2 BULAN
Hari/Tanggal :
KASUS
Pasien An. AF, perempuan, 1 tahun 2 bulan, datang ke IGD RSHAM pada 2 Juni 2021
dengan keluhan utama (alloanamnesis) penurunan kesadaran. Hal ini dialami sejak 6 hari
yang lalu sebelum masuk rumah sakit (SMRS) secara tiba-tiba. Demam dijumpai sejak 6 hari
yang lalu, hilang timbul, demam turun dengan obat penurun panas. Batuk, pilek, dan sesak
tidak dijumpai. Riwayat trauma tidak dijumpai. Riwayat keluar cairan dari telinga dijumpai 2
Riwayat kelahiran: pasien lahir secara partus per vaginam, usia kehamilan kurang bulan ( +/-
8 bulan), saat lahir segera menangis, riwayat dirawat di ruang bayi sakit / diberi bantuan
oksigen.
Riwayat imunisasi : kesan lengkap
Riwayat keluarga : Tidak ada riwayat keluarga dengan keluhan yang sama
Pemeriksaan fisik:
Sensorium: GCS 8 (E2M4V2)
Kepala: UUB terbuka rata
mata: refleks cahaya dijumpai (+/+), pupil isokor 3mm/3mm. Mulut: mukosa bibir kering
tidak dijumpai
A.gerak: frekuensi nadi 110 kali/menit, akral hangat, CRT <2 detik, TD: 80/50mmHg , tonus
otot meningkat, spastik dijumpai di keempat ekstremitas, kekuatan motorik sulit dinilai.
Rangsang meningeal:
Elektrolit
Natrium (Na) 143 135-155
Kalium (K) 3.6 3.6-5.5
Klorida (Cl) 103 95-106
pH 7.34 7.35-7.45
pCO2 47 38-42
pO2 176 85-100
HCO3 25.4 22-26
TCO2 26.8 19-25
BE -0.5 (-2)-(+2)
SaO2 100 95-100
CT SCAN 13/2/2021:
- Kesan :SOL + hidrosefalus
Diagnosa ; Penurunan kesadaran ec Meningitis + hidrosefalus + electrolyte imbalance
Terapi :
- IVFD Nacl 0,9 % 22 cc/jam selama 24 jam
- Fenitoin loading dose 10 mg.kg dalam Nacl 0,9 % selama 20 menit
- Inj. Omeprazole 10 mg/12 jam
Rencana :
P:
- O2 simple mask 5 lpm
-IVFD D5%NaCl 0.225% 10 gtt/mnt
Rencana :
- Operasi cito
- Foto thoraks setelah pemasangan CVC
Jawaban Konsul: acc untuk perawatan PICU
Pemantauan 3/6/2021 pukul 19.35 di ruangan PICU post op EVD
P:
- Terpasang ETT no 4,5 non cuffed et lip 12cm terhubung ventilator , FiO2 50%,
peep 5, Pc above 20 RR 30x/menit, RR total 30 x/i,SpO2
- IVFD NaCL 0.9 % sesuai balance
- Inj. Cefotaxime 200 mg/12 jam
- Inj. Ranitidine 10 mg/ 12 jam
- Inj. Fenitoin 20 mg/ 12 jam
- Inj. Paracetamol 80 mg/ 8 jam
- Diet 20 cc/ 3 jam, dinaikkan bertahap bila toleransi
04-06-21
P:
- Terpasang ETT no 4,5 non cuffed et lip 12cm terhubung ventilator , FiO2 50%,
peep 5, Pc above 20 RR 30x/menit, RR total 30 x/i,SpO2
- IVFD NaCL 0.9 % sesuai balance
- Inj. Cefotaxime 200 mg/12 jam
- Inj. Metronidazole LD 12 mg, MD 60 mg/8 jam
- Inj. Ranitidine 10 mg/ 12 jam
- Inj. Fenitoin 20 mg/ 12 jam
- Inj. Paracetamol 80 mg/ 8 jam
- Diet 20 cc/ 3 jam, dinaikkan bertahap bila toleransi
Pasien dikonsulkan ke Divisi Neurologi
S: Demam masih dijumpai, Desaturasi tidak ada, Mencret 2x dijumpai
O: -Sistem SSP = belum stabil
Sensorium: Fourscore5 (E0M2B2R1)
Mata : Refleks cahaya dijumpai, pupil isokor
-Sistem Repirasi = Belum stabil
Terpasang ETT non coffed no 4,5 et lip 12cm, CMV peep 5, FiO2 40%, pr 30%,
Pi above peep 20, VTE, SpO2
Dada : Simetris fusiformis, tanpa refraksi
Frek.Nafas :48 x/menit,reguler, tanpa ronki
-Sistem Kardiovaskular = Belum Stabil
