Anda di halaman 1dari 24

PRAKTIKUM PETROLOGI

Acara : 3 (Pengenalan Batuan Beku Basa) Nama : Bey Nida’ul H


Hari/Tanggal : Selasa/ 08 Oktober 2019 Nim : F 121 18 010

DESKRIPSI BATUAN BEKU

1. No. Sampel : 01
2. Warna Lapuk : Abu-abu Kehijauan
3. Warna Segar : Abu-abu
4. Tekstur
 Kristanilitas : Hipokristalin
 Granularitas : Porfiritik
 Fabrik
1) Bentuk : Subhedral
2) Relasi : Equigranular
5. Struktur : Masif
6. Komposisi Mineral :
No Nama Mineral Presentase (%)
1. Olivin 40%
2. Piroksin 30%
3. Plagioklas 15%
4. Hornblende 5%
7. Jenis Batuan : Batuan Baku Basa
8. Nama Batuan : Porfiri Tefrit (Travis, 1955)
Olivine Gabbro (Streckeinsen, 1975)
9. Genesa : Pembentukan batuan beku basa Porfiri Tefrit Porfiri
Tefrit (Travis, 1955) terbentuk secara vulkanik sehingga disebut sebagai
batuan beku ekstrusif. Batuan beku ini merupakan batuan yang terbentuk di
daerah batas lempeng divergen, yaitu batas lempeng yang saling menjauh
satu sama lain. Akibat dari adanya kenaikan aliran panas dan penurunan
tekanan maka akan membentuk magma basa yang berasal dari proses
peleburan parsial dari astenosfer. Batuan beku ini terbentuk pada suhu
1000oC-800oC. Batuan ini berasosiasi dengan batuan beku Porfiri Teralit.
Manfaat batuan ini untuk menunjang pembangunan gedung, atau sebagai
pendamping kontruksi bangunan. (Adi Maulana, 2019)

ASISTEN PRAKTIKAN

SEPTHIAN DWI CIPTO BEY NIDA’UL HASANAH


F 121 16 089 F 121 18 010
PRAKTIKUM PETROLOGI
Acara : 3 (Pengenalan Batuan Beku Ultrabasa) Nama : Bey Nida’ul H
Hari/Tanggal : Selasa/ 08 Oktober 2019 Nim : F 121 18 010

DESKRIPSI BATUAN BEKU

1. No. Sampel : 02
2. Warna Lapuk : Abu-abu Kecoklatan
3. Warna Segar : Abu-abu
4. Tekstur
 Kristanilitas : Holokristalin
 Granularitas : Faneritik
 Fabrik
3) Bentuk : Euhedral
4) Relasi : Equigranular
5. Struktur : Masif
6. Komposisi Mineral :
No Nama Mineral Presentase (%)
1. Piroksin 25%
2. Olivin 25%
3. Hornblende 25%
4. Pirit 5%
7. Jenis Batuan : Batuan Baku Ultrabasa
8. Nama Batuan : Peridotit (Travis, 1955)
Pyroxene-hornblende peridotite (Streckeinsen, 1975)
9. Genesa : Batuan beku Peridotit (Travis, 1955) merupakan batuan
beku intrusif, yang mana terbentuk secara plutonik di dalam bumi.. Batuan
beku ini merupakan batuan yang terbentuk di daerah batas lempeng divergen,
yaitu batas antara dua lempeng lempeng yang saling berjauhan satu sama
lain. Hal ini dapat pula terjadi akibat dari patahnya lempeng samudra yang
menyebabkan tidak terjadinya penunjaman lempeng samudra, melainkan
lempeng samudra akan naik ke atas lempeng benua. Hal ini dapat disebabkan
oleh perubahan massa jenis dan struktur geologi, seperti sesar naik. Peristiwa
ini terjadi pada suatu zona yang dikenal dengan zona obduction. Adanya
kenaikan aliran panas dan penurunan tekanan akan membentuk magma basa
yang berasal dari proses peleburan parsial dari astenosfer. Batuan ini
terbentuk dalam proses yang panjang, hal ini dicirikan dengan kristal yang
terbentuk secara sempurna (Faneritik). Batuan ini dapat tersingkap pada
permukaan akibat adanya proses pengangkatan. Batuan ini terbentuk pada
kisaran suhu 1200oC-900oC di dapur gunung berapi dan berasosiasi dengan
batuan beku Limburgit. Manfaat batuan ini digunakan dalam bidang
keindahan seperti perhiasan. (Adi Maulana, 2019)

ASISTEN PRAKTIKAN

SEPTHIAN DWI CIPTO BEY NIDA’UL HASANAH


F 121 16 089 F 121 18 010
PRAKTIKUM PETROLOGI
Acara : 3 (Pengenalan Batuan Beku Basa) Nama : Bey Nida’ul H
Hari/Tanggal : Selasa/ 08 Oktober 2019 Nim : F 121 18 010

DESKRIPSI BATUAN BEKU

1. No. Sampel : 03
2. Warna Lapuk : Hitam Kecoklatan
3. Warna Segar : Hitam
4. Tekstur
 Kristanilitas : Holohialin
 Granularitas : Afanitik
 Fabrik
5) Bentuk : Anhedral
6) Relasi : Equigranular
5. Struktur : Masif
6. Komposisi Mineral :
No Nama Mineral Presentase (%)
1. Piroksin 40%
2. Pirit 20%
3. Olivine 15%
4. Ca-Plagioklas 5%
7. Jenis Batuan : Batuan Baku Basa
8. Nama Batuan : Basalt (Travis, 1955)
Gabbro (Strackeinsen, 1975)
9. Genesa : Pembentukan batuan beku basa Basalt (Travis, 1955)
terbentuk secara vulkanik yang artinya proses pembentukannya secara
ekstrusif. Batuan beku ini merupakan batuan yang terbentuk di daerah batas
lempeng divergen, yang mana kedua lempeng ini saling menjauh satu sama
lain. Adanya kenaikan aliran panas dan penurunan tekanan akan membentuk
magma basa yang berasal dari proses peleburan parsial dari astenosfer. Basalt
dapat dijumpai di atas permukaan karena basalt dapat terbentuk pada
beberapa lingkungan tektonik, seperti pematang tengah samudera, busur
kepulauan, cekungan belakang samudera dan oceanic island. Terbentuk pada
suhu 1000oC-800oC dan memiliki asosiasi batuan dengan batuan beku Gabro.
Manfaat batuan ini untuk bahan bangunan dasar jalan dan bahan campuran
beton. (Adi Maulana, 2019)

ASISTEN PRAKTIKAN

SEPTHIAN DWI CIPTO BEY NIDA’UL HASANAH


F 121 16 089 F 121 18 010
PRAKTIKUM PETROLOGI
Acara : 3 (Pengenalan Batuan Beku Basa) Nama : Bey Nida’ul H
Hari/Tanggal : Selasa/ 08 Oktober 2019 Nim : F 121 18 010

DESKRIPSI BATUAN BEKU

1. No. Sampel : 04
2. Warna Lapuk : Abu-abu Kehijauan
3. Warna Segar : Abu-abu
4. Tekstur
 Kristanilitas : Holohialin
 Granularitas : Afanitik
 Fabrik
7) Bentuk : Anhedral
8) Relasi : Equigranular
5. Struktur : Masif
6. Komposisi Mineral :
No Nama Mineral Presentase (%)
1. Olivine 40%
2. Piroksin 30%
3. hornblende 5%
4. Biotit 10%
7. Jenis Batuan : Batuan Baku Ultrabasa
8. Nama Batuan : Limburgit (Travis, 1955)
Pyroxene-hornblende peridotite (Streckeinsen, 1975)
9. Genesa : Batuan beku limburgit (Travis, 1955) merupakan
batuan beku ekstrusif, yang mana terbentuk secara vulkanik di dalam bumi..
Batuan beku ini merupakan batuan yang terbentuk di daerah batas lempeng
divergen, yaitu batas antara dua lempeng lempeng yang saling berjauhan satu
sama lain. Hal ini dapat pula terjadi akibat dari patahnya lempeng samudra
yang menyebabkan tidak terjadinya penunjaman lempeng samudra,
melainkan lempeng samudra akan naik ke atas lempeng benua. Hal ini dapat
disebabkan oleh perubahan massa jenis dan struktur geologi, seperti sesar
naik. Peristiwa ini terjadi pada suatu zona yang dikenal dengan zona
obduction. Adanya kenaikan aliran panas dan penurunan tekanan akan
membentuk magma basa yang berasal dari proses peleburan parsial dari
astenosfer. Batuan ini terbentuk dalam proses yang teramat singkat, hal ini
dicirikan dengan kristal yang terbentuk belum sempurna (Aaneritik). Batuan
ini dapat tersingkap pada permukaan akibat adanya proses pengangkatan.
Batuan ini terbentuk pada kisaran suhu 1000oC-800oC di dapur gunung
berapi dan berasosiasi dengan batuan beku peridotit. Manfaat batuan ini
digunakan sebagai bahan pembuatan ubin lantai. (Adi Maulana, 2019)

ASISTEN PRAKTIKAN

SEPTHIAN DWI CIPTO BEY NIDA’UL HASANAH


F 121 16 089 F 121 18 010
PRAKTIKUM PETROLOGI
Acara : 3 (Pengenalan Batuan Beku Basa) Nama : Bey Nida’ul H
Hari/Tanggal : Selasa/ 08 Oktober 2019 Nim : F 121 18 010

DESKRIPSI BATUAN BEKU

1. No. Sampel : 05
2. Warna Lapuk : Hitam Keputihan
3. Warna Segar : Hitam
4. Tekstur
 Kristanilitas : Holokristalin
 Granularitas : Faneritik
 Fabrik
9) Bentuk : Subhedral
10) Relasi : Equigranular
5. Struktur : Masif
6. Komposisi Mineral :
No Nama Mineral Presentase (%)
1. Ca-Plagioklas 60%
2. Piroksin 25%
3. Orthoklas 10%
4. Olivine 5%
7. Jenis Batuan : Batuan Baku Basa
8. Nama Batuan : Gabro (Travis, 1955)
Olivine Gabbro (Streckeinsen, 1975)
9. Genesa : Pembentukan batuan beku basa Gabro (Travis, 195)
dapat terjadi secara plutonik. Batuan beku ini merupakan batuan yang
terbentuk di daerah batas lempeng divergen, yaitu batas lempeng yang saling
menjauh satu sama lain. Adanya kenaikan aliran panas dan penurunan
tekanan overburden akan membentuk magma basa yang berasal dari proses
peleburan parsial dari astenosfer. Batuan beku Gabro ini merupakan batuan
beku instrusif. Terbentuk pada suhu 12000oC-900oC dan memiliki asosiasi
batuan dengan batuan beku Basalt. Manfaat batuan ini sebagai batuan hias
dan pelapis dinding atau lantai rumah (Adi Maulana, 2019)

ASISTEN PRAKTIKAN

SEPTHIAN DWI CIPTO BEY NIDA’UL HASANAH


F 121 16 089 F 121 18 010
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Batuan beku merupakan batuan yang terbentuk dari proses pembekuan
larutan silikat cair, liat, pijar, bersifat mudah bergerak yang disebut magma
baik di bawah permukaan bumi sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di
atas permukaan bumi sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Magma ini dapat
berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di
mantel ataupun kerak bumi yang kemudian karena tekanan dan suhu akhirnya
meleleh. Dalam magma tersebut terdapat beberapa bahan yang larut, bersifat
volatile (air, CO2, chlorine, fluorine, iron, sulphur, dan lain-lain) yang
merupakan penyebab mobilitas magma, dan non-volatile (non-gas) yang
merupakan pembentuk mineral yang lazim dijumpai dalam batuan beku. Pada
saat magma mengalami penurunan suhu akibat perjalanan ke permukaan
bumi, maka mineral-mineral akan terbentuk. Peristiwa tersebut dikenal dengan
peristiwa penghabluran. Berdasarkan penghabluran mineral-mineral silikat
(magma), oleh NL. Bowen disusun suatu seri yang dikenal dengan Bowen’s
Reaction Series.
1.2. Tujuan
1. Praktikan mampu mendeskripsikan jenis - jenis batuan beku.
2. Praktikan dapat mengenali sifat fisik dari batuan beku.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Batuan Beku


Batuan beku atau batuan igneous (dari Bahasa Latin: ignis, "api") adalah
jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan
atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif
(plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Magma
ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di
mantel ataupun kerak bumi. Umumnya, proses pelelehan terjadi oleh salah satu
dari proses-proses berikut: kenaikan temperatur, penurunan tekanan, atau
perubahan komposisi. Lebih dari 700 tipe batuan beku telah berhasil
dideskripsikan, sebagian besar terbentuk di bawah permukaan kerak bumi.

2.2 Struktur Batuan Beku


Berdasarkan tempat pembekuannya batuan beku dibedakan menjadi batuan
beku extrusive dan intrusive. Hal ini pada nantinya akan menyebabkan perbedaan
pada tekstur masing masing batuan tersebut. Kenampakan dari batuan beku yang
tersingkap merupakan hal pertama yang harus kita perhatikan. Kenampakan inilah
yang disebut sebagai struktur batuan beku.
1) Struktur batuan beku ekstrusif
Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya
berlangsung dipermukaan bumi. Batuan beku ekstrusif ini yaitu lava yang
memiliki berbagai struktur yang memberi petunjuk mengenai proses yang
terjadi pada saat pembekuan lava tersebut. Struktur ini diantaranya :
a. Masif, yaitu struktur yang memperlihatkan suatu masa batuan yang
terlihat seragam.
b. Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai lapisan
c. Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah
poligonal seperti batang pensil.
d. Pillow lava, yaitu struktur yang menyerupai bantal yang bergumpal-
gumpal. Hal ini diakibatkan proses pembekuan terjadi pada lingkungan
air.
e. Vesikular, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada
batuan beku. Lubang ini terbentuk akibat pelepasan gas pada saat
pembekuan.
f. Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh mineral
lain seperti kalsit, kuarsa atau zeolit
g. Struktur aliran, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya kesejajaran
mineral pada arah tertentu akibat aliran
2) Struktur Batuan Beku Intrusif
Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya
berlangsung dibawah permukaan bumi. Berdasarkan kedudukannya terhadap
perlapisan batuan yang di terobosnya struktur tubuh batuan beku intrusif
terbagi menjadi dua yaitu konkordan dan diskordan.

 Konkordan
Tubuh batuan beku intrusif yang sejajar dengan perlapisan disekitarnya,
jenis jenis dari tubuh batuan ini yaitu :
a. Sill, tubuh batuan yang berupa lembaran dan sejajar dengan perlapisan
batuan disekitarnya.
b. Laccolith, tubuh batuan beku yang berbentuk kubah (dome), dimana
perlapisan batuan yang asalnya datar menjadi melengkung akibat
penerobosan tubuh batuan ini, sedangkan bagian dasarnya tetap datar.
Diameter laccolih berkisar dari 2 sampai 4 mil dengan kedalaman ribuan
meter.
c. Lopolith, bentuk tubuh batuan yang merupakan kebalikan dari laccolith,
yaitu bentuk tubuh batuan yang cembung ke bawah. Lopolith memiliki
diameter yang lebih besar dari laccolith, yaitu puluhan sampai ratusan
kilometer dengan kedalaman ribuan meter.
d. Paccolith, tubuh batuan beku yang menempati sinklin atau antiklin yang
telah terbentuk sebelumnya. Ketebalan paccolith berkisar antara ratusan
sampai ribuan kilometer

 Diskordan
Tubuh batuan beku intrusif yang memotong perlapisan batuan
disekitarnya. Jenis-jenis tubuh batuan ini yaitu:
a. Dyke, yaitu tubuh batuan yang memotong perlapisan disekitarnya dan
memiliki bentuk tabular atau memanjang. Ketebalannya dari beberapa
sentimeter sampai puluhan kilometer dengan panjang ratusan meter.
b. Batolith, yaitu tubuh batuan yang memiliki ukuran yang sangat besar
yaitu > 100 km2 dan membeku pada kedalaman yang besar.
c. Stock, yaitu tubuh batuan yang mirip dengan Batolith tetapi ukurannya
lebih kecil.

2.3 Tekstur Batuan Beku


Magma merupakan larutan yang kompleks. Karena terjadi penurunan
temperatur, perubahan tekanan dan perubahan dalam komposisi, larutan magma
ini mengalami kristalisasi. Perbedaan kombinasi hal-hal tersebut pada saat
pembekuan magma mengakibatkan terbentuknya batuan yang memilki tekstur
yang berbeda. Ketika batuan beku membeku pada keadaan temperatur dan
tekanan yang tinggi di bawah permukaan dengan waktu pembekuan cukup lama
maka mineralmineral penyusunya memiliki waktu untuk membentuk sistem
kristal tertentu dengan ukuran mineral yang relatif besar. Sedangkan pada kondisi
pembekuan dengan temperatur dan tekanan permukaan yang rendah, mineral-
mineral penyusun batuan beku tidak sempat membentuk sistem kristal tertentu,
sehingga terbentuklah gelas (obsidian) yang tidak memiliki sistem kristal, dan
mineral yang terbentuk biasanya berukuran relatif kecil. Berdasarkan hal di atas
tekstur batuan beku dapat dibedakan berdasarkan :
1. Tingkat kristalisasi
a) Holokristalin, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya disusun oleh
kristal
b) Hipokristalin, yaitu batuan beku yang tersusun oleh kristal dan gelas
c) Holohyalin, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya tersusun oleh gelas
2. Ukuran butir
a) Phaneritic, yaitu batuan beku yang hampir seluruhmya tersusun oleh
mineral-mineral yang berukuran kasar.
b) Aphanitic, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya tersusun oleh
mineral berukuran halus.
3. Bentuk kristal
Ketika pembekuan magma, mineral-mineral yang terbentuk pertama kali
biasanya berbentuk sempurna sedangkan yang terbentuk terakhir biasanya
mengisi ruang yang ada sehingga bentuknya tidak sempurna. Bentuk mineral
yang terlihat melalui pengamatan mikroskop yaitu:
a) Euhedral, yaitu bentuk kristal yang sempurna
b) Subhedral, yaitu bentuk kristal yang kurang sempurna
c) Anhedral, yaitu bentuk kristal yang tidak sempurna.
4. Berdasarkan kombinasi bentuk kristalnya
a) Unidiomorf (Automorf), yaitu sebagian besar kristalnya dibatasi oleh
bidang kristal atau bentuk kristal euhedral (sempurna)
b) Hypidiomorf (Hypautomorf), yaitu sebagian besar kristalnya berbentuk
euhedral dan subhedral.
c) Allotriomorf (Xenomorf), sebagian besar penyusunnya merupakan kristal
yang berbentuk anhedral.
5. Berdasarkan keseragaman antar butirnya
a) Equigranular, yaitu ukuran butir penyusun batuannya hampir sama
b) Inequigranular, yaitu ukuran butir penyusun batuannya tidak sama

2.4 Klasifikasi Batuan Beku


Batuan beku diklasifikasikan berdasarkan tempat terbentuknya, warna,
kimia, tekstur, dan mineraloginya.
a. Berdasarkan tempat terbentuknya batuan beku dibedakan atas :
1. Batuan beku Plutonik, yaitu batuan beku yang terbentuk jauh di perut bumi.
2. Batuan beku Hypabisal, yaitu batuan beku yang terbentu tidak jauh dari
permukaan bumi
3. Batuan beku vulkanik, yaitu batuan beku yang terbentuk di permukaan
bumi Berdasarkan warnanya, mineral pembentuk batuan beku ada dua yaitu
mineral mafic (gelap) seperti olivin, piroksen, amphibol dan biotit, dan
mineral felsic (terang) seperti Feldspar, muskovit, kuarsa dan feldspatoid.
b. Klasifikasi batuan beku berdasarkan warnanya yaitu:
1. Leucocratic rock, kandungan mineral mafic < 30%
2. Mesocratic rock, kandungan mineral mafic 30% - 60%
3. Melanocratic rock, kandungan mineral mafic 60% - 90%
4. Hypermalanic rock, kandungan mineral mafic > 90%
c. Berdasarkan kandungan kimianya yaitu kandungan SiO2-nya batuan beku
diklasifikasikan menjadi empat yaitu:
1. Batuan beku asam (acid), kandungan SiO2 > 65%, contohnya Granit,
Ryolit.
2. Batuan beku menengah (intermediat), kandungan SiO2 65% -52%.
Contohnya Diorit, Andesit
3. Batuan beku basa (basic), kandungan SiO2 52% - 45%, contohnya
Gabbro, Basalt
4. Batuan beku ultra basa (ultra basic), kandungan SiO2 < 30%
Penamaan Batuan Beku Dengan Travis 1955

Penamaan batuan beku basa berdasarkan Klasifikasi IUGS (Streckeinsen, 1975)

Penamaan batuan beku ultrabasa berdasarkan Klasifikasi IUGS (Streckeinsen,


1975)
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
a. Alat
- Lembar deskripsi
- ATK
- Lup (kaca pembesar)
- Komperator Batuan Beku
- Penuntun Praktikum
- Referensi Buku

b. Bahan
- Sampel Batuan Beku Basa
- Sampel Batuan Beku Ultrabasa

3.2 Langkah Kerja


1. Siapkan alat dan bahan yang akan di gunakan pada saat praktikum
2. Setelah sampel batuan sudah di bagikan oleh asisten dosen, mulailan untuk
mendeskripsikan batuan secara megaskopis.
3. Menentukan warna segar dan lapuk batuan, tekstur batuan yang terdiri dari
kristalinitas, granularitas dan fabric. Menentukan struktur serta komposisi
mineral dengan menggunakan lup dan komperator batuan beku.
4. Setelah mendeskripsikan batuan selanjutnya penamaan batuan
menggunakan Klasifikasi Batuan Beku Menurut Russel B. Travis dan
Klasifikasi IUGS (Streckeinsen,1975) sesuai deskripsi batuan.
BAB IV
PEMBAHASAN

Dari praktikum Petrologi mengenai batuan beku basa dan ultrabasa,


sampel batuan yang saya deskripsi merupakan batuan beku ekstrusif dan
intrusif. Batuan beku instrusif merupakan batuan beku yang terbentuk di
bawah permukaan bumi, sedangkan batuan beku ekstrusif terbentuk di dekat
permukaan atau di atas permukaan bumi.
Sampel batuan 01 merupakan batuan beku basa. Memiliki warna lapuk
yaitu abu-abu kehijauan dan warna segar yaitu abu-abu. Kristalinitasnya yaitu
hipokristalin karena penyusunnya adalah kristal dan massa gelas,
granularitasnya yaitu porfiritik di mana batuan ini tersusun atas fenokris yang
tertanam pada massa dasar, bentuknya yaitu subhedral karena memiliki bentuk
kristal yang kurang sempurna dan relasinya yaitu equigranular di mana ukuran
butir mineralnya hampir sama. Sampel batuan ini memiliki struktur massif
dengan komposisi mineral yang teramati adalah mineral olivine, piroksin,
plagioklas dan hornblende. Merupakan batuan beku ekstrusif dan berasosiasi
dengan batuan porfiri teralit. Terbentuk pada suhu 1200oC-900oC.
Berdasarkan klasifikasi Travis, 1955 penamaan sampel batuan 01 adalah
porfiri tefrit sedangkan berdasarkan klasifikasi IUGS (Streckeinsen, 1975)
penamaan sampel batuan 01 adalah Olivine Gabbro.
Sampel batuan 02 merupakan batuan beku ultrabasa. Memiliki warna
lapuk yaitu abu-abu kecoklatan dan warna segar yaitu abu-abu.
Kristalinitasnya yaitu holokristalin karena seluruh penyusunnya adalah kristal,
granularitasnya yaitu faneritik di mana batuan ini tersusun oleh mineral-
mineral yang berukuran kasar, bentuknya yaitu euhedral karena memiliki
bentuk kristal yang sempurna dan relasinya yaitu equigranular di mana ukuran
butir mineralnya hampir sama. Sampel batuan ini memiliki struktur massif
dengan komposisi mineral yang teramati adalah mineral piroksin, olivine,
hornblende dan pirit. Merupakan batuan beku intrusif dan berasosiasi dengan
batuan limburgit. Terbentuk pada suhu 1200oC-900oC. Berdasarkan klasifikasi
Travis, 1955 penamaan sampel batuan 02 adalah peridotit sedangkan
berdasarkan klasifikasi IUGS (Streckeinsen, 1975) penamaan sampel batuan
02 adalah .
Sampel batuan 03 merupakan batuan beku basa. Memiliki warna lapuk
yaitu hitam kecoklatan dan warna segar yaitu hitam. Kristalinitasnya yaitu
holohialin karena seluruh penyusunnya adalah kaca, granularitasnya yaitu
afanitik di mana batuan ini tersusun oleh mineral-mineral yang berukuran
halus, bentuknya yaitu anhedral karena memiliki bentuk kristal yang tidak
sempurna dan relasinya yaitu equigranular di mana ukuran butir mineralnya
hampir sama. Sampel batuan ini memiliki struktur massif dengan komposisi
mineral yang teramati adalah mineral piroksin, pirit, olivine, dan Ca-
plagioklas. Merupakan batuan beku ekstrusif dan berasosiasi dengan batuan
gabro. Terbentuk pada suhu 1200oC-900oC. Berdasarkan klasifikasi Travis,
1955 penamaan sampel batuan 03 adalah basalt sedangkan berdasarkan
klasifikasi IUGS (Streckeinsen, 1975) penamaan sampel batuan 03 adalah
gabbro.
Sampel batuan 04 merupakan batuan beku ultrabasa. Memiliki warna
lapuk yaitu abu-abu kehijauan dan warna segar yaitu abu-abu. Kristalinitasnya
yaitu holohialin karena seluruh penyusunnya adalah kaca, granularitasnya
yaitu afanitik di mana batuan ini tersusun oleh mineral-mineral yang
berukuran halus, bentuknya yaitu anhedral karena memiliki bentuk kristal
yang tidak sempurna dan relasinya yaitu equigranular di mana ukuran butir
mineralnya hampir sama. Sampel batuan ini memiliki struktur massif dengan
komposisi mineral yang teramati adalah mineral olivine, piroksin dan biotit.
Merupakan batuan beku ekstrusif dan berasosiasi dengan batuan peridotit.
Terbentuk pada suhu 1200oC-900oC. Berdasarkan klasifikasi Travis, 1955
penamaan sampel batuan 04 adalah limburgit sedangkan berdasarkan
klasifikasi IUGS (Streckeinsen, 1975) penamaan sampel batuan 04 adalah .
Sampel batuan 05 merupakan batuan beku basa. Memiliki warna lapuk
yaitu hitam keputihan dan warna segar yaitu hitam. Kristalinitasnya yaitu
holokristalin karena seluruh penyusunnya adalah kristal, granularitasnya yaitu
faneritik di mana batuan ini tersusun oleh mineral-mineral yang berukuran
kasar, bentuknya yaitu subhedral karena memiliki bentuk kristal yang tidak
sempurna dan relasinya yaitu equigranular di mana ukuran butir mineralnya
hampir sama. Sampel batuan ini memiliki struktur massif dengan komposisi
mineral yang teramati adalah mineral Ca-plagiklas, piroksin, orthoklas dan
olivine. Merupakan batuan beku intrusif dan berasosiasi dengan batuan basalt.
Terbentuk pada suhu 1200oC-900oC. Berdasarkan klasifikasi Travis, 1955
penamaan sampel batuan 05 adalah gabbro sedangkan berdasarkan klasifikasi
IUGS (Streckeinsen, 1975) penamaan sampel batuan 05 adalah olivine gabbro.
BAB V
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum batuan beku basa dan ultrabasa adalah :
1. Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api") adalah
jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras,
dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai
batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan
ekstrusif (vulkanik). Berdasarkan kandungan silikanya, batuan beku dibagi
menjadi empat, yaitu batuan beku asam, batuan beku intermediate, batuan
beku basa dan batuan beku ultrabasa. Batuan beku basa ialah batuan beku
yang memiliki kandungan silika 45-52% sedangkan batuan beku ultrabasa
miliki kandungan silika <45%
2. Sifat fisik dari batuan beku yaitu warna batuan, tekstur batuan, struktur
batuan dan komposisi mineralnya. Pada praktikum Petrologi acara
keempat ini, praktikan telah mendeskripsikan 5 sampel batuan yaitu porfiri
tefrit, peridoti, basalt, limburgit dan gabbro. Pada sampel 01 teridentifikasi
tekstur batuan yaitu hipokristalin, porfiritik, subhedral, equigranular.
Sampel 02 teridentifikasi tekstur batuan yaitu holokristalin, faneritik,
euhedral, equigranular. Sampel 03 teridentifikasi tekstur batuan yaitu
holohialin, afanitik, anhedral, equigranular. Sampel 04 teridentifikasi
tekstur batuan yaitu holohialin, afanitik, anhedral, equigranular. Dan pada
sampel 05 teridntifikasi tekstur batuan yaitu holokristalin, faneritik,
subhedral, equigranular.
3. Penamaan batuan berdasarkan Klasifikasi Travis, 1955 dan Klasifikasi
IUGS (Streckeinsen, 1975) dengan memperhatikan granularitas dan
komposisi mineral batuan.
3.2 Saran
Adapun saran mengenai praktikum batuan beku basa dan ultrabasa adalah :
1. Setiap asisten dapat membantu praktikan dalam mendeskripsikan batuan
secara lebih detail.
2. Lebih disiplin waktu dan bekerja secara praktis untuk seluruh praktikan

Anda mungkin juga menyukai