PENDAHULUAN
1
selulosa dan hemiselulosa, penyedia kekuatan pohon dan pelindung dari biodegradasi. Lignin
sangat resisten terhadap degradasi, baik secara biologi, enzimatis, maupun kimia (Isroi, 2008a).
Hemiselulosa merupakan suatu polisakarida lain yang terdapat dalam tanaman dan
tergolong senyawa organik. Casey (1960) menyatakan bahwa hemiselulosa bersifat non-kristalin
dan tidak bersifat serat, mudah mengembang karena itu hemiselulosa sangat berpengaruh
terhadap bentuknya jalinan antara serat pada saat pembentukan lembaran, lebih mudah larut
dalam pelarut alkali dan lebih mudah dihidrolisis dengan asam.
Zat ekstraktif adalah zat yang mudah larut dalam pelarut seperti: eter, alcohol, bensin dan
air. Jumlah zat ekstraktif rata-rata 3 – 8%, dari berat kayu karing tanur. Termasuk di dalamnya
minyak-minyakan,resin,lilin,lemak,tannin,gula,pati dan zat warna. Zat ekstraktif tidak
merupakan bagian struktur dinding sel, tetapi terdapat dalam rongga sel. Kayu juga mengandung
komponen-komponen anorganik. Komponen ini diukur sebagai kadar abu yang jumlahnya
jarang melebihi 1% dari berat kering kayu. Abu ini berasal terutama dari berbagai garam yang
diendapkan dalam dinding sel dan lumen (Sjostrom, 1995). Fengel dan Wegener (1995)
menyatakan bahwa komponen abu utama dalam kayu adalah Ca (hingga 50%), K dan Mg, yang
diikuti oleh Mn, Na, P dan Cl. Selain itu juga masih terdapat unsur-unsur lain yang disebut
sebagai unsur runut dengan konsentrasi di dalam kayu tidak lebih dari 50 ppm.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
sumber utama benzena, adalah benzena yang tersubstitusi dan senyawa aromatik lain adalah
petroleum. Sampai tahun 1940, batu bara merupakan sumber utama.Bermacam-macam senyawa
aromatik yang diperoleh dari sumber ini adalah hidrokarbon, fenol dan senyawa heterosiklik
aromatik ( Pudyoko S, 2010: Fesenden et al. 1991).
Lignin merupakan salah satu komponen kmia penyusun dinding sel kayu selain selulosa
dan hemiselulosa. Keberadaan lignin di alam berbentuk polimer yang tersusun atas unit fenil
propana yang bercabang banyak dan membentuk struktur berdimensi tiga. Lignin terdapat pada
dinding sel dan diantara sel-sel. Konsentrasi lignin terbesar terdapat pada lapisan lamela tengah
dan semakin menurun menuju lapisan sekunder. Saat ini penelitian pengembangan polimer yang
dapat digunakan sebagai bahan perekat dititikberatkan pada sintesis polimer baru yang dapat
diproduksi sendiri, dan bahan dasarnya relatif murah serta mudah didapat. Bahan perekat yang
umum digunakan saat ini adalah poliepoksi, atau polimetakrilat. Poliuretan berbasis hydroxyl
terminated polybutadiene (HTPB) sebagai poliol banyak digunakan untuk bahan perekat
komposit padat. Namun sumber poliol yang berasal dari minyak bumi merupakan bahan yang
mahal, sulit pengadaannya dan berasal dari bahan industri petrokimia yang tak terbaharukan
serta masih diimpor. Oleh karena itu diperlukan suatu usaha untuk membuat bahan alternatif lain
yang dapat digunakan sebagai poliol untuk bahan pembuatan poliuretan yang digunakan sebagai
perekat (Sutiani, 2013).
Holoselulosa adalah bagian dari serat yang bebas sari dan lignin. Holoselulosa ini
merupakan fraksi karbohidrat total dalam kayu sebagai komponen struktural penyusun dinding
sel yang terdiri atas selulosa dan hemiselulosa, biasanya warna holoselulosa tergantung pada
jenis kayunya dari berwarna putih hingga kekuning-kuningan. Kadar holoselulosa dalam kayu
merupakan jumlah dari senyawa polisakarida dalam kayu (selulosa dan hemiselulosa).
