Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI 1

MODUL 1
HIPERTENSI

DISUSUN OLEH
NAMA PRAKTIKAN : Tazkiyah Nurul Izza
NIM / KELOMPOK : K100170065 / F1
Tanggal Praktikum : Kamis, 5 Maret 2020
KOREKTOR :

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI FAKULTAS FARMASI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 1


MODUL 1
HIPERTENSI

A. KASUS
KELOMPOK 1. HIPERTENSI
Bp. TS (70 tahun, BB 65 kg, TB 170 cm) seorang purnawirawan datang ke poli penyakit
dalam untuk kontrol rutin. Bp. TS memiliki riwayat hipertensi sejak 3 bulan yang lalu dan
diterapi menggunakan HCT 25 mg 1x1 tab.

Kedua orang tua Bp. TS menderita hipertensi dan sudah meninggal

Pemeriksaan (27 Februari 2020)


TD : 140/90 mmHg
RR : 22 X /menit
HR : 110 X/ menit
T : 370C
Na : 140 mEq/L (135-145 mEq/L)
K : 3,5 mEq/L (3,3-4,9 mEq/L)
GDP : 110 mg/dL (N: < 126 mg/dL)
GDPP : 170 mg/dL (N: < 200 mg/dL)
Kolesterol total : 180 mg/dL (N: < 200 mg/dL)
Trigliseride : 115 mg/dL (N: < 150 mg/dL)
UA : 9,5 mg/dL (N: 3 - 8 mg/dL)
Sr kreatinin : 0,8 mg/dL (N: 0,8-1,2 mg/dL)

Diagnosa: hipertensi + hiperurisemia

Rencana Terapi:
HCT 25 mg 1x1 tab.

B. ETIOLOGI DAN PATOFISOLOGI


1. ETIOLOGI
Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi medis yang beragam. Pada
kebanyakan pasien etiologi patofisiologinya tidak diketahui (essensial atau hipertensi
primer). Hipertensi primer ini tidak dapat disembuhkan tetapi dapat di kontrol.
Kelompok lain dari populasi dengan persentase rendah mempunyai penyebab yang
khusus, dikenal sebagai hipertensi sekunder. Banyak penyebab hipertensi sekunder;
endogen maupun eksogen. Bila penyebab hipertensi sekunder dapat diidentifikasi,
hipertensi pada pasien - pasien ini dapat disembuhkan secara potensial (Binfar, 2006)

2. PATOFISIOLOGI
Berbagai faktor yang mengendalikan BP merupakan komponen potensial yang
berkontribusi dalam pengembangan unsur esensial hipertensi. Ini termasuk kerusakan
pada humoral (yaitu, sistem renin-angiotensin-aldosteron [RAAS]) atau mekanisme
FPP Praktikum Farmakoterapi I | 2
vasodepresor, mekanisme neuron abnormal, defek autoregulasi perifer, dan gangguan
pada natrium, kalsium, dan hormon natriuretik. Banyak dari faktor-faktor ini secara
kumulatif dipengaruhi oleh RAAS multifaset, yang akhirnya mengatur TD arteri.
Kemungkinan tidak ada satu faktor pun yang bertanggung jawab atas hipertensi esensial
(Dipiro, 2015).

C. FPP

OUTLINE PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI


FORM PEMANTAUAN PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN

Nama Pasien : Bp. TS


Jenis Kelamin : Laki Laki
Ruang : Poli penyakit dalam
Umur : 70 tahun
BB/TB : 65 kg / 170 cm
Tanggal MRS : 27 Februari 2020
Diagnosa : Hipertensi + Hiperurisemia
Alergi :-

II. SUBYEKTIF (saat MRS)


II.1 Keluhan Utama (Chief Complaint):
-
II.2 Riwayat Penyakit Sekarang (History of Present Illness)
-
II.3 Riwayat Penyakit Terdahulu (Past Medical History)
Hipertensi
II.4 Riwayat Penyakit Keluarga (Family History)
Kedua orang tua menderita hipertensi
II.5 Riwayat Sosial (Social History)
-

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 3


2.6 Riwayat Pengobatan (Medication History)
Lama
No Nama Obat Nama Generik Indikasi Rute Dosis Frekuensi Efek/kesulitan
Penggunaan
1 HCT Hidroklorotiazid Hipertensi ringan sd sedang, oral 25 mg 1 x sehari 3 bulan Terapi menimbulkan efek
samping hiperurisemia.
pengobatan edema pda gagal
jantung kongestif dan sindrom
nefrotik. (DIH, 2008)

III. OBYEKTIF
3. 1 Pemeriksaan Fisik (Physical Examination)
TANGGAL 27-02-20
TD 140/90
mmHg
Suhu 370C
Nadi 110
X/menit
RR 22 X/menit

3. 2. Kondisi Klinis
Kondisi Klinis 27-02-20

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 4


FPP Praktikum Farmakoterapi I | 5
3. 3. Data Laboratorium
a. Hematologi
Tanggal Pemeriksaan
Parameter Satuan Nilai Rujukan
27-02-20
Eritrosit 4,0 – 5,0 (P)
Juta/µL
(Sel Darah Merah) 4,5 – 5,5 (L)
Hemoglobin (Hb) 12,0 – 14,0 (P)
g/dL
13,0 – 16,0 (L)
Hematokrit 40 – 50 (P)
%
45 – 55 (L)
Hitung Jenis
Basofil % 0,0 – 1,0
Eosinofil % 1,0 – 3,0
Batang1 % 2,0 – 6,0
Segmen1 % 50,0 – 70,0
Limfosit % 20,0 – 40,0
Monosit % 2,0 – 8,0
Retikulosist % 0,5-2
Laju Endap Darah (LED) < 15 (P)
Mm/jam
< 10 (L)
Leukosit
103/µL 5,0 – 10,0
(Sel Darah Putih)
MCH/HER Pg/sel 27 – 31
MCHC/KHER g/dL 32 – 36
MCV/VER fl 80 – 96
Trombosit 103/µL 150 – 400
Prothrombin time/PT Detik 10-15
Activated Partial Thromboplastin
Detik 21-45
Time/aPTT
Thrombin Time/TT Detik 16-24
Fibrinogen mg/dl 200-450
D-Dimer Mcg/ml Negative/<0,5
International Normalized Ratio/INR 0,8-1,2

b. Fungsi Hati
Tanggal Pemeriksaan
Parameter Satuan Nilai Rujukan
27-02-20
ALT (SGPT) < 23 (P)
U/L
< 30 (L)
AST (SGOT) < 21 (P)
U/L
< 25 (L)
Alkalin Fosfatase U/L 15 – 69
GGT (Gamma GT) U/L 5 – 38
Bilirubin Total mg/dL 0,25 – 1,0
Bilirubin Langsung mg/dL 0,0 – 0,25
Protein Total g/L 61 – 82
Albumin g/L 37 – 52

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 6


c. Elektrolit

Tanggal Pemeriksaan
Parameter Satuan Nilai Rujukan
27-02-20
Kreatinin 60 – 150 (P)
U/L
70 – 160 (L)
Natrium 134 – 145 140
mmol/L
mEq/L
Klorid mmol/L 94 – 111
Kalium mmol/L 3,5 – 5,0 3,5 mEq/L
BUN mg/dL 8 - 25
Ca2+ mg/dl 8,8-10,4
Asam Urat 2,4 – 5,7 (P)
mg/dL
3,4 – 7,0 (L)
Mg2+ mg/dl 1,7-2,3

d. Analisa Gas Darah (AGD)


Tanggal Pemeriksaan
Parameter Satuan Nilai Rujukan
27-02-20
Saturasi Oksigen (SaO2) %O2 95-99
Tekanan Parsial Oksigen (PaO2) mmHg 75-100
Tekanan Parsial CO2 (PaCO2) mmHg 35-45
pH - 7,35-7,45
CO2 mEq/L 22-32
Anion Gap (AG) mEq/L 13-17

d. Profil lipid
Tanggal Pemeriksaan
Parameter Satuan Nilai Rujukan
27-02-20
Kolesterol Total mg/dL 150 – 200
HDL 45 – 65 (P)
mg/dL
35 – 55 (L)
LDL mg/dl <130
Trigliserid mg/dL 120 – 190 115 mg/dL

e. lain-lain
Tanggal Pemeriksaan
Parameter Satuan Nilai Rujukan
27-02-20
Gula Darah Sewaktu (GDS) mg/dL <200
Gula Darah Puasa (GDP) mg/dL 70 – 100 110 mg/dL
Gula Darah 2 jam PP mg/dL <200
Amilase U/L 30 – 130

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 7


IV. ASSESMENT
4.1 Terapi Pasien
Tanggal
Nama Obat Rute Dosis Frekuensi
27-02-20
HCT Oral 25 mg 1x sehari

4.2 Mekanisme Kerja Masing-Masing Obat (Obat sebelumnya, obat sekarang dan obat yang direkomendasikan)
1. HCT
Menghambat reabsorpsi natrium di tubulus distal yang menyebabkan peningkatan ekskresi natrium dan air serta ion
kalium dan hydrogen (DIH, 2008)
2. Kaptopril
Inhibitor kompetitif enzim pengonversi angiotensin (ACE); mencegah konversi angiotensin I menjadi angiotensin II,
vasokonstriktor kuat; menghasilkan kadar angiotensin II yang lebih rendah yang menyebabkan peningkatan aktivitas renin plasma
dan pengurangan sekresi aldosterone (DIH, 2008)

4.3 Problem Medik dan Drug Related Problems


4.3.1.Problem Medik
FPP Praktikum Farmakoterapi I | 8
Subyektif,
Problem Medik Terapi Analisis DRP Rekomendasi Monitoring
Obyektif
Hipertensi Subyektif : -
HCT 25 mg 1x Tepat Indikasi : Terapi yang Pemberian HCT TD (goals:
sehari Pada kasus tersebut Bp. TS diindikasikan diberikan tidak dihentikan dan <150/90 mmHg)
Obyektif : mengalamai hipertensi. Dilihat dari data tepat obat karena digantikan dengan Heart Rate
TD : 140/90 obyektif, tekanan darah pasien sebesar menimbulkan gol ACEI yaitu Serum Kreatinin
mmHg 140/90 mmHg dimana kondisi tersebut efek samping kaptopril 12.5 mg
melebihi batas tekanan darah normal hiperurisemia. 3x1 (DIH, 2008)
yaitu < 120/80 mmHg. Berdasarkan ESO : Hipotensi,
klasifikasi pasien mengalami hipertensi takikardi, nyeri
stage 1. Sehingga hal tersebut sudah tepat dada, palpitasi.
indikasi. (Top 300
Pharmacy Drug
Tepat Obat : Cards, 2016)
Pada kasus tersebut Bp. TS diberikan
terapi farmakologis berupa HCT 25 mg.
Berdasarkan JNC8 monoterapi untuk
pengobatan hipertensi adalah diuretik
tiazid, ACEI, ARB, atau CCB. HCT
merupakan diuretic golongan tiazid yang
merupakan drug of choice , namun terapi
tidak tepat obat karena menimbulkan efek
samping hiperurisemia.

Tepat Pasien :
HCT yang diberikan kepada Bp. TS tidak
menimbulkan kontra indikasi. Sehingga
obat tersebut sudah tepat pasien.

Tepat dosis ;
Pemberian HCT untuk Bp. TS dengan
dosis 25 mg 1 kali sehari untuk terapi

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 9


antihipertensi menurut DIH edisi 17
sudah tepat dosis (12,5 mg – 50 mg/hari).

Subyektif,
Problem Medik Terapi Analisis DRP Rekomendasi Monitoring
Obyektif
Subyektif : - - - Pasien Modifikasi gaya UA : (N : 3-8
Hiperurisemia memerlukan hidup dengan diet mg/dL)
Obyektif : terapi namun makanan yang
UA : 9,5 mg/dL tidak diberikan mengandung tinggi
terapi. purin seperti hati,
ampela, ginjal,
jeroan,  dan ekstrak
ragi. Makanan
yang harus dibatasi
konsumsinya
antara lain daging
sapi, domba, babi,
makanan laut
tinggi purin seperti
lobster, tiram,
kerang,dll serta 
latihan fisik
dilakukan secara
rutin 3−5 kali
seminggu selama
30−60 menit.
(IRA, 2018)

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 10


4.3.2. Drug Related Problems (DRPs)
DRUG RELATED
PERTANYAAN YES NO KOMENTAR
PROBLEMS (DRPs)
Korelasi obat dg masalah Adakah obat tanpa indikasi medis? V
medis
(Correlation between drug Adakah masalah medis yang tidak diobati V Diagnosa
therapy & medical problem) hiperurisemia namun
belum mendapat
terapi
Ketepatan Pengobatan Apakah obat yang digunakan efektif/ V HCT belum efektif
(Appropriate Therapy) mencapai hasil yang diinginkan (therapeutic menurunkan tekanan
outcome)? darah menjadi
normal
Apakah obat yang digunakan V
dikontraindikasikan untuk pasien?
Apakah obat yang digunakan merupakan V
drug of choice ?
Apakah terapi non-obat diperlukan? V Mengurangi asupan
garam dan
berolahraga.
Drug Regimen Apakah besaran dosis sudah tepat untuk V
pasien?
Apakah frekuensi pemberian sudah tepat? V

Apakah lama pemberian obat sudah tepat? V

Duplikasi terapi/Polifarmasi Adakah terjadi duplikasi terapi? V

Adverse Drug Reactions Adakah gejala/ masalah medis yang V HCt menimbulkan
disebabkan oleh obat? efek samping
hiperurisemia
Interaksi Obat Adakah interaksi obat-obat yg berdampak V
klinis?
Adakah interaksi obat- makanan yg V
berdampak klinis?
Adakah interaksi obat- pemeriksaan V
laboratorium yang berdampak klinis?
Alergi Obat/ Intoleransi Apakah terjadi alergi /intoleransi terhadap V
obat ?
Adherence/ Compliance Adakah masalah ketidak patuhan pasien V
terhadap penggunaan obat?
Apakah pasien mengalami hambatan/ V
kesulitan dalam penggunaan obat?

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 11


V. KESIMPULAN REKOMENDASI
1. Terapi hipertensi dengan HCT (hidroklorotiazid) dihentikan, dan digantikan dengan
obat antihipertensi golongan lainnya, misalnya kaptopril (golongan ACE-I) dengan
dosis 12,5 mg 3 kali sehari.
2. Hiperurisemia diobati dengan modifikasi gaya hidup dengan diet makanan yang
mengandung tinggi purin seperti hati, ampela, ginjal, jeroan, dan ekstrak ragi.
Makanan yang harus dibatasi konsumsinya antara lain daging sapi, domba, babi,
makanan laut tinggi purin seperti lobster,tiram, kerang, dll serta latihan fisik
dilakukan secara rutin 3−5 kali seminggu selama 30−60 menit.

D. KIE
 Penurunan berat badan. Mengganti makanan tidak sehat dengan memperbanyak asupan
sayuran dan buah-buahan dapat memberikan manfaat yang lebih selain penurunan
tekanan darah, seperti menghindari diabetes dan dislipidemia. 
 Mengurangi asupan garam tidak melebihi 2 gr/hari 
 Olah raga secara teratur sebanyak 30– 0 menit/hari, minimal 3 hari/minggu, dapat
menolong penurunan tekanan darah. Terhadap pasien yang tidak memiliki waktu untuk
berolahraga secara khusus, tetap dianjurkan untuk berjalan kaki, mengendarai sepeda atau
menaiki tangga dalam aktifitas rutin mereka di tempat kerjanya. 
 Berhenti merokok. 
Hindari makanan yang mengandung tinggi purin seperti hati, ampela, ginjal, jeroan,  dan
ekstrak ragi. Makanan yang harus dibatasi konsumsinya antara lain daging sapi, domba,
babi, makanan laut tinggi purin (sardine, kelompok shellish seperti lobster,tiram, kerang,
udang, kepiting, tiram, skalop).

E. DAFTAR PUSTAKA
Dipiro, J. T. et al. 2015. Pharmacotherapy Handbook 10th edition. Inggris: Mc Grow Hill
Education.
James, P. A. et al. (2014) ‘2014 Evidence-based guideline for the management of high
blood pressure in adults: Report from the panel members appointed to the Eighth
Joint National Committee (JNC 8)’, JAMA - Journal of the American Medical
Association, 311(5), pp. 507–520. doi: 10.1001/jama.2013.284427.
Kolesar, J. And Vermeulen, L.2016. Top 300 Pharmacy Drug Cards. New York: Mc
Graw Hill Education.
Lecy C.F. et al. 2008. Drug Information Handbook, 17th Edition. Ohio: American
Pharmacists Association.
Perhimpunan Reumatologi Indonesia. 2018. Pedoman Diagnosis dan Pengelolaan Gout.
Jakarta : Perhimpunan Reumatologi Indonesia.

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 12


F. LAMPIRAN

FPP Praktikum Farmakoterapi I | 13


FPP Praktikum Farmakoterapi I | 14
FPP Praktikum Farmakoterapi I | 15
FPP Praktikum Farmakoterapi I | 16
FPP Praktikum Farmakoterapi I | 17
FPP Praktikum Farmakoterapi I | 18
FPP Praktikum Farmakoterapi I | 19

Anda mungkin juga menyukai