Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN AKHIR

TUTORIAL III
PELAYANAN SEDIAAN FARMASI
PENYAKIT HIV DAN INFEKSI OPORTUNISTIK

Tutor : Binar Asrining Dhiani, Ph.D

KELAS : A
Nama anggota :
Amira Nadita Q. A 2108020110
Refi Dwi Sundari 2108020111
Heni Septiana 2108020112
Aziz Ahmad Dinata 2108020113
Muliana 2108020114
Mardiatun Sholehah 2108020115
Intan Prameswari 2108020116
Nur Faidah Abd Muin B 2108020117
Erisya Mutiara R.D 2108020118
Evi Marlina 2108020119
Kintan Nurhafifah 2108020120
Ulfa Tari 2108020121
Wiwi Widyanti U 2108020122

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER ANGKATAN 36


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2022
A. Topik Pembelajaran
Topik pembelajaran pada tutorial ini adalah Farmakoterapi pada Penyakit Infeksi
Pernafasan dan Kegawatdaruratan.
B. Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiswa mampu mengkorelasi antara penyakit yang dihadapi pasien dengan
faktor resiko dan patofisiologinya.
2. Mahasiswa mampu menafsirkan hasil pemeriksaan laboratorium klinikpasien.
3. Mahasiswa mampu menilai permasalahan terapi yang dihadapi pasien.
4. Mahasiswa mampu merumuskan tujuanterapi.
5. Mahasiswa mampu memutuskan terapi farmakologi dannon-farmakologi
6. Mahasiswa mampu menyusun algoritma terapi individual berdasarkan permasalahan
yang ada.
7. Mahasiswa mampu merencanakan monitoring dan evaluasi kepada pasien
C. Skenario
Pasien Ny.SA dengan usia 28 tahun masuk rumah sakit dengan keadaan kejang dan
lemas. Pasien memiliki Riwayat penyakit Hiv sejak 2020 dan pernah menjalani terapi
ARV. Dengan kondisi tersebut pasien mendapatkan diagnose awal mengalami infeksi
Toxoplasma cerebri, post GTK, epilepsy symptomatic. Identitas Pasien

NAMA PASIEN Nn. SA


Tgl Lahir 28 thn
NO RM 10-xxx-SA-xx
RUANGAN Ruang Rawat Inap Bangsal Infeksi
DIAGNOSA UTAMA Toxoplasma cerebri
 Chronic diarrhea
 HIV st IV dropout ARV (CD4 <50)
 Post GTK (Generalized Tonik Klonik) Seizure DT
DIAGNOSA no.1
TAMBAHAN
 Blurred vision
 Severe headache + history of seizure
 Epilepsy symptomatic
DPJP Dr. AG, SpPd
TANGGAL MASUK RS 27 Februari
Keluar RS 11 Maret
LAMA DI RAWAT 11 hari
TB/ BB 151CM/ 40 KG
1. Riwayat Pasien
Riwayat pasien dahulu Sakit kepala Tukak
lambungVertigo
HIV (sejak 2017)

Riwayat pasien keluarga DM dan HT


Riwayat Penggunaan Obat  ARV
 Cotrimoxazole
 Clindamycin
 New diatab
 Pirimetamin
 Valgancyclovir
Riwayat penggunaan (-)
suplement/jamu
Riwayat alergi Seafood
2.Data Pemeriksaan
a.Tanda Vital
Tanggal
Parameter Nilai Normal
27/2 28/2 1/3 2/3 3/3 4/3 5/3 6/3 7/3 8/3 9/3 10/3 11/3
Suhu (˚C) 36-37 36 36 36,1 36,5 36 35,8 36,1 36,3 36,3 36,3 36 36,5 36
Nadi (x/menit) 80-85 98 84 81 82 108 91 90 90 92 92 80 80 80
20 20 21 20 20 20 19 19 20 20 20 20 20
RR (x/menit) 20

120/80 120/80 110/80 120/80 115/75 120/80 110/80 120/80 105/67 105/67 120/80 110/71 120/80
TD (mmHg) 120/80
b.Laboratorium
Data Normal 27/1 30/1 6/2

Hematologi
Hemoglobin 11,4 - 15,1 12 10,10 10
g/Dl
Eritrosit 4,0 - 5,0 . 4,98 4,39 4,17
106/L
Leukosit (WBC) 4,7 - 11,3 . 5,82 6,46 4,99
103/L
Hematokrit 38 – 42 % 36,20 31,90 30,60
Trombosit (PLT) 142 - 424 . 293 231 246
103/L
MCV 80-93 Fl 72,70 72,70 73,40
MCH 27-31 pg 24,10 24,40 24,00
MCHC 32-36 g/dL 33,10 33,00 32,70
RDW 11,5 – 14,5 % 13,90 14,40 16,10
PDW 9 – 13 fL 10,6 12,5 15,7
MPV 7,2 – 11,1 fL 9,8 10,8 11,8
P-LCR 15 – 25 % 24,2 31,5 37,9
PCT 0,15 - 0,40 % 0,29 0,25 0,29
NRBC Absolut 0,00 0,00 0,01
NRBC Percent 0,00 0,00 0,2
Eosinofil 0-4% 13,7 14,7 22,4
Basofil 0–1% 0,2 0,2 0,2
Neutrofil 51 – 67 % 43,8 51,5 40,1
Limfosit 25 – 33 % 32,0 21,5 27,1
Monosit 2–5% 10,2 12,1 10,2
Eosinofil 0,80 0,95 1,12
Absolut
Basofil Absolut 0,01 0,01 0,01
Neutrofil 2,55 3,33 2,00
Absolut
Limfosit Absolut 1,86 1,39 1,35
3
Monosit Absolut 0,16-1. 10 /µL 0,60 0,78 0,51
Immature 0,30 0,30 0,20
Granulosit (%)
Immature 0,02 0,02 0,01
Granulosit
Faal Ginjal
Ureum 16,6-48,5 20 17,1
mg/Dl
Kreatinin <1,2 mg/dL 0,39 0,56
Faal Hati
SGOT/AST 11-41 U/l 18 16
SGPT/ALT 10-41 U/l 9 7
Imunoserologi
CD4 637-1085 28 cell/µl
cell/µl
Virus
Anti CGV IgM Negative < 0,7 Negative 0,624
COI Index 0.624
Indeterminate
≥ 0,7 - < 1,0
Positif ≥ 1,0
COI
Anti CGV IgG Negative < 0.5 176,2 176,2
u/mL
Indeterminate
0,5 < 1,0 u/mL
Positif ≥ 1,0
u/mL
Microorganisme
Anti Negative < 0.8 Indetermina 0,839
toxoplasma u/mL te 0,839
IgM Indeterminate
≥ 0,8 - < 1,0
COI
Positif ≥ 1,0

Anti Negative < 1 > 650,0 > 650


toxoplasma iu/mL
IgG Indeterminate
≥ 1 - < 3 iu/mL
Positif ≥ 3
iu/mL
C. Data Klinis
Parameter Tanggal
27/2 28/2 1/3 2/3 3/3 4/3 5/3 6/3 7/3 8/3 9/3 10/3 11/3
Nyeri 2 2 2 2 6 7 2 2 2 2 2 2 2
Mual + + + + + + + + + + + + +
Muntah + + - - - - - - - - - - -
Pusing + + + + + + + + + + + + +
Diare + + + + + + + + + + + + +
GCS 456 456 456 456 456 456 456 456 456 456 456 456 456
Kejang - - - - - + - - - - - - -
Blurred - - ++ ++ ++ ++ ++ ++ + + + + +
Vision

d.Rawat Inap Bangsal Infeksi


Obat Rute Dosis 27/2 28/2 1/3 2/3 3/3 4/3 5/3 6/3 7/3 8/3 9/3 10/3 11/3
NaCl 0,9 % IVFD 2000 cc/2             
jam 20 tpm
Cotrimoxazol PO 1x960 mg       - - - - - - -
Attapulgit PO 2 tab/diare             
Paracetamol PO 3x500 mg             
Pirimetamin PO 1x200 mg  1x75 1x75 1x75 1x75 1x75 1x50 1x50 1x50 1x50 1x50 1x50 1x50
mg mg mg mg mg mg mg mg mg mg mg Mg
Clindamycin PO 4x600 mg       - - - - - - -
Valgancyclovir PO 2x900 mg             
Codein PO 3x10 mg - - - -         
Omeprazole IV 1x40 mg - - - -         
Diazepam IV 5 mg - - - - -  - - - - - - -
O2 Nasal 2-4 lpm - - - - -  - - - - - - -
Canule
Asam Folat PO 1x15 mg - - - - - -    3x1 3x1  
tab tab
Sulfadiazine PO 2x2000 mg - - - - - -       
Fenitoin PO 2x100 mg - - - - - -       
Vitamin B6 PO 1x25 mg - - - - - -       
Cendo Lyteers 6x1 ODS - -           
D. TERMINOLOGI

Terminologi Definisi
ARV Anti retoviral adalah pengobatan pada pasien hiv dan untuk
menghambat perburukan infeksi oportunistik

