Disusun oleh:
dr. Dila Afriani
NIU: 18/437268/PKU/17733
Pembimbing:
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Alamat : Ngentak
No RM : 01.93.78.80
B. KELUHAN UTAMA
Penurunan kesadaran sejak 1 hari yang lalu, muntah (-), kejang (-),
nyeri kepala (+)
E. PEMERIKSAAN FISIK
Kondisi Umum : lemah
Tanda Vital
Tekanan Darah : 121/76 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 37.5 ⁰ C, suhu aksila
1
Sp O2 : 100 %
GCS : E2M5V4
BB : 53 kg
TB :163 cm
IMT :21.08 kg/m2
Pemeriksaan Organ
Kepala : Inspeksi: sklera ikterik (-/-) konjungtiva pucat (+/+),
pupil isokor 3mm/3mm, edema di wajah
Leher : Inspeksi: tekanan vena jugular tak meningkat
Palpasi: tidak ada nyeri tekan, tak teraba massa
Paru-paru : Inspeksi: simetris, ketertinggalan gerak (-), retraksi (-)
Perkusi: sonor (+)
Auskultasi: vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung : Inspeksi: ictus cordis tak tampak
Palpasi: ictus cordis teraba di spatium intercostalis 5 linea
midclavicula sinistra
Perkusi: kardiomegali (-), kesan konfigurasi dbn
Auskultasi: S1, S2 tunggal
Abdomen : Auskultasi: peristaltik (+) normal
Perkusi: timpani di seluruh regio
Palpasi: nyeri tekan (-), supel, hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas : Inspeksi: edema (-), atrofi (-)
Palpasi: akral hangat, tidak ada nyeri tekan, tidak edem
2
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium Kimia
Parameter Hasil Satuan Nilai rujukan
Albumin 3.72 g/dL 3.97 - 4.94
SGOT/AST 23 U/L <= 32
SGPT/ALT 55 U/L <= 33
BUN 19.50 mg/dL 6.00 - 20.00
Creatinin 0.67 mg/dL 0.50 - 0.90
Glukosa Sewaktu 148 mg/dL 80 - 140
Natrium 139 mmol/L 136 - 145
Kalium 3.37 mmol/L 3.50 - 5.10
Klorida 96 mmol/L 98 - 107
3
Pemeriksaan Laboratorium Imunologi
Parameter Hasil Satuan Nilai rujukan
HBsAg Non Reaktif
Anti SARS COV-2 (IgG IgM) Non Reaktif : indeks 0.068 COI < 1.000
G. DIAGNOSIS KERJA
- Residive connective meningioma of right frontal
- DM tipe II
H. PLAN
- Monitoring KU
- Embolisasi dan removal tumor
- Rawat inap
- IVFD NaCl 0,9 20 tetes/menit
- Novorapid 4-4-4 SC
- Dexametasone 5 mg/ 8 jam
- Paracetamol infus 1 g/8 jam
- Ranitidin 50 mg/ 8 jam
- Ondansentron 8 mg/ 24 jam
I. FOLLOW UP
1. Monitoring Klinis Harian
Tanggal Temuan Perubahan Plan/ Tata laksana
Nyeri kepala
12/07/2020 KU : lemah, TD 130/70 mmHg, RR O2 3 lpm, monitor KU
0
20x/menit, T = 36.7 C
Nyeri kepala, pusing
17/07/2020 KU : lemah, TD 120/70 mmHg, RR Pro embolisasi dan removal tumor
0
20x/menit, T = 36.5 C
4
Tanggal Temuan Perubahan Plan/ Tata laksana
S : kontak +
O : A : clear, B : ETT, RR : 26x/menit,
04/08/2020 SpO2 : 100 %, C : TD : 122/72, N : Monitor KU
105x/menit, D : KU lemah, tersedasi, GCS
E3M5VT, E : terpasang infus
S : kontak +
O : A : clear, B : ETT, RR : 30x/menit,
SpO2 : 98 %,
18/08/2020 Monitor KU
Ronkhi +/+, C : TD : 117/65, N :
107x/menit, D : KU lemah, tersedasi, GCS
E3M5VT, E : terpasang infus
S : kontak +
O : A : secret on ETT, B : ETT, RR :
