Anda di halaman 1dari 55

CASE REPORT SESSION (CRS)

General Anestesi
Pada Odontektomi
Madeska Mayang Sari, S. Ked
G1A219023

Pembimbing:

dr. Dedy Fachrian, Sp. An


1
PENDAHULUAN
Anestesi | Impaksi
General, Lokal, Regional Odontektomi

Kasus:
Di Bandung
76,8% (Impaksi
♀ 6,6 : 1 ♂ Molar ketiga)

0,8-3,6% Kasus
Molar Ketiga, Gigi taring rahang atas, premolar rahang
bawah
2
LAPORAN KASUS
Nama : Ny. S
Laporan Kasus
Umur : 33 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jalan syahbudi, RT.06 Kota Jambi

Agama : Islam

Pekerjaan: Dosen

Diagnosa: Impaksi 38 48

Tindakan: Odontektomi 38 48

Identitas Pasien
Anamnesis
Keluhan Utama : Sakit gigi belakang kanan dan kiri ± 1 tahun SMRS

Riwayat Perjalanan Penyakit

Pasien datang ke poli mengeluhkan sakit pada gigi belakang kanan dan kiri, sering menempel sisa
makanan. Sakit gigi tersebut terasa seperti berdenyut. Sakit yang dirasakan pasien terasa hilang
timbul, semakin terasa setelah pasien makan dan mencongkel makanan yang menempel. Sakit gigi
disertai juga dengan pembengkakan gusi sehingga menyulitkan pasien untuk menutup mulut. Sakit gigi
pasien juga disertai dengan sakit kepala.
Pasien tersebut pernah pergi ke dokter gigi untuk melakukan perawatan
membersihkan karang gigi, dan perawatan gusi pada gigi belakang ± 3 bulan
SMRS. Kondisi saat ini pasien sudah tidak terlalu merasakan sakit pada gigi
tersebut.
Anamnesis
Keluhan Utama : Sakit gigi belakang kanan dan kiri ± 1 tahun SMRS

Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat Operasi (-) Riwayat Hipertensi (-)


Riwayat Hipertensi (-) Riwayat Asma (-)
Riwayat Asma (-) Riwayat DM (-)
Riwayat DM (-)
Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum Kesadaran GCS Tanda Vital BB : 65 kg


Tampak sakit Composmentis E3V5M6 TD: 110/70 PB :154 cm
ringan Nadi : 82x/menit IMT 27,5 
RR : 20x/menit Obesitas
Suhu : 36,7 C
Pemeriksaan Fisik

Bentuk kepala : Normocephal THT : Perdarahan (-), Inspeksi : Simetris


Edema palpebra (-/-) gigi palsu (-), T1| Palpasi : Nyeri tekan (-),
Conjungtiva anemis (-/-) T1 massa (-), krepitasi
Sklera ikterik (-/-) Mulut : Mallampati 1 (-) Fremitus taktil
pupil bulat, isokor,  ± 3 mm Leher : Pembesaran simetri
refleks cahaya (+/+) KGB (-), Perkusi : Sonor
katarak (-/-) pembesaran Auskultasi : Vesikular (+/+),
tiroid (-) Ronki (-/-) Whz (-/-)
NORMAL NORMAL NORMAL
Pemeriksaan Fisik

Inspeksi : Iktus cordis tidak


terlihat Superior : Akral hangat,
Inspeksi : Datar, Massa (-)
Palpasi : Iktus cordis teraba CRT < 2
pada ICS V linea Palpasi : Soepel,
midclavicular detik, edema (-/-)
Nyeri tekan (-),
sinistra Inferior : Akral hangat,
Perkusi : Batas jantung organomegali (-)
normal CRT < 2
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bunyi jantung I detik, edema (-/-)
dan II reguler, Auskultasi : bising usus (+)
murmur (-)
gallop (-) NORMAL NORMAL
NORMAL
Laboratorium
Hematologi Rutin 3 Agustus 2021

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan

Hemoglobin 12,2 13,4 – 15,5 g/dL SGOT 23 15-37 u/L

Hematokrit 36,2 34,5 – 54 % SGPT 50 14-63 u/L

Eritrosit 4,19 4,0 – 5,0 x 106 Ureum 12 15-39 mg/dL

Trombosit 297 150 – 450 x 103 Kreatinin 0,64 0,55-1,3 mg/dL

Leukosit 7,61 4,0 – 10,0 x 103

BT 2,5 1-3 menit menit

CT 5 2-6 menit menit

GDP 101 ≤126 mg/dL


Penunjang

Swab Nasofaring (3
Agustus 2021)  Negatif

Kesan: Cor & Pulmo normal


Penunjang

Kesan:
a. Gigi 38 yaitu karies dengan
pulpa terbuka, Impaksi
horizontal dengan
kemungkinan IIIB
b. Gigi 48 yaitu impaksi
mesioangular, tipe IA.
Diagnosis
Preoperatif : Impaksi 38 48

Postoperatif : Post odontektomi


38 48 a.i. impaksi 38 48
Pra Anestesi

Penentuan Status Fisik ASA :


1/2/3/4/5/E Persiapan Pra Anestesi
Mallampati: Grade 1  Inform Consent
 Puasa mulai jam 23.00 WIB
 Surat persetujuan Tindakan
operasi dan anestesi
LAPORAN ANASTESI
● Diagnosis Prabedah ● Impaksi 38 48

● Jenis Pembedahan ● Odontektomi 38 48

● Jenis Tindakan
● General Anestesi
Anestesi

● Ondansetron 4 mg IV, Dexamethasone 10 mg IV, Asam


● Premedikasi Anestesi
Tranexamat 1 gr IV, ketorolac 30 mg IV, tramadol 100 mg
IV

● Analgetik ● Fentanyl 100 mcg

● Induksi ● Recofol180 mg
LAPORAN ANASTESI
● Relaksan ● Atracurium 30 mg

● Maintenance ● Sevofluran 2 vol% + N2O (2L) : O2 (2L)

● Persiapan Alat ● STATICS

● Premedikasi Anestesi ● Ondansetron 4 mg IV, Dexametason 5 mg IV, Lidocain 80


gr IV
Tube
• Single
Scope Lumen● Analgetik
Airway ●Tape
Fentanyl 50Introducer
mcg Connector Suction
Spiral
ETT No. 6
● Induksi ● Fresofol 150 mg
17
Terapi Cairan Perioperatif
Pengganti
Maintenance Stres Operasi
Puasa
= 2 cc/KgBB/jam = Puasa (jam) x M = 6cc/kgBB
= 2cc x 65 kg/jam = 8 jam x 130 cc/jam = 6 cc/kgBB x 65 kg
= 130 cc/jam = 1.040 cc/jam = 390 cc

Kebutuhan cairan selama Operasi Estimated Blood Volume (EBV)


EBV = body wt (kg) x average blood volume (ml/kg)
Jam I: ½ PP + M + SO = cc EBV = 65 kg x 65ml/kgbb
½ (520 cc) + 390 cc + 130 cc = 1.040 cc EBV = 4.225 ml
Jam II : ¼ PP + M + SO = cc
Estimated Blood Loss (EBL)
¼ (260 cc) + 390 cc + 130 cc = 780 cc
EBL = > 20% EBV
EBL = 20% x 4225
TOTAL : 1820 cc
EBL = 845 ml
Keadaan Intra Anestesi

Letak penderita : Supine


Airway : Single lumen spiral ETT ukuran 6
Lama anestesi : ± 2 jam
Lama operasi : ± 1,5 jam
Total asupan cairan :
Kristaloid : ± 750 ml
Koloid : - ml
Darah : - ml
Komponen darah : - ml
Total keluaran cairan
Perdarahan : ± 10 ml
Diuresis : - ml
Monitoring
Jam TD Nadi RR SpO2 Keterangan
 Pasien masuk ke kamar operasi, dan dipindahkan ke meja operasi
 Pemasangan alat monitoring, tekanan darah, saturasi, nadi, oksigen 2L
08:10 110/70 82 20 100%  Diberikan cairan RL dan obat premedikasi (Ondansetron 4 mg IV, Dexamethasone 10 mg IV, Asam
Tranexamat 1 gr IV, ketorolac 30 mg IV, tramadol 100 mg IV)
 Pasien dipersiapkan untuk induksi, Pasien di berikan analgesik fentanil 100 mcg, induksi dengan
Recofol 180 mg, cek refleks bulu mata. Kemudian pasien dipasangkan sungkup dan mulai di bagging,
lalu diberikan relaksan yaitu atracurium 30 mg IV.
08:45 130/75 75 16 98%  Setelah di bagging selama 5 menit pasien di intubasi dengan ETT no. 6.
 Dilakukan auskultasi di kedua lapang paru untuk mengetahui apakah ETT terpasang dengan benar.
 ETT di hubungkan dengan ventilator. ETT difiksasi dengan plester, Diberikan maintenance yaitu
sevoflurans 2% dan N2O 2L
09:00 110/60 80 18 99%  Kondisi terkontrol
09:15 85/50 80 18 100%  Kondisi terkontrol
09:30 90/55 88 20 100%  Kondisi terkontrol
09:45 120/70 86 22 100%  Kondisi terkontrol
10:00 110/60 84 20 100%  Kondisi terkontrol
10:15 100/60 85 22 100%  Kondisi terkontrol
 Pasien napas spontan, Dilakukan suction, Refleks batuk ada,Pasien di ekstubasi
10:30 120/60 85 21 100%  Diberikan oksigen kemudian cek saturasi.
 Pasien sadar
Ruang Pemulihan

Masuk Jam : 10.40 WIB


Keadaan Umum : Kesadaran: CM, GCS: 15
Tanda vital : TD: 120/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
RR : 16 x/menit

Scoring Aldrete:
Aktivitas :2
Pernafasan :2
Warna Kulit :2
Sirkulasi :2
Kesadaran :2
Jumlah : 10
Instruksi Post Operasi

1) Monitoring tanda vital dan perdarahan tiap 15 menit selama 1 x 24 jam


2) Tidur dimiringkan 6 jam setelah operasi dengan menggunakan bantal
3) Bad di angkat 30
4) Tirah baring tanpa bantal sampai 1 x 24 jam
5) Boleh makan dan minum setelah pasien sadar penuh dan bising usus (+)
6) Instruksi lain megikuti dr. Achmad Cipta, Sp. BM
3
TINJAUAN PUSTAKA
Impaksi
Gigi
Gigi
• Gigi secara kolektif dikenal sebagai dentition yang bertanggung jawab untuk
pengunyahan.
• Pada bayi  20 gigi sulung / gigi susu (tumbuh 6 bulan dan 30 bulan setelah
lahir)
• Gigi permanen  32 gigi (gigi terakhir gigi geraham ketiga)
Definisi
Kegagalan gigi untuk tumbuh
dalam waktu yang diharapkan ke
dalam lengkung gigi kecuali jika
diintervensi dengan perawatan.

Gigi tumbuh normal jika tidak


ada halangan dalam
pertumbuhan, lengkung rahang
cukup luas
Klasifikasi
Etiologi
Lokal
1) Kegagalan resorpsi gigi sulung
2) Kehilangan gigi sulung secara prematur
3) Retensi gigi sulung yang berkepanjangan
4) Jalur erupsi abnormal
5) Adanya gigi / gigi supernumerary
6) Gigi berjejal dan kehilangan ruang
7) Pencabutan awal gigi sulung
8) Pembesaran folikel gigi / kista dentigerous atau bentuk lain dari patologi jaringan lunak
(neoplasma)
9) Penebalan pasca ekstraksi atau perbaikan pasca
trauma mukosa
10) Trauma gigi Sistemik
11) Odontoma 1) Defisiensi endokrin (misalnya
12) Anomali posisi gigi (misalnya miring, hipotiroidisme)
perpindahan, transmigrasi) 2) Terapi radiasi,
13) Ankilosis molar sulung 3) Cleidocranial disostosis,
14) Dilaserasi akar Genetik
15) Celah alveolar.
Penegakkan Diagnosis

Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis
Fisik Penunjang

• Nyeri gigi, bengkak • Evaluasi sendi • Radiografi


pada gusi temporomandibular periapical /
• Riw medis dan bedah (klik, krepitasi, panoramic
kelemahan dan nyeri • CT-Scan, CT-Cone
• Obat, alergi
tekan) beam
• Edema, eritema,
asimetri
• Px rongga mulut
Tatalaksana
Indikasi

Pencabutan gigi • Pencegahan infeksi


Impaksi • Usia muda

Pencabutan gigi yang • Keadaan patologi (odontogenik)


berdekatan • Penyimpangan lengkung rahang
• Prostetik
Perawatan tidak ada
pencabutan tetapi • Kemungkinan erupsi normal Ketika
melibatkan molar 2 dicabut
pembukaan ruang
ortodontik
Tatalaksana
Kontra Indikasi

Pencabutan gigi • Panjang akar mencapai


Impaksi sepertiga/duapertiga dan apabila

Pencabutan gigi yang tulang yang menutupinya terlalu


berdekatan banyak
• Jika berkemungkinan kerusakan
Perawatan tidak ada
pencabutan tetapi pada struktur penting disekitar
melibatkan • Infeksi akut
pembukaan ruang • Sangat termineralisasi dan padat
ortodontik • Diperkirakan erupsi normal
Komplikasi
1. Morbiditas dari deciduous predecessor dan migrasi gigi yang
berdekatan
2. Perkembangan kista gigi,
3. Resorpsi mahkota gigi impaksi
4. Resorpsi akar gigi yang berdekatan
5. Ankilosis
6. Infraoklusi
7. Nyeri dan / atau keluarnya cairan (kista)
General
Anestesi
Definisi
Menghilangkan rasa sakit
seluruh tubuh secara sentral
disertai hilangnya kesadaran
yang bersifat reversible. Terdiri dari:
a. Hipnosis
b. Analgesia
c. Arefleksia
d. Relaksasi otot
e. Amnesia
STADIUM ANESTESI
Stadium 1/Induksi  Obat induksi masuk – hilangnya kesadaran
Stadium 2/Eksitasi  Hilang kesadaran – timbul eksitasi dan delirium
Stadium 3/Pembedahan  Terdiri dari 4 Plana
Stadium 4/Overdosis  Anestesi terlalu dalam  (depresi berat sistem tubuh)

Plana 1  Mata berputar dan terfiksasi


Plana 2  Refleks kornea dan refleks laring hilang
Plana 3  Dilatasi Pupil, refleks cahaya hilang
Plana 4  kelumpuhan otot interkostal
Prosedur Anestesi Umum

Persiapan pra anestesi umum


a. Kunjungan Pra Anestesi
Tujuan kunjungan pra anestesi:
1) Mempersiapkan mental dan fisik pasien
2) Merencanakan dan memilih teknik serta obat-obat anestesi yang sesuai
3) Menentukan klasifikasi ASA (American Society of Anesthesiology)

b. Persiapan pasien
Anamnesis, Pemeriksaan fisik, Pemeriksaan laboratorium, Asupan Oral.
Prosedur Anestesi Umum

c. Klasifikasi status fisik


1) ASA I : Pasien sehat organik, fisiologik, psikiatrik, biokimia
2) ASA II : Pasien dengan penyakit sistemik ringan atau sedang.
3) ASA III : Pasien dengan penyakit sistemik berat, sehingga aktivitas rutin
terbatas.
4) ASA IV : Pasien dengan penyakit sistemik berat tak dapat melakukan
aktivitas rutin dan penyakitnya merupakan ancaman kehidupannya setiap
saat.
5) ASA V : Pasien sekarat yang diperkirakan dengan atau tanpa
pembedahan hidupnya tidak akan lebih dari 24 jam.
Premedikasi

a) memberikan rasa nyaman bagi pasien, misal: diazepam.


b) menghilangkan rasa khawatir, misal: diazepam
c) membuat amnesia, misal: diazepam, midazolam
d) memberikan analgesia, misal: fentanyl, pethidin
e) mencegah muntah, misal: droperidol, ondansentron
f) memperlancar induksi, misal: pethidin
g) mengurangi jumlah obat-obat anesthesia, misal pethidin
h) menekan reflek-reflek yang tidak diinginkan, misal: tracurium, sulfas atropin.
i) mengurangi sekresi kelenjar saluran nafas, misal: sulfas atropin dan hiosin.
Preoksigenasi

Tujuan dari pra-oksigenasi adalah untuk menggantikan nitrogen dalam kapasitas


sisa fungsional (FRC) dengan oksigen

Semakin besar cadangan oksigen dalam FRC, semakin lama apnea dapat
ditoleransi sebelum hipoksia kritis berkembang. Pre-oksigenasi dicapai dengan
memberikan oksigen aliran tinggi 100% melalui sirkuit pernapasan ke pasien
yang bernapas secara spontan sampai oksigen pasang surut akhir mencapai
lebih dari 90%.
Induksi

INHALASI INTRAVENA
Induksi intravena paling banyak dikerjakan,
Anestesi inhalasi  anestesi yang menggunakan
inhalan berupa gas.
Obat induksi bolus disuntikkan dalam kecepatan
antara 30-60 detik.
Obat anestesi inhalasi yang sering digunakan saat ini
adalah N2O, halotan, enfluran, isofluran, desfluran,
Selama induksi anestesia, pernapasan pasien, nadi,
sevofluran.
dan tekanan darah harus diawasi dan selalu diberikan
oksigen.
Agen ini dapat diberikan dan diserap secara terkontrol
dan cepat, karena diserap serta dikeluarkan melalui
Induksi cara ini dikerjakan pada pasien yang
paru-paru (alveoli)
kooperatif.
Anestetik Intravena
Ketamin
• Ketamin merupakan agen analgetik kuat
Propofol terutama untuk nyeri visceral karena
• Induksi propofol dari anestesi umum mungkin melawan reseptor NMDA
melibatkan fasilitasi penghambat neurotransmisi • Dosis 1-2 mg/kgbb
oleh pengikatan reseptor GABA • Memiliki efek hipnotik yang kurang
• Dimetabolisme melalui konjugasi di hepar dan • Ketamin lebih dominan bekerja pada
diekskresikan melalui urin
asosiasi korteks otak.
• Dosis induksi: 1-3 mg/kgbb (Dws), 2,5-4
mg/kgbb (anak-anak)

Tiopenton
• Barbiturat mempotensiasi aksi GABA Etomidat
dalam meningkatkan durasi pembukaan • Turunan ester imidazole
kanal ion cloride tertentu. • Dosis: 0,3 mg/kgbb
• Dosis: 3-7mg/kgbb • Efek minimal pada kardivaskular
• Dimetabolisme di hepar dan diekskresikan
diurin
• Dpt mengurangi tekanan intrakranial
Muscle Relaxant

Relaksan otot adalah obat yang mengurangi ketegangan otot dengan bekerja pada saraf
yang menuju otot
a. Depolarisasi  bekerja seperti asetilkolin, tetapi di celah sinaps tidak dirusak dengan
asetilkolinesterase sehingga bertahan cukup lama menyebabkan terjadinya
depolarisasi yang ditandai dengan fasikulasi yang diikuti relaksasi otot lurik.
b. Depolarisasi  Bekerja berikatan dengan reseptor kolinergik nikotinik tanpa
menyebabkan depolarisasi, hanya menghalangi asetilkolin menempatinya, sehingga
asetilkolin tidak dapat bekerja.
Atracurium Besylate

Atracurium Besylate adalah pelumpuh otot non depolarisasi. Dosis 0,5 mg/kgBB
diberikan melalui intravena dalam 30-60 detik sudah dapat dilakukan intubasi dengan
baik, pemulihan saraf otot dapat terjadi spontan setelah masa kerja berakhir atau dapat
diberikan antikolenesterase.
Secara umum pemberian atracurium tidak dipengaruhi oleh funsgi hati dan ginjal. Selain
itu, obat ini tidak memberikan efek pada kardiovaskular. Atracurium memberikan efek
pelepasan histtamin
Pemulihan
No. Kriteria Skor
1 Aktivitas  Mampu menggerakkan ke-4 ekstremitas atas perintah atau 2
motorik secara sadar. 1
 Mampu menggerakkan 2 ekstremitas atas perintah atau 0
secara sadar.
 Tidak mampu menggerakkan ekstremitas atas perintah atau
secara sadar.
2 Respirasi  Nafas adekuat dan dapat batuk 2
 Nafas kurang adekuat/distress/hipoventilasi 1
 Apneu/tidak bernafas 0
3 Sirkulasi  Tekanan darah berbeda ± 20% dari semula 2
 Tekanan darah berbeda ± 20-50% dari semula 1
 Tekanan darah berbeda >50% dari semula 0
4 Kesadaran  Sadar penuh 2
 Bangun jika dipanggil 1
 Tidak ada respon atau belum sadar 0
5 Warna kulit  Kemerahan atau seperti semula 2
 Pucat 1
 Sianosis 0
4
ANALISA KASUS
KASUS TEORI

Pasien Ny. S 30 tahun dengan berat


badan 65 kg. Pasien datang ke poli gigi
dengan keluhan keluhan Sakit gigi
belakang kanan dan kiri ± 1 tahun SMRS.
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan TD:
110/70 mmHg, N: 82 x/menit, S: 36,7 C,
SpO2: 99% dan GCS :15 (E4V5M6).
KASUS TEORI

Pemeriksaan Laboratorium darah rutin Berdasarkan anamnesis,


didapatkan Hb 11,7 g/dl, WBC pemeriksaan fisik dan
7,61x103/L, PLT 297x103/uL, GDP 101 pemeriksaan penunjang tersebut
mg/dl, Ur/Cr 12/0,64 mg/dl, CT/BT 5/2,5
pasien didiagnosa dengan impaksi
Pada rontgen thorax AP cor dan pulmo gigi 38, 48. Kemudian pasien
normal dan x-ray panoramic didapatkan direncanakan untuk dilakukan
kesan pada gigi 38 yaitu karies dengan operasi odondektomi dengan
pulpa terbuka, Impaksi horizontal dengan anestesi umum sebagai
kemungkinan IIIB dan gigi 48 di dapatkan tatalaksana impaksi yaitu
impaksi mesioangular, tipe IA pencabutan gigi.
KASUS TEORI

Sebagai obat premedikasi pada Tindakan premedikasi (pemberian obat


pasien ini yaitu : Ondansetron 4 mg 1-2 jam pre-induksi untuk meredakan
IV, Dexamethasone 10 mg IV, Asam kecemasan dan ketakutan,
memperlancar induksi anestesia,
Tranexamat 1 gr IV, ketorolac 30 mg
mengurangi sekresi kelenjar ludah dan
IV, tramadol 100 mg IV. Pada pasien bronkus, meminimalkan jumlah obat
ini diberikan obat premedikasi sekitar anestetik, mengurangi mual-muntah
15 menit sebelum dilakukan operasi. pasca bedah, menciptakan amnesia,
mengurangi isi cairan lambung,
mengurangi refleks yang
membahayakan.
KASUS TEORI

Anestesia dengan menggunakan general Induksi anestesi merupakan tindakan untuk


anestesi menggunakan teknik anestesia membuat pasien dari sadar menjadi tidak
secara induksi intravena dan rumatan sadar, sehingga memungkinkan dimulainya
anestesi. Pada pasien ini diberikan recofol
inhalasi. Induksi pada pasien ini dengan
180 mg iv (salah satu jenis propofol).
injeksi recofol 180 mg dan insersi single Propofol merupakan obat induksi anestesi
lumen spiral ETT ukuran 6,0 dengan cepat, yang didistribusikan dan
recoronium 30 mg. Dosis pemeliharaan dieliminasikan dengan cepat. Propofol
dengan menggunakan anestesi inhalasi: diberikan dengan dosis bolus untuk induksi
sevoflurans 2 vol% + N2O (2L) : O2 (2L) 2-2,5 mg/kg, dosis rumatan untuk anestesi
intravena total 4-12 mg/Kg/jam dan dosis
sedasi untuk perawatan intensif 0,2 mg/Kg.
pada pasien ini dosis recofol sudah tepat.
KASUS TEORI

Anestesia dengan menggunakan general Pada pasien ini diberikan obat pelumpuh
anestesi menggunakan teknik anestesia otot atracurium 30 mg iv, yang merupakan
secara induksi intravena dan rumatan non depolaritation intermediete acting.
Dosis intubasi dan relaksasi otot adalah 0,5-
inhalasi. Induksi pada pasien ini dengan
0,6 mg/kgBB (iv), dan dosis pemeliharaan
injeksi atracurium 30 mg yaitu 0,1-0,2 mg/kgBB (iv). Pada pasien ini
diberikan atracurium 30 mg, dan sudah
memenuhi dosis terapi.
KASUS TEORI

Kebutuhan total cairan pada pasien ini, Cairan yang telah masuk RL sebesar
yaitu 1.820 cc selama operasi, terdiri dari 750 cc. Kebutuhan cairan pada pasien
jumlah cairan pengganti puasa 1.040 cc, ini belum terpenuhi, karena selama
maintenance 130 cc, stress operasi 390 operasi hanya diberikan 750 cc/1,5
cc. pada jam I dibutuhkan 1.040 ml, jam II kolf. Seharusnya diberikan 1.820 cc
dibutuhkan 780 ml. atau ± 3 1/2 kolf.
KASUS TEORI

Pada pasien ini diruang pemulihan, Pasien saat keluar dari RR apabila
didapatkan skornya Aldrete 10 sehingga sudah mencapai skor Aldrete lebih dari
dapat keluar dari ruang RR. Pasien pindah 8.
dan dibawa ke bangsan bedah kelas III
jam 11.10 WIB.
5
PENUTUP
Penutup
• Odontektomi  prosedur umum bagian bedah mulut dan maksilofasial dengan kontrol
nyeri anestesi lokal atau, lebih jarang, anestesi umum (GA) dengan pertimbangan tingkat
kecemasan pasien, refleks muntah ekstrim, dan ketidak mampuan untuk menjaga mulut
tetap terbuka

• Persiapan operatif  persiapan pasien, persiapan


kelengkapan obat, alat, dan pemantauan, serta
perencanaan pelaksanaan anestesi dan postoperasi 
cermat dan terstruktur  mencegah komplikasi
Terima Kasih
Semoga Ilmunya Bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai