Anda di halaman 1dari 3

Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual dengan

studi yang lebih mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada
berbagai panjang gelombang dan dialirkan oleh suatu perkam untuk menghasilkan spektrum
tertentu yang khas untuk komponen yang berbeda.
Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisis yang didasarkan pada pengukuran
serapan  sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang spesifik
dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektor fototube.
Pengabsorpsian sinar tampak oleh suatu molekul umumnya menghasilkan eksitasi
electron bonding, akibatnya panjang gelombang absorpsi maksimum dapat dikorelasikan dengan
jenis ikatan yang ada didalam molekul yang sedang diselidiki.
Metode spektroskopi sinar tampak dilakukan berdasarkan penyerapan sinar tampak oleh
suatu larutan berwarna. Oleh karena itu metode ini dikenal juga sebagai metode kalorimetri.
Hanya larutan senyawa yang berwarna ynag dapat ditentukan dengan metode ini. Senyawa tak
berwarna dapat dibuat berwarna dengan mereaksikannya dengan pereaksi yang menghasilkan
senyawa berwarna. Contohnya ion Fe3+ dengan ion CNS- menghasilkan larutan berwarna merah.
Lazimnya kalorimetri dilakukan dengan membandingkan larutan standar dengan cuplikan yang
dibuat pada keadaan yang sama.
Kandungan Besi III dapat ditentukan dengan beberapa metode, salah satunya yaitu
Metode Tiosianat. Pada metode ini besi diubah menjadi besi (III) menggunakan Kalium
permanganta dan menambahkan tiosianat sehingga terbentuk senyawa kompleks berwarna.
Penentuan kadar besi berdasarkan pada pembentukan senyawa kompleks berwarna antara besi
(II) dengan tiosianat ini dapat menyerap sinar tampak secara maksimal pada panjang gelombang
tertentu 520 nm.
Pada percobaan ini, yang pertama dilakukan dengan mereaksikan larutan standar dengan
KCNS. Pada reaksi ini terbentuk suatu senyawa kompleks berwarna merah. Tujuan dari
pembuatan larutan standar ini adalah untuk membuat kurva kalibrasi yang nantinya akan
digunakan untuk menghitung kadar besi. Dalam pengukuran ini juga digunakan blanko berupa
campuran larutan HNO3, KCNS dan aquades.

Kemudian dibuat juga larutan yang akan ditetapkan kadar besinya, dengan mereaksikan
Fe3+ dengan KCNS, pada reaksi ini dihasilkan senyawa kompleks [Fe(SCN)] 2+ berwarna merah.
Warna yang dihasilkan dalam reaksi ini akan memberikan daya absorbansi yang kuat sehingga
dapat digunakan untuk analisa besi dalam kadar kecil. KSCN dapat bereaksi membentuk
senyawa berwarna, sebab reaksinya dengan Fe3+ sangat selektif dan sensitif. Warna yang
ditimbulkan ini stabil untuk jangka waktu yang lama, sehingga serapannya tidak berubah-ubah
hingga akhir analisis.

Warna merah yang dihasilkan mempunyai warna komplementer hijau – biru. Warna
komplementer terbentuk ketika cahaya putih yang berisi seluruh spektrum panjang gelombang
melewati suatu medium (larutan kimia berwarna) yang tembus cahaya bagi panjang – panjang
gelombang tertentu tetapi menyerap panjang – panjang gelombang yang lain akibatnya medium
itu akan tampak berwarna bagi pengamat.

Selanjutnya larutan standar, sampel dan juga blanko diukur absorbansinya dengan
panjang gelombang maksimum (λmax) yaitu 520 nm. Pengukuran dengan panjang gelombang
maksimum ini bertujuan agar zat-zat yang mengganggu tidak ikut terserap ataupun memberikan
serapan.

Kemudian langkah selanjutnya dalam analisis ini adalah pembuatan kurva standar,
dimana kurva standar dibuat dengan cara mengukur absorbansi larutan–larutan standar. Bila
hukum Lambert – Beer dipenuhi, maka grafik ini akan membentuk garis lurus melalui titik nol.
Namun pada percobaan ini grafik yang dihasilkan tidak linear, sebab kenaikan absorbasi dari
ppm 8 ke ppm 10 sangat kecil, ini menyebabkan garis yang dihasilkan pada grafik menjadi
membelok. Kesalahan ini mungkin terjadi karena kesalahan prosedur yang dilakukan pada saat
pembuatan larutan standar.
Setelah didapatkan grafik larutan standar, kemudian dihitung persamaan garisnya,
persamaa garis yang diperoleh adalah y = 0.059x + 0.027 dengan R 2 sebesar 0.9717. Setelah
didapatkan ketiga data tersebut, selanjutnya dihitung kadar besinya dengan menggunakan data
absorbansi sampel dengan volume 2 ml. Kadar besi yang didapatkan adalah

A
0.6
f(x) = 0.06 x + 0.03
R² = 0.97
0.5

0.4
A
Linear (A)
0.3

0.2

0.1

0
0 2 4 6 8 10 12

Anda mungkin juga menyukai