Polisakarida merupakan polimer dari molekul monosakarida yang mempunyai unsur karbon,
hidrogen dan oksigen, dengan rantai lurus dan bercabang. Dalam kayu senyawa polisakarida
banyak terdapat pada bagian dinding sel sekunder yang berfungsi untuk memperkuat struktur
yang di dalamnya mengandung senyawaa glukomanan, arabinosa, galaktosa, glukoronoxylan,
glukosa, asam uronat, dan xylosa.
Selulosa α (Alpha Cellulose) adalah selulosa berantai panjang, tidak larut dalam larutan
NaOH 17,5% atau larutan basa kuat dengan derajat polimerisasi 600 - 1500. Selulosa α dipakai
sebagai penduga dan atau penentu tingkat kemurnian selulosa. Selulosa α merupakan kualitas
selulosa yang paling tinggi (murni). Selulosa α > 92% memenuhi syarat untuk digunakan sebagai
bahan baku utama pembuatan propelan dan atau bahan peledak, sedangkan selulosa kualitas
4
dibawahnya digunakan sebagai bahan baku pada industri kertas dan industri sandang/kain.
Semakin tinggi kadar alfa selulosa, maka semakin baik mutu bahannya. (Nuringtyas 2010)
5
BAB III
METODE PENELITIAN
Langkah Kerja :
Buat wadah menggunakan aluminium foil
Berikan label pada wadah
Masukan ke dalam oven selama 10 menit
Setelah 10 menit masukkan ke dalam desikator untuk pengkondisian selama 15
menit
Setelah 15 menit, timbang wadah untuk mendapatkan beratnya
Timbang 2 gr serbuk, gunakan wadah yang sudah diketahui beratnya
Wadah disimpan di timbangan, kemudian di zerokan. Kemudian timbang serbuk
2 gr ± 0,1 gr
Masukkan ke daalam oven (suhu 103°C ) selama 24 jam
Setelah 24 jam, ditimbang sampai mendapatkan berat yang konstan
3.2 Penentuan Kadar Ekstraktif Kayu Air Dingin & Air Panas
6
Langkah Kerja :
Langkah Kerja :
7
Masukkan ke dalam soklet usahakan ujung cawan saring lebih tinggi dari ujung
sipon pada soklet
Lakukan ekstraksi selama 4-6 jam dengan beberapa kali bilasan, sampai hasil
bilasaan jernih
Ekstaksi dilakukan dengan perbandingan alkohol benzen 1:2 (alkohol 75 ml :
benzen 150 ml)
Pelarut (alkohol benzen) di masukan ke dala labu didih
Lakukan ekstraksi dengan suhu sering di kontrol agar tidak terlalu panas
Selesai ekstraksi, keluarkan cawan saring dari soklet
Bilas cawan saring menggunakan 60 ml alkohol 96%
Kemudian vakum hingga kering
Masukkan ke dalam oven suhu 103°C selama ± 24 jam
Lakukan penimbangan sampai mendapatkan berat kering konstan
Dan Simpan sampel untuk pengujian holoselulosa
Langkah Kerja :
Timbang serbuk 1 gr (bebas ekstraktif)
Masukkan serbuk kayu ke dalam Erlenmeyer ukuran 1 L /1000 ml
Tambahkan 400 ml air panas diatas penangas air (100°C),kemudian masukkan ke
dalam penangas selama 3 jam
Setelah itu disaring dengan kertas saring,serbuk dikering udarakan dalam suhu
ruangan .
Serbuk tersebut dimasukkan ke dalam beakr glass 100 ml dan tutup dengan gelas
arloji
Tambahkan 15 ml asam sulfat H2SO4,dan masukkan ke dalam penangas es seama
2 jam dengan suhu 18-20°C
8
Sering diaduk,sampelnya dimsukkan ke dalam Erlenmeyer kuran 1 L
Dan diencerkan dengan menambahkan 560 ml aquades panas,dimasukkan ke
penangas selama 4 jam
Setelahnya saring menggunakan kertas aring yang sudah diketahui BKO,dengan
suhu 103°C
Langkah Kerja :
Timbangan 0,70 gr ( bebas ekstraktif )
Masukkan kedalam erlenmeyer 100 ml
Tambahkan larutan A 10 ml
Tambahkan lagi 1 larutan B
Tutup rapat erlenmeyer dengan aluminium foil
Masukkan ke dalam penangas air suhu 70˚C±2˚C selama 30 menit.
Tambahkan 1 ml larutan B, diamkan selama 45 menit
Tambahkan 1 ml larutan B, diamkan selama 1 jam 30 menit
Tambahkan 1 ml larutan B, diamkan selama 2 jam 30 menit.
