Anda di halaman 1dari 11

MODUL PERKULIAHAN

MESIN
KONVERSI
ENERGI
TURBIN ANGIN

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

06
Teknik Teknik Mesin MK20510004 Nia Nuraeni Suryaman, S.Pd., M.T.

Abstract Kompetensi
Siklus kerja yang digunakan pada Mahasiswa mampu menjelaskan
PLTU adalah siklus rankine, ciri klasifikasi turbin angin. Mahasiswa
utama siklus rankine adalah fluida mampu menjelaskan prinsip kerja
kerja yang digunakan yaitu air. dan konstruksi turbin angin.
Siklus rankine merupakan siklus Mahasiswa mampu menghitung
ideal untuk pembangkit daya uap. efisiensi turbin angin.
Ketel uap atau boiler adalah alat
konversi energi yang mengubah air
menjadi uap dengan cara pemanasan.
Panas yang dibutuhkan diperoleh
dari pembakaran bahan bakar pada
ruang bakar ketel uap.
TURBIN ANGIN
A. Angin
Angin adalah suatu objek yang transparan tercipta akibat pancaran radiasi matahari
pada permukaan bumi yang menyebabkan terjadi perubahan temperatur, rapatan
massa dan perbedaan tekanan di antara dua tempat atau lebih. Energi yang tersedia
pada angin berupa fungsi dari kecepatan angin. Energi tersebut mengakibatkan energi
kinetik.

B. Turbin Angin
Turbin angin merupakan suatu alat yang bekerja memanfaatkan energi angin. Energi
angin akan menyentuh sudu atau blade turbin sehingga menghasilkan suatu gerak
putar. Gerak putar tersebut akan dihubungkan dengan suatu alat konversi energi yaitu
generator. Sehingga, putaran tersebut akan menghasilkan listrik. Jenis turbin dibedakan
menjadi 2 jenis berdasarkan porosnya. yaitu poros vertikal dan poros horizontal.

1. Turbin Angin Sumbu Horizontal (TASH)


Turbin angin sumbu horizontal mempunyai konstruksi berupa sumbu putar sejajar
dengan permukaan tanah, selain itu juga arah sumbu putar searah denganaarah
angin. Pada turbin sumbu horisontal ini bentuk sudu berupa baling – baling dengan
jumlah dan besaran tertentu. Kemudian angin akan menyapu luasan sudu tersebut
dan mendorongnya sehingga turbin akan mengalami pergerakan rotasi. Pada turbin
ini biasanya terdapat suatu komponen pengarah agar sudu searah dengan arah
angin.

Gambar 1. Turbin Angin Sumbu Horizontal

Berdasarkan letak rotor terhadap arah angin, turbin horisontal dibedakan menjadi
dua jenis yaitu:

‘20 MESIN KONVERSI ENERGI Biro Akademik dan Pembelajaran


2 Nia Nuraeni Suryaman, S.Pd., M.T. http://www.widyatama.ac.id
a) Upwind
b) Downwind

Gambar 2. Turbin Angin Horizontal Upwind dan Downwind

Dari gambar 2 dapat dilihat arah poros terhadap datangnya angin. Untuk upwind
sumbu putar mengarah ke arah angin datang (berlawanan arah) sedangkan
downwind membelakangi datangnya angin (searah).
Karena turbulensi menyebabkan kerusakan struktur menara, dan realibilitas begitu
penting, sebagian besar TASH merupakan mesin upwind (melawan arah angin).
Meski memiliki permasalahan turbulensi, mesin downwind (menurut jurusan angin)
dibuat karena tidak memerlukan mekanisme tambahan agar mereka tetap sejalan
dengan angin, dan karena di saat angin berhembus sangat kencang, bilah-bilahnya
bisa ditekuk sehingga mengurangi wilayah tiupan mereka dan dengan demikian juga
mengurangi resintensi angin dari bilah-bilah itu.