Frek.Jantung : 121 x/menit, reguler, tanpa desah
Frek.Nadi : 121 x/menit, reguler, akral hangat CRT < 3 detik
-Sistem Hematologi = Stabil
Pucat dan pendarahan tidak dijumpai
(6/3) Hb 12,1/Ht 36/ PH 549.000
-Sistem Metabolik = Stabil
Perut : Soepel, peristaltik dijumpai
(6/3) Ca 7,7/K 4/ Na 136/ Cl 96
-Sistem Infeksi = Belum Stabil
demam dijumpai, suhu tertinggi 39,4
(6/3) Hb 11,3/ Leu 18310/ N 51,9/L 7,6
P:
- Terpasang ETT no 4,5 non cuffed et lip 12cm terhubung ventilator , FiO2 45%,
peep 5, Pc above 20 RR 30x/menit, RR total 30 x/i,SpO2
-IVFD NaCL 0.9 %
- Inj. Fentanyl 100mg
- Inj. Amikasin MD 120 mg/ 24 jam (H6)
- Inj. Fenobarbital MD 12,5 mg/12jam/iv
- Inj. Fenitoin MD 25 mg/12jam
-Inj. Fenobarbital MD Dose 100mg
- Inj. Parasetamol 85 mg/4jam
- Inj. Furosemide 10 mg/12 jam
- Asetozamide 3x0,5 mg
- Urdafalk 2x80 mg
- Diet Pediasure 50 cc/3jam
09-03-2021
S: Demam masih dijumpai. Diet tolerasi, destuasi tidak ada, BAB pagi ini tidak ada
O: -Sistem SSP = belum stabil
Sensorium: Fourscore5 (F0M2B2R1)
Mata : Refleks cahaya dijumpai, pupil isokor
-Sistem Repirasi = Belum stabil
Terpasang ETT non coffed no 4,5 et lip 12cm, CMV peep 5, FiO2 40%, pr 30%,
Pip 20
Dada : Simetris fusiformis, tanpa refraksi
Frek.Nafas :48 x/menit,reguler, tanpa ronki
-Sistem Kardiovaskular = Belum Stabil
Frek.Jantung : 170 x/menit, reguler, tanpa desah
Frek.Nadi : 170 x/menit, reguler, akral hangat CRT < 3 detik
-Sistem Hematologi = Stabil
Pucat dan pendarahan tidak dijumpai
(6/3) Hb 12,1/Ht 36/ PH 549.000
-Sistem Metabolik = Stabil
Perut : Soepel, peristaltik dijumpai
(6/3) Ca 7,7/K 4/ Na 136/ Cl 96
P:
- Terpasang ETT no 4,5 non cuffed et lip 12cm terhubung ventilator , FiO2 40%,
peep 5, Pc above 20 RR 30x/menit, RR total 30 x/i,SpO2
-IVFD NaCL 0.9 %
- Inj. Fentanyl 100mg
- Inj. Amikasin MD 120 mg/ 24 jam (H6)
- Inj. Fenobarbital MD 12,5 mg/12jam/iv
- Inj. Fenitoin MD 25 mg/12jam
-Inj. Fenobarbital MD Dose 100mg
- Inj. Parasetamol 85 mg/4jam
- Inj. Furosemide 10 mg/12 jam
- Asetozamide 3x0,5 mg
- Urdafalk 2x80 mg
- Diet Pediasure 50 cc/3jam
10/03/2021 (Divisi Neurologi)
S: demam masih dijumpai, spastik dijumpai
O: Sensorium: Compos Mentis Suhu : 36,7
Mata: Refleks cahaya dijumpai, pupil isokor
Dada: Simetris fusformis, tanpa retraksi
HR: 150 kali/menit, reguler, tanpa murmur
RR: 24 kali/menit. Reguler, tanpa ronki
Perut: Soepel, peristaltik dijumpa, luka post up vp shunt tertutup verban
A.Gerak : Akral hangat CRT<2 detik, ekstremitas atas = spaltik (+)
A: - post vp shunt (H12), hidrosefalus communicans ec meninguensefalitis
P:
- Inj. Fenobarbital MD 25 mg/12jam
- Inj. Fenitoin MD 25 mg/12jam
- Inj. Furosemide 10 mg/12 jam
- Dexametasone 1,0 mg/8jam
- Asetozamide 3x0,5 mg
Pemantauan 16/3/2021
Sensorium: fourscore 4 (E0M2B2R0)
HR: 122 (N:90-150)
RR: 28 (N:20-30)
TD: 130/90 mmHg (P50-90 = 86-91/40-52mmHg)
Therapi :
- Terpasang ETT no 4.5 cuffed, at lip 12 cm terhubung ventilator modus Pcontrol
dengan FiO2 25%, PEEP 5, PC above 9, RR 25x/I, RR total 29x/I, I: E 1:2 SpO2
98-99%
- IVFD NaCl 0.9% sesuai balance
- Inj Fentanyl 100 mcg dalam 50 NS 0,5 mcg/kg/menit 2 cc/jam
- Inj. Amikasin 120 mg/24 jam (H16)
- Inj. Ampisilin sulbactam 400 mg/6jam (H4)
- Inj. fenitoin MD 25 mg dalam 20 cc NS / 12 jam
- Inj. fenobarbital LD dose 100 mg dalam 20 cc NS habis dalam 20 mnt 🡪 selanjutnya
MD 25mg/12jam
- Inj. parasetamol 85 mg/ 4 jam
- Inj. Dexamethasone 0.8 mg/8 jam
- Inj. furosemide 10 mg/ 12 jam
- Inj. omeprazole 10 mg/12 jam
- CTM 2x1mg
- Asetazolamid 3 x 85 mg
- Urdafalk 2x80 mg
- Lioresal 3 x 2.5 mg (selama 3 hari 10-12/3) selanjutnya lioresal 3 x 5 mg
- Diet pediasure 80 cc/3 jam/NGT
Rencana:
- Hari senin rencana transfuse FFP dari bedah syaraf konfirmasi bedah
- Susul hasil DL, CRP, PCT
- Kultur sputum/BAL (17/3)
- Weaning SIMV, turunkan FIO2 jika stabil
- Susul konsul rehab. Medik (15/3)
- Rencana trakeostomi Selasa 16/3/21 BATAL
1. Pemeriksaan darah
Antigen:
negatif
BUN 15/Ur
32/ Cr 0,47
SGOT
91/SGPT 53
LFT SGOT 45/
SGPT 27
RFT BUN 10/
Ur 21/ Cr
0.43
Lain2 Albumin CRP 0.7
2.9 PCT 14.41
As.laktat
arteri 2.5
KASUS 2.
Pasien An. LSP, laki-laki, 4 tahun 2 bulan datang ke IGD RSHAM 30 Januari 2021 dengan
keluhan utama (alloanamnesis) penurunan kesadaran dialami sejak 30 hari yang lalu .
Riwayat demam dijumpai sejak 1 bulan yang lalu . Riwayat kejang sejak 2 minggu yang lalu
08-03-2021
Pemeriksaan Fisik :
BB = 13 kg
PB: 100 CM
O: -Sistem SSP = belum stabil
Sensorium: gcs 11 (E5 M5 V3)
Mata : Refleks cahaya dijumpai, pupil isokor
-Sistem Repirasi = stabil
Dada : Simetris fusiformis, tanpa refraksi
Frek.Nafas : 22 x/menit,reguler, tanpa ronki
-Sistem Kardiovaskular = Stabil
Frek.Jantung : 130 x/menit, reguler, tanpa desah
Frek.Nadi : 130 x/menit, reguler, akral hangat CRT < 2 detik
-Sistem Hematologi = Stabil
Pucat dan pendarahan tidak dijumpai
(4/3) Hb 11,2/Ht 35/ PH 555.000
-Sistem Metabolik = Stabil
Perut : Soepel, peristaltik dijumpai
(4/3) K 4,2/ Na 132/ Cl 100/ GDS 73
Rangkuman Pemeriksaan :
DISKUSI MENINGITIS HIDROSEFALUS :
Meningitis bakterialis adalah suatu peradangan selaput jaringan otak dan medulla spinalis
disebabkan oleh bakteri patogen. Peradangan tersebut mengenai araknoid, piamater, dan
cairan serebrospinalis. Perdangan ini dapat meluas melalui ruang subaraknoid sekitar otak,
Etiologi Meningitis
Usia 0-2 bulan : Streptococcus group B, Eschechia coli
Usia2 bulan-5 tahun : Streptococcuspneumoniae, Neisseria meningitides,
Haemophillus influenza
Usia diatas 5 tahun: Streptococcus pneumonia, Neisseria meningitides.1
Diagnosis Meningitis
Seringkali didahului infeksi pada saluran napas atau saluran cerna seperti demam, batuk,
pilek, diare, dan muntah. Gejala meningitis adalah demam, nyeri kepala, meningismus
dengan atau tanpa penurunan kesadaran, letargi, malaise, kejang, dan muntah merupakan hal
yang sangat sugestif meningitis tetapi tidak ada satu gejala pun yang khas. Banyak gejala
meningitis yang berkaitan dengan usia, misalnya anak yang kurang dari 3 tahun jarang
mengeluh nyeri kepala. Pada bayi gejala hanya berupa demam, iritabel, letargi, malas minum,
dan high pitched-cry.1
Gangguan kesadarandapat berupa penurunan kesadaran atau iritabilitas. Dapat juga
ditemukan ubun-ubun besar yang membonjol, kaku kuduk, atau tanda rangsang meningeal
