UJI INTERFERENSI
Oleh
Nama : Ahmad Rofiki
NIM : 191810301023
Kelas/Kelompok : A/4
Nama Asisten : Nurul A’eni
3.1.2 Bahan
- Akuades (H2O)
- Asam Nitrat (HNO3)
- Besi (III) Klorida Heksahidrat (FeCl3.6H2O)
- Kalium Tiosianat (KSCN)
- Tembaga (II) Nitrat Trihidrat (Cu(NO3)2).3H2O)
- Timbal (II) Nitrat (Pb(NO3)2)
3.2 Skema Kerja
3.2.1 Pembuatan larutan induk Fe (III) 1000 ppm dan 10 ppm
- Diambil 1 mL
Cu(NO3)2.3H2O Akuades
0,3880 gram
- Dilarutkan sampai volume 100 mL
4.2 Pembahasan
Percobaan kali ini membahasa mengenai uji interferensi adanya unsur lain
pada analisis Fe(III) menggunakan spektrofotometri UV-Vis. Besi merupakan
logam transisi yang mempunyai konfigurasi [Ar] 3d6 4s2. Besi dalam bentuk
padatan merupakan logam yang berwarna abu-abu mengkilap, sedangkan dalam
bentuk cairan dapat terionisasi menjadi Fe2+ atau Fe3+. Besi pada umumnya
ditemukan dalam bentuk Fe3+ karena mempunyai sifat yang lebih stabil daripada.
Fe2+. Besi dapat dilakukan uji interferensi menggunakan spektrofotometri UV-Vis.
Uji interferensi dilakukan untuk mengetahui adanya unsur pengganggu yang
terdapat dalam larutan sampel (Day and Underwood, 2002).
Perlakuan yang pertama yaitu pembuatan larutan standar Fe(III) 10 ppm,
larutan Cu(II) 5 ppm, dan larutan Pb(II) 5 ppm. Larutan standar atau larutan baku
merupakan larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara tepat dari suatu zat.
Larutan standar berfungsi untuk memastikan konsentrasi dari suatu larutan
tertentu yakni larutan yang yang ketetapan konsentrasinya sulit diperoleh melalui
pembuatan langsung. Larutan tersebut dapat dibuat dari larutan induknya
konsentrasi 1000 ppm dengan cara pengenceran. Pengenceran pada larutan
Fe(III) bertujuan untuk mendapatkan larutan dengan konsentrasi yang diinginkan
yaitu 10 ppm. Larutan Fe(III) 10 ppm dapat dibuat dengan mengambil sebanyak
1 ml larutan Fe(III) dari larutan induk lalu diencerkan dengan 100 ml akuades.
Larutan Cu(II) 5 ppm dapat dibuat dengan mengambil sebanyak 0,25 ml larutan
Cu(II) dari larutan induk lalu diencerkan dengan 50 ml akuades. Larutan Pb(II) 5
ppm dapat dibuat dengan mengambil sebanyak 0,25 ml larutan Cu(II) dari larutan
induk lalu diencerkan dengan 50 ml akuades. Warna yang dihasilkan dari
pengenceran Fe(III) terbentuk larutan kuning sedangkan pada Cu(II) dan Pb(II)
yaitu terbentuk larutan biru dan tidak berwarna.