2. Turbin Angin Sumbu Vertikal


Turbin angin vertikal memiliki sumbu putar yang tegak lurus dengan
permukaanqtanah. Arah poros mengarah ke langit. Turbin dengan sumbu putar
vertikal didesain dengan sesederhana mungkin namun memiliki manfaat yang
besar. Turbin sumbu vertikal ini didesain sedemikian hingga agar tidak bergantung
dengan arah angin. Turbin tipe ini sangat cocok diaplikasikan pada daerah – daerah
dengan kecepatan angin yang bervariatif. Dan berikut ini merupakan beberapa
variasi pada turbin sumbu vertikal.
Dengan sumbu yang vertikal, generator serta gearbox bisa ditempatkan di dekat
tanah, jadi menara tidak perlu menyokongnya dan lebih mudah diakses untuk
keperluan perawatan. Tapi ini menyebabkan sejumlah desain menghasilkan tenaga
putaran yang berdenyut.

‘20 MESIN KONVERSI ENERGI Biro Akademik dan Pembelajaran


3 Nia Nuraeni Suryaman, S.Pd., M.T. http://www.widyatama.ac.id
Gambar 3. Turbin Angin Sumbu Vertikal

C. Komponen Turbin Angin

Gambar 4. Komponen Turbin Angin

D. Prinsip Kerja Listrik Tenaga Angin


Prinsip kerja Pembangkit Listrik Tenaga Bayu adalah sebagai berikut:
1. Angin datang berasal dari arah tertentu dengan kecepatan tertentu.
2. Angin tersebut menggerakkan blade/baling-baling.
3. Terhubung ke generator untuk membangkitkan energy listrik.

‘20 MESIN KONVERSI ENERGI Biro Akademik dan Pembelajaran


4 Nia Nuraeni Suryaman, S.Pd., M.T. http://www.widyatama.ac.id
4. Prinsip kerja generator berlawanan dengan motor listrik. Motor listrik membutuhkan
daya listrik untuk berputar, sedangkan generator akan menghasilkan energi listrik
sesuai dengan kecepatan putaran. Energi listrik yang dihasilkan oleh generator
diteruskan ke panel kontrol yang menampung dari berbagai generator.
5. Kemudian dinaikkan menjadi tegangan tinggi dengan transformator penaik tegangan
(transformator step up).
6. Hal ini untuk efisiensi daya dan efisiensi biaya. Karena pada daya yang sama,
tegangan lebih tinggi cukup dengan penampang kabel yang lebih kecil (daya=
tegangan x arus). Melalui sistem distribusi dengan tiang-tiang tinggi, siap untuk
men-suplai kebutuhan listrik rumah tangga dan industri.
7. Setelah sampai pada daerah tertentu, dibutuhkan transformator penurun tegangan
(transformator step down) yang disesuaikan dengan tegangan standar untuk
rumah/industri.

Gambar 5. Prinsip Kerja PLTB

E. Prinsip Konversi Energi Angin


Energi kinetik dalam benda bergerak dirumuskan dengan persamaan:

(1)
Dimana,
m: massa udara yang bergerak (kg)
V: kecepatan angin (m/s)
Energi kinetik yang terkandung dalam angin inilah yang ditangkap oleh turbin angin
untuk memutar rotor. Untuk menganalisis seberapa besar energi angin yang dapat
diserap oleh turbin angin, digunakan teori momentum Elementer Betz (Mathew, 2006).

‘20 MESIN KONVERSI ENERGI Biro Akademik dan Pembelajaran


5 Nia Nuraeni Suryaman, S.Pd., M.T. http://www.widyatama.ac.id
F. Teori Momentum Elementer Betz’
Teori momentum elementer Betz sederhana berdasarkan pemodelan aliran dua dimensi
angin yang mengenai rotor menjelaskan prinsip konversi energi angin pada turbin angin.
Kecepatan aliran udara berkurang dan garis aliran membelok ketika melalui rotor
dipandang pada satu bidang. Berkurangnya kecepatan aliran udara disebabkan
sebagian energi kinetik angin diserap oleh rotor turbin angin. Pada kenyataannya,
putaran rotor menghasilkan perubahan kecepatan angin pada arah tangensial yang
akibatnya mengurangi jumlah total energi yang dapat diambil dari angin.
Dengan menganggap bahwa kecepatan udara yang melalui penampang A adalah
sebesar v, maka aliran volume udara yang melalui penampang rotor pada setiap satuan
waktu adalah:
(2)
Dimana:
V : laju volume udara (m3/s)
v : kecepatan angin (m/s)
A: luas area sapuan rotor (m2)

Dengan demikian laju aliran massa dapat dirumuskan dengan persamaan:


(3)
Dimana:
 massa jenis udara (kg/m3)

Persamaan yang menyatakan energi kinetik yang melalui penampang A pada setiap
satuan waktu dapat dinyatakan sebagai daya yang melalui penampang A adalah:

(4)
Dimana
P: daya mekanik (Watt)

Energi kinetik dapat diambil dari angin dengan mengurangi kecepatannya. Artinya
kecepatan udara di belakang rotor akan lebih rendah daripada kecepatan udara di
depan rotor. Gambar 6 menunjukkan kondisi aliran udara akibat ekstraksi energi
mekanik aliran bebas dimana kecepatan angin setelah mengalami ekstraksi (V 2) lebih
rendah daripada kecepatan angin sebelum mengalami ekstraksi (V 1). Energi mekanik

‘20 MESIN KONVERSI ENERGI Biro Akademik dan Pembelajaran


6 Nia Nuraeni Suryaman, S.Pd., M.T. http://www.widyatama.ac.id
yang diambil dari angin setiap satuan waktu didasarkan pada perubahan kecepatannya
dapat dinyatakan dengan persamaan:

(5)
dimana:
P : daya yang diekstraksi (Watt)
 : massa jenis udara (kg/m 2)
A1 : luas penampang aliran udara sebelum melaui rotor (m 2)
A2 : luas penampang aliran udara setelah melaui rotor (m 2)
v1 : kecepatan aliran udara sebelum melewati rotor (m/s)
v2 : kecepatan aliran udara setelah melewati rotor (m/s)

Gambar 6. Kondisi Aliran Udara Akibat Ekstraksi Energi mekanik

Dengan asumsi massa jenis tidak mengalami perubahan maka sesuai hukum
kontinuitas sebagai berikut:

(6)
Maka:

(7)

Persamaan lainnya yang diperlukan untuk mencari besarnya daya yang dapat diambil
adalah persamaan momentum:

(8)
Dimana:
F : gaya (N)
̇ : laju aliran massa udara (kg/s)

‘20 MESIN KONVERSI ENERGI Biro Akademik dan Pembelajaran


7 Nia Nuraeni Suryaman, S.Pd., M.T. http://www.widyatama.ac.id
Sesuai dengan hukun ke-2 Newton bahwa gaya aksi akan sama dengan gaya reaksi,
gaya yang diberikan udara kepada rotor akan sama dengan gaya hambat oleh rotor
yang menekan udara ke arah yang berlawanan dengan arah gerak udara. Daya yang
diperlukan untuk menghambat aliran udara adalah:

(9)
Dimana,
́ = kecepatan aliran udara pada rotor (m/s)

Kecepatan aliran udara ketika melalui rotor adalah:

(10)

Laju aliran massa adalah:

(11)

Sehingga daya mekanik output dapat ditulis

(12)

Supaya dapat dijadikan referensi untuk daya output tersebut, maka dapat dibandingkan
dengan daya aliran bebas yang mengalir dengan luas sapuan yang sama tanpa ada
ekstraksi. Dirumuskan sebagai berikut

(13)

G. Power Coefficient
Perbandingan antara daya keluaran rotor terhadap daya total yang melalui penampang
rotor disebut koefisien daya cp. Dirumuskan dengan

(14)
Dimana:
Cp : koefisien power
P : Daya mekanik yang dihasilkan rotor (watt)
P0 : daya mekanik total yang terkandung dalam angin yang melalui A (watt)

‘20 MESIN KONVERSI ENERGI Biro Akademik dan Pembelajaran


8 Nia Nuraeni Suryaman, S.Pd., M.T. http://www.widyatama.ac.id
Dengan memasukkan nilai v 2/v1 , maka cp dapat disajikan dalam bentuk gambar
sebagai berikut:

Gambar 7. Koefisien Daya Terhadap Rasio Kecepatan Aliran Udara

Dengan demikian cp akan bernilai maksimum jika v2/v1 = 1/3, ini disebut dengan Betz’s
limit, dimana nilai koefisien daya tidak akan melebihi nilai ideal yaitu sebesar 0.593
seperti yang ditunjukkan pada gambar 7.

H. Bilangan Reynolds
Bilangan Reynolds menyatakan perbandingan gaya-gaya inersia terhadap gaya-gaya
kekentalan (viskositas). Bilangan Reynolds merupakan bilangan tak berdimensi. Dilihat
dari kecepatan aliran, dikategorikan laminar bila aliran tersebut mempunyai bilangan Re
kurang dari 2300. Untuk aliran transisi berada pada pada bilangan Re 2300 dan 4000
biasa juga disebut sebagai bilangan Reynolds kritis, sedangkan aliran turbulen
mempunyai bilangan Re lebih dari 4000. (Tipler, 1998) Bilangan Reynolds untuk pipa-
pipa bundar yang mengalir penuh adalah:

(15)
Dimana:
Re : bilangan Reynolds
v : kecepatan aliran (m/s)
D : diameter pipa (m)
 : kerapatan massa fluida (kg/m 3)
 : kekentalan mutlak (Pa.s)
v : kekentalan kinematik fluida (m 2/s)

Untuk saluran tidak bundar, diameter pipa diganti dengan diameter hidraulik (Dh)
(Olson, 1993)

‘20 MESIN KONVERSI ENERGI Biro Akademik dan Pembelajaran


9 Nia Nuraeni Suryaman, S.Pd., M.T. http://www.widyatama.ac.id
(16)
Dimana:
Dh : diameter hidraulik
A : luas potongan aliran melintang (m 2)
P : perimeter (keliling lingkaran) (m)

I. Pemilihan Diameter Sudu


Diameter sudu merupakan bagian ujung sudu yang ditarik garis lurus sehingga
menyentuh bagian terluar sisi yang lain. Diameter perlu ditentukan agar mendapatkan
hasil daya yang diharapkan dengan pedoman nilai CP = 0,3 – 0,4 untuk turbin modern
sudu sebanyak 3 buah. (Piggott Hugh, 2005).

√ (17)

Dimana:
P = Daya Poros yang diinginkan (Watt)
CP = Coefficient Of Performance
3
𝜌 = massa jenis udara ( 𝑔/ )
= kecepatan udara (m/s)

J. Tip Speed Ratio


Tip speed ratio adalah rasio kecepatan antara ujung rotor dengan kecepatan angin. Hal
ini perlu diperhatikan karena untuk merancang turbin angin perlu memikirkan besar
kecepatan angin yang akan didapatkan. TSR dapat dihitung dengan persamaan berikut:

(18)

Dimana:
𝜔= Kecepatan angular (rps)
D= Diameter sudu turbin angin (m)
v = Kecepatan Angin (m/s)
n = Putaran (rpm)

K. Penentuan Geometri Sudu


Bentuk sudu adalah fungsi TSR, diameter turbin dan jumlah sudu. Hal penting yang
diterapkan pada pembuatan sudu adalah bentuk dari sudu sendiri yang meliputi

‘20 MESIN KONVERSI ENERGI Biro Akademik dan Pembelajaran


10 Nia Nuraeni Suryaman, S.Pd., M.T. http://www.widyatama.ac.id
platform sudu, lebar sudu (Chord), jari – jari pangkal (root radius), tebal sudu dan sudu
pitch.

(19)

Dimana:
C = lebar sudu chord (m)
B = jumlah sudu
R = jari-jari rotor (m)
2
= tip speed ratio
r = jarak dari pusat rotasi (m)

L. Penentuan Torsi
Besarnya torsi dapat dihitung dengan persamaan-persamaan berikut:
(20)
𝑔 (21)
Dimana:
F = gaya (N)
T = torsi (Nm)
m = massa (kg)
g = gravitasi ( /𝑠2)

Daftar Pustaka

1. Agus Murnomo, “Pembangkit Listrik Tenaga Angin”, Unnes, 2015


2. Aptian Aji Dayusman, “Pembuatan dan Pengujian Turbin Angin H-Darrieus dengan
Posisi Sudut yang Berbeda-Beda”, Tugas Akhir, Politeknik Negeri Bandung, 2012
3. Hanif Kurniawan, “Pemodelan Turbin Angin Sumbu Vertikal (VAWT) Tipe H-Rotor untuk
Pembangkit Listrik Tenaga Angin di Pulau Tabuhan”, Skripsi, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember, 2016

‘20 MESIN KONVERSI ENERGI Biro Akademik dan Pembelajaran


11 Nia Nuraeni Suryaman, S.Pd., M.T. http://www.widyatama.ac.id

Anda mungkin juga menyukai