Infeksi toxoplasma Infeksi pada otak yang disebabkan karena infeksi parasit dimana
cerebri terjadi penurun nilai CD4

HIV Penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang selanjutnya


melemahkan kemampuan tubuh dalam melawan penyakit dan
infeksi

Vertigo Gejala yang menyebabkan seseorang mengalami sensasi pusing


berputar yang muncul secara tiba-tiba serta dapat menyebabkan
hilang keseimbangan
Hipertensi Kenaikan tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg, dimana dilakukan
pengukuran dua kali selang waktu 5 menit pasien dalam keadaan
tenang/istirahat
Epilepsi epilepsi yang terjadi seseorang mengalami cidera otak
symptomatic
Post GTK kejang pada keseluruh tubuh yang menyebabkan kehilangan
kesadaran

Chronic Diare Diare kronik yang terjadi kebih dari 2 minggu disebabkan karena
infeksi
Diabetes mellitus Suatu penyakit gangguan metabolisme karbohidrat di tandai dengan
hiperglikemia sebagai akibat kekurangan insulin, ketidakmampuan
tubuh memproduksi insulin atau mengontrol kadar gula darah

Blurred vision Pandangan mata kabur


E. PEMBAHASAN LEARNING OUTCOME
1. Mahasiswa mampu mengetahui faktor resiko dan patofisiologi yang dihadapi pasien
Toxoplasmosis cerebri merupakan salah satu infeksi oportunistik yang paling
sering pada sistem saraf pusat pasien HIV. Infeksi toxoplasma pada pasien HIV terutama
terjadi jika pada kondisi CD4 yang rendah, penurunan produksi sitokin dan interferon
gama, dan menurunnya fungsi sel limfosit T sitotoksik sehingga menyebabkan reaktivasi
dari infeksi laten Toxoplasma Gondii (Yostila D & Armen A, 2018). Faktor resiko dan
patofisiologi terjadinya toxoplasma cerebri adalah :
 HIV stadium 4
Pada pasien immunocompromise seperti pada pasien HIV/AIDS, terjadi
suatu keadaan adanya defisiensi imun yang disebabkan oleh defisiensi kuantitatif
dan kualitatif yang progresif dari limfosit T (Thelper). Subset sel T ini
digambarkan secara fenotip oleh ekspresi pada permukaan sel molekul CD4 yang
bekerja sebagai reseptor primer terhadap HIV. Pada pasien HIV terjadi penurunan
CD4 di bawah level kritis (CD4<200/ul) sehingga pasien menjadi sangat rentan
terhadap infeksi oportunistik. Nilai CD4+ yang kecil kurang dari 50 sel/mm 3 juga
merupakan faktor risiko terjadinya reaktivasi kembali dari kista jaringan laten
yang mengandung parasit toxoplasma sebagai akibat dari defiensi sistem
imun yang berperan dalam timbulnya infeksi T. gondi (Yostila, 2018).
 Dropout ARV
Pengobatan ARV diketahui bahwa ARV merupakan obat yang dikonsumsi
seumur hidup, dampak dari tidak mengkonsumsi ARV tubuh akan mudah
terserang penyakit dan merasa lemas, pengobatan ARV tidak membunuh virus,
namun dapat memperlambat atau menekan pertumbuhan virus HIV namun secara
bersamaan obat ARV juga dapat menyebabkan timbulnya infeksi. Pada scenario
kasus pasien mengalami drop out obat yang mana pertumbuhan virus tidak ditekan
sehingga pertumbuhan virus ini menyebabkan infeksi opportunistic (Fauziah et al.,
2019).
2. Mahasiswa mampu mengetahui hasil pemeriksaan laboratorium klinik pasien

Data Normal 27/1 30/1 6/2 Interpretasi


Hemoglobin 11,4-15,1 12 10,10 10 Kadar hemoglobin dibawah
normal hal ini menunjukkan
Pasien mengalami anemia
(Kemenkes RI, 2011)
Eritrosit 4,0-5,0 4,98 4,39 4,17 Normal
106/𝜇L
Leukosit 4,7-11,3 5,82 6,46 4,99 Normal
(WBC) 103/ 𝜇L
Hematokrit 38-42% 36,20 31,90 30,60 Kadar hematocrit dibawah
batas normal hal ini
menunjukkan pasien
mengalami anemia
(Kemenkes RI, 2011)
Trombosit 142-424 293 231 246 Normal
(PLT)
MCV 80-93 fL 72,70 72,70 73,40 Kadar MCV dibawah batas
normal hal ini menunjukkan
pasien mengalami anemia
(Kemenkes RI, 2011)
MCH 27-31 pg 24,10 24,40 24,00 Kadar MCH dibawah batas
normal pasien mengalami
Anemia (Kemenkes RI, 2011)
MCHC 32-36 g/dl 33,10 33,00 32,70 Normal
RDW 11,5-14,5% 13,90 14,40 16,10 Kadar RDW diatas batas
normal menunjukkan pasien
mengalami anemia (Kemenkes
PDW 9-13 fL 10,6 12,5 15,7 RI, 2011)
MPV 7,2-11,1 fL 9,8 10,8 11,8 Nilai P-LCR berbanding terbalik
dengan jumlah trombosit dan

P-LCR 15-25% 24,2 31,5 37,9 berhubungan dengan nilai MPV


dan PDW. Apabila di dapatkan
rasio terbalik dari P-LCR
menandakan fungsi trombosit
tidak normal, sehingga
meningkatkan resiko pendarahan
(Hidayat, 2021)
PCT 0,15-0,40 % 0,29 0,25 0,29 Normal
NRBC Absolut 0,00 0,00 0,01 -
NRBC Percent 0,00 0,00 0,2 -
Eosinophil 0-4% 13,7 14,7 22,4 Kadar eosinophil diatas batas
normal hal ini menunjukkan
pasien mengalami infeksi yang
disebabkan oleh parasite
(Kemenkes RI, 2011)
Basophil 0-1% 0,2 0,2 0,2 Normal
Neutrophil 51-67% 43,8 51,5 40,1 Penurunan persentase neutrofil,
dapat disebabkan , infeksi
bakteri,infeksi virus, penyakit
hematologi, gangguan hormonal
dan infeksi berat (Kemenkes RI,
2011)
Limfosit 25-33% 32,0 21,5 27,1 Kadar limfosit dibawah batas
normal hal ini menunjukkan
pasien mengalami adanya
Infeksi (Kemenkes RI, 2011)
Monosit 2-5% 10,2 12,1 10,2 Kadar monosit diatas batas
normal hal ini menunjukkan
pasien mengalami adanya
Infeksi (Kemenkes RI, 2011)
Eosinophil 0,80 0,95 1,12
Absolut
Basophil 0,01 0,01 0,01
Absolut
Neutrophil 2,55 3,33 2,00
Absolut
Limfosit 1,86 1,39 1,35
Absolut
Monosit 0,16- 0,60 0,78 0,51
Absolut 1,103/ul
Immature 0,30 0,30 0,20
Granulosit (%)
Immature 0,02 0,02 0,01
Granulosit
Faat Ginjal
Ureum 16,6-48,5 20 17,1 Normal
mg/dl
Kreatinin <1,2 mg/dl 0,39 0,56 Normal
Faal Hati
SGOT/AST 11-41 U/I 18 16 Normal
SGPT/ALT 10-41 U/I 9 7 Hepatotoksik

Imunoserologi
CD4 637-1085 28 Kadar CD4 dibawah batas
cell/ 𝜇L cell/ 𝜇L normal hal ini menunjukkan
pasien mengalami infeksi HIV
resiko infeksi opportunistic
Meningkat (Kemenkes RI, 2011)

Virus
Anti CGV IgM Negative <0,7 Negatif 0,624 Jika kadar igM anti CMV
COI Index negative, artinya tidak sedang
Indeterminate 0,624 menderita Infeksivirus CMV
0,7-<1,0 (Permenkes, 2019)
positif 1,0
COI

Anti CGV IgG Negative <0,5 17,6 176,2 Kadar Anti CGV IgG dibawah
u/mL batas normal, hal ini
Indeterminate menunjukkan pasien
0,5<1,0 u/mL mengalami infeksi toxoplasma
Positif 1,0
u/Ml
Microorganism
Anti Negative <0,8 Indeter 0,839 IgM yang tinggi menunjukkan
toxoplasma u/mL minate bahwa seseorang sedang
IgM Indeterminate 0,839 terinfeksi Toxoplasma
0,8<1,0 COI
Positif 1,0
Anti Negative <01 >650,0 >650 IgG yang tinggi menunjukkan
toxoplasma IgG u/mL bahwa seseorang pernah
Indeterminate terinfeksi Toxoplasma
1-<3iu/mL
Positif 3
iu/Ml

3. Mahasiswa mampu mengetahui tujuan terapi yang diberikan kepada pasien


a. Tujuan pengobatan pada pasien HIV adalah untuk mencegah sistem imun tubuh
memburuk ke titik di mana infeksi oportunistik akan bermunculan. Strategi utama
yang dilakukan adalah penggunaan obat antiretroviral yang dapat menekan virus
HIV dan memperpanjang harapan hidup seseorang dengan HIV/AIDS (Hidayati
dkk, 2019).
b. Tujuan utama pengobatan Antiretroviral adalah untuk menurunkan morbiditas dan
mortalitas, meningkatkan kualitas hidup, memulihkan dan mempertahankan
fungsi kekebalan, dan mencegah penularan lebih lanjut (DiPiro, 2020).
c. Terapi umum pada pasien HIV dan diare ditujukan untuk stabilisasi hemodinamik
melalui rehidrasi cairan, koreksi gangguan elektrolit, pengobatan suportif dan
simtomatis serta dukungan nutrisi dan konseling pada penderita infeksi
HIV/AIDS. Terapi simtomatis untuk mengurangi gejala diare (Hidayati dkk,
2019).
4. Mahasiswa mampu mengetahui terapi non-farmakologi farmakologi
a. Terapi Farmakologi
No Nama Obat Dosis Rute Kegunaan Dosis Keterangan
Obat Pemberia Seharusnya
yang n
diberikan

1. NaCl 0,9% 2000 IV Untuk 2000 cc/2 jam Tepat


cc/2 jam menggantikan 20 tpm
20 tpm cairan tubuh (PIONAS)
yang hilang

2. Cotrimoksazol 1x960 PO Terapi profilksis 960 mg satu Tepat


Mg primer infeksi kali sehari
toxoplasma (PNPK,
cerebri (PNPK, 2019)
2019) dan
profilaksis dalam
mencegah
terjadinya diare
(Melinda F et
al., 2018)

3. Attapulgit 2 tab/ PO Untuk diare maksimal 6 Tepat


diare kronis yang tab/hari
disertai HIV (ISO,2021)
dimana attapulgit
merupakan obat
golongan Chynthia,
adsorbent yang dkk 2018)
tidak diserap
tetapi dapat
mengikat air,
sehingga air
difeses akan
berkurang dan
konsestensi feses
menjadi normal.
Dimana terdapat
penelietian
ekspiremental
bahwa attapulgit
dapat menyerap,
racun, rotavirus
dan sebagai
barrier pada epitel
usus. Selain itu
mengapa
menggunakan
attapulgit bukan
loperamide
karena pada
skenario pasien
juga
menggunakan
codein dimana
codein merupakan
obat golongan
opiat dan
loperamide
mempunyai
mekanisme
kerjanya di
reseptor opiat.
Dengan
pertimbangan
inilah mengapa
dokter merepkan
obat attapulgit
4. Paracetamol 3x 500 PO Sbg analgesik 500 mg-4000 Tepat
Mg nyeri skala mg x sehari
ringan (ISO, 2021)

5. Pirimetamin 1 x 200 PO First line infeksi Dosis awal Tepat


mg toxoplasma 200 mg satu
cerebri kali (PNPK,
2019) dosis
Lanjutan
50mg/hari Tidak
1x5 mg untuk BB <60 Tepat
kg

6. Clindamycin 4 x 600 PO First line infeksi 4 x 600 mg Tepat dalam


Mg toxoplasma (PNPK, dosis
cerebri 2019)
Tidak tepat
dalam terapi
infeksi
toxoplasma
7. Valgancyclovir 2 x 900 PO Anti virus untuk 2 x 900 mg Tepat
Mg mengobati
(PNPK,
retinitis
cytomegalovirus 2019)
pd pasien HIV

8. Codein 3 x 10 PO Sebagai anti 15-60 mg Tepat


Mg nyeri berat skala (madscape,
(VAS 6-10) 2022)

9. Omeprazol 1 x 40 IV Sebagai anti 20-40 mg Tepat


Mg mual karena (ISO,2021)
pasien
mempunyai
Riwayat tukak
lambung

10. Diazepam 5 mg IV Anti epilepsi 5 mg Tepat


(madscape,
2022)

11. O2 2- 4 Ipm Nasal Memembantu 2-4 Ipm Tepat


canul melegakan (madscape,
e pernafasan 2022)
pasca kejang

12. Asam Folat 1 x 15 PO Anti Anemia 15 mg Tepat


Mg dan mencegah (madscape,
eso obat 2022)
pirimitamin
toksisitas
pirimetamin

13. Sulfadiazine 2 x 2000 PO First line terapi 1-2 gram/ Tepat


Mg infeksi 6 jam
toxoplasma (PNPK,
cerebri 2019)
14. Fenitoin 2 X 100 PO Anti epilepsi 150-300 Tepat
Mg mg/ hari
(PIONAS)

15. Vitamin B6 1 x 25 PO Vitamin saraf 25-500 mg Tepat


Mg (madscape,
2022)
16. Cendo Lyteers 6x1 Untuk 6 ODS x 1 Tepat
ODS mengurangi sehari
blurred vision (madscape,
2022)

b. Terapi Non Farmakologi


1. Terapi untuk memperbaiki kualitas tidur adalah mengontrol lingkungan sekitar
pasien, terapi kognitif, meningkatkan kebersihan diri menjelang tidur, relaksasi
otot progresive, dan mindfulness meditasi (Cahyanti, 2021)
2. Untuk meminimalisasi terjadinya infeksi toksoplasma, perlu diberikan penjelasan
untuk menghindari daging mentah atau setengah matang. Pasien harus mencuci
tangan setelah berkontak dengan daging mentah atau tanah, serta selalu mencuci
buah dan sayur sebelum dimakan. Kucing sebagai binatang peliharaan juga harus
diberi perhatian khusus supaya tidak menjadi hewan pejamu yang dapat
menularkan toksoplasma (Menkes, 2019)
3. Terapi SEFT merupakan salah satu terapi alternatif yang dapat menurunkan
tingkat kecemasan, depresi dan stress pada berbagai macam kondisi dan penyakit
seperti pada penyakit HIV.
4. Metode social support, dengan dukungan sosial maka akan tercipta lingkungan
kondusif yang mampu memberikan motivasi, memberikan wawasan baru bagi
ODHA dalam menghadapi kehidupannya, meminimalkan tekanan psikososial
yang dirasakan penderita HIV/AIDS, sehingga dapat memiliki gaya hidup lebih
baik dan mampu memberikan respon yang lebih positif terhadap lingkungan
sosialnya (Diatmi & Fridari (2018).
5. Mahasiswa mampu mengetahui permasalahan terapi pada pasien

a. Dosis pirimetamin pada pemberian rumatan terlalu besar, seharusnya untuk


seseorang dengan BB<60 diberikan dosis 50 mg. Dosis rumatan kronik diberikan
setelah menyelesaikan terapi akut hingga CD4 >200sel/μL selama 6 bulan berturut-
turut setelahpemberian ARV (Menkes RI, 2019).
b. Asam folat seharusnya diberikan bersamaan dengan dimulainya terapi pirimetadin
karena asam folat di sini digunakan untuk mencegah efek samping anemia akibat
pirimetamin (Menkes RI, 2014).
c. Dosis Pengobatan Terlalu Singkat
Pada penggunaan cotrimoxsazol pada scenario kasus terapi kotrimozsazol hanya
diberikan selama 6 hari, Pemberhentian cotrimoxazol tidak tepat pedoman karena
jumlah CD4 <200 (Mastini et al., 2017) dan (PNPK, 2019)
d. Dosis sulfadiazine menurut rekomendasi tatalaksana mendikamentoda pada
ensefalitis adalah 1-2 gram/6 jam. Sedangkan pada kasus diberikan 2 x 2000 mg.
namun pemberian 2 x 2000 mg dapat dipertimbangkan dengan melihat data
farmakokinetik pasien karena jika 2x 2000 mg sudah cukup maka tidak menjadi
permasalahan terapi.
e. Interaksi obat pirimetamin dan sulfadiazine termasuk dapam kategori interaksi
moderate karena dapat meningkatkan risiko terjadinya anemia (Drugs.com,2022).
f. Interaksi Obat Clindamycin & Attapulgite,dapat menurunkan efektivitas clindamycin
(drugs, 2022).
6. Mahasiswa mampu mengetahui algoritma terapi
7. Mahasiswa mampu melakukan monitoring dan evaluasi
a. Monitoring GCS : dilakukan karena adanya penggunaan obat-obat depresan ssp,
yang berpengaruh terhadap kesadaran pasien
b. Kadar CD4 : dilakukan karena CD4 merupakan parameter utama terkait HIV dan
infeksi toksoplasma cerebri. Pada pasien HIV terjadi penurunan CD4 di bawah
level kritis (CD4<200/uL) menjadi sangat rentan terhadap infeksi oportunistik
(toksoplasma cerebri) (Basavaraju, 2016).
c. Monitoring penggunaan antibiotic
d. Monitoring Kejang : dilakukan karena pasien memiliki diagnose tambahan yaitu
epilepsy symptomatic
e. Sel darah merah : dilakukan karena pasien menggunakan terapi pirimetamin.
Seperti yang telah diketahui bahwa efek samping dari pirimetamin yaitu anemia
(Menkes RI, 2014).
f. Monitoring Hemaglobin
g. Evaluasi efek samping obat
DAFTAR PUSTAKA

Basavaraju A. (2016). Toxoplasmosis in HIV Infection: An Overview. Tropical Parasitology, Vol.2,


No. 6
Cahyanti, L., & Jamaludin, J. (2021). Mindfulness Meditasi Meningkatkan Kualitas Tidur Pasien
Hiv. Jurnal Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat Cendekia Utama, 10(3), 199-209.

Chyntia pradiftha sari, Hilda yunita indriani, yosi febrianti. 2018. Respon pengobatan pada pasien
diare spesifik rawat inap di rumah sakut swasta provinsi banten. Jurnal ilmiah farmasi vol 14
no 1
Diatmi, K., & Fridari, D. (2014). Hubungan antara dukungan sosial dengan kualitas hidup orang
dengan hiv dan aids (odha) di Yayasan Spirit Paramacita. Jurnal Psikologi Udayana, 1(2),
335.
DiPiro Joseph T et al, 2020. Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach Eleven Edition
USA: McGraw-Hills Education.
Drugs.com. 2022. Presciption Drug Information, Interactions & Side Effects. Terdapat di :
https://www.drugs.com/drug_interactions.html [Diakses pada 3 Februari, 2022]
Fauziah, S., Cahyo, K., & Husodo, B. T. (2019). Identifikasi Faktor-Faktor Penyebab Drop-Out
Arv Pada Penderita Tb-Hiv Di Kelompok Dukungan Sebaya Arjuna Semarang. Jurnal
Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 7(1), 519–526
Hidayati dkk, 2019. Manajemen HIV/AIDS: Terkini, Komprehensif, dan MultidisiplinSurabaya:
Airlangga University Press.

Ikatan Apoteker Indonesia.2021. Informasi Spesialite Obat Indonesia. Jakarta: PT Pharma Tekno
Solusi.
Kemenkes RI. 2011. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.
Kemenkes RI. 2011. Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi
Antiretroviral. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Melinda, F., Laksmi, D. A. A. S., & Damayanti, P. A. A. Hubungan Antara Kejadian Diare
Dengan Kadar Cd4 Dan Pengobatan Pencegahan Kotrimoksasol Sebagai Terapi
Profilaksis Infeksi Oportunistik Pada Pasien Hiv/Aids Di Rsup Sanglah Januari 2014–
September 2015.

Menteri Kesehatan RI. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 87 Tahun
2014 Tentang Pedoman Pengobatan Antiretroviral.
Menteri Kesehatan. 2019. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/90/2019 tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata
Laksana HIV. Jakarta : Menteri Kesehatan
Menteri Kesehatan. 2019. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/90/2019 tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata
Laksana HIV. Jakarta : Menteri Kesehatan
Munir.dkk, 2014. Continuing neurologi education. Malang : Danar Wijaya PERDOSSI. 2014.
Pedoman Tatalaksana Epilepsi. Surabaya : Perhimpunan Dokter
Spesialis Saraf Indonesia
Yostila; Armen. (2018). Toxoplasmosis Cerebri Pada HIV AIDS. Jurnal Kesehatan Andalas, 7
(Supplement-4)
LAMPIRAN

LEMBAR REKONSILIASI PENGOBATAN


No. ID IN688HD096

No. 10-xxx-SA-xx
RM Nn.SA

Nama Jl. Y

Daftar Riwayat Alergi

Tanggal Obat yang Berat alergi Reaksi Alergi


menyebabkan alergi Ringan/sedang/berat
- - - -

Daftar semua jenis obat yang digunakan pasien atau dibawa dari rumah baik obat resep, OTC,
herbal atauTCM
No Nama Obat Dosis/Frekuensi Berapa Lama Alasan makan obat Berlanjut saat
rawat inap
Ya Tidak
- - - - - - -

Petugas,

(apt. Apoteker, S.Farm)


ALUR GYSEN
Clindamisyn

Kategori
VI Data rekam medik Ya
lengkap
V Ada indikasi Ya Data lab pasien menunjukkan
penggunaan pasien mengalami infeksi
antibiotik parasite toxoplasma dan
didiagnosa toxoplasma
cerebri
IV A Ada antibiotic lain Ya Tatalaksana toxoplasma
yang lebih efektif cerebri adalah kombinasi
sulfadiazine dan pirimetamine
()
IV B Ada antibiotic lain Tidak Antibiotik sulfodiazine dan
yang kurang toksik kotrimoksazole memiliki
atau lebih aman toksik pada fungsi hati dan
ginjal (PIONAS)
IV C Ada antibiotic lain Tidak Antibiotic klindamycin lebih
yang lebih murah murah
IV D Ada antibiotic lain Tidak Antibiotic sulfodiazine dan
yang spektrumnya kotrimoksazole termasuk
lebih sempit spectrum luas
III A Penggunaan Tidak Penggunaan antibiotic
antibiotic terlalu klindamysin untuk
lama pengobatan toxoplasma pada
pasien HIV dilakukan selama
21 hari ()
III B Penggunaan Ya Penggunaan klindamysin
antibiotic terlalu digunakan hanya selama 6
singkat hari
II A Penggunaan Ya Menurut PNPK, dosis
antibiotic tepat dosis klindamycin diberikan
sebanyak 600 mg/6 jam
(PNPK)
II B Penggunaan Ya Pasien menggunakan
antibiotic tepat antibiotic 6 jam sekali
pemberian (PNPK)
II C Penggunaan Ya Antibiotic klindamysin
antibiotic tepat cara digunakan melalui parenteral
atau rute pemberian (PNPK)
I Penggunaan Ya Sudah tepat waktu
antibiotic tepat penggunaan tiap 6 jam sekali
interval (PNPK)
0 Penggunaan Ya Karena memenuhi kriteria
antibiotic tepat atau
bijak
 Kesimpulan : clindamycin masuk dalam kategori 0 karena memenuhi kriteria
Sulfadiazine

Kategori
VI Data rekam medik Ya
lengkap
V Ada indikasi ya Data lab pasien menunjukkan pasien
penggunaan mengalami infeksi parasitetoxoplasma
antibiotic dan didiagnosa
toxoplasma cerebri
IV A Ada antibiotic lain Tidak Tatalaksana toxoplasma cerebri adalah
yang lebih efektif kombinasi sulfadiazine dan
pirimetamine ()
IV B Ada antibiotic lain Ya Antibiotik clindamycin dan
yang kurang toksik kotrimoksazole memiliki toksik
atau lebih aman pada fungsi hati dan ginjal
(PIONAS)
IV C Ada antibiotic lain Ya Antibiotic klindamycin lebih
yang lebih murah Murah
IV D Ada antibiotic lain Tidak Antibiotic clindamycin dan
yang spektrumnya kotrimoksazole termasuk
lebih sempit spectrum luas
III A Penggunaan Tidak Penggunaan antibiotic sulfadiazine
antibiotic terlalu untuk pengobatan
lama toxoplasma pada pasien HIV
dilakukan selama 21 hari ()
III B Penggunaan Ya Penggunaan klindamysin digunakan
antibiotic terlalu hanya selama 7 hari
singkat
II A Penggunaan Tidak Menurut PNPK, dosis sulfadiazine
antibiotic tepat dosis diberikan sebanyak 1-2 gram/6
jam (PNPK)
II B Penggunaan Tidak Pasien menggunakan antibiotic 2x
antibiotic tepat 2000 mg sekali (PNPK)
interval
II C Penggunaan Ya Antibiotic klindamysin digunakan
antibiotic tepat cara melalui oral (PNPK)
atau rute pemberian
I Penggunaan Tidak Pasien menggunakan antibiotic 2x
antibiotic tepat 2000 mg sekali (PNPK)
waktu
0 Penggunaan Tidak Karena tidak memenuhi kriteria
antibiotic tepat atau
bijak
 Kesimpulan sulfadizine masuk kategori 0 karena memenuhi kriteria
Cotrimoksazole

Kategori
VI Data rekam medik Ya
Lengkap
V Ada indikasi Ya Data lab pasien menunjukkan
penggunaan pasienmengalami infeksi
antibiotic parasite toxoplasma dan
didiagnosa toxoplasma cerebri.
Kotrimoksazole sebegai
profilaksis primer
toxoplasma cerebri (PNPK)
IV A Ada antibiotic lain Tidak Kotrimoksazole sebagai
yang lebih efektif profilaksisprimer Pasien HIV
dengan CD4 <
100 sel/μL (PNPK)
IV B Ada antibiotic lain Tidak Antibiotik clindamycin dan
yang kurang toksik sulfadiazine memiliki toksik
atau lebih aman pada
fungsi hati dan ginjal (PIONAS)
IV C Ada antibiotic lain Tidak Antibiotic kotrimoksazole lebih
yang lebih murah Murah
IV D Ada antibiotic lain Tidak Antibiotic kotrimoksazole
yang spektrumnya termasukspectrum luas
lebih sempit
III A Penggunaan Tidak Penggunaan antibiotic
antibiotic terlalu sulfadiazine untuk pengobatan
lama toxoplasma pada pasien HIV
dilakukan selama 14 hari
(PNPK)
III B Penggunaan Ya Penggunaan klindamysin
antibiotic terlalu digunakanhanya selama 6 hari
singkat
II A Penggunaan Ya Menurut PNPK, dosis
antibiotic tepat dosis kotrimoksazole diberikan
sebanyak 1
x 960 mg (PNPK)
II B Penggunaan Ya Pasien menggunakan antibiotic
antibiotic tepat satukali sehari (PNPK)
interval
II C Penggunaan Ya Antibiotic kotrimoksazole
antibiotic tepat cara digunakanmelalui oral (PNPK)
atau rute pemberian
I Penggunaan Ya Menurut PNPK, dosis
antibiotic tepat kotrimoksazole diberikan
Waktu sebanyak 1
x 960 mg (PNPK)
0 Penggunaan Y Karena tidak memenuhi kriteria
antibiotic tepat atau
Bijak
 Kesimpulan Cotrimoksazol masuk kategori 0 karena memenuhi kriteria
CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN

Nama
Nama Terang
Tanggal Catatan Perkembangan Dokter Tanggal Catatan Perkembangan Apoteker Terang &
TTD
TTD
27/2/2022 S: Nn.SA 28 tahun dr. AG, Sp.Pd 27/2/2022 S: Nn.SA 28 tahun Apt. Amira
TB/BB 151 cm/40 kg ɮ TB/BB 151 cm/40 kg Nadita,
Kejang, lemas, nyeri skala 2, mual, Kejang, lemas, nyeri skala 2, mual, muntah, pusing, diare, GCS S.Farm
muntah, pusing, diare, GCS 456 456 ɝ

O: TD 120/80 mmHg, HR: 98x/menit, O: TD 120/80 mmHg, HR: 98x/menit, RR: 20x/menit, T: 36˚C
RR: 20x/menit, T: 36˚C
A:
A: - Interaksi obat
Infeksi Toxoplasma cerebri Moderate: Cotrimoksazol + Pirimetamin
Diare kronik Meningkatkan resiko anemia megaloblastik dan
HIV st IV dropout ARV (CD4 <50) pansitopenia (Drugs.com)
Post GTK (Generalized Tonik Klonik)
Seizure DT no.1 P:
Blurred vision - Disarankan pemberian asam folat untuk anemia 1 mg/hari
Severe headache + history of seizure (Hidayati. dkk, 2019)
Epilepsy symptomatic
Terapi farmakologi:
P: Infus NaCl 0,9 %
Infus NaCl 0,9 % Cotrimoxazol 1x 960 mg
Cotrimoxazol 1x 960 mg Attapulgit 2 tab/diare
Attapulgit 2 tab/diare Paracetamol 3x500 mg
Paracetamol 3x500 mg Pirimetamin 1x200 mg
Clindamycin 4x600 mg
Pirimetamin 1x200 mg
Valgancyclovir 2x900 mg
Clindamycin 4x600 mg Asam folat 1 mg/hari
Valgancyclovir 2x900 mg Attapulgit 2 tab/diare
28/2/2022 S: Nn.SA 28 tahun dr. AG, Sp.Pdɮ 28/2/2022 S: Nn.SA 28 tahun Apt. Amira
TB/BB 151 cm/40 kg TB/BB 151 cm/40 kg Nadita,
Nyeri skala 2, mual, muntah, pusing, Nyeri skala 2, mual, muntah, pusing, diare, GCS 456. S.Farmɝ
diare, GCS 456.
O: TD 120/80 mmHg, HR: 84x/menit, RR: 20x/menit, T: 36˚C
O: TD 120/80 mmHg, HR: 84x/menit,
RR: 20x/menit, T: 36˚C A:
- Interaksi obat
A: Moderate: Cotrimoksazol + Pirimetamin
Infeksi Toxoplasma cerebri Meningkatkan resiko anemia megaloblastik dan
Diare kronik pansitopenia (Drugs.com)
HIV st IV dropout ARV (CD4 <50) P:
Post GTK (Generalized Tonik Klonik) - Disarankan pemberian asam folat untuk anemia 1 mg/hari
Seizure DT no.1 (Hidayati. dkk, 2019)
Blurred vision
Severe headache + history of seizure Terapi Farmakologi:
Epilepsy symptomatic Infus NaCl 0,9 %
Cotrimoxazol 1x 960 mg
P: Attapulgit 2 tab/diare
Infus NaCl 0,9 % Paracetamol 3x500 mg
Cotrimoxazol 1x 960 mg Pirimetamin 1x75 mg
Attapulgit 2 tab/diare Clindamycin 4x600 mg
Paracetamol 3x500 mg Valgancyclovir 2x900 mg
Pirimetamin 1x75 mg Asam folat 1 mg/hari
Clindamycin 4x600 mg
Valgancyclovir 2x900 mg
1/3/2022 S: Nn.SA 28 tahun dr. AG, Sp.Pdɮ 1/3/2022 S: Nn.SA 28 tahun Apt. Amira
TB/BB 151 cm/40 kg TB/BB 151 cm/40 kg Nadita,
Nyeri skala 2, mual, pusing, diare, GCS Nyeri skala 2, mual, pusing, diare, GCS 456 dan blurred vision S.Farmɝ
456 dan blurred vision ++ ++

O: TD 110/80 mmHg, HR: 81x/menit, O: TD 110/80 mmHg, HR: 81x/menit, RR: 21x/menit, T: 36,1˚C,
RR: 21x/menit, T: 36,1˚C,
A:
A: - Interaksi obat
Infeksi Toxoplasma cerebri Moderate: Cotrimoksazol + Pirimetamin Meningkatkan
Diare kronik resiko anemia megaloblastik danpansitopenia
HIV st IV dropout ARV (CD4 <50) (Drugs.com)
Post GTK (Generalized Tonik Klonik) - Pasien mengalami gejala baru yaitu blurred vision
Seizure DT no.1
Blurred vision P:
Severe headache + history of seizure - Disarankan pemberian asam folat untuk anemia 1
Epilepsy symptomatic mg/hari (Hidayati. dkk, 2019)
- Diberikan tetes mata cendo lyteers.
P: Terapi Farmakologi:
Infus NaCl 0,9 % Infus NaCl 0,9 %
Cotrimoxazol 1x 960 mg
Attapulgit 2 tab/diare
Attapulgit 2 tab/diare
Cotrimoxazol 1x 960 mg
Paracetamol 3x500 mg
paracetamol 3x500 mg
Pirimetamin 1x75 mg
Pirimetamin 1x75 mg
Clindamycin 4x600 mg
Clindamycin 4x600 mg
Valgancyclovir 2x900 mg
Valgancyclovir 2x900 mg
Cendo Lyteers 6 x 1 ODS
Cendo Lyteers 6 x 1 ODS
Asam folat 1 mg/hari
2/3/2022 S: Nn.SA 28 tahun dr. AG, Sp.Pdɮ 2/3/2022 S: Nn.SA 28 tahun Apt. Amira
TB/BB 151 cm/40 kg TB/BB 151 cm/40 kg Nadita,
Nyeri skala 2, mual, pusing, diare, GCS Nyeri skala 2, mual, pusing, diare, GCS 456 dan blurred vision S.Farmɝ
456 dan blurred vision ++ ++

O: TD 120/80 mmHg, HR: 82x/menit, O: TD 120/80 mmHg, HR: 82x/menit, RR: 20x/menit, T: 36,5˚C
RR: 20x/menit, T: 36,5˚C,
A:
A: - Interaksi obat
Infeksi Toxoplasma cerebri Moderate: Cotrimoksazol + Pirimetamin Meningkatkan
Diare kronik resiko anemia megaloblastik danpansitopenia
HIV st IV dropout ARV (CD4 <50) (Drugs.com)
Post GTK (Generalized Tonik Klonik) - Pasien masih mengalami blurred vision
Seizure DT no.1
Blurred vision P:
Severe headache + history of seizure - Disarankan pemberian asam folat untuk anemia 1
Epilepsy symptomatic mg/hari (Hidayati. dkk, 2019)
- Diberikan tetes mata cendo lyteers.
Terapi Farmakologi:
P:
Infus NaCl 0,9 % Cotrimoxazol
Infus NaCl 0,9 %
1x 960 mg
Cotrimoxazol 1x 960 mg
Attapulgit 2 tab/diare
Attapulgit 2 tab/diare
Paracetamol 3x500 mg
Paracetamol 3x500 mg
Pirimetamin 1x75 mg
Pirimetamin 1x75 mg
Clindamycin 4x600 mg Valgancyclovir Clindamycin 4x600 mg
2x900 mgCendo Lyteers 6 x 1 ODS Valgancyclovir 2x900 mg
Cendo Lyteers 6 x 1 ODS
Asam folat 1 mg/hari
3/3/2022 S: Nn.SA 28 tahun dr. AG, Sp.Pdɮ 3/3/2022 S: Nn.SA 28 tahun Apt. Amira
TB/BB 151 cm/40 kg TB/BB 151 cm/40 kg Nadita,
Nyeri skala 6, mual, pusing, diare, GCS Nyeri skala 6, mual, pusing, diare, GCS 456 dan blurred vision S.Farmɝ
456 dan blurred vision ++ ++

O: TD 115/75 mmHg, HR: 108x/menit, O: TD 115/75 mmHg, HR: 108x/menit, RR: 20x/menit, T: 36˚C,
RR: 20x/menit, T: 36˚C,
A:
A: - Interaksi obat
Infeksi Toxoplasma cerebri Moderate: Cotrimoksazol + Pirimetamin Meningkatkan
Diare kronik resiko anemia megaloblastik danpansitopenia
HIV st IV dropout ARV (CD4 <50) (Drugs.com)
Post GTK (Generalized Tonik Klonik) - Pasien masih mengalami blurred vision
Seizure DT no.1 - Nyeri meningkat dengan skala 6
Blurred vision P:
Severe headache + history of seizure Disarankan pemberian asam folat untuk anemia 1 mg/hari
Epilepsy symptomatic (Hidayati. dkk, 2019)
- Diberikan tetes mata cendo lyteers
- Diberikan terapi analgesic kekuatan sedang yaitu codein
P: 3 x 10 mg (Menkes, 2019)

Terapi Farmakologi:
Infus NaCl 0,9 % Infus NaCl 0,9 %
Cotrimoxazol 1x 960 mg Attapulgit 2 Cotrimoxazol 1x 960 mg kali sehari
tab/diare Paracetamol 3x500 mg Attapulgit 2 tab/diare
Pirimetamin 1x75 mg Clindamycin 4x600
mg Valgancyclovir 2x900 mgCodein Paracetamol 3x500 mg
3x10mg Omeprazole 1x40 mg Cendo Pirimetamin 1x75 mg
Lyteers 6 x 1 ODS Clindamycin 4x600 mg
Valgancyclovir 2x900 mg
Codein 3x10mg
Omeprazole 1x40 mg Cendo,Lyteers 6 x 1 ODS,sam folat 1
mg/hari
4/3/2022 S: Nn.SA 28 tahun dr. AG, Sp.Pdɮ 4/3/2022 S: Nn.SA 28 tahun Apt. Amira
TB/BB 151 cm/40 kg TB/BB 151 cm/40 kg Nadita,
Nyeri skala 7, mual, pusing, diare, GCS Nyeri skala 7, mual, pusing, diare, GCS 456, kejang dan blurred S.Farmɝ
456, kejang dan blurred vision ++ vision ++

O: TD 120/80 mmHg, HR: 91x/menit, O: TD 120/80 mmHg, HR: 91x/menit, RR: 20x/menit, T: 35,8˚C, A
RR: 20x/menit, T: 35,8˚C, - Interaksi obat
A: Moderate: Cotrimoksazol + Pirimetamin
Infeksi Toxoplasma cerebri Meningkatkan resiko anemia megaloblastik danpansitopenia
Diare kronik (Drugs.com)
HIV st IV dropout ARV (CD4 <50) - Pasien masih mengalami blurred vision
Post GTK (Generalized Tonik Klonik) - Nyeri meningkat dengan skala 7
Seizure DT no.1 - Pasien mengalami kejang
Blurred vision P:
Severe headache + history of seizure - Disarankan pemberian asam folat untuk anemia 1
Epilepsy symptomatic mg/hari (Hidayati. dkk, 2019)
- Diberikan tetes mata cendo lyteers
- Diberikan terapi analgesic kekuatan sedang yaitu codein3 x
P:
10 mg (Menkes, 2019)
Infus NaCl 0,9 % - Diberikan diazepam 5 mg IV dan O2 2-4 lpm
Cotrimoxazol 1x 960 mg (PERDOSSI, 2014)
Attapulgit 2 tab/diare Diberikan omeprazole untuk mengurangi gangguansaluran pencernaan
Paracetamol 3x500 mg Terapi Farmakologi:
Pirimetamin 1x75 mg Infus NaCl 0,9 % Cotrimoxazol 1x
Clindamycin 4x600 mg 960 mg kali sehari
Valgancyclovir 2x900 mg Attapulgit 2 tab/diare Paracetamol
Codein 3x10mg 3x500 mg Pirimetamin 1x75 mg
Omeprazole 1x40mg Clindamycin 4x600 mg
Diazepam 5mg Valgancyclovir 2x900 mg
O2 2-4 lpm Codein 3x10mg
Cendo Lyteers 6 x 1 ODS Omeprazole 1x40mg
Diazepam 5mg
O2 2-4 lpm
Cendo Lyteers 6 x 1 ODSAsam folat 1 mg/hari
5/3/2022 S: Nn.SA 28 tahun dr. AG, Sp.Pdɮ 5/3/2022 S: Nn.SA 28 tahun Apt. Amira
TB/BB 151 cm/40 kg TB/BB 151 cm/40 kg Nadita,
Nyeri skala 2, mual, pusing, diare, GCS Nyeri skala 2, mual, pusing, diare, GCS 456 dan blurred vision S.Farmɝ
456 dan blurred vision ++ ++

O: TD 110/80 mmHg, HR: 90x/menit, O: TD 110/80 mmHg, HR: 90x/menit, RR: 19x/menit, T: 36.1˚C,
RR: 19x/menit, T: 36.1˚C,
A:
A: - Pasien masih mengalami blurred vision
Infeksi Toxoplasma cerebri - Skala nyeri menurun dengan nilai 2
Diare kronik - Ketidaktepatan penghentian obat
HIV st IV dropout ARV (CD4 <50) Penghentian obat kotrimoksazol sebagai terapi profilaksis
Post GTK (Generalized Tonik Klonik) - Ketidaktepatan pemilihan obat
Seizure DT no.1
Blurred vision P:
Severe headache + history of seizure - Diberikan tetes mata cendo lyteers
Epilepsy symptomatic - Diberikan terapi analgesic kekuatan sedang yaitu codein
3 x 10 mg (Menkes, 2019)
- Pemberian obat kotrimoksazol sebagai terapi profilkasis
P:
disarankan dilanjutkan karena kotrimoksazol tidak
Infus NaCl 0,9 % menggantikan ARV.
Attapulgit 2 tab/diare Penghentian kotrimoksazol dilakukan bila pasien telah sehat
Paracetamol 3x500 mg kembali dengan parameter nilai CD4 > 200 cell/µlselama 3 bulan
Pirimetamin 1x50mg berturut-turut (Menkes RI, 2019).
Valgancyclovir 2x900 mg Pemberian ARV di berikan 2 minggu setelah pemberian
Codein 3x10mg kotrimoksazol (Menkes RI, 2017)
Omeprazole 1x40mg Asam
folinat 1x15 mg
Sulfadiazine 2x2000mg
Fenitoin 2x100mg Terapi Farmakologi :
Vitamin B6 1x25mg Infus NaCl 0,9 %
Cendo Lyteers 6 x 1 ODS Attapulgit 2 tab/diare
Paracetamol 3x500 mg
Pirimetamin 1x50mg
Valgancyclovir 2x900 mg
Codein 3x10mg
Omeprazole 1x40mg
Asam folinat 1x15 mg
Sulfadiazine 2x2000mg
Fenitoin 2x100mg
Vitamin B6 1x25mg
Cendo Lyteers 6 x 1 ODS
Asam folat 1 mg/hari

6/3/2022 S: Nn.SA 28 tahun dr. AG, Sp.Pdɮ 6/3/2022 S: Nn.SA 28 tahun Apt. Amira
TB/BB 151 cm/40 kg TB/BB 151 cm/40 kg Nadita,
Nyeri skala 2, mual, pusing, diare, GCS Nyeri skala 2, mual, pusing, diare, GCS 456 dan blurred vision S.Farmɝ
456 dan blurred vision ++ ++

O: TD 120/80 mmHg, HR: 90x/menit, O: TD 120/80 mmHg, HR: 90x/menit, RR: 19x/menit, T: 36.3˚C,
RR: 19x/menit, T: 36.3˚C,
A:
A: - Pasien masih mengalami blurred vision
Infeksi Toxoplasma cerebri - Skala nyeri dengan nilai 2
Diare kronik - Ketidaktepatan penghentian obat
HIV st IV dropout ARV (CD4 <50) Penghentian obat kotrimoksazol sebagai terapi profilaksis
Post GTK (Generalized Tonik Klonik) - Kemungkinan terjadi toksisitas hematologi akibat
Seizure DT no.1 toksisitas pirimetamin
Blurred vision - Interaksi obat
Severe headache + history of seizure Moderate: Pirimetamin + Sulfadiazin Meningkatkan
Epilepsy symptomatic resiko anemia megaloblastik danpansitopenia
(Drugs.com)
P:
NaCl 0,9 % P:
Attapulgit 2 tab/diare - Diberikan tetes mata cendo lyteers
Paracetamol 3x500 mg - Diberikan terapi analgesic kekuatan sedang yaitu codein
3 x 10 mg (Menkes, 2019)
Pirimetamin 1x50mg
- Pemberian obat kotrimoksazol sebagai terapi profilkasis
Valgancyclovir 2x900 mg disarankan dilanjutkan karena kotrimoksazol tidak
Codein 3x10mg menggantikan ARV.
Omeprazole 1x40mg Asam Penghentian kotrimoksazol dilakukan bila pasien telah sehat
folinat 1x15 mg kembali dengan parameter nilai CD4 > 200 cell/µlselama 3 bulan
Sulfadiazine 2x2000mg berturut-turut (Menkes RI, 2019).
Fenitoin 2x100mg Vitamin Pemberian ARV di berikan 2 minggu setelah pemberian
B6 1x25mg Cendo Lyteers kotrimoksazol (Menkes RI, 2017)
6 x 1 ODS - Diberikan asam folinat 1 x 15 mg
- Disarankan pemberian asam folat untuk anemia 1
mg/hari (Hidayati. dkk, 2019).
- Untuk mencegah kekambuhan kejang, dibeikan fenitoin 2
x 100 mg (PERDOSSI, 2014)
- Attapulgit 2 tab/diare
Terapi Farmakologi :
NaCl 0,9 %
Attapulgit 2 tab/diare
Paracetamol 3x500 mg
Pirimetamin 1x50mg
Valgancyclovir 2x900 mg
Codein 3x10mg
Omeprazole 1x40mg
Asam folinat 1x15 mg
Sulfadiazine 2x2000mg
Fenitoin 2x100mg
Vitamin B6 1x25mg
Cendo Lyteers 6 x 1 ODS
Asam folat 1 mg/hari
7/3/2022 S: Nn.SA 28 tahun dr. AG, Sp.Pdɮ 7/3/2022 S: Nn.SA 28 tahun Apt. Amira
TB/BB 151 cm/40 kg TB/BB 151 cm/40 kg Nadita,
Nyeri skala 2, mual, pusing, diare, GCS Nyeri skala 2, mual, pusing, diare, GCS 456 dan blurred vision + S.Farmɝ
456 dan blurred vision +
O: TD 105/67 mmHg, HR: 92x/menit, RR: 20x/menit, T: 36.3˚C,
O: TD 105/67 mmHg, HR: 92x/menit,
RR: 20x/menit, T: 36.3˚C, A:
- Pasien masih mengalami blurred vision
A: - Skala nyeri dengan nilai 2
Infeksi Toxoplasma cerebri - Ketidaktepatan penghentian obat
Diare kronik Penghentian obat kotrimoksazol sebagai terapi profilaksis
HIV st IV dropout ARV (CD4 <50) - Kemungkinan terjadi toksisitas hematologi akibat
Post GTK (Generalized Tonik Klonik) toksisitas pirimetamin
Seizure DT no.1 - Interaksi obat
Blurred vision Moderate: Pirimetamin + Sulfadiazin Meningkatkan
Severe headache + history of seizure resiko anemia megaloblastik danpansitopenia
Epilepsy symptomatic (Drugs.com)
P:
Infus NaCl 0,9 %
Attapulgit 2 tab/diare
Paracetamol 3x500 mg P:
Pirimetamin 1x50 mg - Diberikan tetes mata cendo lyteers
Valgancyclovir 2x900 mg - Diberikan terapi analgesic kekuatan sedang yaitu codein
Codein 3x10mg 3 x 10 mg (Menkes, 2019)
Omeprazole 1x40mg Asam - Pemberian obat kotrimoksazol sebagai terapi profilkasis
disarankan dilanjutkan karena kotrimoksazol tidak
folinat 1x15 mg
menggantikan ARV.
Sulfadiazine 2x2000mg Penghentian kotrimoksazol dilakukan bila pasien telah sehat
Fenitoin 2x100mg Vitamin kembali dengan parameter nilai CD4 > 200 cell/µlselama 3 bulan
B6 1x25mg Cendo Lyteers berturut-turut (Menkes RI, 2019).
6 x 1 ODS Pemberian ARV di berikan 2 minggu setelah pemberian
kotrimoksazol (Menkes RI, 2017)
- Diberikan asam folinat 1 x 15 mg
- Disarankan pemberian asam folat untuk anemia 1
mg/hari (Hidayati. dkk, 2019).
- Untuk mencegah kekambuhan kejang, dibeikan fenitoin 2
x 100 mg (PERDOSSI, 2014).
Terapi Farmakologi :
NaCl 0,9 %
Attapulgit 2 tab/diare
Paracetamol 3x500 mg
Pirimetamin 1x50mg
Valgancyclovir 2x900 mg
Codein 3x10mg
Omeprazole 1x40mg
Asam folinat 1x15 mg
Sulfadiazine 2x2000mg
Fenitoin 2x100mg
Vitamin B6 1x25mg
Cendo Lyteers 6 x 1 ODS
Asam folat 1 mg/hari
8/3/2022 S: Nn.SA 28 tahun dr. AG, Sp.Pdɮ 8/3/2022 S: Nn.SA 28 tahun Apt. Amira
TB/BB 151 cm/40 kg TB/BB 151 cm/40 kg Nadita,
Nyeri skala 2, mual, pusing, diare, GCS Nyeri skala 2, mual, pusing, diare, GCS 456 dan blurred vision + S.Farmɝ
456 dan blurred vision +
O: TD 105/67 mmHg, HR: 90x/menit, RR: 20x/menit, T: 36.3˚C,
O: TD 105/67 mmHg, HR: 90x/menit,
RR: 20x/menit, T: 36.3˚C, A:
- Pasien masih mengalami blurred vision
A: - Skala nyeri dengan nilai 2
Infeksi Toxoplasma cerebri - Ketidaktepatan penghentian obat
Diare kronik Penghentian obat kotrimoksazol sebagai terapi profilaksis
HIV st IV dropout ARV (CD4 <50) - Kemungkinan terjadi toksisitas hematologi akibat
Post GTK (Generalized Tonik Klonik) toksisitas pirimetamin
Seizure DT no.1 - Interaksi obat
Blurred vision Moderate: Pirimetamin + Sulfadiazin Meningkatkan
Severe headache + history of seizure resiko anemia megaloblastik danpansitopenia
Epilepsy symptomatic (Drugs.com).
- Ketidaktepatan pemilihan obat
P: Attalpugit tidak tepat diberikan pada pasien HIV dandiare.
Infus NaCl 0,9 %
Attapulgit 2 tab/diare P:
Paracetamol 3x500 mg - Diberikan tetes mata cendo lyteers
Pirimetamin 1x50 mg - Diberikan terapi analgesic kekuatan sedang yaitu codein
Valgancyclovir 2x900 mg 3 x 10 mg (Menkes, 2019)
- Pemberian obat kotrimoksazol sebagai terapi profilkasis
Codein 3x10mg
disarankan dilanjutkan karena kotrimoksazol tidak
Asam folinat 3 x 1tab menggantikan ARV.
Sulfadiazine 2x2000mg
Fenitoin 2x100mg
Vitamin B6 1x25mg
Cendo Lyteers 6 x 1 ODS Penghentian kotrimoksazol dilakukan bila pasien telah sehat
kembali dengan parameter nilai CD4 > 200 cell/µlselama 3 bulan
berturut-turut (Menkes RI, 2019).
Pemberian ARV di berikan 2 minggu setelah pemberian
kotrimoksazol (Menkes RI, 2017)
- Diberikan asam folinat 1 x 15 mg
- Disarankan pemberian asam folat untuk anemia 1
mg/hari (Hidayati. dkk, 2019).
- Untuk mencegah kekambuhan kejang, dibeikan fenitoin 2
x 100 mg (PERDOSSI, 2014
- Attapulgit 2 tab/diare

Terapi Farmakologi :
Infus NaCl 0,9 %
Attapulgit 2 tab/diare
Paracetamol 3x500 mg
Pirimetamin 1x50 mg
Valgancyclovir 2x900 mg
Codein 3x10mg
Asam folinat 3 x 1tab
Sulfadiazine 2x2000mg
Fenitoin 2x100mg
Vitamin B6 1x25mg
Cendo Lyteers 6 x 1 ODS
Asam folat 1 mg/hari

9/3/2022 S: Nn.SA 28 tahun dr. AG, Sp.Pdɮ 9/3/2022 S: Nn.SA 28 tahun Apt. Amira
TB/BB 151 cm/40 kg TB/BB 151 cm/40 kg Nadita,
Nyeri skala 2, mual, pusing, diare, GCS Nyeri skala 2, mual, pusing, diare, GCS 456 dan blurred vision + S.Farm
456 dan blurred vision + ɝ
O: TD 120/80 mmHg, HR: 80x/menit, RR: 20x/menit, T: 36˚C,
O: TD 120/80 mmHg, HR: 80x/menit, A:
RR: 20x/menit, T: 36˚C, - Pasien masih mengalami blurred vision
- Skala nyeri dengan nilai 2
A: - Ketidaktepatan penghentian obat
Infeksi Toxoplasma cerebri Penghentian obat kotrimoksazol sebagai terapi profilaksis
Diare kronik - Kemungkinan terjadi toksisitas hematologi akibat
HIV st IV dropout ARV (CD4 <50) toksisitas pirimetamin
Post GTK (Generalized Tonik Klonik) - Interaksi obat
Seizure DT no.1 Moderate: Pirimetamin + Sulfadiazin Meningkatkan
Blurred vision resiko anemia megaloblastik danpansitopenia
Severe headache + history of seizure (Drugs.com)
Epilepsy symptomatic P:
- Diberikan tetes mata cendo lyteers
P: - Diberikan terapi analgesic kekuatan sedang yaitu codein
Infus NaCl 0,9 % 3 x 10 mg (Menkes, 2019)
Attapulgit 2 tab/diare - Pemberian obat kotrimoksazol sebagai terapi profilkasis
disarankan dilanjutkan karena kotrimoksazol tidak
Paracetamol 3x500 mg
menggantikan ARV.
Pirimetamin 1x50 mg Penghentian kotrimoksazol dilakukan bila pasien telah sehat
Valgancyclovir 2x900 mg kembali dengan parameter nilai CD4 > 200 cell/µlselama 3 bulan
Codein 3x10mg berturut-turut (Menkes RI, 2019).
Asam folinat 3x1 tab Pemberian ARV di berikan 2 minggu setelah pemberian
Sulfadiazine 2x2000mg kotrimoksazol (Menkes RI, 2017)
Fenitoin 2x100mg - Diberikan asam folinat 1 x 15 mg
Vitamin B6 1x25mg - Disarankan pemberian asam folat untuk anemia 1
Cendo Lyteers 6 x 1 ODS mg/hari (Hidayati. dkk, 2019).
- Untuk mencegah kekambuhan kejang, dibeikan fenitoin 2
x 100 mg (PERDOSSI, 2014)
Terapi Farmakologi :
Infus NaCl 0,9 %
Attapulgit 2 tab/diare
Paracetamol 3x500 mg
Pirimetamin 1x50 mg
Valgancyclovir 2x900 mg
Codein 3x10mg
Asam folinat 3x1 tab
Sulfadiazine 2x2000mg
Fenitoin 2x100mg
Vitamin B6 1x25mg
Cendo Lyteers 6 x 1 ODS
Asam folat 1 mg/hari

10/3/2022 S: Nn.SA 28 tahun dr. AG, Sp.Pdɮ 10/3/2022 S: Nn.SA 28 tahun Apt. Amira
TB/BB 151 cm/40 kg TB/BB 151 cm/40 kg Nadita,
Nyeri skala 2, mual, pusing, diare, GCS Nyeri skala 2, mual, pusing, diare, GCS 456 dan blurred vision + S.Farmɝ
456 dan blurred vision +
O: TD 110/71 mmHg, HR: 80x/menit, RR: 20x/menit, T: 36,5˚C,
O: TD 110/71 mmHg, HR: 80x/menit,
RR: 20x/menit, T: 36,5˚C, A:
- Pasien masih mengalami blurred vision
A: - Skala nyeri dengan nilai 2
Infeksi Toxoplasma cerebri - Ketidaktepatan penghentian obat
Diare kronik Penghentian obat kotrimoksazol sebagai terapi profilaksis
HIV st IV dropout ARV (CD4 <50) - Kemungkinan terjadi toksisitas hematologi akibat
Post GTK (Generalized Tonik Klonik) toksisitas pirimetamin
Seizure DT no.1 - Interaksi obat
Blurred vision Moderate: Pirimetamin + Sulfadiazin Meningkatkan
Severe headache + history of seizure resiko anemia megaloblastik danpansitopenia
Epilepsy symptomatic (Drugs.com)

P: P:
Infus NaCl 0,9 % - Diberikan tetes mata cendo lyteers
Attapulgit 2 tab/diare - Diberikan terapi analgesic kekuatan sedang yaitu codein
Paracetamol 3x500 mg 3 x 10 mg (Menkes, 2019)
Pirimetamin 1x50 mg - Pemberian obat kotrimoksazol sebagai terapi profilkasis
Valgancyclovir 2x900 mg disarankan dilanjutkan karena kotrimoksazol tidak
menggantikan ARV.
Codein 3x10mg
Penghentian kotrimoksazol dilakukan bila pasien telah sehat
Asam folinat 1 x 15mg
kembali dengan parameter nilai CD4 > 200 cell/µlselama 3 bulan
Sulfadiazine 2x2000mg
berturut-turut (Menkes RI, 2019).
Fenitoin 2x100mg
Pemberian ARV di berikan 2 minggu setelah pemberian
Vitamin B6 1x25mg
kotrimoksazol (Menkes RI, 2017)
Cendo Lyteers 6 x 1 ODS
- Diberikan asam folinat 1 x 15 mg
- Disarankan pemberian asam folat untuk anemia 1
mg/hari (Hidayati. dkk, 2019).
- Untuk mencegah kekambuhan kejang, dibeikan fenitoin 2
x 100 mg (PERDOSSI, 2014)
-
Terapi Farmakologi :
Infus NaCl 0,9 %
Attapulgit 2 tab/diare
Paracetamol 3x500 mg
Pirimetamin 1x50 mg
Valgancyclovir 2x900 mg
Codein 3x10mg
Asam folinat 1 x 15mg
Sulfadiazine 2x2000mg
Fenitoin 2x100mg
Vitamin B6 1x25mg
Cendo Lyteers 6 x 1 ODS
Asam folat 1 mg/hari
11/3/2022 S: Nn.SA 28 tahun dr. AG, Sp.Pdɮ 11/3/2022 S: Nn.SA 28 tahun Apt. Amira
TB/BB 151 cm/40 kg TB/BB 151 cm/40 kg Nadita,
Nyeri skala 2, mual, pusing, diare, GCS Nyeri skala 2, mual, pusing, diare, GCS 456 dan blurred vision + S.Farmɝ
456 dan blurred vision +
O: TD 120/80 mmHg, HR: 80x/menit, RR: 20x/menit, T: 36˚C,
O: TD 120/80 mmHg, HR: 80x/menit, A:
RR: 20x/menit, T: 36˚C, - Pasien masih mengalami blurred vision
- Skala nyeri dengan nilai 2
A: - Ketidaktepatan penghentian obat
Infeksi Toxoplasma cerebri Penghentian obat kotrimoksazol sebagai terapi profilaksis
Diare kronik - Kemungkinan terjadi toksisitas hematologi akibat
HIV st IV dropout ARV (CD4 <50) toksisitas pirimetamin
Post GTK (Generalized Tonik Klonik) - Interaksi obat
Seizure DT no.1 Moderate: Pirimetamin + Sulfadiazin Meningkatkan
Blurred vision resiko anemia megaloblastik danpansitopenia
Severe headache + history of seizure (Drugs.com)
Epilepsy symptomatic
P:
P: - Diberikan tetes mata cendo lyteers
Diberikan terapi analgesic kekuatan sedang yaitu codein 3
Infus NaCl 0,9 %
x 10 mg (Menkes, 2019)
Attapulgit 2 tab/diare
Paracetamol 3x500 mg
Pirimetamin 1x50 mg
Valgancyclovir 2x900 mg - Pemberian obat kotrimoksazol sebagai terapi profilkasis
Codein 3x10mg disarankan dilanjutkan karena kotrimoksazol tidak
Asam folinat 1 x 15mg menggantikan ARV.
Sulfadiazine 2x2000mg Penghentian kotrimoksazol dilakukan bila pasien telah sehat
Fenitoin 2x100mg kembali dengan parameter nilai CD4 > 200 cell/µlselama 3 bulan
Vitamin B6 1x25mg berturut-turut (Menkes RI, 2019).
Cendo Lyteers 6 x 1 ODS Pemberian ARV di berikan 2 minggu setelah pemberian
kotrimoksazol (Menkes RI, 2017)
- Diberikan asam folinat 1 x 15 mg
- Disarankan pemberian asam folat untuk anemia 1
mg/hari (Hidayati. dkk, 2019).
- Untuk mencegah kekambuhan kejang, dibeikan fenitoin 2
x 100 mg (PERDOSSI, 2014)
Terapi Farmakologi :
Infus NaCl 0,9 %
Paracetamol 3x500 mg
Attapulgit 2 tab/diare
Pirimetamin 1x50 mg
Valgancyclovir 2x900 mg
Codein 3x10mg
Asam folinat 1 x 15mg
Sulfadiazine 2x2000mg
Fenitoin 2x100mg
Vitamin B6 1x25mg
Cendo Lyteers 6 x 1 ODS
Asam folat 1 mg/hari

Anda mungkin juga menyukai