TINJAUAN PUSTAKA
14
15
jenis kayu yang bersangkutan, dan dipakai sebagai patokan berat kayu.
Berdasarkan berat jenisnya, jenis-jenis kayu digolongkan ke dalam kelas-kelas
sebagai berikut:
a) Sangat berat : lebih besar dari 0,90
b) Berat : 0,75 - 0,90
c) Agak berat : 0,60 - 0,75
d) Ringan : lebih kecil dari 0,60
Sebagai contoh jenis kayu yang termasuk dalam kelas sangat berat
adalah giam, balau, dan lain-lain. Masuk kelas berat misalnya kulim, sedangkan
agak berat misalnya bintangur dan yang termasuk ringan misalnya pinus dan
balsa.
6. Tekstur
Tekstur adalah ukuran relative sel-sel kayu. Berdasarkan teksturnya,
kayu digolongkan kedalam kayu bertekstur halus dan kayu bertekstur kasar.
7. Arah Serat
Arah serat adalah arah umum sel-sel kayu terhadap sumbu batang pohon.
Arah serat dapat dibedakan menjadi serat lurus, serat berpadu, serat berombak,
serat terpilin dan serat diagonal (serat miring).
8. Kesan Raba
Kesan raba adalah kesan yang diperoleh pada saat meraba permukaan
kayu (kasar, halus, licin, dingin, berminyak dan berbagai kondisi kayu lainnya).
glukosa pada selulosa lebih dari 10.000 dalam kayu, sedangkan pada pulp yang
telah diputihkan jumlahnya menurun sampai kurang dari 1000. Secara fisik
selulosa merupakan material berwarna putih dan tersusun dengan gugus kristalin
dan gugus amorf. (Bierman, 1996)
Menurut Clark, berdasarkan panjang rantainya, selulosa terbagi kedalam
tiga bagian yaitu:
a) α-selulosa yaitu rantai panjang dengan derajat polimerisasi antara 600-
1500 dan tidak larut dalam larutan NaOH 17,5%
b) β-selulosa yaitu rantai pendek dalam derajat polimerisasi antara 15-90
dan larut dalam NaOH 17,5% tetapi dapat mengendap jika dinetralkan.
c) γ-selulosa yaitu selulosa rantai pendek dengan derajat polimerisasi <15,
larut dalam asam dan NaOH 17,5%
Untuk menghasilkan hasil pulp dan kertas dengan kualitas yang baik,
selulosa harus dijaga optimum, untuk menghasilkan rendemen yang tinggi dan
untuk mempertahankan sifat fisik serat. Dalam degradasi secara alkali, ada tiga
macam degradasi selulosa, tipe yang pertama adalah oksidasi yang terjadi ketika
larutan alkali pada selulosa kontak dengan udara, sedangkan dua tipe yang lainnya
merupakan proses non-oksidasi, yaitu reaksi pengelupasan (peeling reaction) dan
reaksi penghentian (stopping reaction ) (casey,1980).
2.2.2. Hemiselulosa
Hemiselulosa merupakan suatu polimer rantai pendek yang terdiri dari
beberapa senyawa, diantaranya glukosa, manosa, galaktosa, xylosa dan arabinosa.
Derajat polimerisasi hemiselulosa adalah 50-300. Hemiselulosa juga mudah larut
20
dalam alkali. Hemiselulosa pendukung dalam dinding sel dan mengikat antara
selulosa dengan selulosa. Dalam kayu softwood umumnya hemiselulosa tersusun
atas heksosan dan kayu hardwood umumnya berupa pentosan. Didalam kayu daun
kandungan hemiselulosa antara 25-35 %, sedangkan dalam kayu jarum 25-29 %
(kocurek, 1989). Dalam hemiselulosa kayu jarum, manosa merupakan monomer
yang terbanyak, sedangkan dalam kayu daun xylosa atau pentosa yang terbanyak.
Pada bahan baku nonwood seperti jerami dan ampas tebu, kandungan
hemiselulosa lebih tinggi dari pada kayu. Hilangnya hemiselulosa pulp dan kertas
menyebabkan terjadi lubang diantara fibril dan kurangnya ikatan antar serat,
sedangkan kadar hemiselulosa yang tinggi akan menyebabkan kertas tembus
cahaya, kaku dan kekuatannya rendah.
2.2.3. Lignin
Lignin merupakan suatu polimer yang kompleks dengan berat molekul
tinggi terdiri dari unit-unit fenilpropana. Meskipun Liqnin tersusun atas karbon,
hidrogen, dan oksigen, lignin bukanlah merupakan suatu karbohidrat dan bahkan
tidak ada hubungannya dengan golongan senyawa tersebut. Sebaliknya, lignin
pada dasarnya merupakan suatu fenol. Lignin sangat stabil dan sukar dipisahkan
dan mempunyai bentuk yang bermacam-macam karenanya susunan lignin yang
pasti di dalam kayu tidak menentu.