Larutan Fe(iii) 10 ppm bertindak sebagai larutan baku sekunder karena
larutan ini dibuat dari larutan induk Fe(III) 1000 ppm. Larutan induk Fe(III) 1000
ppm, Cu(II) 1000 ppm, dan Pb(II) 1000 ppm bertindak sebagai larutan baku
primer. Pengenceran larutan standar juga dapat membuat warna larutan semakin
pudar. Hal tersebut dikarenakan konsentrasi yang semakin kecil yang
menyebabakan larutan semakin encer. Persamaan reaksi kimia yang dapat terjadi
adalah sebagai berikut :
Cu(NO3)2(s) + 2H2O(l) Cu(OH)2(aq) + 2HNO3(aq) (4.1)
Pb(NO3)2(s) + 2H2O(l) Pb(OH)2(aq) + 2HNO3(aq) (4.1)
FeCl3(s) + 6H2O(l) Fe(OH)3(aq) + 3H2O(l) + 3HCl(aq) (4.3)
Perlakuan yang kedua yaitu interferensi Cu(II) terhadap Fe(III). Larutan
standar Cu(II) yang digunakan memiliki konsentrasi 5 ppm yang telah diencerkan
dari larutan induknya. Larutan standar Cu(II) 5 ppm selanjutnya diambil sebanyak
0,5; 1; 1,5; 2; 2,5 dan 0 ml. Larutan standar Cu(II) 0 ml tersebut nantinya hanya
mengandung larutan standar Fe(III) dalam proses penguurannya. Hal tersebut
berguna untuk larutan pembanding. Larutan standar Cu(II) dibuat dengan variasi
kosentrasi. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi larutan
Cu(II) terhadap absorbansi Fe(III) yang dihasilkan. Variasi konsentrasi larutan
standar Cu(II) juga untuk mengetahui pengaruh larutan Cu(II) sebagai zat
pengganggu pada Fe(III) melalui nilai absorbansi yang dihasilkan. Harga
absorbansi ini akan digunakan sebagai parameter bahwa adanya logam lain dalam
suatu larutan yang mengandung logam Fe dapat menurunkan atau meningkatkan
nilai absorbansi sebenarnya. Sampel tersebut masing-masing ditambakan dengan
larutan standar Fe(III). Penamabahan larutan standar Fe(III) untuk melakukan
analisis larutan standar Fe(III) karena adanya zat pengganggu.
Campuran tersebut masing-masing ditambahkan dengan 5 ml KSCN 10%.
Penambahan larutan KSCN 10% bertujuan untuk membentuk senyawa kompleks
dengan Fe(III) sehingga dapat menghasilkan warna pada larutannya. Proses
pengukuran absorbansi ini diperlukan larutan yang berwarna agar proses
identifikasi dapat berlangsung dengan baik. Larutan yang tidak berwarna akan
sulit untuk diidentifikasi melalui spektrofotometri uv-vis karena cahaya yang
dihasilkan sangat kecil sehingga daya serapnya kurang optimal. Hasil yang
diperoleh terbentuk warna jingga pekat hingga memudar. Perbedaan warna
tersebut dikarenakan adanya variasi konsentrasi larutan standar Cu(II) pada
larutan sampel. Larutan standar Cu(II) dengan kosentrasi yang semakin kecil
maka warna larutan yang dihasilkan akan semakin pekat. Hal tersebut dikarenakan
adanya transisi elektron pada orbital d dengan atom pusat Fe(III) yang akan
berikatan dengan ligan SCN dari KSCN sehingga membentuk suatu kompleks.
Ligan SCN- dapat menggantikan ligan Cl dari FeCl3. Hal tersebut dikareanakan
kekuatan ligan dari SCN- lebih kuat daripada Cl- sehingga ligan yang lebih kuat
akan menggantikan ligan yang lemah. Persamaan reaksi kimia pembentukan
kompleks antara Fe(III) dengan KSCN adalah sebagai berikut :
Fe2+(aq) + 6SCN-(aq) [Fe(SCN)6]3-(aq) (4.4)
( Jingga )
Larutan sampel dengan variasi konsentrasi dan larutan blanko kemudian
dimasukkan kedalam kuvet untuk dilakukan pengukuran absorbansi menggunakan
spektrometer uv-vis dengan panjang gelombang 450 nm. Kuvet adalah wadah
yang digunakan untuk meletakkan larutan sampel sehingga dapat dilakukan
pengukuran absorbansi. Kuvet ini juga befungsi untuk mengabsorbsi sinar atau
cahaya pada daerah terteentu sehingga nilai absorbansi dapat diketahui.
Pengukuran ini menggunakan panjang gelombang 450 nm. Hal dikarenakan
Fe(III) dapat menyerap cahaya secara maksimum pada daerah panjang
gelombang tersebut. Larutan blanko tersebut terdiri dari Fe(III) yang ditambah
dengan KSCN. Hasil yang diperoleh dibuat kurva dengan memplotkan
konsentrasi Cu(II) terhadap nilai absorbansi Fe(III). Berikut ini kurva yang
dihasilkan dari konsentrasi Cu(II) terhadap nilai absorbansi Fe(III) adalah :
0.4
Absorbansi
0.3
0.2
0.1
0
0 1 2 3 4 5 6 7
Volume Cu(II)
0.4
Absorbansi
0.3
0.2
0.1
0
0 1 2 3 4 5 6 7
Volume Pb(II)
V. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari percobaan uji interferensi adalah :
5.1 Uji interferensi dapat dilakukan dengan cara pengukuran absorbansi larutan
yang berisi Fe(III) dengan unsur lain seperti Cu(II) dan Pb(II) sebagai zat
pengganggu. Metode ini dilakukan dengan membentuk suatu kompleks
[Fe(SCN)6]3- karena reaksi antara Fe(III) dengan KSCN yang berguna untuk
mengukur absorbansi dari sampel karena terbentuk larutan yang berwarna
jingga. Semakin pekat warna larutan maka zat penggangu dalam sampel
semakin sedikit.
5.2 Pengaruh adanya unsur lain pada analisis Fe(III) mengakibatkan semakin
turunnya nilai absorbansi yang dihasilkan dari nilai yang sebenarnya.
Volume Cu(II) dan Pb(II) yang semakin banyak akan memperkecil nilai
absorbansi larutan standar yang ditandai dengan memudarnya warna larutan
standar. Interferensi Pb(II) terhadap Fe (III) lebih besar daripada interferensi
Cu (II) terhadap Fe (III) karena Cu(II) lebih reaktif daripada Pb(II).
DAFTAR PUSTAKA
Basset, J. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analitik. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Day, R. A. & A. L. Underwood. 2002. Analisa Kimia Kuantitatif Edisi Keenam.
Jakarta: Erlangga.
Khopkar. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press.
LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Aquades [serial online].
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/. (diakses pada tanggal 18
Oktober 2021).
LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Asam Nitrat [serial online].
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/. (diakses pada tanggal 18
Oktober 2021).
LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Besi (III) Klorida Heksahidrat
[serial online]. http://www.labchem.com/tools/msds/msds/. (diakses pada
tanggal 18 Oktober 2021).
LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Kalium Tiosianat [serial online].
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/. (diakses pada tanggal 18
Oktober 2021).
LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Tembaga (II) Nitrat Trihidrat
[serial online]. http://www.labchem.com/tools/msds/msds/. (diakses pada
tanggal 18 Oktober 2021).
LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Timbal (II) Nitrat [serial online].
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/. (diakses pada tanggal 18
Oktober 2021).
Peni, P. 2009. Pemeriksaan Kadar Besi (Fe) Dalam Air Sumur, Air PDAM, dan
Air Instalasi Migas Desa Kampung Baru Cepu Secara Spektrofotometri.
Jurnal Kimia Dan Teknologi, 2(4): 17-25.
Prasetya. 2001. Unsur – Unsur Kimia Logam dan Analisis Senyawa. Yogyakarta :
UGM Press
Vogel. 1989. Kimia Kuantitatif Edisi Ke-4. Jakarta: Erlangga.
Wahyuni, S. dkk. 2012. Model pembelajaran praktikum kimia fisika berorientasi
chemo-enterpreneurship berstrategi react untuk meningkatkan kecakapan
hidup. Jurnal inovasi pendidikan kimia. Vol. 6 No. 1 hal. 918-933
Wiryawan, A. 2008. Kimia Analitik. Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Tim Penyusun. 2021. Penuntun Praktikum Spektrometri. Jember : UNEJ.
LEMBAR PERHITUNGAN
0.3
0.2
0.1
0
0 1 2 3 4 5 6 7
Volume Cu(II)
0.4
Absorbansi
0.3
0.2
0.1
0
0 1 2 3 4 5 6 7
Volume Pb(II)