro lama etsa selama
5 detik, memberikan cairan alkohol untuk menghentikan proses etsa lalu
dikeringkan dengan semprotan angin dari mesin kompresor, lalu proses etsa untuk
bahan uji non ferro sama seperti etsa bahan uji ferro, hanya saja bahan etsa yang
digunakan untuk bahan uji non ferro yaitu HF (HydroFloride)dan lama etsanya
sampai 10 detik, lalu diberikan alkohol untuk menghentikan proses, dan
dikeringkan dengan semprotan angin dari mesin kompresor.
Lalu seluruh bahan uji yang telah dietsa, dianalisa struktur logamnya
dengan menggunakan miksroskop metalografi, dan membuat kesimpulan.
70

3.3.3 Data Pengujian Metalografi


Dibawah ini adalah data-data hasil pengamatan pada saat praktikum
pengujian metalografi sebagai berikut :
Tabel 3.3 Data Pengujian Metalografi
No Specimen Pembesaran Etching Lamanya Keterangan
Reagent Etsa
(detik)
1. Piston 400x Aquades,HNO3 5 Kebuka
(Non Fe)
2. Gear 400x Alc, Hf 10 Hampir
(Fe) Kebakar
3. Kampas Rem 400x Aquades, HNO3 5 Kebuka
(Non Fe)
4. Stang Piston 400x Alc, Hf 10 Kebakar
(Fe)

(a) (b)
71

(c) (d)
Gambar 3.5 Struktur Logam Bahan Uji Metalografi
(a) Stang Piston, (b) Piston, (c) Kampas Rem, (d) Gear

3.3.4 Analisa Percobaan Uji Metalografi


Bentuk struktur mikro pada Gear yaitu butir-butirannya kecil, kasar dan
terlihat jelas. Distribusi dan arah struktur mikro beraturan dan terlihat jelas.
Unsur-unsur yang terkandung dalam spesimen yaitu ferrite dan pearlite.Ferrite
adalah larutan padat karbon di dalam besi α (fcc) dengan kelarutan maksimal
0,02% C pada suhu 727° C (titik eutektoid), sedangkan pearlite adalah campuran
mekanis yang homogen antara kristal-kristal halus ferit (α) dengan kadar 0,02% C
dan kristal-kristal halus sementit (Fe3C) dengan kadar 6,687% C, yang rapat
terletak bersebelahan, serta terjadi pada suhu 727° C (suhu eutektoid).

Perlite : Terang (Biru)


Ferrit : Menggumpal (Merah)
Cementit : Gelap (Hitam)

Gambar 3.6 Struktur Logam Bahan Uji (Gear)


72

Hasil dari percobaan uji metalografi ini dapat dianalisa dan disimpulkan
bahwa bentuk struktur mikro pada Pistonyaitu butir-butirannya besar, kasar dan
terlihat jelas. Distribusi dan arah struktur mikro beraturan dan terlihat jelas.
Unsur-unsur yang terkandung dalam spesimen yaitu fasa α dan eutektik. Eutektik
merupakan struktur campuran. Fasa eutektik, fase inti telah dicampur dengan
bahan lain seperti silikon dan magnesium. Sedangkan fasa merupakan fasa inti
yang menyusun spesimen tersebut, yaitu besi.

Alumunium : Terang (Biru)


Silikon : Menggumpal
Sebagian (Hitam)

Eutektoid : Gelap (Merah)

Gambar 3.7 Struktur Logam Bahan Uji (Piston)

Kampas rem belakang merupakan logam non ferro yang mengandung


unsur alumunium dan silicon, serta merupakan unsur paduan yang paling umum
yang digunakan pada pengecoran alumunium, serta merupakan unsur metalloid-
tetravalensi yang bersifat tidak lebih reaktif daripada karbon, tetapi tidak lebih
reaktif daripada germanium. Fungsi silicon disini yaitu untuk meningkatkan
karakteristik coran. Salah satu aplikasi paduan alumunium silion adalah pada
kampas rem belakang motor, karena memerlukan sifat mekanis yang baik dalam
mengaplikasannya.

Alumunium : Terang (Biru)


Silikon : Menggumpal
Sebagian (Hitam)

Eutektoid : Gelap (Merah)

Gambar 3.8 Struktur Logam Bahan uji (Kampas Rem)


73

Stang piston merupakan logam ferro yang mengandung unsur karbon,


karbon merupakan unsur kimia yang mempunyai simbol C. karbon merupakan
unsur non logam dan bervalensi 4 (tetravalent) yang berarti terdapat 4 elektron
yang dapat digunakan untuk membentuk ikatan kovalen. Karbon berfungsi
sebagai zat ediktif yang berguna untuk meningkatkan kekerasan pada baja karbon
rendah, tinggi, dan baja khusus stang piston memiliki kerapatan karbon yang
tinggi(ferrit). Pada praktikum kali ini specimen yang kami punya hasilnya
terbakar, sehingga tidak dapat diketahui bagaimana strukturnya sehingga
kelompok kami diberikan pembanding dari kelompok lain.

Perlite : Terang (Biru)


Ferrit : Menggumpal (Merah)
Cementit : Gelap (Hitam)

Gambar 3.9 Struktur Logam Bahan Uji (Stang Piston)

3.4 Percobaan Uji Impact Charpy


Uji impact adalah suatu uji yang digunakan untuk mengetahui kegetasan
atau keuletan dari suatu bahan yang diakibatkan oleh gaya kejut pada bahan uji
tersebut. Pengujian impact yang digunakan dalam pengujian ini, yaitu uji impact
charpy. Dengan menggunakan bahan uji adalah alumunium AC4C dengan alat uji
impact tipe charpy. Benda uji dibuat takikan terlebih dahulu sesuai dengan standar
JIS Z2202 dan hasil pengujian benda tersebut akanmengakibatkan terjadinya
perubahan bentuk seperti bengkokan atau patahan sesuai dengan keuletan atau
kegetasan terhadap benda uji tersebut.
74

3.4.1 Flowchart Uji Impact Charpy


Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan pengujian uji
impact dapat dilihat pada Gambar 3.9

MULAI

Persiapan Bahan

Alumunium AC4C

Pemotongan Specimen

Pembuatan Takikan

Pengujian

Pencatatan Data

SELESAI

Gambar 3.10 Flowchart Uji Impact Charphy


75

3.4.2 Penjelasan Flowchart Uji Impact Charpy


Berikut ini adalah tahap-tahap dalam pengujian impact charpy
,diantaranya adalah :

1. Mulai dan Persiapan benda uji


Pada tahap ini, seluruh alat dan bahan yang diperlukan dalam
pengujian disiapkan, untuk peralatan seperti: mistar, gergaji, takik, kikir,
ragum dan alat uji impact charpy, sedangkan untuk bahan ujinya adalah:
Alumunium dengan tipe AC4C.

2. Pengukuran dan Pemotongan benda uji


Di tahap ini, benda uji/ logam AC4C yang sudah disiapkan diukur
dengan ukuran panjang 55mm, dan lebar 10mm, setelah dipotong, logam
tersebut dihaluskan dengan menggunakan kikir, setelah itu untuk kedua
logam masing – masing dibuat takik di tengah –tengah benda uji, dengan
ukuran takik 2mm.

3. Pengujian impact
Tahap selanjutnya, benda uji AC4C yang sudah dipotong dan dibuat
takik tadi, siap diujikan pada alat uji impact charpy. Untuk benda
pertama AC4C yang akan diuji disimpan pada tempat / dudukan alat uji,
dengan takik pada benda disejajarkan terhadap pisau pemotong pada
pendulum alat uji impact, lalu pendulum /godam ditarik dengan sudut
awal pendulum 80o, lalu pendulum dilepaskan hingga memotong benda
uji (AC4C).

4. Menganalisa, pengambilan data & kesimpulan


Ditahap terakhir ini, kedua logam yang telah diuji, dianalisa, seperti
menganalisa jenis patahan, lalu pengambilan data untuk sudut akhir yang
didapat, dan nilai impact yang dibutuhkan dengan menggunakan rumus
yang sudah ditentukan.
76

3.4.3 Data Pengujian Uji Impact Charpy

Data Uji Impact Charpy

BAHAN
Nama Bahan Uji : Alumunium
Spesifikasi : AC4C

DATA PENGUJIAN

Gambar 3.11 Bahan Uji Impact Charpy

Berat Pendulum (G) : 16 kg


Panjang Lengan Pengayun(γ) : 120 mm = 1,2m
Luas Benda Uji (AO) : 80 mm2
Sudut Awal (α) : 60o
Sudut Akhir (β) : 25o
Usaha yang dibutuhkan (W) : 75,341 Joule
Nilai Impact charpy (K) : 0,94 joule/m2

Besarnya usaha (W) yang diperlukan untuk memukul patah benda uji
dapat diketahui :
G = 16 kg
γ = 1,2 m
Cos α =60o
Cos β =25o
77

W1 = G x γ (1 - Cos α) g W2 = G x γ (1 - Cos β) g
= 16kg x 1,2 m ( 1 - Cos60o) 9,81m/s2 = 16kg x 1,2m(1 – Cos25o) 9,81m/s2
= 16kg x 1,2 (1 – 0,5) x9,81m/s2 = 19,2 kg.m(0,1) x 9,81 m/s2
= 19,2kg.m x (10,5) x 9,8m/s2 = 18,835 Joule
= 94,176 Joule

W = W1 – W2
= 94,176 Joule – 18,835 Joule
= 75,341 Joule

Besarnya nilai impact (K) pada logam dapat diketahui :


W = 75,341Joule
Ao = 80 mm2
K = W / Ao
= 75,341 / 80
= 0,941 Joule/m2

3.4.4 Analisa dari Pengujian Impact


Berdasarkan hasil dari pengujian impact charpy terhadap logam
Alumunium, dapat dianalisa bahwa :

a. Dalam uji impact, digunakan pembebanan yang cepat (rapid loading).


Akibat pembebanan yang cepat ini, terjadi proses penyerapan energi yang
besar, akibat dari energi kinetik beban impact yang menumbuk ke
specimen. Energi yang diserap tersebut akan diubah dalam berbagai
respon, pada material seperti deformasi plastis, efek histersis, gesekan,
patahan getas dan ulet.

b. Permukaan patahan pada logam bahan uji pada praktikum uji impact ini
terdapat 2 jenis patahan, yaitu patahan ulet, dan patahan getas.
78

c. Pada specimenmengalami patahan getas, dengan ciri – ciri permukaan


mengkilap, agak halus, tidak berserabut, serta tidak mengalami deformasi
plastis.

Gambar 3.12 Bahan Uji (Specimen) dibuatkan Takikan

Gambar 3.13 Jenis Patahan Getas pada Bahan Uji Impact

Anda mungkin juga menyukai