Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN

KASUS Oleh:

“CHF”Agan Meithalika Tio


(22710032)
Pembimbing:
dr. Arief Bowo Kurniawan, Sp.JP(K)

KSM ILMU PENYAKIT DALAM


RSUD SIDOARJO
KEPANITERAAN KLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2022
IDENTITAS
Nama Tn. MA

Umur 55 tahun

Jenis Kelamin Laki - Laki

Status Menikah

Alamat Kepodang, Tulangan, Sidoarjo

Pekerjaan Swasta

Suku/bangsa Jawa/WNI

Tanggal MRS 16 Desember 2022

Nomor RM 2197077
ANAMNESIS
Keluhan Utama Riw. Penyakit Dahulu
IMA (+)
Sesak Nafas. Riwayat hipertensi (+)
Riwayat DM (-)
Riw. Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Sidoarjo pada Riw. Penyakit Keluarga
tanggal, 16 Desember 2022 pukul 14.07 WIB Riwayat penyakit serupa: disangkal
dengan keluhan sesak nafas sejak 1 minggu Riwayat hipertensi: disangkal
SMRS Riwayat DM: disangkal

Riw. Kebiasaan
Pasien sehari-hari bekerja sebagai penjaga
warung kopi dan sering tidur dini hari /
begadang.

Riw. Pengobatan
Pasien tidak mengkonsumsi obat dan tidak
pernah kontrol kesehatan
PEMERIKSAAN FISIK
KU Lemah

Kesadaran Compos mentis

GCS E4V5M6

Tek. Darah 128/73 mmHg

Nadi 134 x/menit

Suhu 36,5 C

RR 20 x/menit

CRT < 2 detik


STATUS GENERALIS
Kepala Thorax (PULMO)
Inspeksi: Perkusi:
A/I/C/D: -/-/-/- Gerakan dada Sonor paru kanan
Leher simetris dan kiri
Hematom pada collum (-), kelenjar getah bening tidak
membesar, pembesaran glandula tiroid (-), glandula Palpasi: Auskultasi:
Vokal fremitus Vesikuler +/+,
parotis dan submandibular (-).
kanan dan kiri ronkhi -/-.
sama Wheezing -/-
Thorax (COR) Abdomen
Inspeksi: Perkusi:
Ictus cordis tidak tampak Batas Jantung Inspeksi: Soefl, NT (-), hepar
- Kanan atas: ICS II parasternal Dinding perut nampak tidak teraba
Palpasi: line dextra datar
- Kanan bawah: ICS IV Perkusi:
- Ictus cordis: tidak teraba
parasternal line dextra Auskultasi: Timpani seluruh
- Thrill: tidak teraba
- Kiri Atas: ICS II parasternal Bising usus normal lapang perut
line sinistra sinistra
- Kiri bawah: ICS V Line mid Palpasi:
clavicula sinistra Ekstremitas
Auskultasi: Atas: Akral hangat, CRT <2 detik, edema (-)
S1 S2 tunggal reguler, Murmur (-), Bawah: Akral hangat, CRT <2 detik, edema (-)
Gallop (-)
Working
Diagnosis
AF + HT + DC
PLANNING
DIAGNOSIS
FOTO THORAX
*Cor : ukuran kesan membesar.
*Aorta : Tidak tampakelongasi, dilatasi,
kalsifikasi
*Trachea : Ditengah
*Pulmo : corakan vascular normal. Hilus
D/S normal. Tidak tampak
infiltrate/cavitas/nodul
*Sudut costrophrenicus D/S : lancip
*Hemidiaphragma D/S Dome Shaped
*Skeleton : Intak, tidak tampak lesi
litik/blastik/garis fraktur
*Soft Tissue : Normal
Kesan : Kardiomegaly
EKG

Kesimpulan: Atrial Fibrilasi


PEMERIKSAAN LAB
PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL
HEMATOLOGI
Darah Lengkap
Leukosit (WBC) 5,78 103/µL 4,50 – 11,50
Hitung Jenis Leukosit
Eosinofil 2% 0,0 – 3,0
Basofil 0,2 0-1
Neutrofil 53,7 % 50 - 70
Limfosit 31,2% 25 - 40
Monosit 8,6 % 2-8
Eritrosit (RBC) 3,4 x 106/µL 4,2 – 6,1
Haemoglobin (HGB) 9,9 g/dl 12,3 - 15,3
Hematokrit (HCT) 30,2% 37 - 52
MCV 90,3 fL 79 - 99
MCH 29,6 pg 27 - 31
MCHC 32,8 g/dl 33 - 37
Trombosit (platelet) 230 ribu/mm 3
157 - 393
Kimia
BUN 12,3 mg/dl 8,0 – 18,0
Kreatinin 0,5 mg/dl
Glukosa Darah
Glukosa Sewaktu 183 mg/dl 45 - 140
Elektrolit
Natrium 136 mmol/L 136 - 145
Kalium 5,0 mmol/L 3.5 - 5.1
Chlorida 102 mmol/L 98 - 107
Imunologi
Troponin-T 9,90 ng/L ≤ 14 ng/L
CKMB 183 U/L ≤ 25 U/L

