Anda di halaman 1dari 77

General Anesthesia Dengan

Endotracheal Tube Pada Operasi


VP Shunt

Patrick Nalla Nunsio


42180256

Pembimbing Klinik:
dr. Dijah Sekar P. Sekarmeranti, Sp.An., M.Kes
Nama : Bp. S.M
IDENTITAS
Tanggal Lahir : 22 Januari 1960
PASIEN
Usia : 60 tahun

Jenis Kelamin : Laki Laki

Nomor RM : 02033xxx

Alamat
Rawat Inap ::Gardenia
Kasihan 2 /-Utama
BantulSuperior
HMRS : 24 Juni 2020
ANAMNESIS
ALLO-Anamnesis (Istri)

• Keluhan Utama : Terjatuh

• Riwayat Penyakit sekarang :

Os datang ke IGD RS. Bethesda pada tanggal 24 Juni 2020 jam 22.11 dengan keluhan
terjatuh di kamar mandi dengan mata terus melirik ke arah atas dan tidak berespon saat ditanya
(diam saja). Kejadian tersebut < 5 menit. Setelah itu Os dapat kembali berespon. Sebelum
kejadian Os sempat mengeluhkan pusing hilang timbul sejak 3 hari. Os kemudian dibawa ke
RS. Bethesda. Tidak ditemukan keluhan berupa mual muntah (-), hilang ingatan
(-), demam (-)
ANAMNESIS
• Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat Kejang (-), Riwayat Stroke
hemorrhagic Feb 2016, Hipertensi (+), Dimentia (+), Rutin
kontrol 1
bulan sekali dengan dr. Pinzon, Sp. S.

• Riwayat Alergi : Obat (-) , Makanan (-)

• Riwayat Penggunaan Obat : Amlodipine 10mg, Vit B12, Donepezil,


Candesartan.

• Riwayat Oprasi : (-)

• Riwayat Transfusi : (-)


PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Sedang

Kesadaran : Compos Mentis

GCS : E4 V5 M6

Berat Badan : 85 kg (BMI 27.78= OW)

Tinggi Badan : 175 cm

Tanda Vital

• Tekanan darah :100/80 mmHg


•Nadi : 72 x/menit
• Respirasi : 20 x/menit
• Suhu : 36,60C
• Kepala :
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung :Deformitas (-), sekret (-), jejas (-), massa (-), krepitasi
(-)
Telinga : Deformitas (-/-), tanda radang (-/-), secret (-/-)
Mulut : Bibir kering (+), lidah kotor (-)

• Leher :
 Pembesaran kelenjar getah bening (-), jejas (-)
• Thorax :
Paru
Inspeksi : Gerakan simetris, retraksi interkosta (-), jejas (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), fremitus kanan kiri normal,
ketinggalan gerak (-)
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronki (-/-) , wheezing (-/-)

• Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba di SIC V LAA
Perkusi : Batas jantung kiri berada di SIC V linea axilaris
anterior kiri
Auskultasi : Suara jantung S1/S2 reguler, suara tambahan (-)
• Abdomen
 Inspeksi : Distensi (-), jejas (-)
 Auskultasi : Peristaltik DBN (BU 12 x/menit)
 Perkusi : Timpani
 Palpasi : Nyeri tekan (-), hepatosplenomegali (-),
Spleenomegali (-)

• Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan

• Ekstremitas
Akral teraba hangat, capillary refill time < 2 detik, edema (-/-)
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
PEMERIKSAAN DARAH RUTIN
24 – 06-2020
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hemoglobin 14.7 g/dL 11.7 – 15.5
Lekosit 7.33 Ribu/mk 4.5 – 11.5

Eosinofil 3.7 % 2–4


Basofil 1.0 % 0–1
Segment Neutrofil 63.4 % 50 - 70
Limfosit 22.4 % 18 – 42
Monosit 9.5 (H) % 2–8
Hematokrit 40.6 % 35.0 – 49.0
Eritrosit 4.97 Juta/mmk 4.20 – 5.40
RDW 12.6 % 11.5 – 14.5
MCV 81.7 fL 80.0 – 94.0
MCH 29.6 Pg 26.0 – 32.0
MCHC 36.2 (H) g/dL 32.0 – 36.0
Trombosit 234 Ribu/mmk 150 – 450
MPV 10.2 fL 7.2 – 11.1
PDW 11.2 fL 9.0 – 13.0
KIMIA DARAH
24 – 06-2020

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan


Glukosa sesaat 103.0 mg/dL 70 – 140
(POCT)
Ureum 18.2 mg/dL 20 – 43
Creatinin 1.14 mg/dL 0.55 – 1.02

Serologi SARS CoV :

• SARS CoV Ig M : Non Reaktif


• SARS CoV Ig G : Non Reaktif
RONTGEN THORAX
EKG
MSCT SCAN
EVANS INDEX
ECHOCARDIOGRAPHY
DIAGNOSA/KLINIS/HASIL LAB:
Right heart failure ec CPC

HASIL PEMERIKSAAN
• Dimensi Aorta : 39mm
• Dimensi LA : 23 mm
• LA/Ao : 0.60
• EPSS : 8 mm
• Fungsi LV : 70 %
• IVSD 10 /IVSS 13/LVIDD 45/ LVIDS
27/LVPWD 27/LVPWS 16
• Fungsi RV : TAPSE 20.29 mm
• Wall Motion : Normokinetik Kesan :

Katup-katup : LVH Konsentrik


• Aorta : 3 cuspis, anatomi dan fungsi Fungsi sistolik global LV : Normal , EF
normal 70%
• Mitral : Anatomi dan Fungsi normal Fungsi diastolik LV: Disfungsi tipe 1
• Tricuspid : TR Mild Fungsi sistolik RV : Normal
• Pulmonal : PH Mild Katup katup : TR Mild, PH Mild
ASSESMENT PRA-ANESTESI
ASSESMENT PRA ANESTESI
Diagnosis Bedah: Nama / Macam operasi / Antisipasi Infeksi Luka
Tindakan: Operasi: Antibiotik
Normopressure ventriculoperitoneal shunt Profilaksis (Ceftriaxone
Hidrocephalus (VP Shunt) 1 gr)

Diagnosis Anestesi : ASA 3


(pasien dengan penyakit Rencana Anestesi :
Persiapan Anestesi : Puasa
sistemik sedang hingga General Anestesi dengan
8 jam sebelum operasi
berat yang menyebabkan ET (7,5)
keterbatasan fungsi)
Tingkat Kesadaran : Compos Mentis

Tekanan Darah : 147/88 mmHg

Nadi : 84 x/menit
ASESMEN PRA
ANESTESI DAN
Suhu :36,6 C SEDASI
Napas : 20 x/menit

Skala nyeri :2
Riwayat penyakit : (+) Hipertensi, Riw.
CVA Hemorrhagic, Dimentia

Riwayat alergi : (-)

Riwayat operasi : (-)

ASESMEN PRA Riw. transfusi darah :(-)

ANESTESI DAN Riwayat merokok :(-)


SEDASI
Riw konsumsi alkohol :(-)

Status psikiatri : tenang,normal

Risiko pasien jatuh : Sedang


Hb 14.3 g/dL

Hematocrit 40,6 %
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Gula darah 136 mg/dL LAB DARAH

Ureum/creatinin
18.2 /1.14 mg/dL
• Pemeriksaan fisik :

• Status fisik : ASA 3 (pasien dengan penyakit sistemik sedang hingga berat yang
menyebabkan keterbatasan fungsi)

• Diagnosa medis : Normopressure Hidrocephalus

• Rencana anestesi : General anestesi dengan ET

• Instruksi pra anestesi :


1. Puasa 8 jam sebelum operasi (24.00) 4. Bsk pagi cukur gundul
2. Inf. Tutofusin OPS 5. Pesan ICU
3. Bsk pagi GDS
Assessment Pra Anestesi Pemberian Koinduksi Induksi

• ASA 3 • Fentanyl 100 mcg • Propofol (Recofol 1%)


• Mallampati Score 3 • Midazolam 100 mg
(Sedacum 0,1%) • Tramus 25 mg
3 mg

• Tramus 15 mg
• Fentanyl 50 mg
• Asam tranexamat 500 mg Preoksigenasi dengan face
• Ondansetron 4 mg mask dan pemasangan
• Tramadol 100 mg Maintenance
Endotracheal Tube
• Ketorolac 30 mg
• Sulfas Atropin 0,25 mg +
Prostigmin 0,5 mg • O2 + N2O (2L:2L)
• Endotracheal Tube no 7,5
• Sevoflurane 2%
• Pemberian 02 5L + bagging

• Post Anaesthetic
Discharge Scoring
Ekstubasi ET System
Pemasangan OPA Recovery
Pemberian oksigenasi Room
dengan face mask
Hemodinamik Durante OP

SISTOLE DIASTOLE NADI


Hemodinamik Pasca
Operasi
Waktu Tekanan Darah (mmHg) Nadi (x/menit)
08.00 125/90 74

PADSS (Recovery Room)


Kriteria Hasil Score
Frekuensi Nadi 74 x/menit 2
Tekanan Darah 125/90 mmHg 2
Aktivitas Butuh bantuan 1
Mual/Muntah Minimal/tanpa obat 2
Nyeri Skor 3 2
Perdarahan Minimal/tidak ganti perban 2
Total PADSS 11

Nilai PADSS ≥9 : pasien boleh pindah ke


ruangan
INSTRUKSI POST OP
Cairan Intravena : Ringer Laktat / tutofusin OPS 20 tpm

Analgetik : Ketesse 3 x 50 mg (encerkan 10 cc)

Antiemetik : Pantoprazole 1x40 mg, Ondansetron 1 x 4 mg

Antibiotik : Ceftriakson 2 x 1 g

Oksigen : O2 3 lpm

Lain-lain : Rawat di ICU, awasi vital sign dan tingkat nyeri


PEMBAHASAN
ANESTESI

Hilangnya seluruh modalitas dari sensasi yang meliputi sensasi sakit/ nyeri,
rabaan, suhu, posisi/ proprionosiptif,.

Anestesi Umum (General Anesthesia) mempunyai tujuan agar dapat menghilangkan nyeri,
membuat tidak sadar, menyebabkan amnesia yang reversible dan dapat diprediksi.

Hipnotik/ Sedatif Analgesia Relaksasi Otot


• Membuat pasien
Hipnotik/sedatif tertidur/mengantuk dan
tenang

Analgesia • Tidak merasakan Nyeri Trias Anestesi

Relaksasi Otot • Kelumpuhan otot skelet


Blokade nyeri dari seluruh tubuh yang
mengakibatkan depresi saraf pusat yang
General
reversibel dengan menggunakan obat-
JENIS Anestesi obatan secara intravena, inhalasi atau
kombinasi keduanya
ANESTESI

Metode yang lebih bersifat analgesik karena


dapat menghilangkan nyeri dan pasien tetap
Anestesi sadar
Regional
Contoh : anestesi spinal dan anestesi
epidural
ANESTESI REGIONAL

Umum Spinal
Anestesi
Regional Epidural

Peripheral
Nerve Block
GENERAL ANESTESI

GA Intubation
TIVA ET

GA
GA Facemask
LMA
Endotracheal Tube
DEFINISI

Alat bantu jalan napas yang memudahkan ventilasi


spontan maupun ventilasi tekanan positif dengan
cara memasukkan pipa ke dalam trakea melalui
rima glottis, sehingga ujung distalnya berada kira-
kira di pertengahan antara pita suara dan bifurcasio
trakea
Intubasi Endotracheal
Komplikasi endotracheal
Selama Setelah
Intubasi Ekstubasi
• Trauma gigi • Spasme laring
• Laserasi bibir • Aspirasi
• Spasme • Gangguan
bronkus fonasi
• Intubasi • Edema glottis-
esofagus subglotis
• Infeksi
laring,faring,
trakea
Endotracheal tube
ASSESMENT PRE
Tujuan:
ANESTESI
1. Mengetahui status fisik pasien preoperatif
2. Mengetahui dan menganalisis jenis Operasi
3. Memilih jenis teknik anesthesia yg sesuai
4. Memprediksi kemungkinan penyulit yang dapat terjadi selama bedah
atau pasca bedan
5. Mempersiapkan obat untuk menanggulangi penyulit yand diprediksi
KLASIFIKASI DESKRIPSI
ASA
KELAS I Pasien normal, sehat fisik, dan mental
KELAS II Pasien dengan penyakit sistemik ringan dan tidak
ada keterbatasan fungsional (HT, riw asma, DM
terkontrol)
Klasifikasi KELAS III Pasien datang dengan penyakit sistemik sedang
hingga berat yang menyebabkan keterbatasan
American fungsional

Society of KELAS IV Pasien dengan penyakit sistemik berat +


incapacitance (pasien dengan gagal jantung
Anesthesiologist derajat 3 dan hanya bisa berbaring di tempat tidur
saja)
KELAS V Pasien yang dengan atau tanpa operasi
diperkirakan meninggal dalam 24 jam; risiko
besar akan kematian; kegagalan multiorgan
KELAS VI Mati batang otak untuk donor organ
Skor Mallampati
Digunakan untuk memprediksi kemudahan intubasi
dengan melihat anatomi rongga mulut didasarkan
pada visibilitas dasar uvula, pilar faucial

Cormack-Lehane
Cormack – Lehane classification is broadly used to
describe laryngeal view during direct laryngoscopy
technique
DIFFICULT AIRWAY
MNEMONIC
LEMON MOANS
(DIFFICULT DIRECT LARINGOSCOPY) (DIFFICULT MASK VENTILATION)
Ji, S., Moon, E., Kim, T. et al. Correlation between
modified LEMON score and intubation difficulty in
adult trauma patients undergoing emergency
surgery. World J Emerg Surg 13, 33 (2018).
https://doi.org/10.1186/s13017-018-0195-0
Langkah Pemberian Obat Anestesi

Pre-medikasi

Induksi

Pemeriliharaan/ Maintenance

Post Anesthesia
Pramedikasi Induksi Maintenance Obat Anestesi

Propofol Ondansetron
(Recofol 1%) Oksigen 4 mg
Fentanyl 100 100 mg 2,5 Lpm
mcg
Tramadol
Muscle 100 mg
N2O 2,5 Lpm
Relaxant

Ketorolac
Midazolam Tramus 30 mg
(Sedacum 25 mg Sevoflurane
0,1%) 3 mg 2%
Asam
Tranexamat
500 mg
PRE-MEDIKASI
“Tindakan permberian obat obatan pendahuluan dalam rangka
relaksanaan anestesia”
Menghilangkan kecemasan dan ketakutan

Mengurangi sekresi saliva

Memberi sedasi

Mengurangi mual muntah pasca operasi PRAMEDIKASI


Mengurangi cairan lambung

Memperkuat efek hipnotik

Mencegah reflek vagal


PAIN and OPIOIDS
OPIOIDS
OPIOIDS
Fentanyl
Terikat pada plasma

Perfusi ke jaringan cepat terutama jaringan yang memiliki perfusi


tinggi seperti otak, paru-paru, hepar, ren, dan lien
Golongan Analgetik Opioid
Didegradasi oleh hepatic oxidative metabolism dan sedikit sisa yang
diekskresi melalui urin

Bekerja pada reseptor  µ,к,δ

Menghambat gerbang CA2+ pada presinaps  ↓ pelepasan


transmitter

Menghiperpolarisasi dan kemudian menghambat postsinaps dengan


membuka gerbang K+
Fentanyl

● Opioid Agonis
memberikan efek
analgesik dengan cara
berikatan di reseptor
opioid yang berada di
otak dan spinal cord
regio kornu dorsalis
 menghambat
proses transmisi dan
modulasi nyeri
Fentanyl
Dosis • 1-2 mcg/kgBB (dosis premedikasi)

Sediaan • 100 mcg/2 ml

Indikasi • Analgetik narkotika pada anestesi regional atau general

Kontraindikasi • Asma serangan akut, alkoholisme akut

Efek samping • Kekakuan otot, mual, muntah, menggigil pasca bedah


ANXIOLYTIC AND HYPNOTICS
ANXIOLYTIC AND HYPNOTICS
Midazolam Mekanisme kerja
• Berikatan dengan reseptor GABA A  pembukaan
kanal klorida memungkinkan ion klorida masuk ke
dalam sel  jumlah ion klorida meningkat 
hiperpolarisasi dan sel susah tereksitasi menimbulkan
efek depresi SSP

Dosis Sedasi
• 0,07-0,1 mg/kgBB

Sediaan
• 5mg/5 ml
Midazolam
Indikasi
• Premedikasi, induksi anestesi, sedasi

Kontraindikasi
• Bayi prematur, myastenia gravis

Efek samping
• Mual, muntah, nyeri kepala, laringospasme, amnesia

Antidotum
• Flumazenil dosis 0,01 mg/kg/menit diulang 1-5 kali
INDUKSI
“ Suatu rangkaian proses transisi dari sadar
penuh sampai hilangnya kesadaran sehingga
memungkinkan untuk dimulainya operasi”
Propofol
• GABA: neurotransmitter utama
penghambat di SSP
• GABA: inhibitorik  menghambat
reaksi-reaksi dan tanggapan
neurologis yang tidak menguntungkan
• Reseptor GABA A: membawa masuk
neurotransmitter GABA bersama CL-
• Aktivasi reseptor GABA A 
hiperpolarisasi  hantaran saraf tidak
terjadi
Propofol

Dosis • 1 – 2,5 mg/kgBB

Sediaan • 10 mg/ml (1 ampul 20 ml)

Indikasi • Induksi dan pemeliharaan anestesi umum, sedasi pada pasien yang
memakai ventilator dan mendapat perawatan intensif

Kontraindikasi • Penyakit hepar, asidosis metabolik, pasien hipovolemik

Efek samping • Penurunan tekanan darah, nyeri di tempat suntikan


Propofol
● Propofol: Emulsi berwarna putih
susu yang terdiri atas 1% konsentrasi
yang berisi campuran minyak
kedelai, lesitin (kuning telur) dan
gliserol
● Tempat metabolism: hepar  water-
soluble compound yang inaktif 
diekskresikan melalui ginjal
● Waktu yang butuhkan untuk sadar
post-induksi propofol  8-10 menit
● Bekerja sebagai hipnotik  supresi
CNS
MUSCLE RELAXANT
Depolarizing

Non depolarizing
ATRACURIUM BESILATE

Golongan Sebagai muscle relaxant (non-depolarisasi)

Menghalangi asetilkolin berikatan dengan reseptor nikotinik kolinergik di


Mekanisme otot . Asetilkolin berikatan dengan reseptor nikotinik  depolarisasi 
lorong ion terbuka  ion Na dan Ca masuk, ion K keluar  kontraksi otot

Onset 2-3 menit

Durasi 20-40 menit

Efek samping Hipotensi, bronkospasme

Dosis 0,3-0,5 mg/kgBB

Sediaan 25 mg/2,5ml (1 amp = 2,5 ml, 1 amp = 5 ml)


MAINTENANCE

Tujuan

• Mempertahankan kedalaman anestesi


• Memberikan obat terus menerus dengan
dosis tertentu

Zat yang digunakan

• O2, N2O
• Gas lain: isoflurane/aeranne, sevoflurane

Vaporizer
Ondansetron

• Melalui kerja antagonis pada reseptor


5-hydroxitryptamine (5-HT3) selektif
yang terdapat perifer pada terminal
saraf vagal → menghambat ikatan
antara serotonin dan reseptornya →
Menghambat aktivasi aferen-aferen
vagal sehingga menekan terjadinya
refleks muntah.

• Reseptor 5-HT3 berada di GI tract dan


di pusat muntah (Medulla oblongata)
 Area Postrema
Ondansetron
Dosis 0,1-0,2 mg/kgbb IV

Sediaan 4 mg/2ml

Efek samping Sakit kepala, konstipasi, rasa panas pada epigastrium

Indikasi Mual muntah

Kontraindikasi Hipersensitif terhadap ondansetron


Asam Traneksamat

• Analog dari asam aminocaproic bekerja sebagai


synthetic inhibitor fibrinolytic

• Cara kerja : Menghambat aktivasi plasminogen


menjadi plasmin pada pembekuan darah.

• Plasmin berfungsi mendegradasi fibrin  asam


traneksamat bekerja menghambat degradasi
fibrin  meningkatnya aktivitas pembekuan
darah
Asam
Dosis 10 mg/kgBB
Traneksamat

Sediaan 500 mg/5ml

Hiperfibrinolisis  Cek Fibrin Degradation


Indikasi Product  Mahal dan ga semua RS ada

Kontraind
Penyakit tromboembolik
ikasi

Efek Mual, muntah, pusing pada injeksi


samping intravena cepat
Tramadol Analog kodein sintetik yang merupakan agonis reseptor µ lemah. Mengikat reseptor µ-opioid  reseptor opioid
Mekanisme diaktifkan oleh peptide endogen dan eksogen ligand  pengikatan dengan neuron dopaminergik  memodulasi
hiperkarbia, hipoksemia, miosis, dan penurunan motilitas saluran cerna

Onset 1 jam; antidotum: Naloxon 0,4-0,8 mg

Indikasi Nyeri sedang hingga berat

Kontraindikasi Epilepsi

Efek samping Mual, muntah, pusing, mulut kering, sedasi, depresi pernapasan, konvulsi

Dosis 1 mg/kgBB

Sediaan 100 mg/2 ml


Ketorolac

Golongan NSAID

Menghambat enzim siklo-oksigenase  menghambat biosintesis prostaglandin 


Mekanisme menghambat kerja isoenzim COX 1 dan COX 2 pada jalur arachidonat

Indikasi Nyeri akut, sedang sampai berat

Hipersensitif ketorolac, alergi aspirin / NSAID, peptic ulser, perdarahan


Kontraindikasi gastrointestinal, perdarahan cerebrovaskular, asma, disfungsi ginjal berat

Efek samping Mual, muntah, perdarahan lambung, meningkatkan resiko perdarahan

Dosis 0,2 – 1 mg/kgBB

Sediaan 30 mg/1 ml; Onset: 30 menit; Durasi: 4-6 jam


FARMAKOLOGI
OBAT NSAID
Neostigmin

Golongan Inhibitor asetilkolinesterase

Menghambat kerja enzim kolinesterase untuk menghidrolisis asetilkolin  akumulasi asetilkolin pada ujung
Mekanisme saraf kolinergik  asetilkolin berkompetisi dengan obat pelumpuh otot non depolarisasi  hantaran impuls
dan tonus otot pulih kembali

Indikasi Miastenia gravis; mengatasi kelumpuhan akibat pelemas otot non-depolarisasi

Kontraindikasi Obstruksi usus atau saluran kemih

Efek samping Mual, muntah, diare, hipersalivasi, kejang perut (terutama pada dosis tinggi)

Dosis 0,04-0,08 mg

Sediaan 0,25 mg/ml; 0,5 mg/ml; 1 mg/ml


Neostigmin
● Kerja langsung : bekerja
langsung pada reseptor
asetilkolin

● Kerja tak langsung :


bekerja pada enzim
asetilkolin esterase
(tidak langsung pada
reseptor).
Neostigmin
● Bekerja pada enzim asetilkolin esterase
(tidak langsung pada reseptor).

● Enzim dihambat -> tidak terjadi


pemecahan asetilkolin -> kondisi
asetilkolin celah sinaps tetap tinggi ->
peningkatan kemampuan asetilkolin
untuk bersaing dengan obat pelumpuh
otot-> hantaran saraf otot kembali
normal -> tonus otot pulih kembali.
• Otonom: simpatis &
parasimpatis
• Parasimpatis ada 2
reseptor: nikotinik
dan muskarinik
• Apabila reseptor
nikotinik dan
muskarinik
teraktivasi oleh
neurotransmitter 
Neostigmin parasimpatis
SULFAS ATROPIN
Golongan Inhibitor enzim kolinesterase/antimuskarinik
Sebagai zat antagonis yang kompetitif  menghambat aksi muskarinik dari asetilkolin pada
Mekanisme struktur jaringan yang diinervasi oleh saraf kolinergik post ganglion dan otot polos yang
memiliki respon terhadap asetilkolin endogen

Mengeringkan sekret, melawan bradikardi yang berlebihan, bersama dengan


Indikasi neostigmin untuk mengembalikan penghambatan neuromuskuler kompetitif

Kontraindikasi Hipersensitif terhadap sulfas atropin

Muka merah, mulut kering, pandangan kabur, konstipasi, takikardi,


Efek samping halusinasi, delirium

Dosis 0,6-1,2 mg

Sediaan 0,25 mg/ml


Farmakodinamik sulfas atropin
Mekanisme kerja Atropin adalah dengan menghambat
reseptor muskarinik secara kompetitif dimana pada dosis
kecil sudah dapat memblok asetilkolin jumlah besar di
reseptor muskarinik.

Efektivitas obat ini tergantung sensitivitas organ, di


antaranya yang lebih sensitif adalah kelenjar saliva,
bronkus dan keringat. Sekresi asam dari lambung
termasuk yang kurang sensitif. Atropin mempunyai
selektivitas terhadap reseptor muskarinik dan selektivitas
ini tidak berbeda antara reseptor M1, M2, dan M3.
SULFAS ATROPIN
Daftar Pustaka
● Miller MD eds. Basic of Anesthesia, 6th ed, Philadelphia, ElsevieKatzung.
(2012). Basic and Clinical Pharmacology. 12th ed. San Fransisco: McGraw-Hill.

● Latief, Suryadi, Dachlan.(2009). Anestesiologi. 2nd ed. Jakarta: FK UI

● Morgan and Mikhail. (2013). Clinical Anesthesiology. 5th ed. San Fransisco:
McGraw-Hill

● Katzung, Bertram G. 2012. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 10. EGC, Jakarta.
Neal, M.J. 2007. At a Glance Farmakologi Medis. Jakarta 
THANKYOU !

Anda mungkin juga menyukai