Anda di halaman 1dari 78

General Anesthesia Dengan

Endotracheal Tube Pada Operasi


ORIF Femur dan Patella Sinistra

Feronica Eka Andini P. L. F.


(42190398)

Pembimbing :
dr. Dijah P. Sekarmeranti, Sp.An
IDENTITAS PASIEN
.
Nama : Sdr. R.G
Tanggal Lahir : 18-01-1994
Usia : 27 th
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : Bedilan, Sleman
Pekerjaan : karyawan swasta
Rawat inap : Ruang D no.10a
Tanggal MRS : 28 – 05 - 2021
No. RM : 01-16-95-xx
ANAMNESIS

Keluhan utama :
Nyeri kaki kiri
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang ke IGD RS Bethesda sekitar pukul 22.00 WIB dengan
keluhan kaki kiri terasa sakit setelah mengalami kecelakaan lalu lintas.
KLL terjadi saat pasien mengendarai sepeda motor dengan kecepatan
sedang dan menabrak mobil pick-up yang sedang parkir di pinggir jalan.
Hal ini terjadi karena pasien mengaku mengantuk dan hilang kendali.
Pada saat kejadian pasien menggunakan helm, dan jatuh ke arah kiri
dari tubuh pasien. Kaki kiri pasien terbentur bagian mobil pick-up dan
juga tertindih motor pasien. Pasien kemudian dibawa ke RSB dalam
keadaan sadar. Tidak ada perdarahan yang tampak dari luar.
ANAMNESIS

RPD RPK OBAT

Asma :- Hipertensi :- Tidak ada


Maag :- DM :-
DM :- Penyakit Jantung:-
Alergi :- Alergi:-
Hipertensi :-
Riwayat Operasi : -
LIFE STYLE

1. 3.
Pasien saat ini seorang Kebiasaan merokok dan
karyawan swasta yang minum minuman beralkohol
bekerja 8 jam per hari disangkal

2. 4.
Pasien jarang berolahraga
Pola makan pasien
teratur 2-3 kali/hari
PEMERIKSAAN FISIK
● Keadaan umum : sedang
● Kesadaran : compos mentis
● GCS : E4V5M6
● Berat badan : 85 kg
● Tinggi badan : 175 cm
● BMI : 27,75 (OW)
● Skla nyeri :7
● Vital sign :
■ Tekanan darah : 130/80 mmHg
■ Nadi : 79x/menit
■ Respirasi : 22x/menit
■ Suhu : 36,4 C
■ spO2 : 97%
PEMERIKSAAN FISIK
THORAX HEAD
Jejas (-), Simetris (-) Normocephali
Pulmo : Vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik
(-/-) (-/-)
Cor: S1 – S2 Normal, murmur (-)
Rhinorrhea (-/-)
Sianosis (-)

EKSTREMITAS ATAS
Akral hangat, CRT < 2 ABDOMEN
detik Jejas (-), bising usus (-), nyeri tekan
abdomen (-) Hepatomegali (-)
EKSTREMITAS BAWAH
Dextra : dbn
Sinistra : tampak
bengkak, krepitasi (+),
deformitas (+), GENITAL
perdarahan (-) Tidak dilakukan pemeriksaan
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
PEMERIKSAAN DARAH RUTIN
29 - 05-2021
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hemoglobin 13.7 g/dL 11.7 – 15.5
Lekosit 25.03 Ribu/mk 4.5 – 11.5

Eosinofil 0.4 % 2–4


Basofil 0.3 % 0–1
Segment Neutrofil 81 % 50 - 70
Limfosit 11.5 % 18 – 42
Hematokrit 36.5 % 35.0 – 49.0
Trombosit 295 Ribu/mmk 150 – 450
Golongan darah ABO o
KIMIA DARAH
24 – 06-2020

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan


Glukosa sesaat 123 mg/dL 70 – 140
(POCT)
Ureum 26.1 mg/dL 20 – 43
Creatinin 1.0 mg/dL 0.55 – 1.02