T3 5,79 nmol/L 1,30 – 3,10 nmol/L


T4 285,20 nmol/L 66,0 – 181,0 nmol/L
FT4 < 0,005 UI u/mL 0,27 – 4,2 UI u/mL
PLANNING THERAPY
1. Inf. NaCl 0,9% 1000 cc/24 jam
2. Digoxin tab 1-0-0
3. Xarelto 20 mg 0-0-1
4. Atorvastatin 20 mg 0-0-1
5. Alprazolam 0,5 mg 0-0-1
FOLLOW UP
29/11/22 30/11/22 01/12/22 02/12/22 03/12/22
S Pasien menyatakan nyeri Pasien menyatakan nyeri Pasien menyatakan Pasien menyatakan nyeri Pasien menyatakan badan
dada kiri. dada kiri. nyeri dada kiri. dada kiri berkurang. terasa lemas, nafsu makan
mulai membaik, dan nyeri
dada berkurang.
O k/u lemah k/u lemah k/u lemah k/u cukup k/u cukup
TD : 137/74 TD : 130/80 TD : 135/80 TD : 138/75 TD : 120/70
N : 83 N : 80 N : 88 N : 80 N : 86
S : 36,2 S : 36 S : 36,5 S : 36,5 S : 36,5
RR : 20x/menit RR : 20x/menit RR : 20x/menit RR : 20x/menit RR : 20x/menit
SpO2 : 99% SpO2 : 98% SpO2 : 98% SpO2 : 98% SpO2 : 99%
GCS : 456 GCS : 456 GCS : 456 GCS : 456 GCS :456
A AF + HT + DC AF + HT + DC CHF + THD CHF + THD CHF + THD
P Pz 1000/24jam Pz 1000/24jam Pz 1000/24jam Pz 1000/24jam Pz 1000/24jam
    

 Digoxin tab 1-0-0  Digoxin tab 1-0-0  Digoxin tab 1-0-0  Digoxin tab 1-0-0  Digoxin tab 1-0-0

 Xarelto 20 mg 0-0-1  Xarelto 20 mg 0-0-1  Xarelto 20 mg 0-  Xarelto 20 mg 0-0-1  Xarelto 20 mg 0-0-1


0-1
 Atorvastatin 20 mg 0-  Atorvastatin 20 mg  Atorvastatin 20 mg 0-0-  Atorvastatin 20 mg 0-
0-1 0-0-1  Atorvastatin 20 1 0-1
mg 0-0-1
 Alprazolam 0,5 mg 0-  Alprazolam 0,5 mg  Alprazolam 0,5 mg 0-0-  Alprazolam 0,5 mg 0-
0-1 0-0-1  Alprazolam 0,5 1 0-1
mg 0-0-1
 PTU 3 x 100 mg  PTU 3 x 100 mg
 PTU 3 x 100 mg
Hasil Laboratorium

Tanggal 01/12/2022
IMUNOLOGI

T3 5,79 nmol/L
T4 285,20 nmol/L
FT4 < 0,005 UI u/mL
TINJAUAN
PUSTAKA
GAGAL JANTUNG
Gagal jantung bukan merupakan diagnosis
patologis yang berdiri sendiri, melainkan
sindrom klinis yang terdiri atas gejala cardinal
(sesak, edema tungkai, dan kelelahan) yang
disertai oleh tanda (peningkatan tekanan vena
jugularis, crackles pada paru, dan edema
perifer) (ESC, 2021).
ETIOLOGI
Disfungsi
Patologi katup,
miokardial; sistolik,
perikardium, dan
diastolik, maupun
endokardium
keduanya

Abnormalitas
irama jantung dan
konduksi
KLASIFIKASI
NYHA
EPIDEMIOLOGI

60%  HFrEF

24%  HFmrEF

16%  HFpEF

*Catatan: >50% pasien gagal jantung adalah wanita.


PATOGENESIS

Peningkatan
Peningkatan beban awal
aktivitas melalui aktivasi
adrenergik sistem Renin-
simpatis Angiotensin-
Aldosteron

Hipertrofi Peptida
ventrikel Natriuretik
MANIFESTASI KLINIS
ANAMNESIS
Kriteria Framingham untuk Gagal Jantung

Kriteria Mayor:

Paroxysmal Nocturnal Dyspnea

Distensi vena leher

Ronkhi paru

Kardiomegali

Edema paru akut

Gallop S3

Peningkatan tekanan vena pusat > 16 cm H2O

Hepatojugular reflux

Penurunan berat badan ≥ 4,5 kg dalam kurun waktu 5 hari sebagai respon pengobatan gagal jantung

Kriteria Minor:

Edema ekstremitas

Batuk pada malam hari

Dyspnea d’effort

Hepatomegali

Efusi pleura

Penurunan kapasitas vital 1/3 dari normal

Takikardi ≥ 120x/menit
SKEMA DIAGNOSTIK
PEMERIKSAAN PENUNJANG
EKG
• Abnormalitas EKG sering dijumpai pada gagal jantung walaupun memiliki nilai prediktif kecil dalam mendiagnosis
gagal jantung

Foto Thorax
• Foto toraks dapat mendeteksi kardiomegali, kongesti paru, efusi pleura, dan dapat mendeteksi penyakit atau infeksi
paru yang menyebabkan atau memperberat sesak nafas.

Lab
• Berupa darah perifer lengkap (haemoglobin, leukosit, trombosit), elektrolit, kreatinin, eGFR, glukosa, tes fungsi hepar,
dan urinalisa

Troponin
• Dilakukan pada penderita gagal jantung jika gambaran klinis disertai dengan dugaan sindrom koroner akut

Ekokardiografi
• Konfirmasi diagnosis gagal jantung dan / atau disfungsi jantung dengan pemeriksaan ekokardiografi adalah keharusan
dan dilakukan secepatnya pada pasien dengan dugaan gagal jantung.
Tatalaksana Non-farmakologi

Ketaatan
Pemantauan
Pasien
Berat Badan
Berobat

Asupan Pengurangan
Cairan Berat Badan
TUJUAN TATA LAKSANA FARMAKOLOGIS
STRATEGI PENGOBATAN
REKOMENDASI
DIGOXIN
PEMBAHASA
N
RPS

KASUS Teori

• Pasien datang ke IGD RSUD • Hal ini sesuai dengan teori, yaitu
Sidoarjo pada hari Minggu, 28 pasien dengan gagal jantung
November 2022 pukul 20.27 pada anamnesis akan
WIB dengan keluhan dada didapatkan gejala berupa dada
sebelah kiri nyeri menjalar ke berdebar. Jantung berdebar
leher dan terasa berdebar-debar lebih kencang dikarenakan
dan sulit tidur pada saat malam untuk memompa darah agar
hari sejak 1 tahun yang lalu. memenuhi perfusi O2 ke jaringan
Pasien mengeluhkan dada jantung bekerja lebih keras
terasa nyeri ketika beraktivitas
dan saat kelelahan. Keluhan
membaik ketika istirahat. Diare
(-), mual (-), muntah (-), pusing
(+).
Pasien juga mengeluhkan dada
terasa nyeri ketika beraktivitas
dan saat kelelahan, membaik saat
istirahat. Hal ini sesuai dengan
teori pasien masuk dalam
klasifikasi NYHA kelas II
(PERKI, 2020).
Kriteria Framingham

KASUS Teori

• Pada pemeriksaan fisik • Hal ini sesuai dengan teori


didapatkan tekanan darah bahwa pada pemeriksaan fisik
128/73 mmHg, nadi 134 x/menit, pada pasien gagal ginjal dapat
suhu 36,5 oC dan RR 20x/menit. ditemukan takikardi (>120
Pada pemeriksaan fisik secara denyut per-menit) yang
keseluruhan dalam batas mendukung untuk memenuhi
normal. Sedangkan, pada kriteria Framingham. Diagnosis
pemeriksaan foto thoraks gagal jantung dapat ditegakkan
didapatkan kesan kardiomegali. dari 2 kriteria major; atau 1
kriteria major dan 2 kriteria
minor. Pada pasien ini, keluhan
utama adalah dada berdebar-
debar yang disertai nyeri dada
saat beraktivitas dan hasil foto
thoraks kesan kardiomegali.
Hipertiroid

KASUS Teori

• Pada pemeriksaan imunologi di • Hal ini sesuai teori dimana


dapatkan T3 5,79 nmol/L, T4 diagnosis ditegakkan
285,20, dan FT4 < 0,005. berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan
laboratorium serta pemeriksaan
penunjang. Diagnosis penyakit
jantung hipertiroid dapat
ditegakkan dan dipastikan
dengan pemeriksaan kadar
hormon tiroid bebas, yaitu kadar
FT4 yang tinggi dan TSH yang
sangat rendah sedangkan gagal
jantung sebagai akibat
komplikasi hipertiroid .
Radiologis

KASUS Teori

• Pada pemeriksaan radiologis • Berdasarkan teori, gambaran


didapatkan cor ukuran kesan radiologik umumnya normal,
membesar, aorta tidak tampak kadang- kadang dijumpai
elongasi, dilatasi, kalsifikasi pembesaran aorta asenden dan
pada aorta, trachea ditengah, desenden, penonjolan segmen
pulmo : corakan vascular pulmonal, dan pada kasus yang
normal. Hilus D/S normal. Tidak berat dijumpai pula pembesaran
tampak infiltrate/cavitas/nodul, jantung
sudut costrophrenicus D/S :
lancip, hemidiaphragma D/S
Dome Shaped, skeleton : Intak,
tidak tampak lesi
litik/blastik/garis fraktur dan Soft
Tissue : Normal Kesan :
Kardiomegaly.
EKG

KASUS Teori

• Pada pemeriksaan • Berdasarkan teori,


elektrokardiografi, didapatkan pemeriksaan
atrial fibrilasi elektrokardiografi sering
dijumpai gangguan irama dan
kadang-kadang juga
ditemukan gangguan hantaran
(Wantania E., 2014).
Penyebab dari temuan atrial
fibrilasi dapat diakibatkan oleh
beberapa penyakit seperti
hipertiroid, infeksi, gagal
jantung dekompensasi, dan
infark miokard (PERKI, 2020).
TATALAKSANA

KASUS Teori

• Pasien diberikan terapi berupa infuse • Hal ini sesuai dengan teori yaitu pada
Nacl 1000/24jam, Digoxin tab 1-0-0, pasien dengan hipertiroidisme dan AF,
Xarelto 20 mg 0-0-1, Atorvastatin 20 terapi awal harus difokuskan pada
mg 0-0-1, Alprazolam 0,5 mg 0-0-1, kontrol irama jantung menggunakan
dan PTU 3 x 100 mg. digoxin sedangkan antikoagulasi,
digunakan terutama pada pasien
yang berisiko tinggi terhadap emboli.
Sedangkan, untuk penanganan
hipertiroid, obat antitiroid yang banyak
digunakan ialah PTU. Obat ini
termasuk dalam golongan tionamid
yang kerjanya menghambat sintesis
hormon tiroid, tetapi tidak
memengaruhi sekresi hormon tiroid
yang sudah terbentuk. Propiltiourasil
mempunyai keunggulan mencegah
konversi T4 menjadi T3 di perifer
PENUTUP
•Kesimpulan:
• Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
pasien didiagnosis CHF + THD. Penatalaksanaan medikamentosa
diberikan obat-obatan untuk penanganan yang spesifik.
• Prognosis cukup baik apabila dilakukan penanganan yang tepat.
Mengingat tingginya angka kematian dan sukarnya dalam
menanggulangi gagal jantung maka perlu dilakukan kontrol rutin dan
terapi jangka panjang
•Saran:
•Perlu disampaikan KIE pada pasien dan keluarga untuk patuh minum
obat, menjaga pola hidup teruatama dalam pola makan, dan melakukan
aktifitas sesuai yang disarankan dokter.
DAFTAR PUSTAKA
● Conrad N, Judge A, Tran J, Mohseni H, Hedgecott D, Crespillo AP, Allison M, Hemingway H, Cleland JG, McMurray JJV, Rahimi K.
Temporal trends and patterns in heart failure incidence: a population-based study of 4 million individuals. Lancet 2018;391:572580.
● ESC, 2021 ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure. European Heart Journal (2021) 00, 1-128.
doi:10.1093/eurheartj/ehab368
● McMurray JJ, Adamopoulos S, Anker SD, et al. 2012. ESC guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure
2012: the Task Force for the diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure 2012 of the European Society of Cardiology.
Developed in collaboration with the Heart Failure Association of the ESC (HFA). Eur J Heart Fail 2012; 14:803 – 869.
● PERKI, 2020, Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung. Kelompok Kerja Gagal Jantung dan Kardiometabolik.
● Rilantono L., 2016, Penyakit Kardiovaskuler (PKV). Jakarta: Badan Penerbit FKUI.
● Siswanto BB, Hersunarti N, Erwinanto, Barack R, Pratikto RS, Nauli SE, Lubis AC. 2015. Pedoman Tata Laksana Gagal Jantung:
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Jakarta: PP PERKI.
● Wantania E. F. 2014. Penatalaksanaan Penyakit Jantung Tiroid. Jurnal Biomedik (JBM), Volume 6, Nomor 1, Maret 2014, hlm. 14-22
● Yancy CW, Jessup M, Bozkurt B, et al. 2013 ACCF/AHA guideline for the management of heart failure: a report of the American College
of Cardiology Foundation/American Heart Association task force on practice guidelines. J Am Coll Cardiol 2013;62(16):e155.

Anda mungkin juga menyukai