Masukkan kedalam penangas es selama 10 menit
Tambahkan 15 ml aquades dingin kedalam erlenmayer
Bilas erlenmayer dengan 100 ml asam asetat 1 % hingga bersih
Hisap menggunakan vakum hingga kering
Bilas lagi dengan 5 ml aseton
Kondisikan dengan suhu ruang selama 4 hari
Timbang cawan saring
9
Masukkan kedalam oven suhu 103 ˚C selama ±24 jam
Timbang sampai mendapatkan berat konstan
10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
𝐵𝐴−𝐵𝐾𝑂
%KA = × 100%
𝐵𝐾𝑂
Keterangan :
BA : Berat awal
BKO: Berat kering oven
KA : Kadar air
Perhitungan :
2,0009−1,8156
KA % = × 100%
1,8156
= 0,1020 → 10,2 %
= 2,4646 -0,6469
= 1,8156
Jadi, dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa Kadar Air pada Kayu Akasia adalah
10,2%.Hal ini menunjukkan bahwa untuk mengetahui kadar air dalam kayu,perlu dilakukan
metode pengeringan. Pengeringan adalah suatu metode untuk mengeluarkan atau
menghilangakan sebagian air dari suatu bahan dengan cara menguapkan air tersebut dengan
menggunakan energi panas. Biasanya kandungan air bahan tersebut dikurangi sampai suatu
batas agar mikroba tidak dapat tumbuh lagi didalamnya
11
4.2 Penentuan Kadar Ekstrktif Kayu
1. Kadar Larut Dalam Air Dingin
Data Timbangan :
Berat wadah : 1,0871 gr
Berat serbuk : 2 gr
Berat kertas saring : 1,087 gr
1 2,8015 gr
2 2,8024 gr
3 2,8230 gr
4 2,8172 gr
5 2,7916 gr
BKO = 1,7153
𝐵𝐾𝑂 (1+𝐾𝐴)
% KE = 1−- × 100%
𝐵𝐴
1,7153(1+0,102 )
= 1− × 100%
2
1,7153(1,102)
= 1− × 100%
2
1,8902606
= 1− × 100%
2
= ( 1− 0,9451303 ) × 100%
= 0,0548697 × 100%
= 5,48697 → 5,577 %
Data timbangan :
Berat Serbuk : 2 gr
BKO : 1,7362
12
Hari ke- Berat
1 2,8232 gr
2 2,8508 gr
3 2,8598 gr
4 2,8579 gr
5 2,8305 gr
Perhitungan :
𝐵𝐾𝑂 ( 1+𝐾𝐴)
%KE = 1 − × 100%
𝐵𝐴
1,7362 ( 1+0,102 )
=1− × 100%
2
( 1,9132)
=1− × 100%
2
= 1 - 0,9566 × 100%
= 0,0434 × 100%
= 4,34 %
Jadi hasil uji ekstraktif pada serbuk kayu dalam perlakuan dingin adalah 5,577%
dan perlakuan air dingin adalah 4,34 %. Hal ini menunjukkan bahwa dalam literatur
kandungan ekstraktif kayu daun adalah 3-8 %. Sehingga hasil uji kadar ekstraktif pada
pratikum ini sesuai dengan literatur.Dan dapat disebabkan dari beberapa factor luar misalnya
oven yang sering digunakan sering dibuka tutup,Hal ini yang menyebabkan berat pada
serbuk kayu tidak stabil dan fator lainnya.
13
4.4 Penentuan Kadar Lignin
𝐵𝐿𝐾𝑂
%Kadar Lignin = × 100%
%𝐾𝐸 +𝐵𝐴
Pada uji kadar lignin hanya memaparkan bagaimana proses dan perhitungan untuk
mengetahui kadar yang terkandung didalam lignin,serta tidak ada data pengukuran untuk
proses tersebut,karena tidak dilakukan praktik.Prosedur umum yang digunakan dalam
penentuan kadar lignin adalah Metode Klason. Prosedur ini memisahkan lignin sebagai
material yang tidak larut dengan depolimerisasi selulosa dan hemiselulosa dalam asam
sulfat 72% yang diikuti oleh hidrolisis polisakarida terlarut dalam asam sulfat 3% yang
dipanaskan. Bagian dari lignin yang larut menjadi filtrat disebut lignin terlarut asam.
𝐵𝐻𝐾𝑂
% Holoselulosa = × 100%
𝐾𝐸 +𝐵𝐴
Kadar holoselulosa dalam kayu merupakan jumlah dari senyawa polisakarida dalam
kayu (selulosa dan hemiselulosa). Berdasarkan SNI 14 – 1303 – 1989 . Holoselulosa
merupakan bagian serat yang bebas sari dan lignin, terdiri dari selulosa dan hemiselulosa.
Tergantung dari jenis kayunya , berwarna putih sampai kekuning-kuningan.Paada materi ini
hanya dijelaskan cara atau proses penentuan kadar holoselulosa dan alat-alat yang
digunakan,sehingga tidak dilakukan perhitungan ataupun praktik.
𝐵𝐴𝐾𝑂
%Kadar Alpha Selulosa = × 100%
𝐵𝐴
α Selulosa adalah selulosa berantai panjang, tidak larut dalam larutan NaOH 17,5%
atau larutan basa kuat dengan DP (derajat polimerisasi) 600-1500. Selulosa α dipakai
sebagai penduga atau penentuan kemurnian selulosa. Pada praktikum ini hanya dipaparkan
bagaiman cara penentuan kadar tersebut dan alat-alat yang digunakan,sehingga tidak ada
hasil data.
14
BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Bagian terpenting dari analisa komponen kimia adalah kadar air kayu. Kadar air
sangat menentukan dalam perhitungan kadar dari masing-masing komponen kimia.
KA (kadar air) berfungsi sebagai dasar penghitungan berat bahan baku yang dipakai
dalam proses pemasakan dan juga penambahan air dalam proses pemasakan. Selain
itu KA juga berfungsi untuk menentukan berat kadar kayu.Kadar ekstraktif diartikan
sebagai senyawa yang larut dalam pelarut organik.Kadar selulosa, hemiselulosa, dan
α-Selulosa sangat penting untuk diketahui karena berpengaruh pada proses
selanjutnya yang akan dihasilkan.
Distribusi komponen kimia tersebut dalam dinding sel kayu tidak merata. Kadar
selulosa dan hemiselulosa banyak terdapat dalam dinding sekunder. Sedangkan
lignin banyak terdapat dalam dinding primer dan lamella tengah. Zat ekstraktif
terdapat di luar dinding sel kayu (Novianto, 2009).
Uji kadar komponen kimia kayu ini dilakukan untuk mengetahui dan
menghitung kadar/persentase komponen kimia didalam kayu,dan terdapat beberapa
cara uji kadar komponen kimia tersebut diantaranya dengan penentuan Kadar
Air,Zat ekstraktif(kadar larut air dingin,air panas,dan alkohol benzene),Kadar
Lignin,Kadar Holoselulosa,dan Kadar Alpha Selulosa.
5.2 Saran
Saran yang dapat kami berikan supaya kegiatan praktikum berikutnya lebih baik
lagi antara lain :
Ketika pelaksanaan praktikum bukan hanya sekedar mendapatkan materi serta
penjelasan,tetapi juga belajar melakukan uji praktik atau analisa tiap materi
tersebut, agar dapat lebih memudah memahami secara nyata.
Kemudian membaca prosedur praktikum terlebih dahulu agar mengerti dan
memudahkan dalam pekerjaan selama prektikum, Berhati – hati dalam pelaksaan
praktikum.Bertanya kepada pembimbing atau analis jika mengalami kendala atau
kesulitan.
Peralatan laboratorium harus dilengkapi agar memudahkan dalam praktikum
Teliti dalam prosedur kerja maupun perhitungan data.
15
DAFTAR PUSTAKA
123dok. (-, - -). Zat Ekstraktif Kayu. Retrieved Mei 21, 2019, from 123dok.com:
https://text- id.123dok.com/document/ozlm6m2ry-zat-ekstraktif-kayu-
tinjauan-pustaka.html
Silaban, R. (2013, 09 21). Komponen Kimia Kayu. Retrieved Mei 21, 2019,
from raymoon760.wordpress:
https://raymoon760.wordpress.com/2013/09/21/komponen-kimia-kayu/
srimuliyani. (2014, 1). Komponen Kimia Kayu. Retrieved Mei 21, 2019, from
blogspot.com: http://srimuliyani.blogspot.com/2014/01/komponen-kimia-
kayu.html
vansaka. (2010, Maret -). Komponen kimia kayu yang terdapat pada kayu .
Retrieved mei 21, 2019, from blogspot.com/:
http://vansaka.blogspot.com/2010/03/komponen-kimia-kayu-yang-terdapat-
pada.html
16