Anda di halaman 1dari 21

PETUNJUK PRAKTIKUM

TS SOLID

Disusun oleh :
Tim Pengampu

PROGRAM STUDI D-III FARMASI (DIII)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDAL
(STIKES KENDAL)
2021
JADWAL PRAKTIKUM TS SOLID
GRANULASI

Tujuan
Dapat mengetahui proses pembuatan granul dan evaluasinya

Dasar Teori
Usaha meningkatkan kekompakan, stabilitas kimia dan mempertahankan khasiat suatu
sediaan ditentukan oleh kualitas granulasinya. Granul harus memiliki kemampuan alir yang baik
dan daya cetak yang baik jika granul tersebut akan dicetak menjadi tablet, untuk memenuhi
karakteristik tersebut maka bahan obat dibuat dalam bentuk bulatan. Granulasi adalah proses yang
bertujuan untuk meningkatkan aliran serbuk dengan jalan membentuknya menjadi bulatan-bulatan
atau agregat-agregat dalam bentuk beraturan yang disebut granul.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi suatu granul antara lain :
1. Mempunyai bentuk dan warna yang sedapat mungkin teratur
2. Sedapat mungkin memiliki distribusi butir yang sempit dan mengandung bagian berbentuk
serbuk tidak lebih dari 10%
3. Memiliki daya hancur yang baik
4. Menunjukkan kekompakan mekanis yang memuaskan
5. Hancur baik dalam air

Pembuatan tablet dapat dikerjakan dengan 3 metode :


1. Granulasi Basah
Metode granulasi basah dilakukan dengan terlebih dahulu mencampur bahan obat dengan
bahan pengisi, kemudian ditambah bahan pengikat sampai terjadi massa granul yang baik.
2. Granulasi Kering
Pembuatan granul dengan cara kering dikerjakan dengan cara mencampur zat berkhasiat, zat
pengisi, zat penghancur, bila perlu zat pengikat dan zat pelican kemudian dikempa cetak
menjadi tablet yang besar (slugging), setelah itu tablet yang terjadi dipecah menjadi granul lalu
diayak lalu dicetak lagi menjadi tablet yang dikehendaki.
3. Cetak Langsung
Cetak langsung dilakukan dengan cara mencampur semua bahan yang dilakukan kemudian
langsung dicetak dengan mesin pencetak tablet. Metode cetak langsung ini biasanya digunakan
untuk bahan obat yang memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang bagus.

Evaluasi Granul
Sifat-sifat dari granulat hanya mempengaruhi peristiwa pencetakan saja tetapi juga kualitas
tabletnya. Oleh karena itu diperlukan evaluasi yang meliputi :
1. Kandungan lembab (MC). 3. Bobot jenis
2. Distributri partikel 4. Sifat alir
KURVA LAJU PENGERINGAN
Bertujuan untuk mengetahui proses perubahan kandungan air dalam granul akibat
perlakuan panas selama proses pengeringan, karena pada pembuatan granul dengan metode
granulasi basah setelah terjadi masa granul yang baik, masa granul kemudian dikeringkan dalam
almari pengering, dengan maksud untuk menghilangkan air yang terkandung dalam granul dengan
cara pemanasan.
Pada saat proses pengeringan berlangsung terjadi perpindahan panas dan perpindahan
masa. Panas berasal dari ruangan almmari pengering, dan masuk kedalam partikel granul.
Sedangkan perpindahan masa berupa difusi air dari dalam granul ke permukaan, untuk kemudian
berubah menjadi uap dan lepas mengikuti aliran udara kering.
Proses pengeringan berlangsung dalam lima tahap. Tahap pertama ditandai dengan adanya
kenaikan temperature granul karena ada panas yang masuk. Lalu air dalam granul menguap, dan
temperature granul turun kembali. Tahap ini diakhiri dengan terjadinya keseimbangan antara laju
penguapan dan laju perpindahan panas.
Laju pengeringan suatu serbuk/ granul dapat diketahui dengan meletakkan bahan yang
dikeringkan diatas nampan neraca dalam almari pengering, kemudian diamati perubahan serbuk/
granul yang terjadi selama proses pengeringan berlangsung.
Gambaran laju pengeringan dapat diperoleh dengan membuat kurva kandungan lembab
MC (Moisture Content) sebagai fungsi waktu pengeringan. Harga MC dihitung dengan
menghitung jumlah air dalam cuplikan serbuk setiap berat cuplikan kering dikalikan 100%.

