General Anestesi
Pada Odontektomi
Madeska Mayang Sari, S. Ked
G1A219023
Pembimbing:
Kasus:
Di Bandung
76,8% (Impaksi
♀ 6,6 : 1 ♂ Molar ketiga)
0,8-3,6% Kasus
Molar Ketiga, Gigi taring rahang atas, premolar rahang
bawah
2
LAPORAN KASUS
Nama : Ny. S
Laporan Kasus
Umur : 33 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan: Dosen
Diagnosa: Impaksi 38 48
Tindakan: Odontektomi 38 48
Identitas Pasien
Anamnesis
Keluhan Utama : Sakit gigi belakang kanan dan kiri ± 1 tahun SMRS
Pasien datang ke poli mengeluhkan sakit pada gigi belakang kanan dan kiri, sering menempel sisa
makanan. Sakit gigi tersebut terasa seperti berdenyut. Sakit yang dirasakan pasien terasa hilang
timbul, semakin terasa setelah pasien makan dan mencongkel makanan yang menempel. Sakit gigi
disertai juga dengan pembengkakan gusi sehingga menyulitkan pasien untuk menutup mulut. Sakit gigi
pasien juga disertai dengan sakit kepala.
Pasien tersebut pernah pergi ke dokter gigi untuk melakukan perawatan
membersihkan karang gigi, dan perawatan gusi pada gigi belakang ± 3 bulan
SMRS. Kondisi saat ini pasien sudah tidak terlalu merasakan sakit pada gigi
tersebut.
Anamnesis
Keluhan Utama : Sakit gigi belakang kanan dan kiri ± 1 tahun SMRS
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Swab Nasofaring (3
Agustus 2021) Negatif
Kesan:
a. Gigi 38 yaitu karies dengan
pulpa terbuka, Impaksi
horizontal dengan
kemungkinan IIIB
b. Gigi 48 yaitu impaksi
mesioangular, tipe IA.
Diagnosis
Preoperatif : Impaksi 38 48
● Jenis Tindakan
● General Anestesi
Anestesi
● Induksi ● Recofol180 mg
LAPORAN ANASTESI
● Relaksan ● Atracurium 30 mg
Scoring Aldrete:
Aktivitas :2
Pernafasan :2
Warna Kulit :2
Sirkulasi :2
Kesadaran :2
Jumlah : 10
Instruksi Post Operasi
Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis
Fisik Penunjang
b. Persiapan pasien
Anamnesis, Pemeriksaan fisik, Pemeriksaan laboratorium, Asupan Oral.
Prosedur Anestesi Umum
Semakin besar cadangan oksigen dalam FRC, semakin lama apnea dapat
ditoleransi sebelum hipoksia kritis berkembang. Pre-oksigenasi dicapai dengan
memberikan oksigen aliran tinggi 100% melalui sirkuit pernapasan ke pasien
yang bernapas secara spontan sampai oksigen pasang surut akhir mencapai
lebih dari 90%.
Induksi
INHALASI INTRAVENA
Induksi intravena paling banyak dikerjakan,
Anestesi inhalasi anestesi yang menggunakan
inhalan berupa gas.
Obat induksi bolus disuntikkan dalam kecepatan
antara 30-60 detik.
Obat anestesi inhalasi yang sering digunakan saat ini
adalah N2O, halotan, enfluran, isofluran, desfluran,
Selama induksi anestesia, pernapasan pasien, nadi,
sevofluran.
dan tekanan darah harus diawasi dan selalu diberikan
oksigen.
Agen ini dapat diberikan dan diserap secara terkontrol
dan cepat, karena diserap serta dikeluarkan melalui
Induksi cara ini dikerjakan pada pasien yang
paru-paru (alveoli)
kooperatif.
Anestetik Intravena
Ketamin
• Ketamin merupakan agen analgetik kuat
Propofol terutama untuk nyeri visceral karena
• Induksi propofol dari anestesi umum mungkin melawan reseptor NMDA
melibatkan fasilitasi penghambat neurotransmisi • Dosis 1-2 mg/kgbb
oleh pengikatan reseptor GABA • Memiliki efek hipnotik yang kurang
• Dimetabolisme melalui konjugasi di hepar dan • Ketamin lebih dominan bekerja pada
diekskresikan melalui urin
asosiasi korteks otak.
• Dosis induksi: 1-3 mg/kgbb (Dws), 2,5-4
mg/kgbb (anak-anak)
Tiopenton
• Barbiturat mempotensiasi aksi GABA Etomidat
dalam meningkatkan durasi pembukaan • Turunan ester imidazole
kanal ion cloride tertentu. • Dosis: 0,3 mg/kgbb
• Dosis: 3-7mg/kgbb • Efek minimal pada kardivaskular
• Dimetabolisme di hepar dan diekskresikan
diurin
• Dpt mengurangi tekanan intrakranial
Muscle Relaxant
Relaksan otot adalah obat yang mengurangi ketegangan otot dengan bekerja pada saraf
yang menuju otot
a. Depolarisasi bekerja seperti asetilkolin, tetapi di celah sinaps tidak dirusak dengan
asetilkolinesterase sehingga bertahan cukup lama menyebabkan terjadinya
depolarisasi yang ditandai dengan fasikulasi yang diikuti relaksasi otot lurik.
b. Depolarisasi Bekerja berikatan dengan reseptor kolinergik nikotinik tanpa
menyebabkan depolarisasi, hanya menghalangi asetilkolin menempatinya, sehingga
asetilkolin tidak dapat bekerja.
Atracurium Besylate
Atracurium Besylate adalah pelumpuh otot non depolarisasi. Dosis 0,5 mg/kgBB
diberikan melalui intravena dalam 30-60 detik sudah dapat dilakukan intubasi dengan
baik, pemulihan saraf otot dapat terjadi spontan setelah masa kerja berakhir atau dapat
diberikan antikolenesterase.
Secara umum pemberian atracurium tidak dipengaruhi oleh funsgi hati dan ginjal. Selain
itu, obat ini tidak memberikan efek pada kardiovaskular. Atracurium memberikan efek
pelepasan histtamin
Pemulihan
No. Kriteria Skor
1 Aktivitas Mampu menggerakkan ke-4 ekstremitas atas perintah atau 2
motorik secara sadar. 1
Mampu menggerakkan 2 ekstremitas atas perintah atau 0
secara sadar.
Tidak mampu menggerakkan ekstremitas atas perintah atau
secara sadar.
2 Respirasi Nafas adekuat dan dapat batuk 2
Nafas kurang adekuat/distress/hipoventilasi 1
Apneu/tidak bernafas 0
3 Sirkulasi Tekanan darah berbeda ± 20% dari semula 2
Tekanan darah berbeda ± 20-50% dari semula 1
Tekanan darah berbeda >50% dari semula 0
4 Kesadaran Sadar penuh 2
Bangun jika dipanggil 1
Tidak ada respon atau belum sadar 0
5 Warna kulit Kemerahan atau seperti semula 2
Pucat 1
Sianosis 0
4
ANALISA KASUS
KASUS TEORI
Anestesia dengan menggunakan general Pada pasien ini diberikan obat pelumpuh
anestesi menggunakan teknik anestesia otot atracurium 30 mg iv, yang merupakan
secara induksi intravena dan rumatan non depolaritation intermediete acting.
Dosis intubasi dan relaksasi otot adalah 0,5-
inhalasi. Induksi pada pasien ini dengan
0,6 mg/kgBB (iv), dan dosis pemeliharaan
injeksi atracurium 30 mg yaitu 0,1-0,2 mg/kgBB (iv). Pada pasien ini
diberikan atracurium 30 mg, dan sudah
memenuhi dosis terapi.
KASUS TEORI
Kebutuhan total cairan pada pasien ini, Cairan yang telah masuk RL sebesar
yaitu 1.820 cc selama operasi, terdiri dari 750 cc. Kebutuhan cairan pada pasien
jumlah cairan pengganti puasa 1.040 cc, ini belum terpenuhi, karena selama
maintenance 130 cc, stress operasi 390 operasi hanya diberikan 750 cc/1,5
cc. pada jam I dibutuhkan 1.040 ml, jam II kolf. Seharusnya diberikan 1.820 cc
dibutuhkan 780 ml. atau ± 3 1/2 kolf.
KASUS TEORI
Pada pasien ini diruang pemulihan, Pasien saat keluar dari RR apabila
didapatkan skornya Aldrete 10 sehingga sudah mencapai skor Aldrete lebih dari
dapat keluar dari ruang RR. Pasien pindah 8.
dan dibawa ke bangsan bedah kelas III
jam 11.10 WIB.
5
PENUTUP
Penutup
• Odontektomi prosedur umum bagian bedah mulut dan maksilofasial dengan kontrol
nyeri anestesi lokal atau, lebih jarang, anestesi umum (GA) dengan pertimbangan tingkat
kecemasan pasien, refleks muntah ekstrim, dan ketidak mampuan untuk menjaga mulut
tetap terbuka