ANESTESI SPINAL PADA TINDAKAN APENDEKTOMI
ATAS INDIKASI APENDISITIS KRONIK
相关建议
Salah satu jenis tindakan bedah abdomen bawah adalah
论文总结 33 Apendektomi
2
Nama : Ny.W
Usia : 51 Tahun
Alamat : Sarolangun
Identitas Pasien
Anamnesis
Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan nyeri perut kanan bawah sejak ± 3 tahun sebelum
masuk rumah sakit. Nyeri perut dirasakan hilang timbul. Awalnya pasien mengatakan
pasien melakukan operasi batu empedu ± 3 tahun sebelum masuk rumah sakit.
Kemudian ± 2 minggu setelah operasi batu empedu, pasien mengatakan keluhan mulai
timbul kembali.
Pasien merasakan nyeri di ulu hati yang kemudian menjalar ke perut kanan bawah.
Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk dan dirasakan makin memberat. Mual (+), muntah
(-), Demam (+), penurunan nafsu makan dijumpai. Tubuh terasa lemas. Pasien tidak
mengeluhkan BAK. Pasien sulit BAB. Pasien suka mengkonsumsi makanan yang pedas dan
jarang mengkonsumsi serat
Riwayat Penyakit Dahulu
RPK
Riwayat Operasi : + Cholecystectomy Asma :-
Riwayat hipertensi : - Hipertensi : -
Riwayat asma :- DM :-
Riwayat peny. paru : -
Riwayat DM :-
Riwayat stroke :- Sosial Ekonomi
Riwayat kejang :- Merokok :-
Riwayat penyakit maag : - Alkohol :-
Riwayat penyakit ginjal : - IRT
Riwayat alergi makanan dan obat : -
7
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
GCS : 15 (E4V5M6)
RR Sp02
Suhu Nadi TD
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi :Iktus kordis teraba di ICS V linea
midclavicula sinistra
Perkusi :
• Atas : ICS II linea parasternalis sinistra
• Kanan : ICS IV linea parasternalis destra
• Kiri : ICS V linea midsternalis sinistra
Auskultasi : BJ I/II reguler, gallop (-), murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, sikatriks (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal Ekstremitas sup
Palpasi : Nyeri tekan (+) Regio kanan Akral hangat, edema (-), CRT
bawah, hepar lien tidak teraba <2 detik
Perkusi : Timpani
Ekstremitas inf
Akral hangat, edema (-),
CRT<2 detik
PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Kesan : Leukositosis
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Kesan :
Cor dan pulmo dalam batas
normal
EKG
Kesan :
Sinus Rhytm
USG
Kesan :
• Fatty liver
• Tampak ascites tidak
ada, Tampak usus-
usus dibawah
abdomen menebal
Inflammatory bowel
disease, peristaltic tak
meningkat
• Tak tampak cairan
bebas intra abdomen
• Lien pancreas, ginjal,
VU Aorta dalam batas
normal
Cont.. Ti n d a k a n A n e s t e s i ( P e r i - Op e r a t i f )
• Metode : Anestesi Regional
Persiapan Pra Anestesi
• Premedikasi
• Pasien telah diberikan • Ondansetron 4 mg
informed consent • Dexametason 10 mg
• Puasa 8 jam sebelum tindakan • Ketorolac 10 mg
operasi
Anestesi Regional
• Teknik : Spinal anestesi
• Lokasi Tusukan : L 3 – L4
• Obat Anestesi Lokal: Buvipacaine 20
mg
• Adjuvant : Morfin 0,1 mg
• Pemeliharaan : O2
S t a t u s As a
Diagnosis
1/ 2 / 3/ 4 / 5 / E
Apendisitis Kronis
15
Laporan Anestesi
Tanggal : 10 September 2020
Pra Anestesi
• Anestesi spinal (anestesi lumbal, blok subaraknoid) adalah pemberian obat anestetik
lokal ke dalam ruang subaraknoid di daerah antara vertebra L2-L3 atau L3-L4 atau L4-
L5
• Terjadi blok saraf yang reversibel pada radik anterior dan posterior, radik ganglion
posterior dan sebagian medula spinal yang akan menyebabkan terjadinya hilangnya
aktivitas sensoris, motoris dan otonom
Fisiologi Anestesi Spinal
• Larutan Anestesi local disuntikkan kedalam ruang subarachnoid yang akan memblok
konduksi impulse saraf
• Ada 3 kelas syaraf, yaitu motoris, sensoris dan autonomic. Stimulasi saraf motorik
menyebabkan kontraksi otot dan ketika itu diblok akan menyebabkan paralisis otot.
Saraf sensory mentransmisikan sensasi seperti nyeri dan sentuhan ke spinal cord dan
dari spinal cord ke otak. Dan saraf autonomic mengontrol pembuluh darah, heart
rate, kontraksi usus, dan fungsi lainnya yang tidak disadari.
Indikasi Kontraindikasi:
4. Pasien puasa
Peralatan anestesi spinal
1. Peralatan monitor
Tekanan darah, nadi, oksimetri denyut (pulse
oximeter) dan EKG.
2. Peralatan resusitasi/ anestesia umum
3. Jarum Spinal
Jarum spinal dengan ujung tajam (ujung bambu
runcing, Quincke Babcock) atau jarum spinal
dengan ujung pinsil (pencil point, Whitecare).
Teknik Anestesi Spinal
1. Setelah dimonitor, tidurkan pasien misalnya dalam posisi dekubitus lateral. Beri bantal kepala,
selain enak untuk pasien juga supaya tulang belakang stabil. Buat pasien membungkuk
maksimal agar prosesus spinosus teraba. Posisi lain adalah duduk.
2. Perpotongan antara garis yang menghubungkan kedua krista iliaka dengan tulang punggung
ialah L4 atau L5. Tentukan tempat tusukan misalnya L2-L3 atau L4-L5.
4. Beri anestetik lokal pada tempat tusukan, misalnya dengan lidokain 1-2% 2-3 ml.
Posisi pasien duduk atau berbaring lateral dengan
punggung fleksi maksimal untuk spinal anestesi
Komplikasi pasca tindakan:
1. Nyeri tempat suntikan
2. Nyeri punggung
3. Nyeri kepala karena kebocoran likuor
4. Retensio urin
5. Meningitis.
Apendisitis kronik baru dapat ditegakkan jika semua syarat berikut terpenuhi :
riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari duua minggu, terbukti terjadi
radang kronik apendiks baik secara makroskopis maupun mikroskopik, dan
keluhan menghilang pasca apendektomi
Manifestasi Klinis
Pre operatif
Observasi ketat, tirah baring dan puasa. Pemeriksaan abdomen dan rektal serta
pemeriksaan darah dapat diulan secara periodic. Foto abdomen dan thoraks dapat
dilakukan untuk mencari penyulit lain. Antibiotik intravena spektrum luas dan
analgesic dapat diberikan. Pada perforasi apendiks perlu diberikan resusitasi cairan
sebelum operasi.
Penatalaksanaan
Operatif
Apendektomi terbuka : dilakukan dengan insisi transversal pada kuadran kanan
bawah (Davis-Rockey) atau insisi oblik (McArthur-McBurney). Pada diagnosis
yang belum jelas dapat diakukan insisi subumbilikal pada garis tengah.
Laparoskopi apendektomi : Teknik operasi dengan luka dan kemungkinan infeksi
lebih kecil
Penatalaksanaan
Pasca operatif
Perlu dilakukan observasi tanda vital untuk mengantisipasi adanya perdarahan
dalam , syok, hipertermia, atau gangguan pernapasan. Paien dibaringkan dalam
posisi Fowler dan selama 12 jam dipuasakan terlebih dahulu. Pada operasi dengan
perforasi atau peritonitis umum, puasa dilakukan hingga fungsi usus kembali
normal. Secara bertahap pasien diberikan minum, makanan saring, makanan lunak
dan makanan biasa.
ANALISIS KASUS
• Pemeriksaan pra anestesi memegang peranan penting pada setiap operasi yang
melibatkan anestesi. Pemeriksaan yang teliti memungkinkan kita mengetahui kondisi
pasien dan memperkirakan masalah yang mungkin timbul sehingga dapat
mengantisipasinya.
• Dalam kasus ini selama operasi berlangsung, tidak ada hambatan yang berarti baik
dari segi anestesi maupun dari tindakan operasinya. Selama di ruang pemulihan juga
tidak terjadi hal yang memerlukan penanganan serius.
• Secara umum pelaksanaan operasi dan penanganan anestesi berlangsung dengan baik
meskipun ada hal-hal yang perlu mendapat perhatian.
Terima Kasih