Anda di halaman 1dari 43

CASE REPORT SESSION

KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU

Oleh:
Madeska Mayang Sari
G1A219023

Pembimbing:
dr. Firmansyah, Sp.OG (K)
PENDAHULUAN
● Kehamilan ektopik ialah kehamilan dengan ovum yang dibuahi,
berimplantasi dan tumbuh tidak di tempat yang normal yakni
dalam endometrium kavum uteri.

● Kehamilan ektopik ditemukan pada hampir 1% kehamilan, dan


lebih dari 90% kasus implantasi terjadi di tuba fallopii
(kehamilan tuba), ovarium, rongga abdomen dan bagian
intrauterus dari tuba fallopii (kehamilan interstisium).
pendahuluan
● Lokasi tersering kehamilan ektopik pada tuba fallopii
yaitu ampulla, isthmus, fimbria dan pars interstisialis.

● Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan


ektopik berumur antara 25 dan 35 tahun.

● Di Indonesia, kejadian kehamilan ektopik sekitar 5-6 per


seribu kehamilan.
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

● Nama : Ny. B Nama suami : Tn .A


● Umur : 33 tahun Umur : 36 tahun
Suku bangsa : Melayu
● Suku bangsa : Melayu
Agama : Islam
● Agama : Islam Pendidikan : SMA
● Pendidikan : SMP Pekerjaan : Swasta
● Pekerjaan : IRT Alamat : Batanghari
● Alamat : Batanghari
● MRS : 3 Januari 2021
LAPORAN KASUS
ANAMNESIS

● Keluhan Utama
Nyeri hebat perut kiri bawah yang menjalar sampai ke pinggang sejak 1 hari SMRS.

● Riwayat Perjalanan Penyakit


Pasien datang dengan keluhan nyeri hebat perut kiri bawah yang menjalar sampai ke
pinggang sejak 1 hari SMRS, timbul mendadak, disertai dengan keluar darah (+) yang
berwarna kehitaman dan cair dari jalan lahir, nyeri tekan perut kiri bawah (+). Pasien
juga mengeluh lemas dan nafsu makan menurun. BAB dan BAK tidak ada keluhan.
Saat ini pasien mengaku dalam keadaan hamil 7 minggu dengan HPHT 12 November
2020.
Pasien juga mengeluhkan adanya keluar cairan putih kekuningan yang berbau dan
disertai rasa gatal. Hal ini diakui pasien terjadi sebelum kehamilan hingga sekarang
tanpa adanya pengobatan.
LAPORAN KASUS
Haid

● Menarche umur : 14 tahun


● HPHT : 12 – 11 -2020
● Haid : teratur
● Lama haid : 7 hari
● Siklus : 28 hari
● Dismenorrhea : tidak
● Warna : merah segar
● Bentuk perdarahan : encer
● Bau haid : anyir
● Flour albous : tidak ada
● Lama :-
● Warna :-
● Jumlah :-
LAPORAN KASUS

Riwayat perkawinan

● Status perkawinan : kawin


● Berapa kali : 1 kali, lamanya 14 tahun
● Usia : 19 tahun
LAPORAN KASUS
Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu

No Tahun Umur Jenis Penolong Penyulit Anak Ket


partus kehamilan Persalinan JK/BB

1 2002 Aterm Pervaginam Bidan - Lk /2000 Sehat

2 2006 Aterm Pervaginam Bidan - Lk/3000 Sehat

3 2009 Aterm Pervaginam Bidan - Lk/2700 Sehat

4 2012 Aterm Perabdominal Dokter Perdarahan Lk/1700 Sehat

5 Saat ni
LAPORAN KASUS

Riwayat KB
● Metode KB yang dipakai : tubektomi (sterilisasi)

Riwayat Kesehatan
● Riwayat penyakit yang pernah diderita : tidak ada
● Riwayat operasi : Ada
● Riwayat penyakit dalam keluarga : tidak ada
LAPORAN KASUS
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALISATA

● Keadaan umum : Lemah


● Kesadaran : compos mentis

Tanda vital
● TD : 120/70 mmHg
● N : 82 x/menit
● RR : 21 x/menit
● T : 36,7˚ C
● Tinggi badan : 156 cm
● Berat Badan : 47 kg
LAPORAN KASUS
Pemeriksaan Fisik Umum

● Kepala : Normocephal, rambut berwarna hitam


● Mata : Conjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), reflek
cahaya (+/+), pupil isokor
● Telinga : serumen (-), perdarahan (-)
● Hidung : tidak ada kelainan
● Mulut : karies (-), stomatitis (-), trismus (-), perdarahan gusi
(-)
● Leher : Pembesaran KGB (-)
LAPORAN KASUS
● Dada
Inspeksi : Simetris, mammae tidak ada benjolan (+), pembesaran
mammae simetris (+), bekas luka (-), retraksi (-)
Perkusi : sonor +/+
Palpasi: pengembangan dada simetris +/+, vocal Fremitus (+) normal
Auskultasi : Cor : BJ I/II reguler, murmur (-) gallop (-)
Pulmo : vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
● Abdomen
Inspeksi : membesar simetris, bekas luka operasi (+)
Palpasi: Nyeri tekan kiri bawah (+), nyeri lepas (-)
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal.
● Ekstremitas (sup & inf): akral hangat, simetris, edema (-)
LAPORAN KASUS
STATUS GINEKOLOGIK

● Pemeriksaan Luar : tidak ada kela


● Inspekulo
Portio : lipid
OUE : tertutup
Fluksus :+
Flour :+
Erosi : -/+
Laserasi :-
Polip : -/+
Cav.douglas : menonjol
● Pemeriksaan Bimanual :
LAPORAN KASUS
PEMERIKSAAN LABORATORIUM (3 Januari 2021, Pukul 09.00 di IGD RS Raden Mattaher
Jambi)

Darah Rutin
Paramet Hasil Satuan Harga Normal
er
WBC 9,4 103/mm3 3,5 - 10
RBC 2,16 103/mm3 3.80 – 5.80
HGB 5,2 g/dl 11.0 – 16.5
HCT 16,4 % 35.0 – 50.0
PLT 182 103/mm3 150 - 390
PCT .142 % .100 - .500

GDS : 115 mg/dl Gol. Darah : B Rh (+)


Gravindex Test : (+) CT/BT : 2/5 menit
LAPORAN KASUS

DIAGNOSA

“ G5P4A0 Gravida 7 minggu + suspect KET +


anemia berat ”
LAPORAN KASUS
PENATALAKSANAAN

● Observasi tanda vital dan perdarahan


● O2 kanul 5L/menit
● IVFD RL gtt 20 gtt/menit
● Persiapan Transfusi darah
● Inj. Cefhtriaxone 1x 2 gram
● Persiapan Operasi (laparotomi)

● Pasien masuk OKE via IGD Pukul 12.00 WIB


LAPORAN KASUS
LAPORAN OPERASI
Nama operator : dr. Hanif M.Noor, Sp.OG
Tanggal : 3 Januari 2020

● Pukul 12.20 WIB operasi dimulai.


● Pasien terlentang dalam keadaan telah dilakukan anestesi spinal, lakukan tindakan
aseptic dan antiseptic pada spinal.
● Diawali dengan insisi midline 6 cm, diperdalam sehingga menembus peritoneum, dan
didapatkan darah dan bekuan darah + 1500 ml.
● Uterus sebesar 7 minggu, konsistensi lunak. Terdapat ruptur tuba pars ampullaris
sinistra, dilakukan tindakan salfingektomi sinistra.
● Ovarium dan tuba dextra dalam batas normal.
● Kavum abdomen dicuci dengan NaCl 0,9%.
● Dinding abdomen ditutup.
● Operasi selesai.
LAPORAN KASUS
 
● Diagnosa pre operatif : Kehamilan Ektopik
Terganggu (KET)
● Diagnosa post operatif : Ruptur Tuba pars
Ampullaris Sinistra
LAPORAN KASUS
Instruksi Post op

● Observasi TTV
● Infus D5 : RL 30 tetes/menit
● Kateter menetap
● Diet bertahap
● Mobilisasi bertahap
● Transfusi darah sampai Hb > 10 g/dl

Terapi Post Op :

● inj. ceftriaxone 2x1 gram


● tramadol 3x1
 
LAPORAN KASUS
FOLLOW UP

Tanggal Follow up
4-01-21 S Nyeri pada bekas luka operasi, badan lemas

O TD: 120/80 mmHg; HR: 88 x/i; RR: 18 x/i; T: 36,5oc


  Mata : CA (+/+)

  Abdomen : Nyeri tekan epigastrium (+), Nyeri lepas (-), BU (+) normal

A G5P4A1 Post Salfingektomi Sinistra a/i Ruptur Tuba Pars Ampularis Sinistra +
Anemia Berat Perawatan Hari I
 
Observasi KU, TTV
P
IVFD RL 30 tetes/menit

inj. Ceftriaxone 2x1gr

inj. Tramadol 3x1

inj. Ranitidin 2x1

Transfusi PRC sampai Hb > 10gr/dl


LAPORAN KASUS
S Badan lemas, nafsu makan menurun.
5-01-21
O
TD: 130/80 mmHg; HR: 80 x/i; RR: 20 x/i; T: 36,5oc
 
Mata : CA (+/+)
G5P4A1 Post Salfingektomi Sinistra a/i Ruptur Tuba Pars Ampularis Sinistra + Anemia Berat
A Perawatan Hari I
 

P
Observasi KU, TTV

IVFD RL 20 tetes/menit

Po. Paracetamol 3x1 Vit B6 2x1

Cefixime 2x1 Ranitidine 2x1

SF 1x1

Diet makanan lunak

Mobilisasi bertahap

cek HB post transfusi darah 3 kolf.


Jika Hb < 9 gr/dl, transfusi PRC
LAPORAN KASUS
6-01-21 S Badan lemas
O TD: 110/70 mmHg; HR: 82 x/i; RR: 17 x/i; T: 36,5oc
  Mata : CA (-/-)
  Lab (5/1/2021)
  WBC: 8,7 (3,5-10)
  RBC : 3,73 (3,8 – 5,8)
  Hb : 9,7 (11-16,5)
  Ht : 29,8 (35-50)
  PLT : 164 (150-390)
  PCT : .132 (.100 - .500)
LAPORAN KASUS
6-01-21  A  G5P4A1 Post Salfingektomi Dekstra a/i Ruptur Tuba Pars ampularis
sinistra + Anemia Berat Perawatan Hari III
Observasi KU, TTV.
P
IVFD RL 20gtt/i;
Po. Paracetamol 3x1
Cefixime 2 x1
Ranitidine 2x1
Vit B6 2x1
SF 1x1
Diet makanan lunak
Mobilisasi bertahap
LAPORAN KASUS
7-01-21 S Pusing.
O TD: 110/80 mmHg; HR: 86 x/i; RR: 20 x/i; T: 36,5oc
 
Mata: CA (-/-)
A
G5P4A1 Post Salfingektomi Dekstra a/i Ruptur Tuba Pars Ishmika Dekstra + Anemia
  Berat Perawatan Hari IV
P GV

Up Infus, up kateter

Po. Paracetamol 3x1

Cefixime 2x1

Ranitidine 2x1

Vit B6 2x1

SF 1x1

BLPL (Hb : 9,7)

Kontrol ulang 7 hari setelah keluar dari RS


TINJAUAN PUSTAKA
 
KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU (KET)

• Kehamilan ektopik ialah suatu kehamilan yang


pertumbuhan sel telur yang telah dibuahi tidak
menempel pada dinding endometrium kavum
uteri.
• Tempat kehamilan normal ialah di dalam
cavum uteri.
TINJAUAN PUSTAKA
● Kehamilan ektopik dapat terjadi diluar rahim misalnya dalam tuba, ovarium atau rongga perut
tetapi dapat juga terjadi didalam cervix, pars interstitialis tubae.

● Lebih dari 95 % kehamilan ektopik berada disaluran telur (Tuba fallopii).


TINJAUAN PUSTAKA
1% kehamilan
  90 % di tuba fallopi

Lokasi tersering kehamilan ektopik


pada tuba fallopii yaitu ampulla,
isthmus, fimbria dan pars interstisialis

EPIDEMIOLOGI
> 23-35 tahun

. Di Indonesia, kejadian kehamilan ektopik


sekitar 5-6 per seribu kehamilan.
TINJAUAN PUSTAKA
Faktor tuba
  - Peradangan
- Tumor

Faktor abnormalitas dari zigot

ETIOLOGI Faktor ovarium

Faktor hormonal

Faktor lainnya , ex: IUD


TINJAUAN PUSTAKA
KLASIFIKASI

1. Kehamilan tuba (>95%)


●pars ampularis (55%)
●pars isthmika (25%)
●pars fimbriae (17%)
●pars interstisialis (2%)
2. Kehamilan ektopik lainnya (<5%)
3. Kehamilan intraligament
4. Kehamilan heterotopik
5. Kehamilan ektopik bilateral
TINJAUAN PUSTAKA

GEJALA KLINIS :

1. Nyeri perut bagian bawah


2. Perdarahan pervaginam
3. Amenorea
4. Nyeri tekan abdomen dan pelvis
5. Nyeri goyang portio
TINJAUAN PUSTAKA
  Anamnesis

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan Ginekologi :
1. Inspekulo
DIAGNOSIS

Pemeriksaan penunjang lainnya


- Darah rutin (HB serial)
- Gravindex tes
- Kuldosintosis
- USG
- Laparoskopi
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
KOMPLIKASI

1. Ruptur tuba
2. Kematian maternal
TINJAUAN PUSTAKA
PENATALAKSANAAN :

1. Pastikan diagnosa
2. Tindakan operasi
- Salpingostomi
- Reanastomosis
- Salpingektomi
3. Kemoterapi
TINJAUAN PUSTAKA
PROGNOSIS :

1. Dapat dicegah dengan deteksi dini


2. Pad akasus bilateral bisa menyebabakan wanita
steril dan berulang
ANALISIS KASUS
Dari anamnesis Ny. B (33 th) pasien datang ke RSUD Raden Mattaher
pada tanggal 3 Januari 2021 pukul 09.00 WIB via IGD. Pasien mengeluh
nyeri perut kiri bawah menjalar sampai ke pinggang sejak 1 hari SMRS,
timbul mendadak. Keluar darah (+) berwarna kehitaman dan cair, nyeri
tekan (+). Pasien mengeluh badan lemas dan nafsu makan menurun.
BAB dan BAK tidak ada keluhan. Pada umumnya gejala dari kehamilan
ektopik terganggu adalah adanya perdarahan pada trimester pertama dan
adanya nyeri abdomen. Walaupun hal ini juga dapat terjadi pada
kehamilan intrauterin dan abortus spontan, namun kita juga dapat
mempertimbangkan terjadinya kehamilan ektopik.
ANALISIS KASUS
Dari anamnesis juga dikatakan pasien mengeluhkan adanya keluar
cairan putih kekuningan berbau disertai rasa gatal. Tanpa dilakukan
pengobatan sebelumnya. Faktor risiko pasien ini dihubungkan dengan
adannya riwayat keluar cairan putih kekuningan yang berbau dan disertai
rasa gatal. Inflamasi akut genitalia interna dilaporkan memegang peran
penting dalam kerusakan tuba yang dapat memicu terjadinya kehamilan
ektopik. Hal ini berkaitan dengan gangguan transportasi sel telur dalam
gerakan siliaris tuba.
Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah 120/70 mmHg,
nadi, frekuensi pernapasan dan suhu dalam batas nomal. Pada pemeriksaan
fisik, mata ditemukan konjungtiva anemis +/+, pada pemeriksaan fisik
abdomen didapatkan simetris, tegang, terdapat luka bekas operasi disertai
dengan pemeriksaan penunjang kadar hemoglobin 5,2 g/dl dan gravindex
test (+).
ANALISIS KASUS

Pada pasien ini diagnosis sudah tepat berdasarkan anamnesis,


pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang sudah memenuhi
kriteria diagnosis tegaknya kehamilan ektopik terganggu dan anemia
berat.
Penatalaksanaan pada pasien ini sudah tepat sesuai dengan terapi pada
KET. Karena pada Prinsip penatalaksanaannya adalah:
1.Atasi anemia
2.Operasi salpingektomi
3.Ganti darah yang hilang/transfusi atau diberi cairan NaCl/RL
ANALISIS KASUS

Penatalaksanaan pada pasien ini sudah tepat sesuai dengan


terapi pada KET. Karena pada Prinsip penatalaksanaannya
adalah:

• Atasi anemia
• Operasi salpingektomi
• Ganti darah yang hilang/transfusi atau diberi cairan NaCl/RL
KESIMPULAN
● Kehamilan ektopik ialah kehamilan dengan ovum yang dibuahi, berimplantasi dan
tumbuh tidak di tempat yang normal yakni dalam endometrium kavum uteri.
● Kehamilan ektopik ditemukan pada hampir 1% kehamilan, dan lebih dari 90% kasus
implantasi terjadi di tuba fallopii (kehamilan tuba), ovarium, rongga abdomen dan
bagian intrauterus dari tuba fallopii (kehamilan interstisium). Lokasi tersering
kehamilan ektopik pada tuba fallopii yaitu ampulla, isthmus, fimbria dan pars
interstisialis.
● Kehamilan ektopik disebabkan oleh berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya
hambatan dalam nidasi embrio ke endometrium. Faktor-faktor yang disebutkan adalah
sebagai berikut: faktor tuba, faktor abnormalitas dari zigot, faktor ovarium, faktor
hormonal dan faktor lainnya.
● Berdasarkan lokasi terjadinya, kehamilan ektopik dapat dibagi menjadi 5 berikut ini :
kehamilan tuba, kehamilan ektopik lain, kehamilan intraligamenter, kehamilan
heterotopik, dan kehamilan ektopik bilateral.
● Gejala yang ditemukan pada kehamilan ektopik terganggu meliputi : nyeri, perdarahan
pervaginam, amenorea, nyeri goyang, nyeri tekan abdomen dan pelvis, perubahan uterus,
perubahan tekanan darah dan denyut nadi serta suhu.
● Penegakan diagnosis kehamilan ektopik terganggu diperoleh dari anamnesis dan pemeriksaan
yang mendukung tegaknya diagnosis, pemeriksaan laboratorium
● (hemoglobin, hematokrit, dan hitung leukosit), tes kehamilan, pemeriksaan β-hcg serum,
progesteron serum, kuldosentesis, ultrasonografi dan laparoskopi.
● Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi. Dalam tindakan demikian,
beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan yaitu; kondisi penderita saat itu, keinginan
penderita akan fungsi reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik, kondisi anatomik organ pelvis,
kemampuan teknik bedah mikro dokter operator, dan kemampuan teknologi fertilisasi invitro
setempat. Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi pada
kehamilan tuba, atau dapat dilakukan pembedahan konservatif dalam arti hanya dilakukan
salpingostomi atau reanastomosis tuba. Apabila kondisi penderita buruk, misalnya dalam keadaan
syok, lebih baik dilakukan salpingektomi. Kemoterapi dan metotreksat juga dapat diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
• Prawirohardjo S. Ilmu kebidanan. Jakarta; Bina Pustaka Sarwono Prowirohardjo; 2009. P 474-487
• Stulberg DB, Cain RL, Dahlquist I, Lauderdale DS. Ectopic pregnancy rates in the Medicaid
population. American Journal of Obstetrics &Gynecology APRIL 2013,208:274.e1-7.
• Wiknjosastro H. Ilmu bedah kebidanan. Jakarta; Bina Pustaka Sarwono Prowirohardjo; 2007. P 198-
210
• Wiknjosastro H. Ilmu bedah kebidanan. Jakarta; Bina Pustaka Sarwono Prowirohardjo; 2009. P 250-
261
• Sastrawinata S. Obstetri Patologi. Bandung: FK Unpad;1 981. P 21-36
• Sastrawinata S. Obstetri Fisiologi. Bandung: FK Unpad; 1981. Hal .49-69
• Snell RS. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: EGC; 2006. Hal.354-359
• Cunningham, Leveno, Hauth B, rouse, Spong. Obstetri Williams. Jakarta: EGC; 2013.Hal 895
• Kohn MA, Kerr K, Malkevich D, O’Neil N, Kerr J, Kaplan BC. Beta-Human Chorionic Gonadotropin
Levels and the Likelihood of Ectopic Pregnancy in Emergency Department Patients with Abdominal
Pain or Vaginal Bleeding. ACAD EMERG MED. February 2003, Vol. 10, No. 2
• Manuaba IBG/ Kepaniteraan klinik obstetric dan ginekologi. Jakarta: EGC; 2004. Hal 255-257
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai