Oleh:
Madeska Mayang Sari
G1A219023
Pembimbing:
dr. Firmansyah, Sp.OG (K)
PENDAHULUAN
● Kehamilan ektopik ialah kehamilan dengan ovum yang dibuahi,
berimplantasi dan tumbuh tidak di tempat yang normal yakni
dalam endometrium kavum uteri.
IDENTITAS PASIEN
● Keluhan Utama
Nyeri hebat perut kiri bawah yang menjalar sampai ke pinggang sejak 1 hari SMRS.
Riwayat perkawinan
5 Saat ni
LAPORAN KASUS
Riwayat KB
● Metode KB yang dipakai : tubektomi (sterilisasi)
Riwayat Kesehatan
● Riwayat penyakit yang pernah diderita : tidak ada
● Riwayat operasi : Ada
● Riwayat penyakit dalam keluarga : tidak ada
LAPORAN KASUS
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALISATA
Tanda vital
● TD : 120/70 mmHg
● N : 82 x/menit
● RR : 21 x/menit
● T : 36,7˚ C
● Tinggi badan : 156 cm
● Berat Badan : 47 kg
LAPORAN KASUS
Pemeriksaan Fisik Umum
Darah Rutin
Paramet Hasil Satuan Harga Normal
er
WBC 9,4 103/mm3 3,5 - 10
RBC 2,16 103/mm3 3.80 – 5.80
HGB 5,2 g/dl 11.0 – 16.5
HCT 16,4 % 35.0 – 50.0
PLT 182 103/mm3 150 - 390
PCT .142 % .100 - .500
DIAGNOSA
● Observasi TTV
● Infus D5 : RL 30 tetes/menit
● Kateter menetap
● Diet bertahap
● Mobilisasi bertahap
● Transfusi darah sampai Hb > 10 g/dl
Terapi Post Op :
Tanggal Follow up
4-01-21 S Nyeri pada bekas luka operasi, badan lemas
Abdomen : Nyeri tekan epigastrium (+), Nyeri lepas (-), BU (+) normal
A G5P4A1 Post Salfingektomi Sinistra a/i Ruptur Tuba Pars Ampularis Sinistra +
Anemia Berat Perawatan Hari I
Observasi KU, TTV
P
IVFD RL 30 tetes/menit
P
Observasi KU, TTV
IVFD RL 20 tetes/menit
SF 1x1
Mobilisasi bertahap
Up Infus, up kateter
Cefixime 2x1
Ranitidine 2x1
Vit B6 2x1
SF 1x1
EPIDEMIOLOGI
> 23-35 tahun
Faktor hormonal
GEJALA KLINIS :
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Ginekologi :
1. Inspekulo
DIAGNOSIS
1. Ruptur tuba
2. Kematian maternal
TINJAUAN PUSTAKA
PENATALAKSANAAN :
1. Pastikan diagnosa
2. Tindakan operasi
- Salpingostomi
- Reanastomosis
- Salpingektomi
3. Kemoterapi
TINJAUAN PUSTAKA
PROGNOSIS :
• Atasi anemia
• Operasi salpingektomi
• Ganti darah yang hilang/transfusi atau diberi cairan NaCl/RL
KESIMPULAN
● Kehamilan ektopik ialah kehamilan dengan ovum yang dibuahi, berimplantasi dan
tumbuh tidak di tempat yang normal yakni dalam endometrium kavum uteri.
● Kehamilan ektopik ditemukan pada hampir 1% kehamilan, dan lebih dari 90% kasus
implantasi terjadi di tuba fallopii (kehamilan tuba), ovarium, rongga abdomen dan
bagian intrauterus dari tuba fallopii (kehamilan interstisium). Lokasi tersering
kehamilan ektopik pada tuba fallopii yaitu ampulla, isthmus, fimbria dan pars
interstisialis.
● Kehamilan ektopik disebabkan oleh berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya
hambatan dalam nidasi embrio ke endometrium. Faktor-faktor yang disebutkan adalah
sebagai berikut: faktor tuba, faktor abnormalitas dari zigot, faktor ovarium, faktor
hormonal dan faktor lainnya.
● Berdasarkan lokasi terjadinya, kehamilan ektopik dapat dibagi menjadi 5 berikut ini :
kehamilan tuba, kehamilan ektopik lain, kehamilan intraligamenter, kehamilan
heterotopik, dan kehamilan ektopik bilateral.
● Gejala yang ditemukan pada kehamilan ektopik terganggu meliputi : nyeri, perdarahan
pervaginam, amenorea, nyeri goyang, nyeri tekan abdomen dan pelvis, perubahan uterus,
perubahan tekanan darah dan denyut nadi serta suhu.
● Penegakan diagnosis kehamilan ektopik terganggu diperoleh dari anamnesis dan pemeriksaan
yang mendukung tegaknya diagnosis, pemeriksaan laboratorium
● (hemoglobin, hematokrit, dan hitung leukosit), tes kehamilan, pemeriksaan β-hcg serum,
progesteron serum, kuldosentesis, ultrasonografi dan laparoskopi.
● Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi. Dalam tindakan demikian,
beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan yaitu; kondisi penderita saat itu, keinginan
penderita akan fungsi reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik, kondisi anatomik organ pelvis,
kemampuan teknik bedah mikro dokter operator, dan kemampuan teknologi fertilisasi invitro
setempat. Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi pada
kehamilan tuba, atau dapat dilakukan pembedahan konservatif dalam arti hanya dilakukan
salpingostomi atau reanastomosis tuba. Apabila kondisi penderita buruk, misalnya dalam keadaan
syok, lebih baik dilakukan salpingektomi. Kemoterapi dan metotreksat juga dapat diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
• Prawirohardjo S. Ilmu kebidanan. Jakarta; Bina Pustaka Sarwono Prowirohardjo; 2009. P 474-487
• Stulberg DB, Cain RL, Dahlquist I, Lauderdale DS. Ectopic pregnancy rates in the Medicaid
population. American Journal of Obstetrics &Gynecology APRIL 2013,208:274.e1-7.
• Wiknjosastro H. Ilmu bedah kebidanan. Jakarta; Bina Pustaka Sarwono Prowirohardjo; 2007. P 198-
210
• Wiknjosastro H. Ilmu bedah kebidanan. Jakarta; Bina Pustaka Sarwono Prowirohardjo; 2009. P 250-
261
• Sastrawinata S. Obstetri Patologi. Bandung: FK Unpad;1 981. P 21-36
• Sastrawinata S. Obstetri Fisiologi. Bandung: FK Unpad; 1981. Hal .49-69
• Snell RS. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: EGC; 2006. Hal.354-359
• Cunningham, Leveno, Hauth B, rouse, Spong. Obstetri Williams. Jakarta: EGC; 2013.Hal 895
• Kohn MA, Kerr K, Malkevich D, O’Neil N, Kerr J, Kaplan BC. Beta-Human Chorionic Gonadotropin
Levels and the Likelihood of Ectopic Pregnancy in Emergency Department Patients with Abdominal
Pain or Vaginal Bleeding. ACAD EMERG MED. February 2003, Vol. 10, No. 2
• Manuaba IBG/ Kepaniteraan klinik obstetric dan ginekologi. Jakarta: EGC; 2004. Hal 255-257
TERIMA
KASIH