Serologi SARS CoV :

• SARS CoV Ig M : Non Reaktif


• SARS CoV Ig G : Non Reaktif
RONTGEN THORAX
Kesan :
corakan bronkovaskular kasar, air
bronchogram tidak prominen, dalam
batas normal.
Besar cor dalam batas normal.
X-RAY FEMUR SINISTRA

Kesan :
tampak defek fraktur 1/3 tengah femur sinistra, kompleta
fragmented, kuminutif. Cum contraction, cum angulasi.
Juga defek fraktur patella dengan garis stellat inkompleta,
fragmented. Trabekulasi dalam batas normal.
Diagnosis Bedah :

closed fraktur 1/3


tengah femur sinistra
& fraktur patella
sinistra
OPERASI ORIF FEMUR DAN PATELLA
SINISTRA

PELAKSANAAN DOKTER DOKTER


ANESTESI OPERATOR

Senin, 31 Mei 2021 dr. Dyah P Sekarmeranti, Sp. An dr. Yudha Matan Sakti, Sp.OT (K)
Pukul 13.30 WIIB
 Alasan tindakan di IBS: Tindakan dengan pembiusan
 Diagnosa Medis : closed fraktur 1/3 tengah femur sinistra &
fraktur patella sinistra
 Tindakan : ORIF femur dan patella sinistra
 Rencana Anastesi : General Anestesi dengan ET (7,5) ASSESMENT PRA-
ANESTESI
 Diagnosis Anastesi : ASA 1
 Persiapan Anastesi : sudah puasa 8 jam
ASSESMENT PRA-
ANESTESI DAN SEDASI
 Tingkat Kesadaran : Compos Mentis, GCS E4V5M6
 Tekanan Darah : 110/80 mmHg
 Nadi : 80 x/menit
 Suhu : 36,6 C
 Napas : 20 x/menit
 Skala nyeri : VAS 4
 Berat Badan : 85 kg

MALLAMPATI SCORE
KRITERIA SCORE LEMON SCORE
LOOK
• Facial trauma 0
• Large incisors 0
• Beard or moustache 0
• Large tongue 0

EVALUATE THE 3-3-2 RULES


• Interincisors gaps (≥ 3 fingers 0
breadths) 0
• Hyomental distance (≥ 3 fingers 0
breadths)
• Thyromental distance (≥ 2 fingers
breadths)
Mallampati classification 0

Obstruction to neck/Obese 0
Neck mobility 0
Total 0
ASSESMENT PRA - ANESTESI

 Riwayat Penyakit Sebelumnya : (-)


 Riwayat Alergi : (-)
 Riwayat Operasi : (-)
 Riwayat Transfusi Darah : (-)
 Riwayat Merokok : (-)
 Status Psikiatri :Tenang, Normal
Allergies
1 A Obat-obatan disangkal

Medications, alcohol, smoking


2 M
Disangkal

ASSESSMENT P a st M e d i c a l H i s t o r y
3 P
PRA- Tidak ada

AN ESTESI
Last Meal
4 L 8 jam sebelum operasi, terakhir makan jam 05.00 WIB

Events/ environmental surrounding


5 E
Tidak ada
Assessment Pra Anestesi Pemberian pre-medikasi Induksi

• ASA 1 • Fentanyl 100 mcg • Propofol (Recofol 1%)


• Mallampati Score 2 • Midazolam 100 mg
(Sedacum 0,1%) • Tramus 25 mg
3 mg
• Tramus 15 mg-10 mg tiap
30 menit –15 mg
• Asam tranexamat 500 mg
• Ondansetron 4 mg
• Tramadol 100 mg Preoksigenasi dengan face
• Ketorolac 30 mg Maintenance mask dan pemasangan
• Ceftriaxone 2x1gr Endotracheal Tube
• Sulfas Atropin 0,25 mg +
neostigmine 1 mg
• Terastarch 500ml • O2 + N2O (2L:2L)
• Endotracheal Tube no 7,5
• Sevoflurane 2%
• Pemberian 02 5L + bagging

• Post Anaesthetic
Discharge Scoring
Ekstubasi ET System
Pemasangan OPA Recovery • Aldrete score
Pemberian oksigenasi Room
dengan face mask
Hemodinamik Durante OP

SISTOLE DIASTOLE NADI


Post Anaesthetic
Discharge Scoring System
Kriteria Hasil Score
HEMODINAMIK Frekuensi 98x/menit
PASCA OPERASI Nadi &
2
Tekanan 110/80 mmHg
Darah
WAKTU: 16.35 WIB Aktivitas Butuh bantuan 1
Mual/Muntah Minimal/tanpa obat 2
TEKANAN DARAH:
Nyeri dapat ditahan.
110/80mmHg Nyeri 2
Skor: 1
NADI: 90X/MENIT Minimal/tidak ganti
Perdarahan 2
verban
Total PADSS 9

Nilai PADSS ≥9: Pasien boleh


pindah ruangan
ALDRETE SCORE

RECOVERY ROOM PUKUL 16.40 WIB


• Aktivitas : mampu menggerakkan 4
ekstremitas atas perintah (kecuali
ekstremitas bawah sinistra)
• Respirasi : Nafas dalam dan batuk
• Sirkulasi : TD 110/80
• Kesadaran : bangun jika dipanggil
• Saturasi O2 : 97%

SCORE = 9
RL 20tpm Ondansetron 2x4mg

Lain- INSTRUKSI PASCA


Cairan Analgetik Antivometik
lain OPERASI
● Awasi kesadaran
Ketorolac 3x30mg
Paracetamol infus 2x1 ● Bila pasien sadar penuh,
gr muntah (-), pasien boleh
minum
PEMBAHASAN
ANESTESI

Hilangnya seluruh modalitas dari sensasi yang meliputi sensasi sakit/ nyeri,
rabaan, suhu, posisi.

Anestesi Umum (General Anesthesia) mempunyai tujuan agar dapat menghilangkan nyeri,
membuat tidak sadar, menyebabkan amnesia yang reversible dan dapat diprediksi.

Hipnotik/ Sedatif Analgesia Relaksasi Otot


• Membuat pasien
Hipnotik/sedatif tertidur/mengantuk dan
tenang

Analgesia • Tidak merasakan Nyeri Trias Anestesi

Relaksasi Otot • Kelumpuhan otot skelet


• Blokade nyeri dari seluruh tubuh yang
mengakibatkan depresi saraf pusat yang
General
reversibel dengan menggunakan obat-
JENIS Anestesi obatan secara intravena, inhalasi atau
kombinasi keduanya
ANESTESI

• Metode yang lebih bersifat analgesik


karena dapat menghilangkan nyeri dan
Anestesi
pasien tetap sadar
Regional • Contoh : anestesi spinal dan anestesi
epidural
Umum Spinal
Anestesi
Regional Epidural

Peripheral
Nerve Block
GENERAL ANESTESI

GA
TIVA
Intubation ET

GA
GA Facemask
LMA
Endotracheal Tube
DEFINISI

Alat bantu jalan napas yang memudahkan ventilasi


spontan maupun ventilasi tekanan positif dengan
cara memasukkan pipa ke dalam trakea melalui
rima glottis, sehingga ujung distalnya berada kira-
kira di pertengahan antara pita suara dan bifurcasio
trakea
Intubasi Endotracheal
Komplikasi endotracheal

Selama Setelah
Intubasi Ekstubasi
• Trauma gigi • Spasme laring
• Laserasi bibir • Aspirasi
• Spasme • Gangguan
bronkus fonasi
• Intubasi • Edema glottis-
esofagus subglotis
• Infeksi
laring,faring,
trakea
Endotracheal tube
Asesmen pra-anestesi
Tujuan

1. Mengetahui status fisik pasien preoperatif


2. Mengetahui dan menganalisis jenis Operasi
3. Memilih jenis teknik anesthesia yg sesuai
4. Memprediksi kemungkinan penyulit yang dapat terjadi selama bedah
atau pasca bedah
5. Mempersiapkan obat untuk menanggulangi penyulit yang diprediksi
KLASIFIKASI DESKRIPSI
ASA
KELAS I Pasien normal, sehat fisik, dan mental
KELAS II Pasien dengan penyakit sistemik ringan dan tidak
ada keterbatasan fungsional (HT, riw asma, DM
terkontrol)
Klasifikasi KELAS III Pasien datang dengan penyakit sistemik sedang
hingga berat yang menyebabkan keterbatasan
American Society fungsional

of Anesthesiologist KELAS IV Pasien dengan penyakit sistemik berat +


incapacitance (pasien dengan gagal jantung
derajat 3 dan hanya bisa berbaring di tempat tidur
saja)
KELAS V Pasien yang dengan atau tanpa operasi
diperkirakan meninggal dalam 24 jam; risiko
besar akan kematian; kegagalan multiorgan
KELAS VI Mati batang otak untuk donor organ
SKOR MALLAMPATI Digunakan untuk memprediksi
kemudahan intubasi dengan
melihat anatomi rongga mulut
– Grade I : Pilar faring, uvula, dan
palatum mole terlihat jelas, seluruh didasarkan pada visibilitas
tonsil terlihat jelas dasar uvula, pilar faucial
– Grade II : Uvula dan palatum mole
terlihat sedangkan pilar faring tidak
terlihat, setengah keatas dari fossa tonsil
terlihat
– Grade III : Palatum mole dan durum
masih dapat terlihat jelas
– Grade IV : Pilar faring, uvula, dan
palatum mole tidak terlihat, hanya
palatum durum yang terlihat.
DIFFICULT AIRWAY
MNEMONIC
LEMON MOANS
(DIFFICULT DIRECT LARINGOSCOPY) (DIFFICULT MASK VENTILATION)
Langkah Pemberian Obat Anestesi

Pre-medikasi

Induksi

Pemeriliharaan/ Maintenance

Post Anesthesia
PRE-MEDIKASI

Tindakan permberian obat obatan pendahuluan dalam


rangka Pelaksanaan anestesia
Menghilangkan kecemasan dan ketakutan

Mengurangi sekresi saliva

Memberi sedasi

Mengurangi mual muntah pasca operasi PRAMEDIKASI


Mengurangi cairan lambung

Memperkuat efek hipnotik

Mencegah reflek vagal


Fentanyl
Terikat pada plasma

Perfusi ke jaringan cepat terutama jaringan yang memiliki perfusi


tinggi seperti otak, paru-paru, hepar, ren, dan lien
Golongan Analgetik Opioid
Didegradasi oleh hepatic oxidative metabolism dan sedikit sisa
yang diekskresi melalui urin

Bekerja pada reseptor  µ,к,δ

Menghambat gerbang CA2+ pada presinaps  ↓ pelepasan


transmitter

Menghiperpolarisasi dan kemudian menghambat postsinaps


dengan membuka gerbang K+
PAIN and OPIOIDS
OPIOIDS
OPIOIDS
Fentanyl

● Opioid Agonis
memberikan efek
analgesik dengan cara
berikatan di reseptor
opioid yang berada di
otak dan spinal cord
regio kornu dorsalis
 menghambat
proses transmisi dan
modulasi nyeri
Fentanyl
Dosis • 1-2 mcg/kgBB (dosis premedikasi)

Sediaan • 100 mcg/2 ml

Indikasi • Analgetik narkotika pada anestesi regional atau general

Kontraindikasi • Asma serangan akut, alkoholisme akut

Efek samping • Kekakuan otot, mual, muntah, menggigil pasca bedah


Midazolam
Mekanisme kerja
• Berikatan dengan reseptor GABA A  pembukaan
kanal klorida memungkinkan ion klorida masuk ke
dalam sel  jumlah ion klorida meningkat 
hiperpolarisasi dan sel susah tereksitasi menimbulkan
efek depresi SSP

Dosis Sedasi
• 0,07-0,1 mg/kgBB

Sediaan
• 5mg/5 ml
ANXIOLYTIC AND HYPNOTICS
ANXIOLYTIC AND HYPNOTICS
Midazolam
Indikasi
• Premedikasi, induksi anestesi, sedasi

Kontraindikasi
• Bayi prematur, myastenia gravis

Efek samping
• Mual, muntah, nyeri kepala, laringospasme, amnesia

Antidotum
• Flumazenil dosis 0,01 mg/kg/menit diulang 1-5 kali
INDUKSI

Suatu rangkaian proses transisi dari sadar penuh sampai


hilangnya kesadaran sehingga memungkinkan untuk
dimulainya operasi
Propofol

Dosis • 1 – 2,5 mg/kgBB

Sediaan • 10 mg/ml (1 ampul 20 ml)

Indikasi • Induksi dan pemeliharaan anestesi umum, sedasi pada pasien yang
memakai ventilator dan mendapat perawatan intensif

Kontraindikasi • Penyakit hepar, asidosis metabolik, pasien hipovolemik

Efek samping • Penurunan tekanan darah, nyeri di tempat suntikan


Propofol
● Propofol: Emulsi berwarna putih
susu yang terdiri atas 1% konsentrasi
yang berisi campuran minyak
kedelai, lesitin (kuning telur) dan
gliserol
● Tempat metabolism: hepar  water-
soluble compound yang inaktif 
diekskresikan melalui ginjal
● Waktu yang butuhkan untuk sadar
post-induksi propofol  8-10 menit
● Bekerja sebagai hipnotik  supresi
CNS
Propofol
• GABA: neurotransmitter utama
penghambat di SSP
• GABA: inhibitorik  menghambat
reaksi-reaksi dan tanggapan
neurologis yang tidak menguntungkan
• Reseptor GABA A: membawa masuk
neurotransmitter GABA bersama CL-
• Aktivasi reseptor GABA A 
hiperpolarisasi  hantaran saraf tidak
terjadi
• Memperpanjang efek hiperpolarisasi
MUSCLE RELAXANT
Depolarizing

Non depolarizing
ATRACURIUM BESILATE

Golongan Sebagai muscle relaxant (non-depolarisasi)

Menghalangi asetilkolin berikatan dengan reseptor nikotinik kolinergik di


Mekanisme otot . Asetilkolin berikatan dengan reseptor nikotinik  depolarisasi 
lorong ion terbuka  ion Na dan Ca masuk, ion K keluar  kontraksi otot

Onset 2-3 menit

Durasi 20-40 menit

Efek samping Hipotensi, bronkospasme

Dosis 0,3-0,5 mg/kgBB

Sediaan 25 mg/2,5ml (1 amp = 2,5 ml, 1 amp = 5 ml)


MAINTENANCE

Tujuan

• Mempertahankan kedalaman anestesi


• Memberikan obat terus menerus dengan
dosis tertentu

Zat yang digunakan

• O2, N2O
• Gas lain: isoflurane/aeranne, sevoflurane

Vaporizer
Ondansetron

• Melalui kerja antagonis pada reseptor


5-hydroxitryptamine (5-HT3) selektif
yang terdapat perifer pada terminal
saraf vagal → menghambat ikatan
antara serotonin dan reseptornya →
Menghambat aktivasi aferen-aferen
vagal sehingga menekan terjadinya
refleks muntah.

• Reseptor 5-HT3 berada di GI tract dan


di pusat muntah (Medulla oblongata)
 Area Postrema
Ondansetron
Dosis 0,1-0,2 mg/kgbb IV

Sediaan 4 mg/2ml

Efek samping Sakit kepala, konstipasi, rasa panas pada epigastrium

Indikasi Mual muntah

Kontraindikasi Hipersensitif terhadap ondansetron


Asam Traneksamat

• Analog dari asam aminocaproic bekerja sebagai


synthetic inhibitor fibrinolytic

• Cara kerja : Menghambat aktivasi plasminogen


menjadi plasmin pada pembekuan darah.

• Plasmin berfungsi mendegradasi fibrin  asam


traneksamat bekerja menghambat degradasi
fibrin  meningkatnya aktivitas pembekuan
darah
Asam
Dosis 10 mg/kgBB Traneksamat

Sediaan 500 mg/5ml

Hiperfibrinolisis  Cek Fibrin Degradation


Indikasi Product  Mahal dan tidak semua RS ada

Kontraind
Penyakit tromboembolik
ikasi

Efek Mual, muntah, pusing pada injeksi


samping intravena cepat
Tramadol Analog kodein sintetik yang merupakan agonis reseptor µ lemah. Mengikat reseptor µ-opioid  reseptor opioid
Mekanisme diaktifkan oleh peptide endogen dan eksogen ligand  pengikatan dengan neuron dopaminergik  memodulasi
hipoksemia, miosis, dan penurunan motilitas saluran cerna

Onset 1 jam; antidotum: Naloxon 0,4-0,8 mg

Indikasi Nyeri sedang hingga berat

Kontraindikasi Epilepsi

Efek samping Mual, muntah, pusing, mulut kering, sedasi, depresi pernapasan, konvulsi

Dosis 1 mg/kgBB

Sediaan 100 mg/2 ml


Ketorolac

Golongan NSAID

Menghambat enzim siklo-oksigenase  menghambat biosintesis prostaglandin 


Mekanisme menghambat kerja isoenzim COX 1 dan COX 2 pada jalur arachidonat

Indikasi Nyeri akut, sedang sampai berat

Hipersensitif ketorolac, alergi aspirin / NSAID, peptic ulser, perdarahan


Kontraindikasi gastrointestinal, perdarahan cerebrovaskular, asma, disfungsi ginjal berat

Efek samping Mual, muntah, perdarahan lambung, meningkatkan resiko perdarahan

Dosis 0,2 – 1 mg/kgBB

Sediaan 30 mg/1 ml; Onset: 30 menit; Durasi: 4-6 jam


FARMAKOLOG
I OBAT NSAID
Neostigmin

Golongan Inhibitor asetilkolinesterase

Menghambat kerja enzim kolinesterase untuk menghidrolisis asetilkolin  akumulasi asetilkolin pada ujung
Mekanisme saraf kolinergik  asetilkolin berkompetisi dengan obat pelumpuh otot non depolarisasi  hantaran impuls
dan tonus otot pulih kembali

Indikasi Miastenia gravis; mengatasi kelumpuhan akibat pelemas otot non-depolarisasi

Kontraindikasi Obstruksi usus atau saluran kemih

Efek samping Mual, muntah, diare, hipersalivasi, kejang perut (terutama pada dosis tinggi)

Dosis 0,04-0,08 mg

Sediaan 0,25 mg/ml; 0,5 mg/ml; 1 mg/ml


Neostigmin
● Bekerja pada enzim asetilkolin esterase
(tidak langsung pada reseptor).

● Enzim dihambat -> tidak terjadi


pemecahan asetilkolin -> kondisi
asetilkolin celah sinaps tetap tinggi ->
peningkatan kemampuan asetilkolin
untuk bersaing dengan obat pelumpuh
otot-> hantaran saraf otot kembali
normal -> tonus otot pulih kembali.
• Otonom: simpatis &
parasimpatis
• Parasimpatis ada 2
reseptor: nikotinik
dan muskarinik
• Apabila reseptor
nikotinik dan
muskarinik
teraktivasi oleh
neurotransmitter 
Neostigmin parasimpatis
SULFAS ATROPIN
Golongan Inhibitor enzim kolinesterase/antimuskarinik
Sebagai zat antagonis yang kompetitif  menghambat aksi muskarinik dari asetilkolin pada
Mekanisme struktur jaringan yang diinervasi oleh saraf kolinergik post ganglion dan otot polos yang
memiliki respon terhadap asetilkolin endogen

Mengeringkan sekret, melawan bradikardi yang berlebihan, bersama dengan


Indikasi neostigmin untuk mengembalikan penghambatan neuromuskuler kompetitif

Kontraindikasi Hipersensitif terhadap sulfas atropin

Muka merah, mulut kering, pandangan kabur, konstipasi, takikardi,


Efek samping halusinasi, delirium

Dosis 0,6-1,2 mg

Sediaan 0,25 mg/ml


Farmakodinamik sulfas atropin
Mekanisme kerja Atropin adalah dengan menghambat
reseptor muskarinik secara kompetitif dimana pada dosis
kecil sudah dapat memblok asetilkolin jumlah besar di
reseptor muskarinik.

Efektivitas obat ini tergantung sensitivitas organ, di


antaranya yang lebih sensitif adalah kelenjar saliva, bronkus
dan keringat. Sekresi asam dari lambung termasuk yang
kurang sensitif. Atropin mempunyai selektivitas terhadap
reseptor muskarinik dan selektivitas ini tidak berbeda antara
reseptor M1, M2, dan M3.
ANESTESI INHALASI
Tujuan
 Mempertahankan kedalaman
anestesi
 Memberikan obat terus-menerus
dalam dosis tertentu

Zat yang digunakan:

O2

N20

Gas lain: Isoflurane, Sevoflurane


SEVOFLURANE
►Dikemas dalam bentuk cairan, tidak berwarna, tidak eksplosif, tidak berbau, tidak
bersifat iritatif terhadap jalan nafas  sering digunakan untuk induksi inhalasi
disamping halotan.
► Onset Induksi dan pulih dari anestesi lebih cepat dibandingkan isofluran.
► Dosis:
- Untuk induksi, konsentrasi pada udara inspirasi : 3-5% bersamaan N 2O.
- Untuk pemeliharaan dengan pola nafas spontan: 2-3%
► Eliminasi oleh paru-paru kurang cepat dibandingkan desfluran, tetapi masih lebih
cepat dibanding isofluran, enfluran dan halotan.
N20
 Berbentuk gas tidak berwarna, bau manis, tak iritasi, tak terbakar
Obat dasar dari anestesia umum inhalasi. Selalu dikombinasikan dengan O2, perbandingan:

N2O O2

70 30

60 40

50 50

 Bersifat anestetik lemah, analgesinya kuat.


 Dikombinasikan dengan salah satu anestetik lainnya seperti halotan, dsb, sesuai dengan target
“trias anestesia” yang ingin dicapai.
Antagonism of the action of the excitatory
neurotransmitter glutamic acid on the N -
methyl-D -apartate (NMDA) channel
receptor

Ketika neurotransmitter glutamat berikatan


dengan reseptor NMDA  Kalsium dari celah
synaps akan masuk ke postsynaptic 
depolarisasi
Daftar Pustaka
● Miller MD eds. Basic of Anesthesia, 6th ed, Philadelphia, ElsevieKatzung.
(2012). Basic and Clinical Pharmacology. 12th ed. San Fransisco: McGraw-Hill.

● Latief, Suryadi, Dachlan.(2009). Anestesiologi. 2nd ed. Jakarta: FK UI

● Morgan and Mikhail. (2013). Clinical Anesthesiology. 5th ed. San Fransisco:
McGraw-Hill

● Katzung, Bertram G. 2012. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 10. EGC, Jakarta.
Neal, M.J. 2007. At a Glance Farmakologi Medis. Jakarta 
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai