TINJAUAN PUSTAKA
treatment adalah teknik konversi bahan secara termokimia dimana dalam prosesnya
menggunakan air subcritical sebagai media untuk reaksi konversi biomassa basah.
Hydrothermal treatment dilakukan pada temperatur diatas 180oC dan pada tekanan
yang cukup untuk memastikan air berada dibawah tekanan atmosfernya. Waktu reaksi
yang diperlukan untuk proses ini adalah 1 menit hingga beberapa jam, meskipun
sebagian besar reaksi terjadi setidaknya pada 20 menit pertama (Reza, 2011). Zat
aditif seperti asam dan basa dapat menimbulkan efek pada pembentukan produk.
Biomassa basah dan air diperlukan dalam proses hydrothermal treatment. Keduanya
bertindak sebagai reaktan dan solven. Air sebagai solven menunjukkan perbedaan
sifat fisika dan kimia berdasarkan kondisi operasinya. Pada temperatur diantara
227oC dan 327oC, air dapat bersifat asam maupun basa karena ion-ion terbentuk
secara maksimal. Selain itu, konstanta dielektrik air akan meningkat pada temperatur
tersebut, maka air bertindak sebagai solven non-polar. Pada hydrothermal treatment,
selulosa dan hemiselulosa dihidrolisis menjadi oligomer dan monomer, meskipun hal
ini tidak terjadi pada lignin. Produk padat, biochar akan mengalami reduksi
kandungan uapnya. Produk dari hydrothermal treatment akan menyerupai pellet dan
dapat digunakan sebagai bahan bakar seperti batubara pada pembangkit listrik.
6
7
Produk cair yang terbentuk juga dapat difraksinasi dengan cara ekstraksi
2.2 Biochar
Biochar adalah bahan dengan kandungan senyawa karbon yang sangat kaya dan
memiliki densitas energi yang tinggi. Biochar merupakan hasil degradasi termal dari
yang tidak berserat dan nilai kalor yang tinggi hampir sama dengan sifat batubara.
Sifat ini membuat biochar menjadi kandidat pengganti bahan bakar padat (Kumar,
2010). Biochar memiliki resistensi yang tinggi terhadap dekomposisi dan memiliki
efek positif terhadap kesuburan tanah. Pirolisis dan hydrothermal treatment adalah
dua proses utama yang dapat dilakukan untuk memproduksi biochar. Produksi
disamping itu proses ini juga mengakibatkan pencemaran udara yang wajib menjadi
memiliki beberapa kelebihan yaitu, tidak memerlukan biomassa dalam kondisi kering
kandungan air dari biomassa adalah hal penting yang harus dilakukan untuk
oksigen ini dapat dilakukan dengan cara dehidrasi yaitu penghilangan kadar oksigen
dari air dan dekarboksilasi dimana penghilangan kadar oksigen dari dalam bentuk
8
karbon dioksida. Secara termodinamika, air adalah senyawa yang dapat teroksidasi
sempurna dan tidak memiliki nilai kalor sisa. Selain itu, air dapat bertindak sebagai
penghantar yang ideal selama reaksi. Meskipun air berada dalam kadar yang berlebih,
reaksi dehidrasi dari biomassa tetap berjalan pada kondisi peningkatan suhu dan
2.3.1 Selulosa
Selulosa adalah senyawa seperti serabut, liat, tidak larut di dalam air, dan
ditemukan di dalam dinding sel pelindung tumbuhan, terutama pada tangkai, batang,
dahan, dan semua bagian berkayu dari jaringan tumbuhan. Kayu terutama terbuat dari
selulosa dan senyawa polimer lain. Selulosa tidak hanya merupakan polisakarida
structural ekstrasellular yang paling banyak dijumpai pada dunia tumbuhan, tetapi
juga merupakan senyawa yang paling banyak di antara semua biomolekul pada
dari rantainya. Derajat polimerisasi dari selulosa kira-kira 10.000 hingga 15.000 unit
2.3.2 Hemiselulosa
Struktur morfologi amorf membuat hemiselulosa larut atau sedikit larut dalam air.
heteropolimer. Homopolimer adalah polimer dari hemiselulosa yang terdiri dari unit-
unit gula yang sama, sedangkan heteropolimer adalah campuran dari gula-gula yang
berbeda. Struktur dari komponen gula hemiselulosa ditunjukkan pada Gambar 2.2.
