II. PRINSIP
2.1. Ionisasi
Ionisasi merupakan proses terbentuknya ion yaitu atom maupun
molekul yang bermuatan terjadi akibat adanya pemutusan ikatan dalam
suatu molekul (Akbar et al, 2014).
2.2. Pembentukan Kompleks
Pembentukan kompleks merupakan suatu proses pembentukan senyawa
yang terjadi antara suatu asam lewis yang berperan sebagai penerima
elektron serta basa lewis yang berperan penyumbang elektron (Day dan
Underwood, 2002).
III. REAKSI
3.1. Reaksi Zn2+ dengan indikator EB
Pengelatan merupakan suatu proses pengikatan logam oleh suatu senyawa yang
mempunyai pasangan elektron bebas lebih dari satu. Senyawa yang berperan sebagai
pengikat logam disebut sebagai agen pengelat atau chelating agent, yang mengikat
suatu ion logam yang berperan sebagai atom pusat. Ikatan yang terbentuk antara
pengelat dengan ion logam merupakan ikatan kovalen, atau ikatan dengan pemakaian
elektron bersama (Septiana, et al, 2012).
1. Titrasi langsung yaitu titrasi yang dapat dengan cepat membentuk senyawa
kompleks dan dipergunakan untuk ion logam yang tidak akan mengendap
pada PH titrasi.
2. Titrasi kembali atau titrasi balik yaitu titrasi yang dengan lambat
membentuk senyawa kompleks dan dipergunakan untuk ion logam yang
dapat mengendap pada PH titrasi.
3. Titrasi substitusi merupakan titrasi yang dipakai ketika tidak ada indikator
yang cock dengan logam yang diteliti sehingga titik akhir titasi tidak bisa
ditentukan dengan jelas.
(Bassett, et al., 1994).
b. Buret
c. Corong
d. Erlenmeyer
e. Gelas ukur
f. Labu ukur
g. Pipet tetes
h. Spatel
i. Statif
j. Timbangan analitik
5.2.Bahan
a. Ammonium hidroksida
b. Ammonium klorida
c. Aquades
d. Asam sulfat
f. Eriochrom Black T
g. Natrium hidroksida
VI. PROSEDUR
6.1.Pembuatan Larutan Asam Sulfat 2 N
Diukur 8,3 mL H2SO4 96% dan dimasukkan ke dalam labu ukur lalu di
ad aquadest hingga volume 150 mL
6.2.Pembuatan Larutan Natrium Hidroksida 5 M
Ditimbang 20 g NaOH dimasukkan ke dalam beaker Glass. Kemudian
ditambahkan aquades panas bebas CO2 hingga volume 100 mL
6.3 Pembuatan Amonium Hidroksida 5 M
Diukur 159 mL NH4OH dan dimasukkan ke dalam labu ukur. Dan
ditambahkan aquadest hingga 200 mL
6.4 Pembuatan HCL
Diukur 25 mL larutan HCL. Dimasukkan kedalam Labu ukur dan
ditambahkan aquades hingga 150 mL.
6.5 Pembuatan Larutan Dapar Salmiak
Ditimbang 10,8 g NH4Cl . kemudian dilarutkan dalam 140 mL
NH4OH. Dan diencerkan dengan aquades hingga 200 mL.
6.6. Pembuatan larutan ZnSO4.7H2O 0.05 M
Ditimbang 14,4 gram ZnSO4.7H2O. lalu dilarutkan dalam aquadest 100
mL
6.6. Pembuatan larutan Na2EDTA
Ditimbang 18,6 gram Na2EDTA kemudian dilarutkan dalam aquadest
di labu ukur. Di ad aquadest hingga 500 mL.
6.7 Standarisasi Na2EDTA dengan ZnSO4. 7H2O.
Dimasukkan 25 ml ZnSO4. 7H2O. Kedalam 3 erlenmeyer.
Ditambahkan 3 ml Dapar salmiak sehingga pH menjadi 10.
Ditambahkan indikator EBT secukupnya hingga menjadi warna ungu
muda. Dititrasi menggunakan EDTA.
6.8. Titrasi ZnO
ZnO ditimbang sebanyak 200 mg. Dilarutkan dalam HCL dan
dinetralkan dengan NaOH. Diambil 25 mL larutan uji dimasukkan
kedalam tiap 3 erlenmeyer. Dan ditambahkan 5 mL dapar salmiak.
Ditambahkan indikator EBT secukupnya hingga warna ungu muda. Dan
dilakukan titrasi dengan ZnO
𝜌 × 10 × %
𝑀=
𝑀𝑟
1,84 × 10 × 96
𝑀=
98
M = 18 M = 36 N
N1 x V1 = N2 x V2
36 N x V1 = 2 N x 150 mL
V1 = 8,333 mL
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 × 1000
𝑀=
𝑀𝑟 × 𝑉
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 × 1000
5𝑀 =
40 × 100 𝑚𝐿
Massa = 20 gram
𝜌 × 10 × %
𝑀=
𝑀𝑟
1,19 × 10 × 37
𝑀=
36,5
M = 12 M = 12 N
N1 x V1 = N2 x V2
12 N x V1 = 2 N x 150 mL
V1 = 25 mL
𝜌 × 10 × %
𝑀=
𝑀𝑟
0,88 × 10 × 25
𝑀=
35
M = 6,28 M
M1 x V1 = M2 x V2
6,28 M x V1 = 5 M x 200 mL
V1 = 159,256 mL
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 × 1000
𝑀=
𝑀𝑟 × 𝑉
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 × 1000
0,05 =
287,54 × 100 𝑚𝐿
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 × 1000
𝑀=
𝑀𝑟 × 𝑉
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 × 1000
0,1 =
372,2 × 500 𝑚𝐿
13,5 𝑚𝐿 + 12,3 𝑚𝐿 + 14 𝑚
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐸𝐷𝑇𝐴 =
3
= 13,26 𝑚𝐿
MEDTA = 0,0943 M
5,8 𝑚𝐿 + 5,7 𝑚𝐿 + 6 𝑚𝐿
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐸𝐷𝑇𝐴 = = 5,8333 𝑚𝐿
3
𝑀 × 𝑉 × 𝑀𝑟
% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑍𝑛𝑂 = × 𝐹𝑃 × 100%
𝑚𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,0943 × 5,8333 × 81
% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑍𝑛𝑂 = × 4 × 100%
200
Dapar yang digunakan adalah dapar salmiak pH 10. Dapar salmiak ini berisi
Ammonium klorida dan ammonium hidroksida, sehingga dapar ini disebut juga dapar
ammonium. Larutan dapar ini dibuat dengan menimbang ammonium klorida (NH4Cl)
sebanyak 10,8 gram dan dilarutkan dengan menggunakan larutan ammonium
hidroksida (NH4OH) 5 M sebanyak 140 mL kemudian ditambahkan aquades hingga
volumenya 200 mL. dalam pembuatan dapar salmiak ini dilakukan di dalam lemari
asam karena NH4OH yang digunakan konsentrasinya pekat yaitu 5 M dan
menimbulkan bau yang sangat menyengat.
Larutan titran yang digunakan yaitu Na2EDTA (dinatrium Etilen diamin tetra
asetat). EDTA adalah larutan yang sering digunakan dalam titrasi kompleksometri,
dibuat dengan cara melarutkan 18,6 gram Na2EDTA dengan menggunakan aquades ke
dalam labu ukur. Sedikit demi sedikit Na2EDTA dilarutkan dengan aquades hingga
larut, kemudian ditambahkan aquades hingga volumenya 500 mL atau hingga tanda
batas 500 mL pada labu ukur.
Larutan EDTA dimasukkan ke dalam buret lalu larutan ZnO yang telah
ditambahkan dapar dan indikator dititrasi dengan EDTA. Pada saat volume titrasi 0
mL, atau belum dititrasi, di dalam Erlenmeyer terdapat Zn-EBT dan logam Zn yang
bebas, setelah dititrasi dengan EDTA namun belum mencapai titik akhir titrasi, pada
erlenmeyer terdapat spesi Zn bebas, kompleks Zn-EBT, dan kompleks Zn-EDTA.
Larutan berubah warna menjadi biru dan menandakan titrasi telah mencapai titik akhir.
Pada saat titik akhir titrasi, spesi yang terdapat dalam erlenmeyer adalah indikator EBT
bebas dan kompleks Zn-EDTA. Indikator yang bebas inilah yang memberikan warna
biru pada larutan. Volume EDTA yang didapat untuk titrasi ZnO tiga kali berturut-turut
yaitu 5,8 mL; 5,7 mL; dan 6 mL. setelah dihitung, didapatkan kadar ZnO sebesar
89,1084%.
X. KESIMPULAN
Dapat diperiksa mutu bahan baku ZnO dengan menggunakan titrasi
kompleksometri dan didapatkan kadar bahan baku ZnO sebesar 89,1084%. Kadar
tersebut tidak sesuai dengan literatur pada FI V yang mana kadar ZnO tidak kurang
dari 99,0% dan tidak lebih dari 100,5%. Dapat dikatakan bahwa bahan baku ZnO yang
diuji tidak murni atau terdapat senyawa lain didalamnya.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar A., Wardana I.N.G., dan Yuliati L. 2014. Pengaruh Penambahan HHO terhadap
Kinerja dan Ionisasi Pembakaran Motor Bensin. Jurnal Rekayasa Mesin. Vol.
5 (1): 1-7.
Bakhtra, Dwi, et. al. 2015. Penatapan Kadar Zink pada Sediaan Farmasi denganMetode
Kompleksometri dan Spektrofotometrin Serapan Atom (SSA). Jurnal
Farmasi Higea. Vol. 7 (2).
Bassett, J., Denney, R. C., Jeffery, G. H., dan Mendham, J. 1994. Vogel KimiaAnalisis
Kuantitatif Anorganik. Jakarta : EGC.
Day, R.A. dan Underwood, A.L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi 6. Jakarta:
Erlangga.
Gandjar, I. G., Abdul, R. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Harvey, D. 2000. Modern Analytical Chemistry, 2nd edition. San Francisco: Mc Graw-
Hills Company.
Septiana, A., Frans, A. H., Andri, C. K. 2012. Potensi Jus Jeruk (Citrus aurantifolia)
Bahan Pengkelat dalam Proses Pemurnian Minyak Nilam (Patchouli Oil)
dengan Metode Kompleksometri. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri.
Vol.2(2) : 257-261.
Taufik, M., Seveline, dan Emilia, R.S. 2018. Validasi Metode Analisis Kalsium pada
Susu Segar secara Titrasi Kompleksometri. Agritech. Vol 38(2) : 187-193.
LAMPIRAN