lain (Bruzinski dan Kernig), kejang, dan deficit neurologis fokal. Tanda rangsang meningeal
mungkin tidak ditemukan pada anak berusia kurang dari 1 tahun. Tanda-tanda peningkatan
tekanan intracranial juga dapat ditemukan.1
Lumbal pungsi adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk menganalisis atau
mendapatkan informasi tentang cairan sereberospinal (CSF). Pungsi lumbal biasa digunakan
untuk diagnostik, menyingkirkan diagnosis banding, bahkan terkadang untuk terapeutik.
Pungsi lumbal dilakukan setelah pemeriksaan neurologis.2 CT Scan dan MRI untuk
mengevaluasi lesi structural di otak, medeteksi adanya oedema otak. Jika hasil menunjukkan
tanda-tanda yang menjurus pada ensefalitis maka lumbal pungsi dilakukan untuk melihat
adanya peningkatan TIK. Elektroensefalografi (EEG) biasanya digunakan untuk melihat
adanya memperlihatkan proses inflamasi difus (aktivitas lambat bilateral). 3
Jika sudah didapatkan hasil kultur, maka pemberian antibiotic disesuaikan dengan
hasil kultur dan resistensi. Dexamethason 0,6 mg/kgBB/hari IV dibagi dalam 4 dosis selama
4 hari. Injeksi dexamethasone diberikan 15-30 menit sebelum atau pada saat pemberian
antibiotic. Lama pengobatan tergantung kuman penyebab, umumnya 10-14 hari.1
Hidrosefalus merupakan gangguan yang terjadi akibat kelebihan cairan serebrospinal
pada sistem saraf pusat. Kasus ini merupakan salah satu masalah yang sering ditemui di
bidang bedah saraf, yaitu sekitar 40% hingga 50%. Penyebab hidrosefalus pada anak secara
umum dapat dibagi menjadi dua, prenatal dan postnatal. Baik saat prenatal maupun postnatal,
secara teoritis patofisiologi hidrosefalus terjadi karena tiga hal yaitu produksi liquor yang
berlebihan, peningkatan resistensi liquor yang berlebihan, dan peningkatan tekanan sinus
venosa.5,6
Kebanyakan cairan tersebut dibentuk oleh pleksus koroidalis di ventrikel lateral, yaitu kurang
lebih sebanyak 80% dari total cairan serebrospinalis. Kecepatan pembentukan cairan
serebrospinalis lebih kurang 0,35- 0,40 ml/menit atau 500 ml/hari, kecepatan pembentukan
cairan tersebut sama pada orang dewasa maupun anak-anak. Dengan jalur aliran yang dimulai
dari ventrikel lateral menuju ke foramen monro kemudian ke ventrikel 3, selanjutnya
mengalir ke akuaduktus sylvii, lalu ke ventrikel 4 dan menuju ke foramen luska dan magendi,
Stenosis akuaduktus Malformasi Arnold Chiari (tipe II, jarang pada type I)
Kista Dandy Walker Ensefalokel
Benign intracranial cysts (seperti kista Deformitas basis kranii
arachnoid) Malformasi vaskular (seperti
aneurisma vena Galen) Didapat
Diagnosis dapat ditegakkan melalui tanda dan gejala klinis. Makrokrania merupakan
salah satu tanda dimana ukuran kepala lebih besar dari dua deviasi standar di atas ukuran
normal atau persentil 98 dari kelompok usianya. Hal ini disebabkan oleh peningkatan tekanan
intrakranial dan menyebabkan empat gejala hipertensi intrakranial yaitu fontanel anterior
yang sangat tegang (37%), sutura tampak atau teraba melebar, kulit kepala licin, dan sunset
phenomenon dimana kedua bola mata berdiaviasi ke atas dan kelopak mata atas tertarik.
Gejala hipertensi intrakranial lebih menonjol pada anak yang lebih besar daripada bayi, gejala
ini mencakup nyeri kepala, muntah, gangguan okulomotor, dan gejala gangguan batang otak
(bradikardia, aritmia respirasi). Gejala lainnya yaitu spastisitas pada eksremitas inferior yang
pada periode prenatal, dapat pula digunakan untuk mengukur dan memonitor ukuran
ventrikel, terutama digunakan pada anak prematur. CT Scan dapat digunakan untuk
mengukur dilatasi ventrikel secara kasar dan menentukan sumber obstruksi. CT Scan dapat
menilai baik secara fungsional maupun anatomikal namun tidak lebih baik daripada MRI,
namun karena pemeriksaannya cukup lama maka pada bayi perlu dilakukan pembiusan.5,9
Terapi konservatif medikamentosa berguna untuk mengurangi cairan dari pleksus
khoroid (asetazolamid 100 mg/kg BB/hari; furosemid 0,1 mg/kg BB/hari) dan hanya bisa
diberikan sementara saja atau tidak dalam jangka waktu yang lama karena berisiko
ringan bayi dan anak dan tidak dianjurkan untuk dilatasi ventrikular posthemoragik pada
anak.5,10
pemasangan kateter ventrikular atau yang lebih dikenal dengan drainase likuor eksternal.
Namun operasi shunt yang dilakukan pasca drainase ventrikel eksternal memiliki risiko
tertinggi untuk terjadinya infeksi. Cara lain yang mirip dengan metode ini adalah dengan
pungsi ventrikel yang dapat dilakukan berulang kali.11
Metode Endoscopic third ventriculostomy (ETV) semakin sering digunakan di masa
sekarang dan merupakan terapi pilihan bagi hidrosefalus obstruktif serta diindikasikan untuk
kasus seperti stenosis akuaduktus, tumor ventrikel 3 posterior, infark serebral, malformasi
Dandy Walker, syringomyelia dengan atau tanpa malformasi Arnold Chiari tipe 1, hematoma
ETV juga diindikasikan pada kasus block shunt atau slit ventricle syndrome. Kesuksesan
ETV menurun pada kondisi hidrosefalus pasca perdarahan dan pasca infeksi. Perencanaan
operasi yang baik, pemeriksaan radiologis yang tepat, serta keterampilan dokter bedah dan
perawatan pasca operasi yang baik dapat meningkatkan kesuksesan tindakan ini.12
REFERENSI
3. Bykowski J, Kruk P, Gold JJ, et al. Acute pediatric encephalitis neuroimaging: single-
institution series as part of the California encephalitis project. Pediatr Neurol 2015;
52:606.
4. Ropper AH, Brown RH. Adam and Victor’s principles of neurology. 8th ed. New
York: McGraw-Hill; 2005.
5. Satyanegara. Buku Ajar Bedah Saraf Edisi IV. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama; 2010. P.267- 89
7. Thompson D. Hydrocephalus and shunts. In: Moore JA, Newell DW, ed.
Neurosurgery principles and practice. London: Springer; 2005. P.425-40.
10. Zahl SM, Egge A, Helseth E, Wester K. Benign external hydrocephalus: a review,
with emphasis on management. Neurosurg Rev.2011 October.34(4): 417-432. \\
11. Kestle JR, Cambrin-Riva J, Wellons JC, Kulkarni AV, et al. A standardized protocol
to reduce cerebrospinal fluid shunt infection: The Hydrocephalus Clinical Research
Network Quality Improvement Initiative. J neurosurg [Internet]. Jul 2011.8(1): 22-29.