Anda di halaman 1dari 25

LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI I

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Turbin angin merupakan satu sarana yang memutar mesin dengan mengubah energi kinetis
dalam angin menjadi energi mekanik dengan memutar generator listrik dan diubah menjadi
energi listrik. Turbin angin adalah suatu alat yang sumber energinya berasal dari angin yang
kemudian dikonversikan menjadi energi mekanik untuk menggerakkan generator listrik.
Dari berbagai macam jenis dan bentuk turbin angin yang ada, turbin angin sumbu
vertikal model helix merupakan pilihan tepat. Karena tidak memerlukan kecepatan angin
tinggi serta sifatnya drag type, yaitu menggunakan gaya hambat sebagai prinsip kerjanya
sehingga dapat mengumpulkan angin dari tiap - tiap arah dan memaksa melalui turbin itu.
Keuntungan yang didapat adalah tidak mengeluarkan gas-gas sisa pembakaran seperti karbon
monoksida (CO) yang berbahaya jika jumlahnya berlebih, sehingga lebih ramah lingkungan.
Potensi energi angin memiliki tekanan udara yang bervariasi menyebabkan terjadinya angin.
Salah satu komponen pada turbin angin adalah tower. Tower pada turbin angin
merupakan salah satu komponen yang paling penting, karena tower merupakan tempat
dudukan badan kincir angin (nacelle) yang didalamnya termasuk sistem pendukung kincir
angin tersebut, seperti sudu turbin, generator, inverter dan lain sebagainya.
Jenis – jenis tower turbin angin yang ada sekarang kebanyakan merupakan jenis
permanen, hal tersebut disebabkan daya yang akan dihasilkan oleh kincir angin relatif besar.
Sedangkan potensi angin di Indonesia relatif kecil, rata – rata sekitar 2,5 – 5 m/s. Oleh sebab
itu, kami mencoba untuk merancang tower untuk turbin angin sumbu vertikal model helix
yang lebih sederhana sehingga memudahkan pengguna dalam menggunakan dan merakit
tower turbin angin agar lebih praktis, tidak memakan waktu lama dan dengan harga yang
lebih murah.

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengaruh posisi baling – baling terhadap daya listrik
2. Untuk mengetahui pengaruh jumlah baling – baling tehadap daya listrik
3. Untuk menegetahui aplikasi dari Wind Generator
4. Untuk mengetahui prinsip kerja dari Wind Generator
5. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara energi gerak dengan energi listrik
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI I
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Energi angin benar-benar merupakan bentuk tidak langsung dari energi matahari, karena angin
sesuai dengan kenyamanan yang tidak sesuai pada kerak bumi oleh matahari. Angin secara garis
besar dapat diterjemahkan sebagai angin planet dan lokal. Angin planetary disebabkan oleh
pemanasan yang lebih besar di permukaan bumi dekat ekuator dari kutub utara dan selatan. Hal
ini menyebabkan udara hangat di daerah tropis naik dan mengalir melalui atmosfer ke kutub dan
udara dingin dari kutub mengalir kembali ke ekuator di dekat permukaan bumi. Mesin ini lebih
awal, kadang-kadang disebut kincir angin Persia, merupakan evolusi dari kapal. Tekanan angin
tentang layar yang menyebabkan roda berputar. Jenis yang digunakan di Tiongkok untuk
menguapkan air laut untuk memproduksi garam diabad 13. Yang terakhir di Crimea, Eropa, dan
Amerika Serikat, yang masih ada sampai saat ini. Yang paling berhasil di awal-awal yang disebut
Savonius Windmill (Savonius dari Finlandia). Setelah ide kincir angin sampai Eropa, sumbunya
diubah menjadi arah horisontal. Mesin semacam ini di Perancis dan Inggris pada akhir abad 12.
Modifikasi kincir ini terjadi di Eropa dan Amerika, digunakan untuk menggiling gandum,
drainase, penggergajian kayu, dan lain-lain. Kincir angin kali pertama yang digunakan untuk
membangkitkan listrik dibangun oleh P. La Cour dari Denmark di akhir abad 9. Setelah perang
dunia I, layar dengan airfoil berpenampang melintang akibat sudu propeler pesawat terbang
digunakan untuk kincir angin, yang sekarang disebut baling-baling jenis kincir angin, atau turbin
angin. Kincir semacam ini dibangun di Crine dan menghasilkan listrik tegangan rendah
eksperimen pada kincir angin sudu kembar dilakukan di USA, khususnya di tahun 1940, di mana
dibangun di kincir yang besar yang disebut Mesin Smith-Putman, yang dibuat oleh Palmer
Putman dengan bantuan dari Theodore Von Karman. Suatu kapasitas berkapasitas 1,25 MW
telah dibuat oleh Morgen Smith Company dari York Pensylvania. Kincir ini bersudu kembar
dengan propeler dimeter 175 kaki (55 m) bertipe rotor beratnya 16 ton, dipasang di atas menara
setinggi 10 kaki (34 m), dan diputar pada 28 rad / laki-laki. Salah satu sudunya rusak pada tahun
1945. Dari jumlah energi matahari yang terserap oleh bumi, 20% atau 2,10 Watt diserap oleh
atmosfer. Penyerapan energi panas ini dapat memanaskan atmosfer bumi yang merupakan suatu
tempat penyimpanan energi termal, sebagai gerak konveksi dari atmosfer yang merupakan suatu
konversi ke energi kinetik. (Pudjanarsa, 2006)
Pengoperasian mesin listrik yang berputar tergantung pada hubungan relatif antara medan
magnet, konduktor dalam medan magis, dan gerakan konduktor relatif terhadap medan magnet.
Kami menyebutkan medan magnet yang dihasilkan oleh konduktor pembawa arus dan GGL yang
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI I
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

diinduksi dalam konduktor. Dalam hal ini kami menyajikan hubungan antara medan magnet dan
arus-konduktor arus-membawa sepanjang arus harus mengalir ke atas, dan tegangan yang
diinduksi akan memiliki polaritas yang ditunjukkan. Perhatikan bahwa vektor kecepatan tegak
lurus terhadap konduktor dan medan magnet. Sekali lagi, jika jari-jari tangan kanan diarahkan ke
arah vektor kecepatan dan menyilang ke dalam vektor kerapatan fluks, cenderung jempol tangan
kanan akan ke arah GGL yang diinduksi. Harus diperjelas, pada titik ini, bahwa GGL adalah
kuantitas skalar walaupun teknik akan menunjukkan polaritas. Karena tegangan induksi
sebanding dengan kerapatan fluks, tegangan kecil V, diterapkan pada terminal rangkaian medan,
arus, akan mengalir dalam koil medan, meningkatkan kerapatan fluks magnet dan menghasilkan
peningkatan tegangan induksi. Siklus diulangi hingga arus mencapai maksimum, yang dibatasi.
Kondisi-kondisi ini terkait dengan grafik dan rangkaian. Resistansi medan dan koil terhubung
dengan arsitektur.
Tegangan terminal akan berkurang ketika tegangan jangkar jatuh, R, meningkat, dengan
asumsi bahwa kecepatan rotor konstan. Dimungkinkan untuk menghubungkan kumparan medan
secara seri dengan sirkuit rotor. Jika kumparan ini secara fisik terluka di sekitar kutub medan
yang sama dengan medan shunt, total fluks akan terpengaruh. Jika fluks yang dihasilkan oleh
arus rotor yang melewati bidang seri membantu fluks yang dihasilkan oleh medan shunt, fluks
akan meningkat dengan meningkatnya arus rotor. Peningkatan fluks akan menyebabkan
peningkatan tegangan yang dihasilkan. Jika tegangan terminal beban penuh lebih besar dari
tegangan terminal tanpa beban, generator disebut generator kelebihan beban. Membalikkan
koneksi bidang seri akan dihasilkan oleh kerapatan fluks residual.
Generator overcompound digunakan di mana beban berada sangat jauh dari generator.
Peningkatan tegangan terminal mengatasi penurunan voltase di saluran transmisi antara beban
dan generator. Generator senyawa datar dapat digunakan di mana bebannya sangat dekat dengan
generator. Generator kompon rata adalah generator dengan tegangan beban penuh sama dengan
tegangan tanpa beban. Generator shunt dapat digunakan di mana pengaturan tegangan bukan
masalah serius dan di mana beban berada cukup dekat dengan generator. (Johnson, 1965)
Turbin adalah mesin penggerak, di mana energi fluida yang digunakan langsung untuk
memutar roda turbin. Jadi, berbeda dengan yang terjadi pada mesin torak, pada turbin tidak ada
bagian yang bergerak terjemahan. Bagian turbin yang berputar dinamai rotor atau roda turbin
sedangkan bagian yang tidak berputar dinamai stator atau rumah turbin. Roda turbin terletak di
dalam rumah turbin dan roda turbin memutar poros daya yang menggerakkan atau memutar
bebannya (generator, pompa, kompresor, baling-baling atau mesin lainnya). Di dalam turbin
fluida kerja meningkatkan proses ekspansi, yaitu proses penurunan tekanan, dan perpindahan
kontinu. Fluida dapat berbentuk udara, uap udara, atau gas. Pada roda turbin ada sudu dan fluida
kerja mengalir melalui ruang di antara sudu tersebut. Jika kemudian muncul sebagai roda turbin
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI I
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

dapat diputar, maka tentu saja ada gaya yang bekerja pada sudu. Gaya ini timbul karena
perubahan momentum dari fluida kerja yang mengalir di antara sudu. Jadi, sudu harus
diselesaikan. Setelah selesai, lakukan momentum perubahan pada fluida kerja tersebut.
Seperti telah diterangkan sebelumnya, roda turbin melingkari permukaan terpasang sudu-
sudu. Oleh karena sudu ini bergerak bersama-sama dengan roda turbin, maka sudu ini dinamai
gerak sudu. Pada roda turbin mungkin ada beberapa baris sudu gerak yang dipasang berurutan
dalam arah aliran fluida kerja. Setiap baris sudu terdiri dari sudu disusun saya lingkari roda
turbin, masing-masing dengan bentuk dan ukuran yang sama. Turbin dengan satu baris sudu
gerak saja, dinamai turbin bertingkat tunggal. Sementara turbin dengan beberapa baris sudu gerak
dinamai turbin bertingkat ganda. Dalam hal ini terakhir fluida bekerja melalui baris sudu yang
pertama, kemudian baris kedua, ketiga, dan seterusnya. Selanjutnya sebelum melanjutkan ke
setiap baris sudu berikutnya, fluida kerja melalui baris sudu yang bersatu dengan rumah turbin.
Oleh karena sudu ini terakhir tidak bergerak, sudu ini dinamai sudu tetap. Sudut tetap
mengerjakan aliran fluida kerja masuk ke dalam sudu gerak berikutnya, tetapi juga bisa kerjakan
sebagai nosel.
Dari segi pengubahan momentum fluida diatur, turbin dibagi menjadi dua golongan
utama, yaitu turbin impuls dan turbin reaksi. Turbin impuls, adalah turbin di mana proses
ekspansi dari fluida kerja atau proses penurunan tekanan hanya terjadi di dalam sudu-sudu
tetapnya saja. Jadi, dalam hal ini diharapkan tidak terjadi penurunan tekanan di dalam sudu gerak.
Meskipun demikian, dalam gerak penurunan tekanan yang kecil di dalam sudu, gerakan tidak
dapat dihindarkan berhubung dengan efek gesekan, aliran turbulen, dan kerugian energi lainnya.
Turbin reaksi, adalah turbin di mana proses ekspansi dari fluida kerja terjadi baik di dalam sudu
tetap maupun sudu gerak. Namun demikian ada kemungkinan turbin menggunakan roda turbin
dengan baris sudu impuls dan reaksi. (Arismunandar, 1988)
Krisis bahan bakar, kekhawatiran tentang ancaman lingkungan global, kebutuhan
mendesak akan energi dalam memperluas ekonomi baru dari dunia ketiga sebelumnya, semuanya
berkontribusi pada pertumbuhan teknologi energi terbarukan yang semakin meningkat. Saat ini,
energi angin adalah yang paling matang dan hemat biaya. Sementara aplikasi lain yang lebih
beragam dibahas, tetap fokus pada konverter energi angin yang menghasilkan listrik. Ini terutama
karena sebagian besar pengalaman penulis adalah dengan sistem seperti itu.
Namun, dalam pertahanan yang lebih objektif dari sikap itu, dapat diamati bahwa sejauh
ini dampak terbesar teknologi angin pada pasokan energi dunia saat ini berasal dari sistem yang
menghasilkan jaringan listrik. Inovasi adalah tentang ide-ide baru dan beberapa desain yang tidak
biasa dievaluasi dalam buku ini. Menjelajahi konsep alternatif tidak hanya memperdalam
pemahaman tentang mengapa pilihan utama lebih disukai tetapi juga menunjukkan di mana
mereka harus ditantang oleh alternatif yang memiliki janji signifikan. Bagaimanapun, ide-ide
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI I
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

merupakan bagian dari kemajuan teknologi dan mereka yang gagal dalam satu perwujudan dapat
diadaptasi kemudian dan berhasil bereinkarnasi.
Seperti yang dibahas sebentar lagi, pembangkitan kekuatan dari angin menghadirkan
tantangan yang unik. Berbeda dengan mobil dan rumah, misalnya energi adalah komoditas yang
hanya memiliki nilai utilitarian. Tidak ada yang lebih suka bensin tertentu karena memiliki warna
yang lebih bagus. Orang kaya dapat menikmati keran kamar mandi emas atau emas tetapi tidak
ada yang bisa membeli listrik berlapis emas. Energi harus memenuhi spesifikasi kualitas yang
umumnya ketat agar dapat berguna untuk level tegangan dan frekuensi khususnya dalam hal
listrik.
Setelah itu, persyaratan utama adalah bahwa itu tersedia dan semurah mungkin. Tujuan
akhir dari inovasi dalam desain turbin angin adalah untuk meningkatkan teknologi. Biasanya ini
berarti mengurangi biaya energi dan ini adalah dasar umum untuk mengevaluasi inovasi dalam
buku ini. Namun bahkan tujuan yang dinyatakan secara sederhana ini tidak selalu merupakan
kriteria terakhir. Dalam beberapa kasus, misalnya tujuannya adalah untuk memaksimalkan
pengembalian energi dari area lahan yang tersedia. Terkadang biaya modal memiliki pengaruh
dominan. Intinya adalah bahwa teknologi apa pun harus disesuaikan secara akurat dengan
spesifikasi desain teknik yang mungkin mencakup masalah lingkungan, pasar, biaya, dan kinerja
Desain terperinci dari sistem turbin angin bukanlah tugas kecil atau murah. Pada saat
desain yang inovatif menjadi subjek dari studi desain yang terperinci, meskipun mungkin masih
jauh dari pasar, ia telah menerima investasi yang signifikan dan telah melewati uji pendahuluan
untuk nilai potensi konsep baru. Jadi ada tahap menengah antara pemaparan pertama konsep
hingga tahap mengamankan investasi dalam prototipe ketika konsep diperiksa dan berbagai
tingkat desain dilakukan. Biasanya pencarian untuk kesalahan fatal atau kekurangan utama yang
jelas adalah tahap pertama. Desain mungkin layak tetapi memiliki konten rekayasa lebih banyak
daripada pesaingnya dan karenanya tidak mungkin efektif biaya. Lebih khusus lagi tidak ada
dasar awal yang jelas untuk menolak konsep-konsep baru dan diperlukan penilaian tingkat kedua.
Diperlukan suatu metode sistematis untuk meninjau secara kualitatif, dan jika mungkin
secara kuantitatif, bagaimana desainnya dibandingkan dengan teknologi yang ada dan untuk
alasan apa mungkin ada manfaatnya. Pada tahap ini, rincian, analisis memakan waktu mahal
dihalangi, tetapi ada kebutuhan besar untuk evaluasi parametrik dan analisis sederhana yang
dapat menjelaskan potensi konsep baru. Buku ini sangat banyak tentang tahap evaluasi
pendahuluan ini, bagaimana metode wawasan sederhana dapat memberikan panduan pada titik di
mana nilai inovasi terlalu tidak pasti untuk membenarkan investasi substansial langsung atau
desain rinci.
Menurut Murray, rujukan tertulis paling awal tentang kincir angin abad ke-5 SM
mencantumkannya, di antara hal-hal lain sebagai sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI I
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

umat Buddha yang taat, meskipun dalam konteks rotor kecil yang digerakkan udara untuk
menghibur anak-anak. Konsep aerodinamis rotor karena itu kuno. Untuk menghasilkan listrik
tidak berarti hanya digunakan untuk turbin angin tetapi tentu saja yang utama dalam
pertimbangan saat ini, memerlukan koneksi rotor seperti itu ke generator listrik. Teknologi motor
atau generator listrik dimulai pada penemuan Faraday pada pertengahan abad ke-19. Sekitar 60
tahun yang lalu dan sebelum industri angin modern, rumah tangga rata-rata di Amerika Serikat
mengandung sekitar 40 motor listrik. Motor atau generator listrik karena itu tidak kuno tetapi
telah dalam produksi massal untuk waktu yang lama dalam sejarah baru-baru ini. Tantangan
teknologi angin modern terletak pada dua area, spesifikasi turbin angin pembangkit listrik dan
variabilitas angin.
Sebaliknya, untuk menghasilkan biaya listrik secara efektif adalah spesifikasi dari turbin
angin pembangkit listrik modern. Untuk memenuhi target ekonomi, turbin angin tidak dapat
dihadiri secara permanen, dan tidak dapat diterima untuk dipertahankan. Namun setiap unit
adalah stasiun mini-power mandiri, yang membutuhkan untuk mengeluarkan listrik dari frekuensi
dan tegangan standar ke sistem grid. Efektivitas biaya adalah yang utama tetapi efisiensi masing-
masing unit tidak dapat dikorbankan dengan ringan.
Seperti yang akan diuraikan selanjutnya, energi adalah nilai utama sementara biaya modal
dari komponen tertentu hanya sebagian kecil dari biaya seumur hidup dan memiliki dampak yang
lebih rendah pada biaya energy, juga total kebutuhan lahan per output unit akan meningkat
seiring penurunan efisiensi. Seharusnya jelas bahwa teknologi angin mencakup apa yang secara
longgar disebut teknik teknologi tinggi dan teknologi rendah. Mikroprosesor memainkan peran
penting dalam mencapai pemantauan mandiri instalasi tak berawak. Sebenarnya tidak ada yang
sederhana tentang sistem apa pun untuk menghasilkan listrik yang berkualitas. Generator diesel
sudah dikenal tetapi tidak sederhana, dan memiliki sejarah panjang pengembangan. Dengan
demikian tidak berarti cukup untuk membangun sesuatu yang sederhana dan kasar yang akan
selamat dari badai apapun. Sebaliknya turbin angin harus direkayasa dengan sangat hati-hati
untuk menghasilkan listrik murah dengan keandalan yang memadai. Ini adalah alasan pertama
mengapa teknologi ini menantang.
Namun ini menggaris bawahi bahwa ada variasi yang sangat besar dalam kondisi angin.
Ini berlaku baik di seluruh dunia tetapi juga dalam istilah yang sangat lokal. Di perbukitan
bergulir di daerah Altamont Pass di California, di mana banyak ladang angin berlokasi pada
tahun 1980, terdapat perbedaan besar dalam sumber daya angina antara lokasi yang jaraknya
tidak lebih dari beberapa ratus meter. Turbin angin terletak tepat di bagian bawah lapisan batas
bumi. Aerofoils mereka umumnya bergerak jauh lebih lambat daripada rotor pesawat atau
helikopter, dan efek turbulensi angin jauh lebih penting untuk desain. Inti dari hal ini adalah sulit
untuk memperbaiki desain untuk kondisi yang berpotensi beragam, namun tidak ekonomis untuk
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI I
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

merancang turbin angin yang cocok untuk bertahan hidup di mana saja. Standardisasi sangat
diinginkan untuk mengurangi produksi, tetapi bertentangan dengan ekonomi terbaik di lokasi
lokal tertentu. (Jamieson, 2011)
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Peralatan dan Fungsi


1. Generator Angin
Fungsi : Untuk mengkonversikan energi angin menjadi energi listrik
2. Baling-baling
Fungsi :Untuk memutar rotor
3. Kipas
Fungsi :Sebagai sumber angin
4. 2 Kabel penghubung (Merah dan Hitam)
Fungsi : Untuk menghubungkan generator dan USB perekam data
5. USB Perekam Data
Fungsi : Sebagai pengolah data
6. Kabel USB
Fungsi : Untuk menghubungkan USB perekam data ke laptop
7. Laptop yang telah terinstall Clean Energy Trainer
Fungsi : Untuk menjalankan dan menampilkan data pada perangkat lunak
8. Adaptor
Fungsi :Untuk mengubah tegangan AC menjadi DC pada USB perekam data
9. Cok Sambung
Fungsi :Untuk mengalirkan arus PLN ke kipas, adaptor, USB perekam data, charger
10. Charger Laptop
Fungsi : Untuk mengisi daya baterai pada laptop
11. Penggaris
Fungsi : Untuk mengukur jarak kipas dan kincir
12. Rotor
Fungsi : Untuk menggerakkan generator
13. Statif
Fungsi : Sebagai penyangga Generator Angin
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI I
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

3.2 Bahan dan Fungsi


-
3.3 Prosedur Percobaan
3.3.1 Dengan menggunakan 6 baling-baling
1. Diukur jarak antara kipas sengan kincir sejauh 20 cm
2. Dirakit baling-baling pada pembangkit listrik tenaga angin.
3. Dihubungkan pembangkit tenaga angin ke USB perekam data
4. Dihubungkan USB perekam data ke laptop dengan kabel USB dan disambungkan
ke cok sambung
5. Dibuka aplikasi Clean Energy Trainer
6. Dikalibrasi
7. Diklik pada tab “Wind Generator” (Pembangkit Tenaga Angin)
8. Dinyalakan kipas
9. Dipilih mode operasi “Automatic Mode” pada perangkat lunak
10. Diklik Start
11. Dicatat data yang diperoleh.

3.3.2 Dengan menggunakan 5 baling-baling


1. Dirakit baling-baling pada pembangkit listrik tenaga angin.
2. Dihubungkan pembangkit tenaga angin ke USB perekam data
3. Dihubungkan USB perekam data ke laptop dengan kabel USB dan disambungkan
ke cok sambung
4. Dibuka aplikasi Clean Energy Trainer
5. Dikalibrasi
6. Diklik pada tab “Wind Generator” (Pembangkit Tenaga Angin)
7. Dinyalakan kipas
8. Dipilih mode operasi “Automatic Mode” pada perangkat lunak
9. Diklik Start
10. Dicatat data yang diperoleh.

3.3.3 Dengan menggunakan 4 baling-baling


1. Dirakit baling-baling pada pembangkit listrik tenaga angin.
2. Dihubungkan pembangkit tenaga angin ke USB perekam data
3. Dihubungkan USB perekam data ke laptop dengan kabel USB dan disambungkan
ke cok sambung
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI I
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

4. Dibuka aplikasi Clean Energy Trainer


5. Dikalibrasi
6. Diklik pada tab “Wind Generator” (Pembangkit Tenaga Angin)
7. Dinyalakan kipas
8. Dipilih mode operasi “Automatic Mode” pada perangkat lunak
9. Diklik Start
10 Dicatat data yang diperoleh.

3.3.4 Dengan menggunakan 3 baling-baling


1. Dirakit baling-baling pada pembangkit listrik tenaga angin.
2. Dihubungkan pembangkit tenaga angin ke USB perekam data
3. Dihubungkan USB perekam data ke laptop dengan kabel USB dan disambungkan
ke cok sambung
4. Dibuka aplikasi Clean Energy Trainer
5. Dikalibrasi
6. Diklik pada tab “Wind Generator” (Pembangkit Tenaga Angin)
7. Dinyalakan kipas
8. Dipilih mode operasi “Automatic Mode” pada perangkat lunak
9. Diklik Start
10. Dicatat data yang diperoleh.

3.4 Gambar Percobaan


(Terlampir)
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI I
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

BAB IV

HASIL DAN ANALISA

4.1. Data Percobaan


4.1.1 Dengan menggunakan 6 baling - baling
No Arus (mA) Tegangan (mV)
1 0 2865
2 22 2395
3 55 2030
4 72 1862
5 90 1568
6 109 1030
7 138 972
8 167 830
9 188 113
10 230 0
11 260 0
12 294 0
13 321 0
14 350 0
15 390 0
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI I
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

4.1.2 Dengan menggunakan 5 baling - baling

No Arus (mA) Tegangan (mV)


1 0 1695
2 17 1344
3 51 1095
4 70 949
5 80 759
6 109 636
7 132 665
8 170 427
9 208 0
10 229 0
11 260 0
12 297 0
13 321 0
14 356 0
15 391 0

No Arus (mA) Tegangan (mV)


1 0 1540
4.1.3 2 18 1267 Dengan menggunakan 4
3 52 692 baling-baling
4 70 565
5 94 357
6 109 211
7 138 0
8 173 0
9 233 0
10 259 0
11 264 0
12 289 0
13 319 0
14 357 0
15 391 0
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI I
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

No Arus (mA) Tegangan (mV)


1 0 18
2 17 0
3 49 0
4.1.4 4 70 0 Dengan menggunakan 3
5 91 0 baling – baling
6 112 0
7 140 0
8 172 0
9 199 0
10 227 0
11 260 0
12 285 0
13 319 0
14 352 0
15 379 0
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI I
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

Medan, 01 Desember 2020


Asisten Praktikan

(Muthia Rahmi) (Molley Situmeang)


4.2. Analisa Data
4.2.1 Menghitung hambatan yang dihasilkan
V
R=
I
Untuk jarak 20 cm
a. Untuk 6 baling-baling
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI I
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

V 1 2865 mV
 R 1= = =∞
I1 0 mA
V 2 2395mV
 R 2= = =108,86 Ω
I2 22 mA
V 3 2030 mV
 R 3= = =36,90 Ω
I3 55 mA
V 4 1862mV
 R4 = = =25,86 Ω
I4 72 mA
V 5 1468 mV
 R 5= = =16,31 Ω
I5 90 mA
V 5 1030 mV
 R6 = = =9,45 Ω
I5 109mA
V 7 972 mV
 R7 = = =7,04 Ω
I 7 138 mA
V 8 830 mV
 R8 = = =4,97 Ω
I 8 167 mA
V 9 113 mV
 R9 = = =0,60 Ω
I 9 188 mA
V 10 0 mV
 R10= = =0 Ω
I 10 230 mA
V 11 0 mV
 R11 = = =0 Ω
I 11 260 mA
V 12 0 mV
 R12= = =0 Ω
I 12 294 mA
V 13 0 mV
 R13= = =0 Ω
I 13 321 mA
V 14 0 mV
 R14= = =0 Ω
I 14 350 mA
V 15 0 mV
 R15= = =0 Ω
I 15 390 mA

b. Untuk 5 baling-baling
V 1 1695 mV
 R 1= = =∞
I1 0 mA
V 2 1344 mV
 R 2= = =79,06 Ω
I2 17 mA
V 3 1095 mV
 R 3= = =21,47 Ω
I3 51 mA
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI I
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

V 4 949 mV
 R4 = = =13,56 Ω
I 4 70 mA
V 5 759 mV
 R 5= = =9,49 Ω
I 5 80 mA
V 5 636 mV
 R6 = = =5,83 Ω
I 5 109 mA
V 7 665 mV
 R7 = = =5,04 Ω
I 7 132mA
V 8 427 mV
 R8 = = =2,51 Ω
I 8 170 mA
V9 0 mV
 R9 = = =0 Ω
I 9 208 mA
V 10 0 mV
 R10= = =0 Ω
I 10 229 mA
V 11 0 mV
 R11 = = =0 Ω
I 11 260 mA
V 12 0 mV
 R12= = =0 Ω
I 12 297 mA
V 13 0 mV
 R13= = =0 Ω
I 13 321 mA
V 14 0 mV
 R14= = =0 Ω
I 14 356 mA
V 15 0 mV
 R15= = =0 Ω
I 15 391 mA

c. Untuk 4 baling-baling
V 1 1540 mV
 R 1= = =∞
I1 0 mA
V 2 1267 mV
 R 2= = =70,39 Ω
I2 18 mA
V 3 692mV
 R 3= = =13,31 Ω
I 3 52 mA
V 4 565 mV
 R4 = = =8,07 Ω
I 4 70 mA
V 5 357 mV
 R 5= = =3,80 Ω
I 5 94 mA
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI I
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

V 5 211 mV
 R6 = = =1,94 Ω
I 5 109 mA
V7 0 mV
 R7 = = =0 Ω
I 7 138 mA
V8 0 mV
 R8 = = =0 Ω
I 8 173 mA
V9 0 mV
 R9 = = =0 Ω
I 9 233 mA
V 10 0 mV
 R10= = =0 Ω
I 10 259 mA
V 11 0 mV
 R11 = = =0 Ω
I 11 264 mA
V 12 0 mV
 R12= = =0 Ω
I 12 289 mA
V 13 0 mV
 R13= = =0 Ω
I 13 319 mA
V 14 0 mV
 R14= = =0 Ω
I 14 357 mA
V 15 0 mV
 R15= = =0 Ω
I 15 391 mA

d. Untuk 3 baling-baling
V 1 18 mV
 R 1= = =∞
I 1 0 mA
V 2 0 mV
 R 2= = =0 Ω
I 2 17 mA
V 3 0 mV
 R 3= = =0 Ω
I 3 49 mA
V 4 0 mV
 R4 = = =0 Ω
I 4 70 mA
V 5 0 mV
 R 5= = =0 Ω
I 5 91 mA
V5 0 mV
 R6 = = =0 Ω
I 5 112 mA
V7 0 mV
 R7 = = =0 Ω
I 7 140 mA
V8 0 mV
 R8 = = =0 Ω
I 8 172 mA
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI I
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

V9 0 mV
 R9 = = =0 Ω
I 9 199 mA
V 10 0 mV
 R10= = =0 Ω
I 10 227 mA
V 11 0 mV
 R11 = = =0 Ω
I 11 260 mA
V 12 0 mV
 R12= = =0 Ω
I 12 285 mA
V 13 0 mV
 R13= = =0 Ω
I 13 319 mA
V 14 0 mV
 R14= = =0 Ω
I 14 352mA
V 15 0 mV
 R15= = =0 Ω
I 15 379 mA

4.2.2 Menghitung daya yang dihasilkan


P=VxI
a. Untuk 6 baling-baling
 P1=V 1 × I 1=2865 mV × 0 mA=0 mW =0 W
 P2=V 2 × I 2=2395 mV × 22mA =52690 mW =52,690 W

 P3=V 3 × I 3=2030 mV × 55 mA=111650 mW =111,650 W

 P4 =V 4 × I 4 =1862mV ×72 mA=134064 mW =134,064 W

 P5=V 5 × I 5=1468 mV × 90 mA=132120mW =132,120W

 P6=V 5 × I 5=1030 mV × 109 mA=112270 mW =112,270 W

 P7=V 7 × I 7=972mV ×138 mA=134136 mW =134,136 W

 P8=V 8 × I 8=830 mV ×167 mA =138610 mW =138,610 W

 P9=V 9 × I 9 =113mV ×188 mA =21244 mW =21,244 W

 P10=V 10 × I 10=0 ×230 mA=0 mW =0 W

 P11 =V 11 × I 11=0 mV ×260 mA=0 mW =0 W

 P12=V 12 × I 12=0 mV ×294 mA =0 mW =0 W

 P13=V 13 × I 13=0 mV ×321 mA =0 mW =0 W

 P14=V 14 × I 14=0 mV ×350 mA=0 mW =0 W

 P15=V 15 × I 15=0 mV ×390 mA=0 mW =0 W

b. Untuk 5 baling-baling
 P1=V 1 × I 1=1695 mV × 0 mA=0 mW =0 W
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI I
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

 P2=V 2 × I 2=1344 mV ×17 mA =22848 mW =22,84 W


 P3=V 3 × I 3=1095 mV × 51mA =55845 mW =55,84 W
 P4 =V 4 × I 4 =949 mV ×70 mA =66430 mW =66,43 W
 P5=V 5 × I 5=759 mV × 80 mA=60720mW =60,72W
 P6=V 5 × I 5=636 mV ×109 mA=69324 mW =69,32 W
 P7=V 7 × I 7=665 mV ×132 mA=87780mW =87,78 W
 P8=V 8 × I 8=427 mV × 170 mA=72590 mW =72,59 W
 P9=V 9 × I 9 =0 mV ×208 mA =0 mW =0W
 P10=V 10 × I 10=0 mV ×229 mA =0 mW =0W
 P11 =V 11 × I 11=0 mV ×260 mA=0 mW =0 W
 P12=V 12 × I 12=0 mV ×297 mA =0 mW =0 W
 P13=V 13 × I 13=0 mV ×321 mA =0 mW =0 W
 P14=V 14 × I 14=0 mV ×356 mA =0 mW =0 W
 P15=V 15 × I 15=0 mV ×391 mA =0 mW =0 W

c. Untuk 4 baling-baling
 P1=V 1 × I 1=1540 mV × 0 mA=0 mW =0 W
 P2=V 2 × I 2=1267 mV × 18 mA=22806 mW =22,80W
 P3=V 3 × I 3=692 mV × 52mA =35984 mW =35,98W
 P4 =V 4 × I 4 =565 mV ×70 mA =39550 mW =39,55 W
 P5=V 5 × I 5=357 mV ×94 mA=33558 mW =33,55 W
 P6=V 5 × I 5=211 mV ×109 mA =22999 mW =22,99W
 P7=V 7 × I 7=0 mV ×138 mA =0 mW =0 W
 P8=V 8 × I 8=0 mV ×173 mA =0 mW =0 W
 P9=V 9 × I 9 =0 mV ×233 mA =0 mW =0W
 P10=V 10 × I 10=0 mV ×259 mA =0 mW =0W
 P11 =V 11 × I 11=0 mV ×264 mA =0 mW =0 W
 P12=V 12 × I 12=0 mV ×289 mA=0 mW =0 W
 P13=V 13 × I 13=0 mV ×319 mA =0 mW =0 W
 P14=V 14 × I 14=0 mV ×357 mA =0 mW =0 W
 P15=V 15 × I 15=0 mV ×391 mA =0 mW =0 W

d. Untuk 3 baling-baling
 P1=V 1 × I 1=18 mV × 0 mA=0 mW =0 W
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI I
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

 P2=V 2 × I 2=0 mV × 17 mA=0 mW =0 W


 P3=V 3 × I 3=0 mV ×49 mA =0 mW =0W
 P4 =V 4 × I 4 =0 mV ×70 mA =0 mW =0W
 P5=V 5 × I 5=0 mV ×91 mA =0 mW =0 W
 P6=V 5 × I 5=0 mV ×112 mA =0 mW =0 W
 P7=V 7 × I 7=0 mV ×140 mA =0 mW =0 W
 P8=V 8 × I 8=0 mV ×172 mA=0 mW =0 W
 P9=V 9 × I 9 =0 mV ×199 mA =0 mW =0 W
 P10=V 10 × I 10=0 mV ×227 mA=0 mW =0 W
 P11 =V 11 × I 11=0 mV ×260 mA=0 mW =0 W
 P12=V 12 × I 12=0 mV ×285 mA=0 mW =0 W
 P13=V 13 × I 13=0 mV ×319 mA =0 mW =0 W
 P14=V 14 × I 14=0 mV ×352 mA=0 mW =0 W
 P15=V 15 × I 15=0 mV ×379 mA =0 mW =0 W

4.2.3 Menggambarkan kurva karakteristik dari wind generator


a. Untuk 3 baling-baling
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI I
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

Kurva Karakteristik V-vs-I


1
0.9
0.8
0.7
Tegangan (mV)

0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Arus (mA)

Y-Values

Δy 18−0
Slope = | | |
Δx
=
0−379
= 0,04 |

b. Untuk 4 baling-baling

Kurva Karakteristik V-vs-I


250

200
Tegangan (mV)

150

100

50

0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Arus (mA)

Y-Values

Slope = | ΔyΔx | = |1540−0


0−391 |
= 3,94
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI I
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

c. Untuk 5 baling-baling

Kurva Karakteristik V-vs-I


700

600

500
Tegangan (mV)

400

300

200

100

0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Arus (mA)

Y-Values

Slope = | ΔyΔx | = |1695−0


0−391 |
= 4,33

d. Untuk 6 baling-baling

Kurva Karakteristik V-vs-I


1200

1000

800
Tegangan (mV)

600

400

200

0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Arus (mA)

Y-Values

Slope = | ΔyΔx | = |2865−0


0−390 |
= 7,35
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI I
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
1. Berdasarkan percobaan yang dilakukan, posisi baling-baling terhadap daya listrik sangat
mempengaruhi. Artinya, jika posisi baling-baling tidak benar, maka baling-baling tidak
akan berputar atau bergerak, sehingga daya listrik yang dihasilkan sangat kecil bahkan
tidak ada sama sekali. Jadi, posisi baling-baling harus searah, selaras, dan simetris.
Sehingga, baling-baling dapat berputar dan bergerak serta dapat menghasilkan daya
listrik.
2. Berdasarkan percobaan yang dilakukan, hubungan jumlah baling-baling terhadap daya
listrik adalah berbanding lurus. Semakin banyak jumlah baling-baling, maka semakin
besar daya listrik yang dihasilkan. Dan sebaliknya, semakin sedikit jumlah baling-baling ,
maka semakin kecil daya listrik yang dihasilkan.Ini terbukti dari percobaan yang
dilakukan yaitu pada 6 baling-baling dan daya yang dihasilkannya adalah 121,17 Watt.
3. Aplikasi dari wind generator yaitu sebagai pembangkit listrik tenaga angin,
mengakomodasi kebutuhan listrik masyarakat, membantu penyaluran air dalam irigasi,
membantu proses penggilingan padi, pengairan sawah tadah, sebagai pompa air dan
penyalur air, sebagai penggerak peralatan industri, kipas angin, dan untuk rumah tangga.
4. Prinsip kerja dari wind generator adalah mengubah energi gerak menjadi energi listrik.
Cara kerjanya yaitu sumber angin memutar baling-baling, kemudian putaran baling-baling
digunakan untuk memutar rotor, dimana dalam rotor terdapat generator yang fungsinya
untuk mengubah energi kinetik menjadi energi listrik. Dari generator tersebutlah yang
akhirnya akan menghasilkan listrik.
5. Hubungan antara energi gerak dengan energi listrik adalah berbanding lurus, hal ini dapat
kita lihat dalam percobaan, jika putaran dari baling-baling semakin kencang dan kuat,
maka energi listrik yang dihasilkan juga akan semakin besar. Ini terbukti dari percobaan
yang dilakukan yaitu pada 6 baling-baling dan daya yang dihasilkannya adalah 12,272
Watt.
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI I
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

5.2. Saran
1. Untuk praktikan selanjutnya, sebaiknya lebih dahulu mempelajari materi percobaan.
2. Untuk praktikan selanjutnya, sebaiknya lebih memahami tentang percobaan ini.
3. Untuk praktikan selanjutnya, sebaiknya tahu tentang keuntungan dan kerugian dari energi
angin.
4. Untuk praktikan selanjutnya, sebaiknya mengerti tentang prinsip kerja dari wind turbin.
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI I
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

DAFTAR PUSTAKA

Arismunandar, Wiranto. 1988. PENGGERAK MULA TURBIN. Bandung: ITB. 


Halaman: 1-9
Jamieson, Peter. INNOVATION IN WIND TURBINE DESIGN. John Wiley and Sons:
United  Kingdom. 
  Pages: 1-4 
Johnson, James H. 1965. ELECTRICAL ENGINEERING. Scranton: International
Textbook  Company. 
  Pages: 219-223 
Pudjanarsa, Astu. 2006. MESIN KONVERSI ENERGI. Yogyakarta: Andi.
Halaman: 241-247 

Medan, 01 Desember 2020


Asisten Praktikan
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI I
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

(Muthia Rahmi) (Molley Situmeang)


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai