Anda di halaman 1dari 52

SEORANG PASIEN

USIA 63 TAHUN
DENGAN CKD

Disusun oleh :
dr. Mahendra Budi Arma Sani
IDENTITAS PENDERITA

Nama : Tn. K
Tanggal lahir : 31 Desember 1957
Umur : 63 tahun
No RM : 21121459xxx
Jenis kelamin : Laki-Laki
Alamat : banaran 10/3 sempu andong
Pekerjaan : swasta
Agama : Islam
Bangsal : elang
Tanggal Masuk RS : 24 Desember 2021
keluhan utama,RPS

Pasien datang ke IGD dengan keluhan lemas sejak kurang lebih dua hari
yang lalu,selain lemas,pasien juga mengeluh panas yang tidak kunjung
turun,panas dan lemas tidak membaik dengan istirahat,pasien juga
mengeluh pusing dan mual.pasien juga mengeluh kaki kiri bengkak karena
terkilir beberapa waktu yang lalu.karena lemas dan pusing pasien tidak
mau makan,hanya sedikit.pasie juga belum berobat kemanapun
Riwayat Penyakit Dahulu

a.Riwayat sakit serupa : Disangkal


b.Riwayat hipertensi : Disangkal
c.Riwayat sakit paru : Disangkal
d.Riwayat sakit ginjal : Disangkal
e.Riwayat DM : Disangkal
f.Riwayat asam urat : Disangkal
g.Riwayat kolesterol : Disangkal
h.Riwayat asma : Disangkal
i.Riwayat alergi : Disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga

a.Riwayat sakit serupa : disangkal


b.Riwayat hipertensi : disangkal
c.Riwayat penyakit jantung : disangkal
d.Riwayat DM : disangkal
e.Riwayat alergi : disangkal
f.Riwayat asma : disangkal

Riwayat sosial ekonomi


Pasien sudah tidak bekerja. Pasien tinggal di rumah bersama anak-
anaknya. Biaya pengobatan dengan menggunakan BPJS.
PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis :
Keadaan Umum : tampak compos mentis, GCS E4V5M6
Status Gizi : Cukup
Vital sign
TD : 70/50mmHg
N : 133x/menit
R : 20x/menit
S : 38,8° C
Spo2 : 96%
Kepala : Normosepal, simetris
Mata : Konjungtiva anemis (-), edema palpebra (-), reflek cahaya (+/+),
isokor.
Leher : Bentuk normal, pembesaran KGB (-),
JVP : Meningkat (-)
Paru-paru
Inspeksi : Simetris, Ketinggalan gerak (-), Jantung
Retraksi intercostae (-)
Inspeksi : Ictus cordis tampak terlihat (+)
Palpasi : Gerak dada simetris, Fremitus normal
Palpasi : ictus cordis teraba (+) ICS V line
Perkusi : Sonor (+/+)
midclavicula Sinistra. Letak di apex.
Auskultasi : SDV (+/+), whezing (-/-), ronkhi basah
Perkusi :
kasar(-/-)
•Batas kanan atas :linea parasternalis dextra SIC 2
•Batas kanan bawah :linea parasternalis dextra SIC 4
•Batas kiri atas :linea parasternalis sinistra SIC 2
Abdomen •Batas kiri bawah :linea midclavicula sinistra SIC 5
Auskultasi : BJ I&II reguler , murmur (-),Gallop
(-).
Inspeksi : Simetris, darm contour (-),
tidak ada bekas luka operasi
Palpasi : Tidak teraba massa, tidak ada Ektremitas :
nyeri tekan, supel, hepar dan lien tidak
teraba membesar Superior et Inferior dextra :
Perkusi : Timpani dalam batas normal akral hangat (+), edema (-)
Auskultasi : Peristaltik (+) Superior et Inferior sinistra :
akral hangat (+), edema (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal

DARAH RUTIN

Leukosit 36.7 10^3/ul 4.5 – 12.5

Eritrosit 4.24 10^3/ul 4.0 – 5.50

Hemoglobin 10,1 g/dl 12.8 – 16.8

Hematokrit 31.3 % 40 – 50

Trombosit 254 10^6/ul 150-440


PEMERIKSAAN PENUNJANG

KIMIA

Ureum 105.6 mg/dl 15-50

Creatinin 3.56 mg/dl 0.9-1.3

SGPT 18.3 u/l <45

SGOT 33.1 u/l <40


Pemeriksaan EKG & Rontgen Thorax

Kesan : Sinus takikardi


HR125x/menit,regular,normoaxis
DBN
DIAGNOSIS
CKD,Sepsis
PENATALAKSANAAN
O2 3lpm
Inf. Nacl 20tpm
Inj.pantopump /12 jam
Inj. Ceftriaxone 1gr/12 jam
Inj. Levofloxacin 750/24 jam
Inj MP 31,25/12 jam
Inj lasix/12 jam
Nocid 3x1
Inj Norepineprin jika tensi drop NE 4cc/jam
Rawat ICU
PROGNOSA
Quo ad vitam : dubia
Quo ad functionam : dubia
Quo ad sanationam : dubia
FOLLOWUP

TANGGAL SOA PLANNING

25– 12– 202107.00 P/O2 3lpm


Inf. Nacl 20tpm
Inj.pantopump/12jam
Inj. Ceftriaxone 1gr/12jam
S/pasien masih merasa lemas Inj. Levofloxacin 750/24jam
O/KU : compos Inj MP 31,25/12 jam
mentisTD:110/88mmHgN : Inj lasix/12 jam
100x/menitRR : 22x/menitSpO2: Nocid 3x1
97%S : 36,7°CK : CA (-/-), SI (-/-)L :
PKGB (-), massa (-)Tho: Cor :JVP
naik(+)Iktus Cordis kuat angkatBJ
I&II regulerMurmur (-),Opening
Snap (+)Paru :SDV (+/+),
RBK(-/-),Whezzing (-/-)Abd: Supel
(+), Peristaltik(+),Turgor Kulit Baik,
Nyeri Tekan (-), Eks: Akral hangat
(+), oedem (-), ADP kuat
EKG: Sinus takikardi
HR125x/menit,regular,normoaxis
Photo Thorax:dbn
A/ CKD
TINJAUAN
PUSTAKA
Definisi
Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang
beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada
umumnya berakhir dengan gagal ginjal.Selanjutnya ,
gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi
ginjal yang reversibel, pada suatu derajat yang memerlukan terapi pengganti
ginjal yang tetap, berupa dialisis atau transplantasi ginjal.
Gagal ginjal kronik adalah kerusakan ginjal yang terjadi selama lebih dari 3 bulan,
berdasarkan kelainan patologis atau petanda kerusakan ginjal seperti
proteinuria. Jika tidak ada tanda kerusakan ginjal, diagnosis penyakit ginjal
kronik ditegakkan jika nilai laju filtrasi glomerulus kurang dari 60
ml/menit/1,73m² (KDIGO, 2012).
WORLWIDE
Prevalence Sekitar 1 dari 10 populasi global mengalami PGK pada
stadium tertentu. Hasil systematic review dan meta-
analysis yang dilakukan oleh Hill et al, 2016,
mendapatkan prevalensi global PGK sebesar 13,4%.
Menurut hasil Global Burden of Diseasetahun 2010,
PGK merupakan penyebab kematian peringkat ke-27 di
dunia tahun 1990 dan meningkat menjadi urutan ke-18
pada tahun 2010

INDONESIA
Sedangkan di Indonesia, perawatan
penyakit ginjal merupakan ranking
kedua pembiayaan terbesar dari BPJS
kesehatan setelah penyakit jantung
(DEPKES, 2017).
KLASIFIKASI
Penyakit ginjal kronik dibagi menjadi beberapa stadium berdasarkan klinis dan klasifikasi tekanan
darah yaitu :

LFG
Derajat Deskripsi
(mL/menit/1,73 m3 )
Kerusakan ginjal dengan LFG normal
Grade 1 ≥ 90
atau meningkat
Kerusakan ginjal dengan penurunan
Grade 2 60-89
LFG ringan
Kerusakan ginjal dengan penurunan
Grade 3a 45-59
LFG sedang
Kerusakan ginjal dengan penurunan
Grade 3b 30-44
LFG sedang-berat
Kerusakan ginjal dengan penurunan
Grade 4 15-29
LFG berat
Gagal ginjal kronik (end stage renal
Grade 5 < 15
disease/ ESRD)
Patofisiologi
Diagnosis
Anamnesis
Riwayat hipertensi, diabetes mellitus, infeksi saluran kemih, hiperurisemia, lupus, hipertensi
dalam kehamilan (pre-eklamsia, abortus spontan), konsumsi obat NSAID, penisilamin,
antimikroba, kemoterapi, antiretroviral, proton pump inhibitor, paparan zat kontras.

Gambaran klinis pasien penyakit ginjal kronik meliputi ;


a)Sesuai dengan penyakit yang mendasari seperti diabetes mellitus, infeksi traktus urinarius, batu
traktus urinarius, hipertensi, hiperurisemia, SLE
b)Sindrom urisemia : lemah, letargi, anoreksia, mual muntah, nokturia, kelebihan volume cairan,
neuropati perifer, pruritus, uremic frost, perikarditis, kejang-kejang sampai koma.
c)Gejala komplikasinya antara lain, hipertensi, anemia, osteodistrofi renal, payah jantung, asidosis
metabolik, gangguan keseimbangan elektrolit (sodium, kalium, klorida).

Riwayat penyakit ginjal pada keluarga, juga evaluasi manifestasi sistem organ seperti auditorik,
visual, kulit dan lainnya untuk menilai apa ada pGK yang diturunkan [sindrom Alport atau Fabry,
sistinuria] atau paparan nefiotoksin dari lingkungan (logam berat).
Diagnosis
Pemeriksaan Fisik

• Difokuskan kepada peningkatan tekanan darah dan kerusakan target organ : funduskopi,
pemeriksaan prekordial (heaving ventrikel kiri, bunyi jantung IV).
• Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit : edema, polineuropati
• Gangguan endokrin-metabolik: amenorrhea, malnutrisi, gangguan pertumbuhan dan
perkembangan, infertilitas dan disfungsi seksual.
• Gangguan saluran cerna : anoreksia, mual, muntah, nafas bau urin (uremic fetor), disgelsia
(metaltic taste), konstipasi
• Gangguan neuromuskular : letargi, sendawa, asteriksis, mioklonus, fasikulasi otot, restless leg
syndrome, miopati, kejang sampai koma
• Gangguan dermatologis: palor, hiperpigmentasi, pruritus, ekimosis, uremic frost, nephrogenic
fibrosing dermopathy
Diagnosis
Pemeriksaan Penunjang

Gambaran laboratorium :

a)Sesuai penyakit yang mendasarinya


b)Penurunan fungsi ginjal berupa peningkatan kadar ureum dan kreatinin plasma, penurunan LFG
yang dihitung dengan menggunakan rumus Kockcroft Gault. Kadar kreatinin serum
saja tidak bisa dipakai untuk memperkirakan fungsi ginjal.
c)Kelainan biokimiawi darah : penurunan kadar hemoglobin, peningkatan kadar asam urat, hiper
atau hipokalemia, hiponatremia, hiper atau hipokloremia, hiperfosfatemia, hipokalsemia,
asidosis metabolik.

Kelainan urinalisis : proteinuria, hematuria, leukosituria, cast, isostenuria


Diagnosis
Gambaran radiologis :
a)Foto polos abdomen : bisa tampak radioopak
b)Pielografi intravena jarang digunakan, karena kontras sering tidak bisa melewati filtrasi
glomerulus, di samping kekhawatiran terjadinya pengaruh toksik oleh kontras terhadap ginjal
yang sudah mengalami kerusakan.
c)Pielografi antegrad atau retrograd dilakukan sesuai indikasi
d)Ultrasonografi ginjal bisa memperlihatkan ukuran ginjal yang mengecil, korteks yang menipis,
adanya hidronefrosis atau batu ginjal, kista, massa, kalsifikasi.
e)Pemeriksaan pemindaian ginjal atau renografi dikerjakan bila ada indikasi
Diagnosis
Biopsi dan pemeriksaan histopatologi ginjal

Dilakukan pada pasien dengan ukuran ginjal yang masih mendekati normal, dimana diagnosis
secara noninvasif tidak bisa ditegakkan. Pemeriksaan histopatologi ini bertujuan untuk mengetahui
etiologi, menetapkan terapi, prognosis, dan mengevaluasi hasil terapi yang diberikan. Biopsi ginjal
indikasi dan kontraindikasi dilakukan pada keadaan di mana ukuran ginjal yang sudah mengecil,
ginjal polikistik, hipertensi yang tidak terkendali, infeksi perinefrik, gangguan pembekuan darah,
gagal nafas, dan obesitas.
(New York Kidney Foundation, 2002)
Treatment

Penatalaksanaan penyakit ginjal kronik


meliputi terapi spesifik terhadap penyakit
dasarnya, pencegahan dan terapi terhadap
komorbid, memperlambat perburukan fungsi
ginjal, pencegahan dan terapi terhadap penyakit
kardiovaskuler, pencegahan dan terapi terhadap
komplikasi, terapi pengganti ginjal berupa
dialisis atau transplantasi ginjal.
Treatment

Derajat LFG Rencana Tatalaksana


3
(ml/ menit/ 1,73 m )
1 ≥ 90 Terapi penyakit dasar, kondisi
komorbid, evaluasi perburukan fungsi
ginjal, memperkecil risiko
kardiovaskuler
2 60 – 89 Menghambat perburukan fungsi ginjal
3 30 – 59 Evaluasi dan terapi komplikasi
4 15 – 29 Persiapan untuk terapi pengganti ginjal
5 < 15 Terapi pengganti ginjal
Treatment
Terapi farmakologis

Terapi farmakologis penting untuk mengurang hipertensi


intraglomerulus. Pemakaian obat antihipertensi bermanfaat
untuk memperkecil risiko kardiovaskuler dan memperlambat
pemburukan kerusakan nefron dengan mengurangi hipertensi
intraglomerulus dan hipertrofi glomerulus. Beberapa obat
antihipertensi terutama adalah ACE inhibitor yang terbukti
dapat memperlambat proses perburukan fungsi ginjal melalui
mekanisme antihipertensi dan antiproteinuria.
Treatment
Pembatasan cairan dan elektrolit
Bertujuan untuk mencegah edema dan komplikasi
kardiovaskuler. Air yang masuk dianjurkan 500-800 ml
ditambah jumlah urin. Elektrolit yang harus diawasi asupannya
adalah kalium dan natrium. Pembatasan kalium diterapkan
karena hiperkalemia dapat mengakibatkan aritmia jantung yang
fatal. Kadar kalium yang dianjurkan 3,5-5,5 mEq/ lt.
Pembatasan natrium dimaksudkan untuk mengendalikan
hipertensi dan edema, disesuaikan dengan tingginya tekanan
darah dan derajat edema yang terjadi (Wang dan Chan, 2003)
Treatment
Terapi pengganti ginjal
Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit ginjal kronik
stadium 5 yaitu LFG kurang dari 15 ml/menit. Terapi
pengganti tersebut berupa hemodialisis, peritoneal dialisis
atau transplantasi ginjal (Rahardjo et al., 2009).
LFG
KOMPLIKASI Derajat Penjelasan
(ml/menit)
Komplikasi

Kerusakan ginjal
1 ≥ 90
dengan LFG normal
Kerusakan ginjal Tekanan darah mulai
2 60-89
dengan penurunan meningkat
LFG ringan
Penurunan LFG - Hiperfosfatemia
3 30-59
sedang - Hipokalsemia
- Anemia
- Hiperparatiroid
- Hipertensi
- Hiperhomosisteinemia
Penurunan LFG berat - Malnutrisi
- Asidosis metabolik
4 15-29 - Cenderung
hiperkalemia
- Dislipidemia
Gagal ginjal - Gagal jantung
5 < 15
- Uremia
Prognosis

Penting sekali untuk merujuk pasien penyakit ginjal kronik stadium 4


dan 5. Terlambat merujuk (kurang dari 3 bulan sebelum onset terapi
penggantian ginjal) berkaitan erat dengan meningkatnya angka mortalitas
setelah dialisis dimulai. Pada titik ini, pasien lebih baik ditangani bersama
oleh pelayanan kesehatan tingkat primer bersama nefrologis. Selama fase
ini, perhatian harus diberikan terutama dalam memberikan edukasi pada
pasien mengenai terapi penggantian ginjal (hemodialisis, dialisis peritoneal,
transplantasi) dan pemilihan akses vaskular untuk hemodialisis. Bagi
kandidat transplantasi, evaluasi donor harus segera dimulai.
References
● Lang F, Silbernagl S (2016). Chronic renal failure. Dalam: Color Atlas of
Pathophysiology 3rd Edition, page 120-123. USA: Thieme Publishers New
York.
● Suwitra K (2009). Penyakit ginjal kronik. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II edisi V, halaman 1035-1040. Jakarta: Interna Publishing Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam.
● Rahardjo P, Susalit E, Suhardjono (2009). Hemodialisis. Dalam: Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II edisi V, halaman 1050-1052. Jakarta: Interna Publishing
Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam.
● New York National Kidney Foundation (2002). Clinical practice guidelines for
chronic kidney disease: evaluation, classification and stratification.
● Mackenzie HS, Brenner BM (1999). Chronic renal failure and its systemic
manifestations. In: Brady HR, Wilcox CS, editors. Therapy in nephorlogy and
hypertension. Philadelphia: WB Saunders page 463-473.
● Skorecki K, Jacob G, Brenner BM. Chronic renal failure. Harrison’s principles
of internal medicine. In: Kasper, Braunwald, Fauci, et al., editors, 16th edition,
volume 1. New York: McGraw-Hill, page 1551-1561.
● Slatopolsky E, Brown A, Dusso A, et al. (1999). Pathogenesis of secondary
hyperparathyroidism.
● Wei W, Chan L (2003). Chronic renal failure: manifestation and pathogenesis.
Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins page 456-497.
● Wish JB (2003). Anemia associated with renal failure. Philadelphia: Henley &
Belfus page 163-165.
● Goodman WG (2002). Medical management of secondary hyperparathyroidism
in chronic renal failure.
● Daugirdas JT (1994). Chronic hemodialysis prescription: a urel kinetic
approach. Dalam: Handbook of dialysis edisi 2 halaman 92-120.
● Kementrian Kesehatan RI (2017). Situasi penyakit ginjal kronis.
● Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
TERIMAKASIH
Fonts & colors used
This presentation has been made using the following fonts:

Patua One
(https://fonts.google.com/specimen/Patua+One)

Cairo
(https://fonts.google.com/specimen/Cairo)

#ffc6c6 #6d9c8b #b3c9da #f86c6c #f8eddd #fff9f0


Storyset
Create your Story with our illustrated concepts. Choose the style you like the most, edit its colors, pick
the background and layers you want to show and bring them to life with the animator panel! It will boost
your presentation. Check out How it Works.

Pana Amico Bro Rafiki Cuate


Use our editable graphic resources...
You can easily resize these resources without losing quality. To change the color, just ungroup the resource
and click on the object you want to change. Then, click on the paint bucket and select the color you want.
Group the resource again when you’re done. You can also look for more infographics on Slidesgo.
JANUARY FEBRUARY MARCH APRIL MAY JUNE

PHASE 1

Task 1

Task 2

PHASE 2

Task 1

Task 2

JANUARY FEBRUARY MARCH APRIL

PHASE
1

Task 1

Task 2
Medical Infographics
...and our sets of editable icons
You can resize these icons without losing quality.
You can change the stroke and fill color; just select the icon and click on the paint bucket/pen.
In Google Slides, you can also use Flaticon’s extension, allowing you to customize and add even more icons.
Educational Icons Medical Icons
Business Icons Teamwork Icons
Help & Support Icons Avatar Icons
Creative Process Icons Performing Arts Icons
Nature Icons
SEO & Marketing Icons

Anda mungkin juga menyukai