10
30%) yan terdiri atas unit-unit xilosa yang dihubungkan oleh ikatan β-(1,4)-glikosida
glikosida. Gugus O-asetil terkadang menggantikan gugus OH pada posisi C2 dan C3.
20%), xilan (7-10%), dan gugus asetil. Xilan pada softwood memiliki cabang berupa
2.3.3 Lignin
Lignin adalah substansi polifenolik yang memiliki struktur tiga dimensi dan
memiliki banyak cabang. Lignin memiliki struktur yang tidak beraturan dan ikatan
yang bervariasi seperti hidroksil dan metoksi yang menggantikan unit fenilpropilen.
lignoselulosa mengandung 50-40 wt% selulosa, 32-25 wt% hemiselulosa, dan 30-20
wt% lignin (Sinag, 2009). Diantara ketiga komponen penyusun serbuk gergaji, lignin
12
memiliki sifat paling mudah didegradasi dan dilikuifikasi dalam air dalam autoclave
batch. Konversi lignin dan komponen turunannya terjadi pada suhu yang tinggi.
Meskipun penelitian (Saisu, 2003) menunjukkan hasil lain, yaitu bahwa reaksi
dekomposisi juga dapat terjadi pada temperatur yang rendah. Dekomposisi dari lignin
menjadi komponen kimia dengan berat molekul yang rendah terjadi menggunakan
reaksi hidrolisis dan dealkilasi dalam kondisi air superkritis. Komponen dengan berat
molekul yang lebih besar terbentuk melalui reaksi cross-link dimana komponen
tersebut memiliki kontribusi dalam pembentukan bahan bakar padat (Sinag, 2009).
Kayu jati memiliki nama botani Tectona grandits. Di Indonesia kayu jati
memiliki berbagai jenis nama daerah yaitu delek, dodolan, jate, jatih, jatos, kiati,
kulidawa, dll. Kayu ini merupakan salah satu kayu terbaik di dunia. Pohon jati
tumbuh baik pada tanah sarang terutama tanah yang mengandung kapur pada
ketinggian 0-700 m di atas permukaan laut, di daerah dengan musim kering yang
nyata dan jumlah curah hujan rata-rata 1200-2000 mm per tahun. Pohon jati banyak
terdapat di seluruh Jawa, Sumatra, Nusa Tenggara Barat, Maluku, dan Lampung.
Pohon jati dapat tumbuh mencapai tinggi 45 m dengan panjang batang bebas cabang
15-20 m dan diameter batang 50-220 mm dengan bentuk batang beralur dan tidak
teratur.
Kayu jati memiliki serat yang halus dengan warna kayu mula-mula sawo
kelabu, kemudian sawo matang apabila lama terkena cahaya matahari dan udara.
Serat kayu memiliki arah yang lurus dan kadang-adang terpadu, memiliki panjang
serat rata-rata 1316 mikro dengan diameter 24,8 mikro dan tebal dinding 3,3 mikro.
13
Struktur pori sebagian besar soliter dalam susunan tata lingkaran, memiliki diameter
20-40 mikro dengan frekuensi 3-7 per mm 2. Karena sifat-sifatnya yang baik, kayu jati
merupakan jenis kayu yang paling banyak dipakai untuk berbagai keperluan. Sifat-
sifat kayu jati secara lengkap dapat dilihat pada tabel 2.1. Pada industri pengolahan
kayu, jati diolah menjadi kayu gergajian, plywood, blackboard, particleboard, mebel,
dan sebagainya.
Tanaman jagung (Zea Mays L.) dalam tata nama atau sistematika (taksonomi)
Familia : Graminaceae
Genus : Zea
Di daerah Aceh dan Sunda, jagung biasa disebut dengan jagong, sedangkan di
Sumba disebut wataru, di Sulawesi disebut dengan wokan, di Ternate disebut dengan
kastela. Khusus di daerah Jawa dan Bali serta Kalimantan disebut dengan jagung
(Warisno, 1998).
untuk memproduksi panas, energi, dan bahan bakar. Sejarah membuktikan bahwa
tongkol jagung dapat digunakan untuk berbagai fungsi tertentu dengan memodifikasi
sifat fisika dan sifat kimia dari limbah tongkol jagung tersebut. Sebagai contoh
maupun aplikasi secara komersial seperti untuk absorben, karbon aktif, bahan aditif,
bahan baku untuk industri petrokimia (xylitol, furfural, dan asam oksalat), substrat
fermentasi, pupuk, sumber serat makanan, pembawa zat kimia seperti herbisida,
insektisida, dan pestisida, material isolator, dan banyak lagi produk-produk yang lain.
secara umum terdiri dari selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Lignin adalah komponen
paling stabil dari biomassa, setelah selulosa dan hemiselulosa. Selulosa adalah
komponen organik yang terdiri dari beberapa ratus unit glukosa dengan ikatan β (1-
4). Tidak seperti selulosa, hemiselulosa terdiri dari beberapa ratus monomer yang
berbeda, tidak hanya glukosa dan dengan ikatan yang berbeda pula. Lignin adalah
unsur kimia yang kompleks, merupakan penyusun dinding sel, dan mengisi bagian
yang kosong dari serat sehingga berfungsi untuk memberi kekuatan pada tanaman
(Campo, 2010).
Foley et al. (1978) melaporkan biomassa tongkol jagung terdiri dari 45,6%
selulosa, 39,8% hemiselulosa, dan 6,7% lignin (dalam basis kering), mengingat
pentosa terdiri dari 38% hemiselulosa dan xylan 87% dari fraksi pentosa. Clark and
Lathrop (1953) menemukan bahwa rata-rata dari 31 jagung hibrida terdiri dari 32,3%
Tongkol jagung adalah biomassa yang dapat digunakan sebagai sumber energi
dan bahan baku kimia, dimana evaluasi ekonomi diantara biaya penyimpanan dan
degradasi lignin adalah melalui pembentukan spesies radikal yang dimulai saat terjadi
eliminasi alkil hidroksil grup pada posisi-α dari rantai propana dan pembentukan
senyawa monolignols yang diberi mana p-coumaryl alcohol, coniferyl alcohol, dan
tersebut memiliki harga yang mahal dan menimbulkan efek buruk terhadap
lingkungan. Air adalah pelarut universal yang dapat menggantikan pelarut organik
tersebut karena tidak ada pelarut lain yang dapat melarutkan material-material
sebanyak dan sebaik yang dapat dilakukan oleh air. Air mudah ditemukan di alam
Air sebagai pelarut yang universal memiliki kelakuan yang berbeda pada
kondisi kritis. Air tidak dapat melarutkan material organik pada kondisi normal, tetapi
kritisnya. Air memiliki konstanta dielektrik yang tinggi pada kondisi normal,
sedangkan pada kondisi kritis, air memiliki konstanta dielektrik yang mendekati
konstanta dielektrik aseton pada kondisi normal. Air yang memiliki konstanta
Disamping itu, struktur dari air mengalami perubahan dari keadaan polar menuju ke
keadaan non-polar diatas temperatur kritis dan tekanan kritisnya yaitu 374oC dan
22,13MPa. Pada kondisi kritis air memiliki kecepatan difusi yang tinggi namun
memiliki viskositas yang rendah. Pada temperatur tinggi, kecepatan pemanasan akan
baik di dalam air dan memiliki interaksi yang cepat dengan oksigen. Ketika
difusivitas yang tinggi dan viskositas yang rendah bergabung dengan keistimewaan
air pada kondisi kritis dapat menghasilkan reaksi yang cepat dan efisien (Durak,
2016). Gambar 2.7 merupakan diagram fase padat, cair, dan gas yang dapat
Gambar 2.7. Diagram Fase Padat, Cair, dan Gas (Pecsok, 1976)
Gambar 2.7 menunjukkan diagram fase yang khas untuk komponen tunggal
yang menunjukkan fase padat, cair, dan gas. Garis hijau lurus menunjukkan bentuk
biasa dari garis fase cair-padat. Garis hijau putus-putus menunjukkan perilaku
anomali air ketika tekanan meningkat. Triple point dan titik kritis digambarkan
sebagai titik-titik merah. Garis biru menandai batas antara cair dan gas yang tidak
berlanjut tanpa batas waktu, tetapi berakhir pada titik yang disebut titik kritis.
Semakin suhu dan tekanan mendekati titik kritis, sifat-sifat cairan dan gas menjadi
semakin mirip. Pada titik kritis, cairan dan gas menjadi tidak dapat dibedakan. Di atas
titik kritis, tidak ada lagi cairan dan gas dalam fase yang terpisah melainkan hanya
ada fase cairan generic yang disebut sebagai fluida superkritis. Dalam air, titik kritis
terjadi pada sekitar 647 K (374oC atau 705oF) dan 22,064 MPa (Pecsok, 1976).
Sebuah fitur yang tidak biasa dari diagram fase air adalah bahwa garis fase
negatif. Untuk zat padat terjadi kemiringan positif sebagaimana digambarkan oleh
20
garis hijau tidak putus-putus. Fitur ini tidak biasa terkait dengan es yang memiliki
kerapatan lebih rendah daripada air cair. Peningkatan tekanan mendorong air ke fase
kerapatan yang lebih tinggi yang menyebabkan terjadinya pelelehan (Pecsok, 1976).
Berdasarkan diagram fase dari air, titik kritis air terjadi pada temperatur 374 oC
dan 22,1 MPa. Air yang berada dibawah titik kritisnya dinamakan air subcritical dan
supercritical untuk air diatas titik kritisnya. Air menunjukkan kelarutan yang baik
diikuti dengan disosiasi dari air menjadi ion asam hydronium (H 3O+) dan ion basa
hidroksida (OH-). Struktur dari senyawa akan mengalami perubahan yang signifikan
diantara titik kritisnya. Dalam air, ikatan hidrogen rusak pada titik kritisnya dan
dielektrik air menurun disekitar titik kritis, yang menyebabkan perubahan pada
viskositas dan kenaikan koefisien difusi air. Air supercritical memiliki densitas
seperti air dan sifat transport seperti gas dan memiliki kelakuan yang sangat berbeda
dibandingkan dengan air pada temperatur ruang. Nilai maksimum produk ionisasi air
terjadi pada temperatur diantara 227oC dan 327oC tergantung dari tekanannya. Pada
kisaran temperatur tersebut, produk ionisasi nilainya lebih besar dari pada temperatur
Sifat termofisika dari air, seperti viskositas, produk ionisasi, densitas, dan
meskipun hanya dengan sedikit perubahan temperatur dan tekanan, yang kemudian
menghasilkan kenaikan laju dari reaksi kimia pada substansi tertentu. Perlu dicatat
bahwa perilaku dielektrik air pada suhu 200oC adalah sama dengan methanol, pada
suhu 300oC adalah sama dengan aseton, pada 370oC sama dengan methylene chloride
lignoselulosa adalah berupa produk gas, produk cairan, dan produk padatan. Masing-
masing produk kemudian dianalisis dan dihitung yield berdasarkan berat biomassa
yang larut dalam air (Kruse, 2007). Berdasarkan penelitian yang di lakukan
22
(Sinag,2009), produk gas dari hydrothermal treatment pada umumnya terdiri dari gas
H2, CO2, CO, dan CH4. Gas-gas tersebut terbentuk melalui 2 mekanisme reaksi yaitu,
reaksi perubahan air menjadi fase gas dan reaksi pembentukan metana seperti
Penambahan suatu katalis tertentu seperti Ni dan SiO 2 pada reaksi berkontribusi
terhadap peningkatan laju reaksi perubahan air menjadi gas dan reaksi pembentukan
metana. Disisi lain, material anorganik seperti silika yang sudah terkandung dalam
biomassa serbuk gergaji juga berperan terhadap konversi gas ini (Sinag, 2009).
Produk cair dari hydrothermal treatment biomassa serbuk gergaji antara lain
berupa karbohidrat dalam bentuk glukosa dan fruktosa, asam-asam organik seperti
asam asetat dan asam formiat, senyawa-senyawa aldehid, keton dan fenol.
kemudian dipisahkan dari produk cairannya dengan proses filtrasi dan kemudian
pada produk padat adalah solid yield, energy densification ratio, dan energy yield
(Yuliansyah, 2010). Solid yield, energy densification ratio, dan energy yield dihitung
GCV produk
Energy densification ratio =
GCV material bahan baku
hydrochar akan meningkat seiring dengan peningkatan temperatur reaksi dari 200oC
hingga 300oC. Peningkatan yields ini dikaitkan dengan reaksi deoksigenasi yang
yang mudah menguap, seperti kandungan oksigen dan hidrogen yang semakin kecil
Hydrochar yields pada temperatur 200oC adalah berada pada range 66-58wt%
dan pada temperatur 300oC berada pada range 66-36wt%. Pada kedua temperatur
tersebut, yields dapat diamati setelah 6 jam proses hydrothermal dan menjadi konstan.
Hal ini mengindikasikan bahwa transformasi dan penyusunan ulang struktur dari
selulosa, hemiselulosa, dan lignin yang terkandung dalam biomassa terjadi pada 6
jam pertama proses. Temperatur reaksi merupakan variabel penting yang perlu diatur
yang relative lambat, dan kecepatan reaksi terutama diatur oleh suhu (Funke and
Ziegler, 2010).
24
1. Pretreatment
fraksinasi dan parsial. Selama proses, terjadi perubahan fisis pada biomassa
menggunakan asam atau basa sebagai katalis. Reaksi ini muncul pada range
suhu 150-250oC ketika autokatalis disebabkan oleh produk reaksi HTC asam
terjadi pada suhu yang berbeda (biasanya di atas 180 oC) (Garrote, 1999)
1994; Demirbas, 2000). Karena struktur aromatic, hanya sebagian dari lignin
yang dapat diuraikan di bawah kondisi HTC non-katalitik. Selain itu juga
25
dari lignin dalam kondisi HTC di atas 250 oC, sangat rentan terhadap
karena heating value-nya (biasa disebut: char). Distribusi berat molekul bisa
3. Deoksigenasi
produk pada diagram C-H-O tersier dijelaskan menurut gambar 2.8 berikut.
Gambar 2.8. Proses HTC dan Hidrogenasi Tekanan Tinggi dan Produk
panah. Hal ini dapat dilihat bahwa proses ini menghasilkan produk yang,
dalam komposisi unsur, mendekati bahan bakar minyak yang ideal. Hal ini
pengurangan gas seperti CO atau hidrogen, suatu fakta yang sering dinyatakan
sebagai salah satu keuntungan utama dari teknik ini. Tergantung pada kondisi
operasi dan bahan baku, kandungan oksigen dari fase hidrofobik sebesar 5-
15% terdapat dalam literatur (Goudriaan, 1990; Wilhelm, 1981; dan Figueroa,
1982).
besar dikonversi menjadi CO2 dalam water-gas shift atau reaksi reduksi. Oleh
karena itu, hasil netto dari deoksigenasi selama proses HTC adalah CO 2 dan
H2O, yang pertama lebih disukai, karena rasio molekul H terhadap C (H/C)
dari produk tersebut tidak berkurang dengan cara ini. Selanjutnya, air
tantangan karena sulit untuk menentukan produksi air. Ini melibatkan baik
27
dari keseimbangan elemen. Kedua metode ini dapat sangat tidak akurat. Yang
pertama karena penentuan perubahan kecil dalam jumlah besar air, dan yang
(Knežević, 2009).
Setelah melakukan analisis dari bahan baku dan sifat produk padat yang
didesain pada proses hydrothermal treatment, antara lain temperatur reaksi, waktu
retensi, dan ratio padatan biomassa dan air. Response yang dihasilkan kemudian
didefinisikan sebagai kandungan abu (%), organic solid yield (%), carbon content
(%), ratio oksigen-karbon, energy densification dan energy yield (%). Parameter-
Indeks hc = hydrochar
Indeks f = feed
y = Xb + e
Sedangkan b (koefisien model vektor) dipisahkan dari setiap set data dengan
b = (X’X)-1X’y
29
dimana : e = y – ŷ, dan
ŷ = Xb
persamaan:
kebebasan dari model residual, adalah varian model residual dan Djj adalah
elemen dari (X’X)-1. Total varian dapat dijelaskan menurut model persamaan regresi
2.10 Hipotesis
nilai kalor bahan bakar sampai batas tertentu karena lignin dapat