28x/menit, SpO2 : 96 %,
20/08/2020 K/S darah 2 botol, urin, sputum
Ronkhi +/+, C : TD : 138/88, N :
105x/menit, D : KU lemah, tersedasi, GCS
0
E3M5VT, T = 38 C E : terpasang infus
S : kontak +
O : A : secret on ETT, B : ETT, RR :
26x/menit, SpO2 : 98 %,
23/08/2020 Injeksi meropenem 1 gr / 8 jam
Ronkhi +/+, C : TD : 125/02, N :
100x/menit, D : KU lemah, tersedasi, GCS
0
E3M5VT, T = 37.3 C E : terpasang infus
KU membaik, hemiparese (S), TD : 120/60,
27/08/2020 Pindah bangsal
N : 90x/menit, RR : 24 x/menit, ronkhi +/+
KU membaik, TD : 110/70, N : 90x/menit,
02/09/2020 Discharge
RR = 20 x/menit, ronkhi -/-
5
2. Monitoring Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hematologi
Parameter 12/07/2020 17/07/2020 22/07/2020 27/07/2020 01/08/2020 17/08/2020 20/08/2020 23/08/2020 01/09/2020 Satuan Nilai rujukan
Lekosit 19.75 12.49 9.33 9.56 14.24 14.19 13.28 16.61 8.32 10^3/µL 4.50 - 11.50
Eritrosit 4.44 4.53 3.40 3.33 1.97 3.30 3.44 3.34 4.62 10^6/µL 4.00 - 5.40
Hemoglobin 12.2 12.3 10.0 9.4 5.4 9.4 9.7 9.2 12.7 g/dL 12.0 - 15.0
Hematokrit 38.3 38.3 29.0 28.5 16.4 28.1 29.2 28.9 40.4 % 35.0 - 49.0
MCV 86.3 84.7 85.3 85.6 83.6 85.2 84.9 86.5 87.4 fL 80.0 - 94.0
MCH 27.5 27.1 29.4 28.2 27.6 28.5 28.2 27.7 27.5 pg 26.0 - 32.0
MCHC 31.9 32.0 34.5 33.0 33.0 33.5 33.2 32.0 31.4 g/dL 32.0 - 36.0
Trombosit 195 251 202 152 300 348 424 459 518 x10^3/µL 150 - 450
RDW-SD 42.4 49.1 12.6 45.8 45.1 12.8 13.3 fL 35.0 - 45.0
RDW-CV 13.4 12.1 14.6 15.6 14.8 14.6 % 11.5 - 14.5
Netrofil % 93.6 89.6 94.5 85.0 88.9 81.6 84.4 81.9 66.4 % 50.0 - 70.0
Limfosit % 3.6 5.1 2.4 6.0 5.3 10.4 8.8 10.5 24.0 % 18.0 - 42.0
Monosit % 2.7 4.6 3.1 8.6 4.7 7.8 5.9 6.7 5.7 % 2.0 - 11.0
Eosinofil % 0.0 0.0 0.0 0.4 0.3 0.1 0.7 0.4 2.7 % 1.0 - 3.0
Basofil % 0.1 0.6 0.0 0.0 0.8 0.1 0.2 0.5 1.2 % 0.0 - 2.0
IG (immatur granulocyte)# 1.00 0.81 0.20 0.10 1.07 10^3/µL 0.00 - 1.00
Netrofil # 18.50 11.19 8.82 8.13 12.67 11.58 11.20 13.60 5.52 10^3/µL 2.30 - 8.60
Limfosit # 0.71 0.64 0.22 0.57 0.76 1.47 1.17 1.74 2.00 10^3/µL 1.62 - 5.37
Monosit # 0.53 0.58 0.29 0.82 0.66 1.10 0.79 1.11 0.48 10^3/µL 0.30 - 0.80
Eosinofil # 0.00 0.00 0.00 0.04 0.05 0.02 0.09 0.07 0.22 10^3/µL 0.00 - 0.20
Basofil # 0.01 0.08 0.00 0.00 0.11 0.02 0.03 0.09 0.10 10^3/µL 0.00 - 0.10
IG (immatur granulocyte)% 0.20 8.7 2.10 2.20 8.10 % 0.00 - 10.00
Golongan Darah ABO AB
Golongan Darah Rhesus POSITIF
PPT 14.9 15.2 16.5 16.2 17.2 detik 14.0 - 15.8
INR 1.16 1.19 1.31 1.28 1.37 0.90 - 1.10
Kontrol PPT 15.2 13.7 15.1 15.2 14.8 -
APTT 16.6 23.6 27.2 28.8 21.0 35.0 37.9 detik 31.4 - 40.8
Kontrol APTT 30.6 33.1 31.2 30.1 29.2 29.9 28.3 -
Pemeriksaan Imun
Parameter 12-Jul 17/07/2020 27/07/2020 20/08/2020 23/08/2020 Satuan Nilai rujukan
HBsAg Non Reaktif
Anti SARS COV-2 (IgG IgM) Non Reaktif : indeks 0.068 COI < 1.000
Procalsitonin 0.07 3.34 0.88 ng/mL < 0.50
6
Urinalisis
Parameter 08-Aug Satuan Nilai rujukan
Kimiawi : .
Glukosa Negatif Negatif
Protein Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Urobilinogen NORMAL NORMAL
pH 7.5 4.5 - 8.0
Berat Jenis 1.015 1.005 - 1.030
Blood/Darah Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Lekosit esterase 3+ Negatif
Color / Warna COLORLESS COLORLESS
Sedimen : .
Eritrosit 4 /µL 0 - 25
Leukosit 33 /µL 0 - 20
Sel Epithel 20.2 /µL 0.0 - 40.0
Silinder 2.5 /µL 0.0 - 1.2
Bacteria 11612.9 /µL 0.0 - 100.0
Kristal 0.5 /µL 0.0 - 10.0
Yeast Like Cell 26.0 /µL 0.0 - 25.0
Small Round Cell 0.0 /µL 0.0 - 6.0
Silinder Patologis 0.0 /µL 0.0 - 0.5
Mucus 0.0 /µL 0.0 - 0.5
Sperma 0.0 /µL 0.0 - 3.0
Konduktivitas 13.6 mS/cm 3.1 - 27.0
UNGROUP
Na Urine 126.00 mmol/L 71.00 - 171.00
Glukosa Urine 14.00 mg/dL < 17.00
BUN Urine 91 mg/dL 900 - 3000
Osmolaritas Urine 267.64 mOsm/L 280.00 - 320.00
Status
IRS : Ya
7
Kultur.Iden.Sensi Sputum (Vitek)
Status
IRS : Ya
Cytology
Pewarnaan Presumptiv
Antibiotic Name 1
Cefazolin R
Gentamicin S
Cefepime S
Ceftriaxone I
Ciprofl oxacin S
Meropenem S
Aztreonam S
Ceftazidime I
Tigecycline R
Ket : ( Sensitive = S | Intermediate = I | Resistant = R | Negatif = N | Positif = P )
8
Kultur.Iden.Sensi Urin (Vitek)
Status
IRS : Ya
Cytology
Pewarnaan Presumptiv
Antibiotic Name 1 2
ESBL P -
Ampi ci l l i n R R
Pe ni ci l l i n G - R
Erythromyci n - R
Ge nta mi ci n R -
Ami ka ci n S -
Ce fe pi me R -
Ce ftri a xone R S
Ci profl oxa ci n R R
Levofl oxa ci n - R
Me ropene m S -
Te tra cycl i ne - R
Va ncomyci n - S
Aztre ona m R -
Ni trofura ntoi n S R
Ce fta zi di me R -
Amoxi ci l l i n - R
9
Tanggal 20/8/2020
Kultur.Iden.Sensi Urin (Vitek)
Status
Cytology
Pewarnaan Presumptiv
Antibiotic Name 1
ESBL P
Ke te ra nga n Kl i ni s -
Ampi ci l l i n R
Ge nta mi ci n R
Ami ka ci n S
Ce ftri a xone R
Ci profl oxa ci n R
Erta pe ne m S
Me ropene m S
Aztre ona m R
Ni trofura ntoi n S
Ce fta zi di me R
Ti gecycl i ne S
10
Kultur.Iden.Sensi Darah 2 Botol (BactecTVitek)
Status
Pewarnaan Presumptiv
Tes Identifikasi
Antibiotic Name 1
ESBL P
Ketera nga n Kl i ni s -
Ampi ci l l i n R
Genta mi ci n S
Ceftri a xone R
Ci profl oxa ci n R
Erta penem S
Meropenem S
Aztreona m R
Cefta zi di me R
11
Kultur.Iden.Sensi Sputum (Vitek)
Status
Cytology
Pewarnaan Presumptiv
Antibiotic Name 1
ESBL P
Ampi ci l l i n R
Genta mi ci n S
Cefepi me S
Ceftri a xone R
Ci profl oxa ci n R
Erta penem S
Meropenem S
Aztreona m R
Cefta zi di me R
12
4. Monitoring Pemeriksaan Radiologi
Tanggal 27/7/2020
Uraian:
Foto thorax, proyeksi AP, posisi supine, asimetris, inspirasi dan kondisi
cukup, hasil :
- Tampak opasitas inhomogen bentuk infiltrat, batas tak tegas, tepi
ireguler pada proyeksi perihiler pulmo bilateral
- Tak tampak pemadatan limfonodi hilus bilateral
- Tak tampak pelebaran pleural space bilateral
- Tampak diafragma bilateral licin dan tak mendatar
- Cor, CTR = 0,49
- Sistema tulang yang tervisualisasi intak, tak tampak lesi osteolitik
maupun osteosklerotik
- Tampak terpasang ETT pada proyeksi airway dengan ujung distal
selang manghadap kecaudal setinggi corpus Vth 4 (lk. 3.71 cm diatas
carina)
- Tampak terpasang CVC dengan insersi melalui v subclavia sinistra
dengan ujung distal menghadap ke caudal pada proyeksi paravertebrae
dextra setinggi corpus Vth 8
Kesan:
- Infiltrat perihiler pulmo bilateral
- Besar cor normal
- Tak tampak skeletal metastasis pada sistema tulang yang
tervisualisasi
- Terpasang ETT pada proyeksi airway dengan ujung distal selang
manghadap ke caudal setinggi corpus Vth 4 (lk. 3.71 cm diatas carina)
- Terpasang CVC dengan insersi melalui v subclavia sinistra dengan
ujung distal menghadap kecaudal pada proyeksi paravertebrae dextra
setinggi corpus Vth 8
13
Tanggal 20/8/2020
Uraian:
Foto thorax, proyeksi AP, posisi supine, asimetris, inspirasi dan kondisi cukup, hasil
:
- Tampak opasitas inhomogen pada proyeksi paracardial pulmo dextra, batas tak
tegas, tepi ireguler
- Tak tampak pemadatan limfonodi hilus bilateral
- Tak tampak pelebaran pleural space bilateral
- Tampak diafragma bilateral licin dan tak mendatar
- Cor, CTR = 0,53
- Sistema tulang yang tervisualisasi intact
- Tampak terpasang TT di proyeksi airway dengan ujung nya berada setinggi
corpus V. Th 4
- Tampak terpasang CVC dengan insersi melalui vena subclavia sinistra dengan
ujung distal menghadap ke caudal pada proyeksi cavoatrial junction
Kesan:
- Pneumonia dextra
- Besar cor normal
- Terpasang TT di proyeksi airway dengan ujung nya berada setinggi corpus V.Th
4
- Terpasang CVC dengan insersi melalui vena subclavia sinistra dengan ujung
distal menghadap ke caudal pada proyeksi cavoatrial junction
14
Tanggal 21/9/2020
Uraian:
Foto Thorax, proyeksi AP, posisi supine, asimetris, inspirasi dan kondisi cukup,
hasil :
- Tampak kedua apex pulmo bersih
- Tampak corakan bronchovascular normal
- Tak tampak pemadatan limfonodi hilus bilateral
- Tampak kedua sinus costofrenicus lancip
- Tampak kedua diafragma licin dan tak mendatar
- Cor, CTR = 0,52
- Sistema tulang yang tervisualisasi intact
Kesan:
- Pulmo tak tampak kelainan
- Besar Cor normal
15
J. DIAGNOSIS AKHIR
- Residive connective meningioma of right frontal
- DM tipe II
- HAP
- Urosepsis
K. PENATALAKSANAAN
- Injeksi ceftriaxon 1 gr/ 12 jam
- Novorapid 4-4-4 SC
- Dexametasone 5 mg/ 8 jam
- Paracetamol infus 1 g/8 jam
- Ranitidin 50 mg/ 8 jam
- Ondansentron 8 mg/ 24 jam
- Injeksi meropenem 1 gr/ 8 jam
- Azitromisin 500 mg / 24 jam
- Phenitoin 3 x 100 mg
- Cetirizine 10 mg 1x1 tab
- Amiodaron 100 mg / 12 jam
- Asam folat 2 x 1 tab
16
II. PEMBAHASAN
INFEKSI NOSOKOMIAL
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat di rumah sakit pada
pasien yang masuk dirawat selain untuk infeksi tersebut, tapi bukan terjadi
dan bukan masa inkubasi pada waktu masuk rumah sakit. Infeksi yang
timbul dalam kurun waktu 48 jam setelah dirawat di rumah sakit sampai
dengan 30 hari lepas rawat dianggap sebagai infeksi nosokomial. Suatu
infeksi pada pasien dapat dinyatakan sebagai infeksi nosokomial bila
memenuhi beberapa kriteria:
1. Pada waktu pasien mulai dirawat di rumah sakit tidak didapatkan tanda
klinis infeksi tersebut.
2. Pada waktu pasien mulai dirawat di rumah sakit tidak sedang dalam
masa inkubasi infeksi tersebut.
3. Tanda klinis infeksi tersebut baru timbul sekurang-kurangnya 48 jam
sejak mulai perawatan.
4. Infeksi tersebut bukan merupakan sisa infeksi sebelumnya
17
1. Status imun yang rendah (pada usia lanjut dan bayi prematur).
2. Tindakan invasif, misalnya intubasi endotrakea, pemasangan kateter,
pipa saluran bedah, dan trakeostomi.
3. Pemakaian obat imunosupresif dan antimikroba.
UROSEPSIS
18
mmHg (< 4,3 kPa), 5. Leukositosis ≥ 12/nL atau leucopenia ≥ 4/nl atau shift
to the left. Kultur urine merupakan merupakan metode yang sangat spesifik
untuk mendeteksi, mengkonfirmasi serta mendiagnosis adanya infeksi
bakteri pada infeksi saluran kemih.
19
INFEKSI SALURAN NAFAS
1. Pada pemeriksaan fisik terdapat sesak nafas, ronki basah halus, dan
2. Pemeriksaan rontgen foto dada didapatkan infiltrat, konsolidasi
3. Isolasi kuman patogen positif dari aspirasi trakea, cuci bronkus atau
biopsi
Pneumonia nosokomial dapat dibagi dua, yaitu: Hospital Acquired
Pneumonia (HAP) dan Ventilator Associated Pneumonia (VAP). Kedua
jenis pneumonia ini masih menjadi penyebab penting dalam angka
kematian dan kesakitan pada pasien di rumah sakit (Kieninger dan Lipsett,
2009). Hospital Acquired Pneumonia didefinisikan sebagai pneumonia
yang terjadi setelah 48 jam masuk rumah sakit dan tidak ada masa inkubasi
saat masuk rumah sakit. Sedangkan VAP adalah HAP yang terdiagnosis
48 jam setelah intubasi pernapasan dan pemakaian ventilator mekanik.
20
Antibiotika beta-lactam mempunyai komponen cincin beta-lactam.
Antibiotika golongan beta-lactam terdiri dari 4 jenis yaitu: penisilin,
cephalosporin, monobactam, carbapenem. Cincin beta-lactam pada antibiotika
mempunyai peranan penting dalam menghambat sintesis dinding sel. Cincin
beta-lactam yang terikat pada penisilin binding protein (PBPs) akan
menghentikan proses sintesis dinding sel. Proses sintesis dinding sel yang terhenti
akan menyebabkan kematian sel. Hal ini terjadi karena ketidak seimbangan
osmotik yang disebabkan dari kegagalan sintesis dinding sel.
Beta-lactamase menghasilkan resistensi antibiotika dengan cara
memecah struktur antibiotika. Beta-lactamase akan membuka cincin beta-lactam
dan merubah struktur dari obat dan menghalangi ikatan penisilin binding protein
PBPs). Proses ini akan menyebabkan sintesis dinding sel terus berlanjut.
Perubahan dari struktur obat akan menyebabkan inaktifasi dari obat tersebut.
21
berdasarkan pada urutan asam amino dan nukleotidanya. Klasifikasi ini dibagi
menjadi A, B, C dan D. Kelas A, C, dan D merupakan serine-based mechanism
sedangkan kelas B atau metallo beta-lactamase membutuhkan ion zinc.
Extended spectrum beta-lactamase (ESBL) adalah enzim yang
mempunyai kemampuan dalam menghidrolisis antibiotika golongan
penicillin, cephalosporin generasi satu, dua, dan tiga serta golongan
monobactam dan menyebabkan resistensi ke seluruh antibiotika tersebut.
ESBL tidak menghidrolisis cephamycin, dimana mempunyai famili yang
dekat dengan cephalosporin. ESBL diinhibisi oleh beta-lactamase
inhibitor seperti clavulanate, sulbactam dan tazobactam. ESBL pada
umumnya tidak aktif terhadap carbapenem (imipenem, meropenem,
ertapenem). ESBL banyak dihasilkan oleh Enterobactericeae (terutama
Escherichia coli) dan Klebsiella pneumoniae.
ESBL berasal dari gen TEM-1, TEM-2, SHV-1, CTX-M dari kelas
A, OXA dari kelad D, PER dan ESBL jenis lainnya. Gen pengkode ESBL
banyak berada di plasmid atau kromosom. Gen-gen tersebut mengalami
mutasi dan berubah konfigurasi asam aminonya di bagian aktif dari beta-
lactamase. Keberadaan gen pengkode di plasmid menyebabkan gen ESBL
22
mudah berpindah dari organisme satu ke yang lain. Perpindahan ini
menyebabkan pernyebaran resistensi antar strain dan spesies.
23