Lignin terdapat di antara sel-sel dan di dalam dinding sel. Di antara sel-
sel, lignin memiliki fungsi sebagai perekat untuk mengikat sel-sel secara
bersamaan. Dalam dinding sel, lignin sangat erat hubungannya dengan sellulosa
dan berfungsi untuk memberikan ketegaran pada sel. Lignin juga berpengaruh
dalam memperkecil perubahan dimensi sehubungan dengan perubahan kandungan
air kayu dan juga dikatakan bahwa lignin mempertinggi sifat racun kayu yang
membuat kayu tahan terhadap serangan cendawan dan serangga.
Ketegaran yang diberikan oleh lignin merupakan suatu faktor penentu
dari sifat-sifat kayu. Mengingat sifat kapas yang sangat lunak (hampir sellulosa
murni) dapat dibayangkan betapa kayu akan menjadi tidak kaku tanpa adanya
bahan-bahan pengeras. Di dalam kayu, lignin merupakan suatu bahan yang tidak
berwarna. Apabila lignin bersentuhan dengan udara, terutama dengan adanya sinar
21
Pembuatan pulp mekanis dapat dilakukan dengan dua acara, yaitu sistem
penggerindaan (grinding) dan penggilingan (refining). Dari kedua cara tersebut
didapat proses pembutan pulp mekanis yang bervariasi, diantaranya adalah Stone
Ground Wood (SGW), Refiner Mechanical Pulp (RMP), Thermo Mechanical
Pulp (TMP) dan Chemi Thermo Mechanical Pulp (CTMP).
2.3.1.1 Penggerindaan (Grinding)
Dalam proses ini, balok kayu yang telah dikuliti, ditekan diantara
permukaan kasar dan abrasive dari batu gerinda dalam media air. Dengan
kekuatan penekanan batu pembersih dan pelumas. Mekanis penggerindaan adalah
pembukaan serat dimana proses pengasahan adalah pengumpulan serat yang
terurai dari kayu tersebut digiling menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.
2.3.1.2 Penggilingan (Refining)
Beberapa jenis pembuatan kertas dengan penggilingan yang umum
digunakan sebagai berikut:
a) Stone Ground Wood (SGW)
Proses ini dikenal dengan proses pulp kayu asah. Alat yang digunakan
adalah mesin gerinda dengan bahan baku berbentuk gelondongan. Umumnya
bahan baku yang digunakan adalah kayu jarum yang seratnya lebih panjang dan
dinding seratnya lebih tebal karena dengan proses ini akan banyak serat yang
terputus. Kayu dipress pada permukaan gerinda yang berputar dengan kecepatan
1000-1200 rpm dalam media air. Serat yang terlepas dicuci dari permukaan
gerinda dengan menggunakan air. Bubur pulp kemudian disaring untuk
menghilangkan kotoran, selanjutnya bubur tersebut dikentalkan dan diperoleh
pulp yang siap digunakan. Dengan kekuatan penekanan pada batu gerinda kayu
diubah menjadi kumpulan serat, sedangkan air berfungsi sebagai pendingin,
pembersih dan pelumas.
Mekanis penggerindaan adalah pembukaan serat dan proses pengasahan.
Adanya grits pada batu gerinda berfungsi sebagai pengurai serat kayu. Ketajaman
grits, ukuran batu gerinda dan kecepatan pergeseran kayu dengan batu gerinda
mempengaruhi proses pembuatan serat. Pada proses pengasahan, serat atau
kumpulan serat yang terurai dari kayu digiling menjadi bagian-bagian yang lebih
24
kecil. Pengasahan ini ditentukan oleh kehalusan permukaan batu gerinda. Variabel
yang perlu diperhatikan dalam sistem proses ini yaitu kekerasan batu gerinda,
temperature, laju alir dan tekanan yang ditetapkan pada batu gerinda. Rendemen
yang dihasilkan 90-95%. Selain sifat printingnya bagus pulp yang dibuat dengan
proses ini akan memilki kekuatan dan derajat putih rendah tetapi memiliki sifat
ruah dan opasitas tinggi.
b) Refiner Mechanical Pulp (RMP)
Dalam proses ini serpihan kayu digiling dengan refiner berbentuk
cakram (Disc Refiner). Penggilingan pada proses ini dilakukan pada tekanan
atmosfer tanpa perlakuan awal. Untuk menaikkan kualitas pulpnya RMP
dimodifikasi menjadi proses refining dengan perlakuan awal secara kimia dikenal
dengan Chemi Refiner Mechanical Pulp (CRMP) yang mana dilakukan
penambahan bahan kimia tanpa pemanasan lalu direfining pada tekanan atmosfer.
Dari proses ini dihasilkan pulp dengan serat panjang lebih banyak dan
rendemennya lebih rendah dibanding pulp hasil SGW dan kekuatannya masih
rendah.
c) Thermo Mechanical Pulp (TMP)
Pada proses Thermo Mechanical Pulp (TMP) dilakukan pemanasan awal
terhadap serpih pada temperature diatas 100°C tanpa bahan kimia lalu direfining.
Kemudian dilakukan refining tahap kedua pada tekanan atmosfer untuk
meningkatkan kualitas pulp dan menurunkan konsumsi energi. Tujuan dari
pemanasan serpih adalah untuk melunakkan serpih agar mudah digiling dan serat
mudah diuraikan.Dibandingkan dengan pulp kayu asah maupun RMP, pulp TMP
lebih kuat karena kandungan serat panjang lebih banyak, lebih bersih, lebih sedikit
mengandung shieves dan bulky lebih rendah. Partikel shieves merupakan factor
yang dapat menurunkan kualitas kertas yang dihasilkan. Keuntungan proses TMP
ini adalah penggunaan bahan baku yang tidak terbatas, ekonomis, peralatan sudah
dapat dikendalikan dari pusat pengendali, serta limbahnya sedikit.
d) Chemical Thermo Mechanical Pulping (CTMP)
Proses CTMP adalah modifikasi dari proses TMP yaitu pemanasan awal
dengan bahan kimia pada temperature diatas 100°C lalu direfining. Setelah itu
25
direfining lagi pada tekanan atmosfer. Penambahan bahan kimia pada proses
CTMP bertujuan meresapkan bahan kimia ke dalam serpih sehingga ikatan antar
serat menjadi lemah dan waktu penggilingan serat akan mudah diuraikan dan akan
dihasilkan serat individu yang lebih fleksibel. Disamping itu karena penambahan
bahan kimia dan pemanasan awal akan menyebabkan komponen kimia kayu
seperti lignin dan ekstraksi larut. Dengan adanya sedikit penambahan bahan kimia
bahan baku akan menjadi lunak, mudah digiling dan serat mudah terurai. Serat
yang dihasilkan pun lebih fleksibel dari serat TMP.
Serat yang fleksibel akan lebih rapat dalam lembaran, sehingga kekuatan
lembaran meningkat. Proses CTMP dapat menurunkan kandungan shieves,
menurunkan tingkat kotoran, meningkatkan ikatan dalam lembaran dan sifat
ikatan antar seratnya. Dengan kualitas yang dimilikinya menjadi pulp CTMP lebih
fleskibel penggunaannya sebagai bahan baku pembuatn kertas. Jenis bahan kimia
yang digunakan pada proses CTMP adalah Na2SO3 untuk kayu jarum, NaOH
untuk kayu daun.Dengan penambahan bahan kimia menyebabkan energi yang
digunakan pada proses CTM lebih besar dari TMP tetapi kualitas produknya lebih
baik.
2.3.2. Proses Semikimia dan mekanis Kimia
Proses pulping semikimia ini dibagi menjadi dua tingkat. Awalnya serpih
diproses dengan bahan kimia yang tidak terlalu banyak untuk melunakkan ikatan
antar serat selulosa dengan menghilangkan lignin dan hemiselulosa, kemudian
dilanjutkan perlakuan mekanis dengan cara penggilingan untuk memisahkan
serat-seratnya. Proses mekanis kimia sama dengan semikimia, bedanya
penggunaan bahan kimia lebih sedikit lalu dilanjutkan dengan aksi mekanis yang
merupakan intermediate pulp kimia dan mekanis. Pulp ini cocok digunakan untuk
lapisan tengah kertas karton gelombang.
2.3.3. Proses Kimia
Proses kimia dalam pembuatan pulp terjadi pemisahan serat dari bagian
kayu yang lain dengan melarutkan lignin yang mengikat serat selulosa satu sama
lain dengan menggunakan bahan kimia, panas dan tekanan untuk mempercepat
pelarutan lignin. Pada proses kimia, lignin diupayakan larut semaksimal mungkin.
26
Kekurangan Kekurangan
1. Segi Kualitas 1. Segi Kualitas
· Kekuatan kurang dan tidak stabil · Yield 50%
· Sulit diputihkan · Berbau busuk
· Banyak serat kayu yang rusak
· Bahan baku kayu daun jarum dan
kayu daun lebar berkerapatan
rendah