Jumla h air dalam cuplikan


MC = Berat cuplikan kering X 100%

Kurva laju pengeringan dapat dibagi dalam lima bagian sesuai dengan tahapan proses yang terjadi
selama pengeringan :
1. Tahap mula
2. Tahap laju konstan
3. Tahap laju penurunan pertama
4. Tahap laju penurunan kedua
5. Tahap kandungan lembab seimbang

Bahan :
- Sacharum laktis 100 gram
- Amilum manihot 100 gram
- Mucilago amili (10%) 100 ml

Alat :
- Cawan petri 6 (enam) pasang
- Almari pengering
- Ayakan
- Neraca

Batasan kondisi percobaan :


a. Diameter cawan petri sama besar
b. Berat granul yang dimasukkan kedalam setiap cawan petri sama
c. Berat sampel kering diperoleh dengan mengeringkan granul selama satu minggu
d. Tebal granul pada setiap cawan petri harus sama

Cara kerja :
1. Timbang cawan petri kosong (wadah dan tutupnya)
2. Timbang sacharum laktis dan amilum manihot masing-masing seberat 100 gram, masukkan
kedalam mikser dan campur sampai homogeny (5 menit)
3. Buat mucilage amili 10% sebanyak 100 ml, dan tambahkan pada campuran (2) sedikit demi
sedikit sebanyak 30 ml, campur homogen sampai terbentuk granul, kemudian ayak dengan
ayakan No. 14
4. Timbang granul basah sebanyak 25 gram, sebanyak enam kali dan masukkan masing-masing
ke dalam cawan petri. (setiap cawan petri mengandung 25 gram granul).
5. Masukkan ke enam cawan petri dengan hati-hati kedalam almari pengering. Selama
pengeringan cawan petri dalam keadaan terbuka (tutupnya dilepas)
6. Setelah waktu tertentu keluarkan satu cawan petri dari almari pengering dalam keadaan
tertutup, dinginkan dan timbang. Waktu pengeringan : 15, 30, 60, 90 dan 120 menit
7. Biarkan satu cawan petri dalam almari pengering dan lanjutkan pengeringan sampai satu
minggu.
8. Timbang berat granul setelah pengeringan selama satu minggu dan catat sebagai berat granul
kering.

Evaluasi :
1. Pada setiap waktu pengamatan, hitung :
a. Berat cawan petri kosong
b. Berat cawan petri dan granul mula-mula
c. Berat cawan petri+berat granul setelah pengeringan selama waktu tertentu
d. Berat cawan petri+berat granul setelah pengeringan seminggu
2. Hitung kandungan lembab (MC) untuk setiap waktu pengeringan
3. Buat kurva laju pengeringan, dengan memplotkan MC sebagai fungsi waktu pengeringan.
Contoh perhitungan kandungan lembab setelah waktu pengeringan selama 30 menit (MC30).
a. Sebelum pengeringan
(t=0) Berat petri+granul basah = 225,000 g
Berat petri = 200,000 g
Berat granul basah = 25,000 g
b. Setelah pengeringan 30 menit
(t= 30 menit) Berat petri+granul = 223,750 g
Berat petri = 200,000 g
Berat granul (t=30) = 23,750 g

c. Setelah pengeringan satu minggu


(t= 1 minggu) Berat petri+granul = 219,000 g
Berat petri = 200,000 g
Berat granul (t=1 minggu) = 19,000 g

Jadi kandungan lembab granul setelah pengeringan 30 menit :

Berat granul ( t=30 )−Berat granul ( t=1minggu )


MC30 = X 100%
Berat granul(t=1 minggu)

23,750 gram−19 gram


= X 100%
19 gram
= 25 %

a. Sebelum pengeringan 15 menit


(t= 15 menit) Berat petri+granul basah = 117,6544 g
Berat petri = 92,9844 g
Berat granul basah = 24,67 g
b. Sebelum pengeringan 30 menit
(t= 30 menit) Berat petri+granul = 108,4045 g
Berat petri = 83,2368 g
Berat granul (t=30) = 25,1677 g

c. Sebelum pengeringan 60 menit


(t= 60 menit) Berat petri+granul = 120,5414 g
Berat petri = 93,8795 g
Berat granul (t= 60 menit) = 26,6619 g

d. Sebelum pengeringan 90 menit


(t= 90 menit) Berat petri+granul = 120,1938 g
Berat petri = 95,4085 g
Berat granul (t= 60 menit) = 24,7853 g

e. Sebelum pengeringan 120 menit


(t= 120 menit) Berat petri+granul = 120,5892 g
Berat petri = 95,6805 g
Berat granul (t= 60 menit) = 24,9087 g

f. Sebelum pengeringan 1 minggu


(t= 1 minggu) Berat petri+granul = 120,4627 g
Berat petri = 95,0989 g
Berat granul (t= 60 menit) = 25,3638 g

a. Setelah pengeringan 15 menit


(t= 15 menit) Berat petri+granul = 116,9942 g
Berat petri = 92,9844 g
Berat granul = 24,0098 g
b. Setelah pengeringan 30 menit
(t= 30 menit) Berat petri+granul = 107,5107 g
Berat petri = 83,2368 g
Berat granul (t=30) = 24,2739g

c. Setelah pengeringan 60 menit


(t= 60 menit) Berat petri+granul = 118,4110 g
Berat petri = 93,8795 g
Berat granul (t= 60 menit) = 24,5315 g

d. Setelah pengeringan 90 menit


(t= 90 menit) Berat petri+granul = 117,3284 g
Berat petri = 95,4085 g
Berat granul (t= 60 menit) = 21,9199 g

e. Sebelum pengeringan 120 menit


(t= 120 menit) Berat petri+granul = 116,9275 g
Berat petri = 95,6805 g
Berat granul (t= 60 menit) = 21,247 g

f. Setelah pengeringan 1 minggu


(t= 1 minggu) Berat petri+granul = 118,4175 g
Berat petri = 95,0989 g
Berat granul (t= 1 minggu ) = 23,3186g

Jadi kandungan lembab granul setelah pengeringan 15 menit :

MC¹⁵ =
BERAT GRANUL (t 15) - BERAT GRANUL 1 MINGGU/ BERAT GRANUL 1 MINGGU ×
100%
24,0098 g - 23,3186g / 23,3186 g × 100 %
= 2,964%

MC³⁰=
BERAT GRANUL (t 30) - BERAT GRANUL 1 MINGGU/ BERAT GRANUL 1 MINGGU ×
100%
24,2739g - 23,3186g / 23,3186 g × 100 %
= 4,096%

MC⁶⁰=
BERAT GRANUL (t 60) - BERAT GRANUL 1 MINGGU/ BERAT GRANUL 1 MINGGU ×
100%
24,5315 g - 23,3186g / 23,3186 g × 100 %
= 5,201%
MC⁹⁰=
BERAT GRANUL (t 90) - BERAT GRANUL 1 MINGGU/ BERAT GRANUL 1 MINGGU ×
100%
21,9199 g - 23,3186g / 23,3186 g × 100 %
= - 5,988%

PENGARUH KANDUNGAN LEMBAB (MC) GRANUL


TERHADAP KECEPATAN ALIR
Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh kandungan lembab yang terdapat dalam granul terhadap waktu
alirnya.

Teori
Sifat alir granul memegang peranan penting dalam pembuatan tablet. Apabila granul
mudah mengalir, maka tablet yang dihasilkan mempunyai keseragaman bobot yang baik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat alir serbuk/ granul adalah : kerapatan jenis,
porositas, bentuk partikel, ukuran partikel, kondisi percobaan dan kandungan lembab.
Sifat alir serbuk merupakan harga asumsi antara gaya berat dan gaya tarik antar partikel.
Semakin besar gaya tariknya maka serbuk semakin sukar mengalir. Gaya tarik ini dipengaruhi oleh
banyak factor antara lain kandungan lembab.
Dalam keadaan normal ikatan antar partikel dapat terjadi karena adanya gaya elektrostatika.
Pada kondisi kandungan lembab yang tinggi ikatan antar partikel akan lebih kuat, karena luas
kontak permukaan nyata naik. Apabila gaya tarik antar partikel serbuk semakin kuat, maka serbuk
akan semakin sukar mengalir. Selain itu, gaya tarik antar partikel dapat pula terjadi karena
pembentukan jembatan cair, sebagai akibat dari :
- Tegangan interfasial pada permukaan partikel padat yang terbasahi cairan
- Tegangan interfasial cairan di dalam partikel
- Tegangan kapiler antara partikel
Sifat alir serbuk dapat ditetapkan dengan dua macam cara :
1. Metode langsung
Yaitu dengan mengukur secara langsung kecepatan alir sejumlah serbuk.
Misalnya, metoda corong dan metoda timbang.
2. Metode tidak langsung
Yaitu dengan mengukur parameter sudut diam, atau dengan metoda pengetapan.
Pengukuran sifat alir granul dengan metoda corong dipengaruhi oleh beberapa kondisi pengamatan
sebagai berikut :
a. Berat granul
b. Ukuran partikel granul
c. Diameter corong (bagian atas dan bawah)
d. Panjang tangkai corong
e. Cara penuangan sampel
f. Pengaruh getaran luar
Untuk sejumlah berat granul yang sama, makin cepat waktu alirnya maka sifat alir serbuk semakin
baik.

Bahan
Granul yang dipakai dalam percobaan (1)

Alat
Corong pengukur sifat alir
Cara Kerja
1. Timbang 20 gram granul basah yang dipakai dalam percobaan (1). Tuangkan secara perlahan-
lahan kedalam corong pengukur. Penuangan lewat tepi corong, jangan langsung kebagian
tengah corong.
Buka penutup corong secara pelan-pelan, biarkan granul mengalir keluar. Catat berapa lama
waktu yang diperlukan agar semua granul keluar lewat mulut corong dengan menggunakan alat
pencatat waktu.
2. Kerjakan dengan cara yang sama seperti pada butir 1, untuk granul yang telah dikeringkan
selama :
- 15 menit ; 30 menit ; 60 menit
- 90 menit ; 120 menit ; 1 minggu
Catatan :
a. Pengamatan waktu alir setiap granul dilakukan 3 kali
b. Selama pengamatan hindarkan adanya pengaruh getaran dari luar
c. Apabila granul tidak mengalir, catat dengan kode negative (-)

Evaluasi
1. Catat waktu alir untuk setiap granul yang diamati (dalam satuan detik)
2. Hitung kecepatan alirnya (gram/detik)
Contoh :
Berat granul G15 (granul yang telah dikeringkan selama 15 menit) = 20 gram
Waktu alir G15 = 2 detik
Kecepatan alir G15 = 20gram / 2detik = 10 gram/detik
3. Buat kurva hubungan antara kandungan lembab (MC) granul dengan kecepatan alirnya, dimana
MC sebagai sumbu Y dan kecepatan alir (g/dt) sebagai sumbu X.

PENGARUH UKURAN PARTIKEL PADA FLUIDITAS GRANUL

1. Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh ukuran partikel pada fluiditas granul

2. Teori
Salah satu cara pembuatan granul yaitu metode granulasi basah. Metode ini dilakukan
dengan bahan pengisi. Zat aktif kemudian ditambah bahan pengikat dan dicampur sampai
homogeny sehingga terbentuk massa yang kempal yang disebut granul.
Granul diayak dengan ayakan yang sesuai. Nomor ayakan dinyatakan antara lain dengan
patokan MESH.
No. Ayakan Ukuran lubang ayakan (micron)
18 1000
25 710
35 500
40 420
50 297

Granul dengan ukuran 18/25 mesh artinya : ukuran diameter granul lebih besar dari 710µ dan lebih
kecil dari 1000µ. Granul memiliki ukuran 40/50 mesh artinya ukuran diameter granul lebih besar
dari 297µ dan lebih kecil dari 420µ.

Pada umumnya, semakin besar ukuran granul sifat alirnya semakin baik.
Sifat alir memegang peranan penting dalam pembuatan tablet. Apabila granul mudah mengalir,
tablet yang dihasilkan mempunyai keseragaman bobot yang baik.
Faktor-faktor yang menentukan sifat alir granul adalah :
- Kerapatan jenis,
- Porositas,
- Bentuk partikel,
- Ukuran partikel,
- Kondisi percobaan
- Kandungan lembab.
Pengukuran sifat alir granul dapat dilakukan dengan dua macam cara :
a. Cara langsung, misalnya dengan metode corong
b. Cara tidak langsung, yaitu dengan mengukur sudut diam serbuk dan metode pengetapan.
Sudut diam diartikan sebagai sudut yang terbentuk oleh setumpuk partikel terhadap bidang datar
pada kondisi stabil. Secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut :

Sudut diam dapat diukur dengan mengamati tinggi kerucut yang terbentuk (h cm) diatas alas
dengan diameter tertentu (r cm). Besar sudut diam dapat dihitung sebagai :
tg β = h/r
Pengamatan sudut diam dapat dikerjakan antara lain dengan metode “Silinder tetap dengan
penyangga”. Alat ini berupa tabung gelas yang berlubang di bagian atasnya, sedangkan di bagian
bawah terbuka sebagian dan dilengkapi dengan penutup. Pada bagian tengah silinder diletakkan
sebuah penyangga yang akan menghalangi serbuk pada saat mengalir keluar.
Mula-mula granul dimasukkan dalam silinder dengan hati-hati. Penutup lubang bagian
bawah kemudian dibuka. Granul akan keluar melalui lubang, dan ada sebagian yang tertahan pada
penyangga membentuk kerucut. Sudut diam granul dapat dihitung dengan mengukur terlebih
dahulu tinggi kerucut dan diameter lempeng penyangga.
Pada umumnya granul dikatakan mengalir baik (free flowing) apabila sudut diamnya lebih
kecil dari 400. Jika sudut diam lebih besar dari 500 pada saat penabletan akan ditemui kesulitan.
Selain dengan cara diatas, sudut diam dapat diukur dengan “Metode Pengetapan”. Caranya adalah
dengan mengamati pengurangan volemu granul yang terjadi selama pengamatan. Alat yang
digunakan disebut VOLUMENOMETER. Alat ini terdiri dari sebuah gelas ukur yang diletakkan
pada suatu alas yang dapat bergerak naik turun secara mekanis dengan bantuan motor penggerak.
Granul dengan volume tertentu dimasukkan dengan hati-hati ke dalam gelas ukur, lalu
diletakkan di atas alat. Kemudian motor dijalankan, gelas ukur akan bergerak ke atas dan ke bawah
dengan kecepatan tertentu. Pengurangan volume granul akibat pengetapan dicatat, dan hasilnya
dinyatakan dengan harga Tap T (%).

(Vo−Vt )
T (%) = Vo X 100

Keterangan : - Vo : Volume awal


- Vt : Volume setelah pengetapan
Semakin besar harga T (%), maka sifat alir semakin jelek.

1. Bahan
Tiga macam granulatum simplek dengan ukuran yang berbeda : 18/25 Mesh, 25/35 Mesh, 40/50
Mesh.

2. Alat
Silinder gelas pengukur sudut diam, volumenometer.

3. Cara Kerja
a. Pengamatan sudut diam
- Timbang granul seberat 100 gram, masukkan secara pelan-pelan lewat lubang bagian atas,
sementara bagian bawah ditutup.
- Buka penutupnya dan biarkan serbuk keluar.
- Ukur tinggi kerucut yang terbentuk.
- Ulangi percobaan sebanyak 3 kali.
Catatan :
Selama percobaan alat dijepit dengan klem, hindarkan pengaruh getaran.

b. Uji Pengetapan
1). Tuangkan granul secara pelan-pelan kedalam gelas ukur sampai volume 100ml. Catat
sebagai Vo.
2). Pasang gelas ukur pada alat dan hidupkan motor.
3). Catat perubahan volume setelah pengetapan (Vt) bila t= 5; 10; 20; 30 dan 40. Teruskan
pengetapan sampai permukaan serbuk tidak turun lagi (volume sudah konstan dan catat
sebagai Vk)
4). Catat berat granul.

c. Bobot jenis
1. Bobot Jenis Nyata (bulk density = ρ0)
Masukkan granulat sebanyak 60 gram ke dalam gelas ukur, kemudian catat volumenya

M ( g)
ρ0 = Vo(ml)

Dimana : ρ0 = bobot jenis nyata


M = berat granulat
V0 = volume granulat

2. Bobot Jenis Mampat (tap density = ρ1)


Masukkan granulat sebanyak 60 gram ke dalam gelas ukur, kemudian di ketuk-ketuk untuk
menentukan bobot jenis mampat pada frekuensi ±250 ketukan/ menit, hingga di dapat
volume tetap.

M (g)
ρ1 = Vk (ml)

Dimana : ρ1 = bobot jenis mampat


M = bobot garnulat
Vk = volume konstan

3. Bobot Jenis Benar (true density = ρ)


Cairan yang digunakan paraffin liquidum
a. Mula-mula ditimbang piknometer kosong 10,0 ml (W1 g)
b. Isi piknometer kosong dengan paraffin liq hingga penuh dan ditimbang (W2 g)
c. Ditimbang seksama granulat sebanyak 1-1,5 gram (W3 g), masukkan dalam piknometer
yang berisi paraffin, tambahkan paraffin sampai 10,0 ml, kemudian ditimbang (W4 g).

W 2 xW 3 3
ρ0 = 10(W 2−W 4+W 3+W 1) g/cm

4. Evaluasi :
a. Hitung sudut diam masing-masing fraksi granul
b. Buat kurva dari ukuran partikel sebagai fungsi ukuran partikel dengan sudut diam
c. Hitung harga Tap T (%) untuk masing-masing fraksi. Bandingkan.
d. Buat kurva Log V0/Vt sebagai fungsi banyaknya pengetapan.
e. Hitung “Nilai Compresibilitas” C apabila :

ρ1−ρ 0
C= ρ1 X 100%

f. Hitung nilai porositasnya, apabila :

1−ρ 0
Persen Porositas = ρ X 100%

Dimana : ρ0 = bobot jenis nyata


ρ = bobot jenis benar
ρ1 = bobot jenis mampat

5. Hasil Pengamatan

a. Hitung sudut diam masing-masing fraksi granul


PENCAMPURAN

1. Tujuan
Untuk mengetahui salah satu teknik mencampur serbuk dan mengamati homogenitasnya.

2. Teori
Pencampuran merupakan proses penting dalam fabrikasi tablet, baik pada proses granulasi
basah, granulasi kering, maupun pada metode cetak langsung. Begitu pentingnya proses
pencampuran ini maka bagi orang yang terkait dengan fabrikasi tablet harus dapat mengerti
secara baik, agar hasil akhir tablet dapat memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
Pencampuran dapat berupa :
a. Pencampuran antar partikel padat, misalnya antara bahan obat dengan bahan pengisi, granul
dengan bahan pelican.
b. Pencampuran padatan-cairan, yaitu pada penambahan bahan pengikat pada campuran serbuk
(metoda granulasi basah).
c. Pencampuran antar cairan.
Salah satu pencampuran antar partikel padat lazim dikenal dengan pencampuran secara
acak. Pencampuran ini merupakan proses statistic, dimana sejumlah partikel-partikel komponen
penyusun campuran dipisah dan digabung kembali secara berulang kali sampai setiap partikel
pada setiap saat mempunyai kesempatan untuk berada pada suatu tempat di dalam campurannya.
Ada tiga macam mekanisme pencampuran acak :
1). Diffusion mixing : redistribusi partikel karena gerakan-gerakan acak partikel secara
individu.
2). Convection mixing : gerakan segerombol partikel dari suatu tempat ke tempat lain di dalam
campuran.
3). Shear mixing : perubahan konfigurasi komponen penyusun serbuk karena terbentuknya
lapisan partikel yang menggelincir.
Pencampuran acak terjadi karena dua kelompok partikel atau lebih bergerak memisah dan
menyusun kembali secara terus menerus sampai didapatkan campuran yang homogeny. Dalam
campuran acak tidak ada gaya tarik menarik antar partikel seperti gaya elektrostatika dan gaya
adhesi yang lain.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap homogenitas campuran serbuk, antara lain :
- Bobot jenis
- Ukuran partikel
- Bentuk partikel
- Perbandingan jumlah komponen penyusun
- Macam dan ukuran mikser
- Lama pencampuran dan kecepatan perputaran mikser.

Pengamatan homogenitas campuran dapat dilakukan dengan menggunakan parameter :


1. Simpangan baku (SD) kadar komponen penyusun
2. Koefisien variasi (CV) yang besarnya :

CV = SD / X
Keterangan : X adalah harga purata kadar komponen penyusun.
Kelemahan dalam menggunakan simpangan baku (SD) sebagai parameter homogenitas adalah :
a. SD tergantung pada besarnya kuantitas cuplikan yang diambil
b. SD tidak bias untuk membandingkan homogenitas campuran yang berbeda
konsentrasinya.
Reabilitas hasil pengamatan homogenitas tergantung dari banyaknya cuplikan yang digunakan.
Semakin banyak jumlah cuplikan maka estimasinya semakin baik.

3. Bahan :
- Granulatum simplek warna merah
- Granulatum simplek warna putih

4. Alat
- Mikser
- Pengambilan cuplikan

5. Cara kerja
a. Timbang masing-masing granul dengan ukuran diameter tertentu sebanyak 540 gram untuk
granul putih dan 60 gram granul merah. Catat ukuran masing-masing granul.
b. Masukkan kedua granul kedalam alat (mikser)
c. Alat diatur kemiringannya sampai semua granul dapat berputar dengan baik. Putar mikser
dengan teratur selama pencampuran. Kecepatan putar mikser 20 rpm. Lama pencampuran : 3 ;
10 ; 15 dan 30 menit.
d. Setiap waktu putar, ambil 20 cuplikan secara acak pada beberapa tempat di dalam alat.

6. Evaluasi
a. Hitung kadar granul berwarna pada setiap cuplikan dengan cara penimbangan
b. Hitung CV kadar granul berwarna disetiap campuran pada masing-masing waktu pemutaran
c. Buat grafik Koefisien Variasi (CV), sebagai funsi lama pencampuran.

CV

Lama Pencampuran (menit)


TABLET

Tujuan :
Untuk memberikan pengetahuan dan ketrampilan tentang pembuatan tablet dan control sifat fisis
tablet.

Teori :
Tablet adalah sediaan padat kompak yang dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung
pipih atau serkuler, kedua permukannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih,
dengan atau tanpa bahan tambahan. Pada umumnya tablet dibuat dengan penambahan bahan seperti :
bahan pengisi, pengikat, penghancur dan pelican.
Untuk memperoleh tablet yang baik dan memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia, bahan
baku yang akan dibuat tablet harus mempunyai sifat-sifat sbb :
1. Mudah mengalir
2. Mudah dikempa
3. Mudah lepas dari cetakan
4. Mudah melepaskan bahan obatnya.
Kebanyakan bahan baku tidak memiliki sifat-sifat seperti tersebut diatas. Agar dapat dikempa
maka perlu digranulasi terlebih dahulu. Granul yang baik mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
- Bentuk partikel sferis
- Mempunyai kurva distribusi normal
- Bahan-bahan penyusun tablet tercampur baik
- Mudah dikempa.

Macam bahan tambahan :


Pengisi : - Laktosa, sukrosa, kaolin, amilum, glukosa, kalsium sulfat, kalsium dehidrogen fosfat.
Pengikat : - Mucilago PGA 10% - 20%
- Solutio gelatin 10% - 20%
- Larutan gula 50% - 76%
- Mucilago amilum 10% - 15%
Penghancur : - Amilum kering 5% - 15%
- Pektin, agar
- Asam alginate 5% - 10%
- Natrium alginate 5%
Pelicin : - Talk 1% - 5%
- Magnesium stearat < 1%
- Asam stearat 1% - 5%

Metoda pembuatan tablet ada tiga macam :


1. Metoda granulasi basah
2. Metoda granulasi kering / granulasi dengan kompresi
3. Metoda cetak langsung

Pemeriksaan kualitas tablet mencakup :


1. Kontrol kualitas bahan baku
2. Pemeriksaan homogenitas campuran
3. Pengamatan kualitas granul seperti : sifat alir, kandungan air dan kompresibilitas
4. Kontrol kualitas akhir : keseragaman bobot, kerapuhan, kekerasan, waktu hancur, kadar obat dan
kecepatan pelarutan.

Beberapa problema yang sering muncul pada pembuatan tablet adalah :


a. Capping
Yaitu keadaan dimana lapisan atas atau bawah tablet terbelah sebagian atau seluruhnya. Hal ini
dapat terjadi segera setelah keluar dari cetakan atau setelah beberapa waktu kemudian (dalam
penyimpanan).
Penyebab capping antara lain :
- Adanya udara yang ikut terkempa, sehingga setelah tablet keluar dari cetakan udara beraksi
ikut mendesak keluar. Hal ini sering terjadi apabila partikel bahan baku sangat halus.
- Pengeringan granul kurang sempurna
- Penggunaan stempul (punch) yang baru. Gesekan yang belum lancer antara stempel dan
matris (die) dapat memacu terjadinya capping.
b. Binding
Yaitu dimana bahan yang ditablet sebagian melekat didinding matris.
Penyebabnya adalah :
- Granul kurang kering
- Matris sudah usang
- Kerja lubrikan kurang baik
c. Sticking
Yaitu keadaan dimana ada sebagian masa tablet yang melekat pada stempel
Penyebabnya antara lain :
- Granul kurang kering
- Stempel sudah using
- Kerja lubrikan kurang baik
d. Mottling
Yaitu keadaan dimana terjadi warna yang tidak merata pada permukaan tablet
Penyebabnya antara lain :
- Obat atau hasil uraianya mempunyai warna yang berbeda dengan bahan tambahan dan
tidak tercampur homogeny
- Terjadi peristiwa migrasi selama pengeringan
- Penggunaan zat warna, dan pencampuran tidak homogeny

Bahan :
- Paracetamol
- Vitamin C
- Amilum manihot
- Laktosa
- Gelatin
- Talk
- Magnesium stearat

Alat :
- Mikser
- Timbangan
- Ayakan
- Mesin tablet

Formula :
1. Tablet Parasetamol ( 100 tablet)

R/ Parasetamol 500mg
Amilum Maydis 5%
Sol Gelatin 10% qs
Mg Stearat 0,5%
Talk 2%
S.L ad 750mg

2. Tablet Vitamin C ( 100 tablet)


R/ Vitamin C 50 mg
Granulatum simplek 95 mg
Talk 3,25mg
Mg. Stearat 1 mg
Aerosil 0,75mg

Catatan : Granulatum simplek terlebih dahulu dibuat dengan jalan mencampurkan


amilum dan laktosa sama banyak (masing-masing sebanyak 48 gram), kemudian ditambah
solution gelatin 10% qs sampai terbentuk granul.

Cara kerja :
1. Pembuatan tablet Parasetamol
a. Buat solution gelatin 10% sebanyak 100ml untuk formula (1) dan (2)
b. Timbang bahan obat dan bahan tambahan seperti tercantum dalam formula
c. Campur parasetamol dan amilum di dalam mikser sampai homogeny (lama pencampuran 5
menit)
d. Tambahkan bahan pengikat sedikit demi sedikit, buat masa granul yang baik, lalu diayak
(No.14). Catat jumlah/ volume bahan pengikat yang digunakan.
e. Granul basah kemudian dikeringkan dalam almari pengering.
f. Setelah kering diayak lagi, kemudian tambahkan bahan penghancur dan pelican campur
hingga homogeny.
g. Masukkan campuran tersebut kedalam hopper (corong alimentasi), buat tablet.
Berat satu tablet ±750 mg, kekerasan 4kg – 6kg.
2. Pembuatan tablet Vitamin C
a. Timbang amilum dan laktosa seperti tertera dalam formula, campurkan keduanya dalam
mikser sampai homogeny.
b. Tambahkan bahan pengikat ke dalam campuran diatas sedikit demi sedikit sampai terbentuk
masa granul yang baik, lalu diayak. Catat berapa berat/ volume bahan pengikat yang
digunakan.
c. Keringkan dalam almari pengering, setelah kering diayak dengan ayakan yang sesuai.
d. Tambahkan Vitamin C, bahan pelican (campuran talk dan Mg Stearat), masukkan ke dalam
mikser campurkan sampai homogeny
e. Masukkan kedalam corong alimentasi, kemudian ditablet.

Evaluasi :
1. Mencakup empat macam control sifat fisis tablet :
- Keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan dan waktu hancur tablet.

a. Kontrol keseragaman bobot tablet


Dua puluh tablet ditimbang satu persatu pada neraca analitik dan kemudian hitung harga
purata (X) dan koefisien variasinya.

CV (%) = (SD / X) . 100%

Keteranga :
CV : Koefisien variasi
SD : Simpangan baku
X : Harga purata

Bandingkan dengan persyaratan keseragaman bobot menurut Farmakope Indonesia.

b. Kontrol kekerasan tablet


Alat yang digunakan adalah Stokes-Monsanto Hardness Tester.
Sebuah tablet diletakkan pada ujung alat dengan posisi vertical. Putar sekrup pada ujung yang
lain, sehingga tablet tertekan. Pemutaran dihentikan sampai tablet pecah. Tekanan tablet
dibaca pada skala. Lakukan percobaan sebanyak 5 kali, dan hitung harga puratanya.

c. Kontrol kerapuhan
Sejumlah 20 tablet dibebas-debukan dengan aspirator. Timbang seksama dalam neraca
analitik, kemudian dimasukkan ke dalam friabilator.
Pengujian dilakukan selama empat menit atau sebanyak seratus putaran. Keluarkan tablet dari
alat, bebas-debukan lagi dan timbang. Kerapuhan tablet dinyatakan dalam : selisih berat tablet
sebelum dan sesudah pengujian dibagi berat mula-mula dikalikan 100%.

d. Kontrol waktu hancur tablet (Farmakope Indonesia)


Lima buah tablet dimasukkan kedalam alat uji waktu hancur (disintegration tester). Setiap
tabung diisi satu tablet. Kemudian dimasukkan kedalam penangas air dengan temperature
sebesar 370C.
Catatan :
Ketinggian permukaan air penangas sama dengan posisi lubang ayakan pada bagian bawah
alat pada saat tabung naik dalam kedudukan tertinggi.
Jalankan alat sampai semua fraksi pecahan tablet lewat ayakan yang terletak pada bagian
bawah alat. Catat waktu yang diperlukan sebagai waktu hancur tablet.

2. Buat table dari data yang diperoleh pada setiap control sifat fisis tablet.
FORMULASI SEDIAAN PADAT

TUJUAN
Dapat membuat formula sediaan padat dan melakukan evaluasi sediaan

TEORI
Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa-cetak berbentuk rata atau cembung rangkap,
umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat
tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pembasah.
Metode pembuatan tablet :
- Granulasi Basah
- Granulasi Kering
- Cetak Langsung
Evaluasi tablet :
- Keseragaman sediaan
- Waktu hancur
- Kerapuhan
- Dissolusi

BAHAN DAN ALAT


- Pencetak tablet single punch
- Disintegration tester
- Friability tester
- Hardnes tester

CARA KERJA
a. Susun formula sediaan tablet sesuai tugas yang diberikan
b. Buat tablet sebanyak 50 tablet
c. Lakukan evaluasi sediaan yang dibuat
d. Buat kemasan dan brosur

EVALUASI
a. Sebutkan bahan tambahan pada formula tablet dan beri contoh
b. Sebutkan dan jelaskan evaluasi granul

Anda mungkin juga menyukai