Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komponen kimia kayu sangat bervariasi, hal ini dipengaruhi oleh faktor tempat tumbuh,
iklim dan letaknya di dalam batang atau cabang. Pada komponen kimia kayu terdiri dari selulosa,
hemiselulosa, lignin dan zat eksraktif masing-masing sangat dbutuhkan oleh tumbuhan. Tumbuh-
tumbuhan yang mengandung selulosa cukup melimpah di Indonesia dan merupakan sumber alam
yang dapat diperbaharui dengan pembudidayaan.Selulosa merupakan komponen yang
mendominasi karbohidrat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan hampir mencapai 50%, karena
selulosa merupakan unsur struktural dan komponen utama bagian yang terpenting dari dinding
sel tumbuh-tumbuhan. Selulosa merupakan β-1,4 poli glukosa, dengan berat molekul sangat
besar. Unit ulangan dari polimer selulosa terikat melalui ikatan glikosida yang mengakibatkan
struktur selulosa linier. Keteraturan struktur tersebut juga menimbulkan ikatan hidrogen secara
intra dan intermolekul.
Komponen kimia Kandungan dalam % yaitu selulosa (40-45%), lignin (18-33%), pentosan
(21-24%), zat ekstraktif (1-12%), dan abu (0,22 – 6%). Komponen kimia dalam kayu
mempunyai arti yang penting, karena menentukan kegunaan sesuatu jenis kayu, dengan
mengetahuinya kita dapat membedakan jenis-jenis kayu. Susunan kimia kayu digunakan sebagai
pengenal ketahanan kayu terhadap serangan makhluk perusak kayu, selain itu dapat pula
menentukan pengerjaan dan pengolahan kayu yang optimal. Komponen kimia kayu terdiri dari 3
unsur :
1. Unsur karbohidrat terdiri dari selulosa dan hemiselulosa
2. Unsur non-karbohidrat terdiri dari lignin
3. Unsur yang diendapkan dalam kayu selama proses pertumbuhan dinamakan zat
ekstraktif.
Distribusi komponen kimia tersebut dalam dinding sel kayu tidak merata. Kadar selulosa
dan hemiselulosa banyak terdapat dalam dinding sekunder. Sedangkan lignin banyak terdapat
dalam dinding primer dan lamella tengah. Zat ekstraktif terdapat di luar dinding sel kayu
(Novianto, 2009).
Selulosa dalah bahan kristalin untuk membangun dinding- dinding sel. Bahan dasar
selulosa ialah glukosa, gula bermartabat enam, dengan rumus C6H12O6. Molekul-molekul
glukosa disambung menjadi molekul-molekul besar, panjang dan berbentuk rantai dalam
susunan manjadi glukosa. Selulosa merupakan bahan dasar yang penting bagi industri-industri
yang memakai selulosa sebagai bahan baku, missal: pabrik kertas, pabrik sutera dan lain
sebagainya
Lignin adalah zat yang bersama-sama dengan selulosa adalah salah satu sel yang terdapat dalam
kayu. Lignin merupakan suatu makromolekul kompleks, suatu polimer aromatik alami yang
bercabang–cabang dan mempunyai struktur tiga dimensi yang terbuat dari fenil propanoid yang
saling terhubung dengan ikatan yang bervariasi. Lignin membentuk matriks yang mengelilingi

1
selulosa dan hemiselulosa, penyedia kekuatan pohon dan pelindung dari biodegradasi. Lignin
sangat resisten terhadap degradasi, baik secara biologi, enzimatis, maupun kimia (Isroi, 2008a).
Hemiselulosa merupakan suatu polisakarida lain yang terdapat dalam tanaman dan
tergolong senyawa organik. Casey (1960) menyatakan bahwa hemiselulosa bersifat non-kristalin
dan tidak bersifat serat, mudah mengembang karena itu hemiselulosa sangat berpengaruh
terhadap bentuknya jalinan antara serat pada saat pembentukan lembaran, lebih mudah larut
dalam pelarut alkali dan lebih mudah dihidrolisis dengan asam.
Zat ekstraktif adalah zat yang mudah larut dalam pelarut seperti: eter, alcohol, bensin dan
air. Jumlah zat ekstraktif rata-rata 3 – 8%, dari berat kayu karing tanur. Termasuk di dalamnya
minyak-minyakan,resin,lilin,lemak,tannin,gula,pati dan zat warna. Zat ekstraktif tidak
merupakan bagian struktur dinding sel, tetapi terdapat dalam rongga sel. Kayu juga mengandung
komponen-komponen anorganik. Komponen ini diukur sebagai kadar abu yang jumlahnya
jarang melebihi 1% dari berat kering kayu. Abu ini berasal terutama dari berbagai garam yang
diendapkan dalam dinding sel dan lumen (Sjostrom, 1995). Fengel dan Wegener (1995)
menyatakan bahwa komponen abu utama dalam kayu adalah Ca (hingga 50%), K dan Mg, yang
diikuti oleh Mn, Na, P dan Cl. Selain itu juga masih terdapat unsur-unsur lain yang disebut
sebagai unsur runut dengan konsentrasi di dalam kayu tidak lebih dari 50 ppm.

1.2 Tujuan Praktikum


1. Mahasiswa dapat menentukan kadar air pada kayu
2. Mahasiswa dapat menentukan kadar zat ekstraktif kayu dalam larutan
alkohol benzene,larutan air panas dan larutan air dingin
3. Mahasiswa dapat menentukan kadar lignin
4. Mahasiswa dapat menentukan kadar holoselulosa
5. Mahasiswa dapat menentukan kadar alpha selulosa

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penentuan Kadar Air


Penentuan kandungan air dapat dilakukan dengan beberapa cara. tergantung pada sifat
bahan pangan itu sendiri. Penentuan ini terkadang tidak mudah dilakukan karena terdapat bahan
yang mudah menguap pada beberapa jenis bahan pangan, dan adanya air yang terurai pada bahan
pangan, serta oksidasi lemak pada bahan pangan tersebut. Faktor lain yang mempengaruhi
penentuan kadar air yang tepat yaitu air yang ada dalam bahan pangan terikat secara fisik dan
ada yang secara kimia.
Pada umumnya penentuan kadar air dilakukan dengan mengeringkan bahan dalam oven
pada suhu 105-110ºC selama 3 jam atau sampai didapat berat yang konstan. Selisih berat
sebelum dan sesudah pengeringan adalah banyaknya air yang diuapkan. Untuk bahan-bahan
yang tidak tahan panas, dilakukan pemanasan dalam oven vakum dengan suhu yang lebih
rendah. Seperti bahan bekadar gula tinggi, minyak daging, kecap, dan lain-lain. kadang-kadang
pengeringan dilakukan tanpa pemanasan, bahan dimasukkan dalam eksikator dengan H2SO4
pekat sebagai pengering, sehingga mencapai berat yang konstan.

2.2 Penentuan Kadar Ekstraktif Kayu Air Dingin dan Panas


Zat ekstraktif adalah komponen dari bagian tumbuhan yang dapat dipisahkan dengan cara
ekstraksi menggunakan pelarut netral seperti air, aseton, alkohol, benzena, eter atau dengan cara
volatilisasi memakai uap air. Berdasarkan sifat substansi, zat ekstraktif dapat digolongkan ke
dalam 4 kelompok, yaitu : 1. Kelompok yang mudah menguap yaitu : minyak atsiri, hidrokarbon,
eter, alkohol, aldehid, keton, asam organik dan fenol. 2. Kelompok yang dapat larut dalam
pelarut netral yaitu : resin, lemak, dan zat fenolat. 3. Kelompok yang dapat larut dalam air dingin
yaitu : gula, tanin, dan beberapa zat pewarna tertentu. 4. Kelompok yang dapat larut dalam air
panas yaitu : gom dan pati Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, 1995. Ekstraktif
dapat dipandang sebagai konstituen kayu yang tidak struktural, hampir seluruhnya terbentuk dari
senyawa-senyawa ekstraseluler dan berat molekul rendah Sjostrom 1995. Istilah ekstraktif kayu
meliputi sejumlah besar senyawa yang berbeda yang dapat diekstraksi dari kayu dengan
menggunakan pelarut polar dan non- polar. Dalam arti yang sempit, ekstraktif merupakan
senyawa-senyawa yang larut dalam pelarut organik. Tetapi senyawa-senyawa karbohidrat dan
anorganik yang larut dalam air juga termasuk dalam senyawa yang dapat diekstraksi Fengel
1995.

2.3 Penentuan Kadar Ekstraktif Kayu Dalam Alkohol Benzen


Benzena merupakan senyawa aromatik tersederhana. Cincin benzena dianggap sebagai
induk sama seperti alkana rantai lurus. Gugus alkil, halogen dan gugus nitro dinamai dalam
bentuk awalan pada benzena itu. Untuk pertama kalinya benzena diisolasi pada tahun 1825 oleh
Michael Faraday dari residu minyak yang tertimbun dalam pipa induk gas di London. Dewasa ini

3
sumber utama benzena, adalah benzena yang tersubstitusi dan senyawa aromatik lain adalah
petroleum. Sampai tahun 1940, batu bara merupakan sumber utama.Bermacam-macam senyawa
aromatik yang diperoleh dari sumber ini adalah hidrokarbon, fenol dan senyawa heterosiklik
aromatik ( Pudyoko S, 2010: Fesenden et al. 1991).

2.4 Penentuan Kadar Lignin

Lignin merupakan salah satu komponen kmia penyusun dinding sel kayu selain selulosa
dan hemiselulosa. Keberadaan lignin di alam berbentuk polimer yang tersusun atas unit fenil
propana yang bercabang banyak dan membentuk struktur berdimensi tiga. Lignin terdapat pada
dinding sel dan diantara sel-sel. Konsentrasi lignin terbesar terdapat pada lapisan lamela tengah
dan semakin menurun menuju lapisan sekunder. Saat ini penelitian pengembangan polimer yang
dapat digunakan sebagai bahan perekat dititikberatkan pada sintesis polimer baru yang dapat
diproduksi sendiri, dan bahan dasarnya relatif murah serta mudah didapat. Bahan perekat yang
umum digunakan saat ini adalah poliepoksi, atau polimetakrilat. Poliuretan berbasis hydroxyl
terminated polybutadiene (HTPB) sebagai poliol banyak digunakan untuk bahan perekat
komposit padat. Namun sumber poliol yang berasal dari minyak bumi merupakan bahan yang
mahal, sulit pengadaannya dan berasal dari bahan industri petrokimia yang tak terbaharukan
serta masih diimpor. Oleh karena itu diperlukan suatu usaha untuk membuat bahan alternatif lain
yang dapat digunakan sebagai poliol untuk bahan pembuatan poliuretan yang digunakan sebagai
perekat (Sutiani, 2013).

2.5 Penentuan Kadar Holoselulosa

Holoselulosa adalah bagian dari serat yang bebas sari dan lignin. Holoselulosa ini
merupakan fraksi karbohidrat total dalam kayu sebagai komponen struktural penyusun dinding
sel yang terdiri atas selulosa dan hemiselulosa, biasanya warna holoselulosa tergantung pada
jenis kayunya dari berwarna putih hingga kekuning-kuningan. Kadar holoselulosa dalam kayu
merupakan jumlah dari senyawa polisakarida dalam kayu (selulosa dan hemiselulosa).
Polisakarida merupakan polimer dari molekul monosakarida yang mempunyai unsur karbon,
hidrogen dan oksigen, dengan rantai lurus dan bercabang. Dalam kayu senyawa polisakarida
banyak terdapat pada bagian dinding sel sekunder yang berfungsi untuk memperkuat struktur
yang di dalamnya mengandung senyawaa glukomanan, arabinosa, galaktosa, glukoronoxylan,
glukosa, asam uronat, dan xylosa.

2.6 Penentuan Kadar Alpha Selulosa

Selulosa α (Alpha Cellulose) adalah selulosa berantai panjang, tidak larut dalam larutan
NaOH 17,5% atau larutan basa kuat dengan derajat polimerisasi 600 - 1500. Selulosa α dipakai
sebagai penduga dan atau penentu tingkat kemurnian selulosa. Selulosa α merupakan kualitas
selulosa yang paling tinggi (murni). Selulosa α > 92% memenuhi syarat untuk digunakan sebagai
bahan baku utama pembuatan propelan dan atau bahan peledak, sedangkan selulosa kualitas

4
dibawahnya digunakan sebagai bahan baku pada industri kertas dan industri sandang/kain.
Semakin tinggi kadar alfa selulosa, maka semakin baik mutu bahannya. (Nuringtyas 2010)

5
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Penentuan Kadar Air Kayu


Alat dan Bahan
Alat : Bahan :
 Timbangan Analitik
 Alumunium Foil
 Oven
 Serbuk Kayu
 Deskator
 Pinset

Langkah Kerja :
 Buat wadah menggunakan aluminium foil
 Berikan label pada wadah
 Masukan ke dalam oven selama 10 menit
 Setelah 10 menit masukkan ke dalam desikator untuk pengkondisian selama 15
menit
 Setelah 15 menit, timbang wadah untuk mendapatkan beratnya
 Timbang 2 gr serbuk, gunakan wadah yang sudah diketahui beratnya
 Wadah disimpan di timbangan, kemudian di zerokan. Kemudian timbang serbuk
2 gr ± 0,1 gr
 Masukkan ke daalam oven (suhu 103°C ) selama 24 jam
 Setelah 24 jam, ditimbang sampai mendapatkan berat yang konstan

3.2 Penentuan Kadar Ekstraktif Kayu Air Dingin & Air Panas

1. Kadar Larut Dalam Air Dingin

2. Kadar Larut Dalam Air Panas

Alat dan Bahan


Alat :
 Erlenmeyer  Pipet tetes
 Beaker Glass  Hot plate
 Corong  Wasterbag
 Spatula  Gelas ukur
Bahan :
 Kertas saring
 Serbuk Kayu Akasia
 Air Panas dan Air Dingin

6
Langkah Kerja :

1.Kadar Larut Dalam Air Dingin


 Timbanglah serbuk kayu seberat 2 gr ± 0,1, dengan alumunium foil
 Masukkan kedalam Erlenmeyer 500 ml
 Tambahkan aquades 300 ml,dan tutup
 Kemudian air didiamkan selama 48 jam
 Setelahnya,saring menggunakan kertas saring yang sudah diketahui BKO
 Tiriskan kemudian masukkan ke dalam oven dan beri label
 Timbanglah setiap hari berat serbuk kayu tersebut

2.Kadar Larut Dalam Air Panas


 Timbanglah serbuk kayu seberat 2 gr ± 0,1, dengan alumunium foil
 Masukkan ke dalam wadah erlenmeyer 250 ml
 Tambahkan air panas 100 ml
 Tutup Erlenmeyer tersebut menggunakan alumunium foil
 Setelah itu masukkan ke dalam waterbot/penangas air selama 3 jam
 Kemudian saring menggunakan kertas saring yang sudah diketahui BKO,beri label
 Dan di oven serta timbang setiap harinya

3.3 Penentuan Kadar Ekstraktif Kayu Dalam Alkohol Benzen

Alat dan Bahan


Alat Bahan
 Soklet  Serbuk kayu
 Vakum  Alkohol 96%
 Cawan saring  Benzen
 Timbangan analitik
 Gelas ukur
 Oven
 Desikator
 Penjepit Logam

Langkah Kerja :

 Wadah (cawan saring) di oven suhu 103°C, 10 menit


 Dimasukkan ke dalam desikator 15 menit
 Timbang, untuk mendapatkan berat cawan saring
 Timbang serbuk 2 ± 0,1 gr, menggunakaan wadah yang sudah diketahui beratnya
 Tutup wadah dengan kain kasa

7
 Masukkan ke dalam soklet usahakan ujung cawan saring lebih tinggi dari ujung
sipon pada soklet
 Lakukan ekstraksi selama 4-6 jam dengan beberapa kali bilasan, sampai hasil
bilasaan jernih
 Ekstaksi dilakukan dengan perbandingan alkohol benzen 1:2 (alkohol 75 ml :
benzen 150 ml)
 Pelarut (alkohol benzen) di masukan ke dala labu didih
 Lakukan ekstraksi dengan suhu sering di kontrol agar tidak terlalu panas
 Selesai ekstraksi, keluarkan cawan saring dari soklet
 Bilas cawan saring menggunakan 60 ml alkohol 96%
 Kemudian vakum hingga kering
 Masukkan ke dalam oven suhu 103°C selama ± 24 jam
 Lakukan penimbangan sampai mendapatkan berat kering konstan
 Dan Simpan sampel untuk pengujian holoselulosa

3.4 Penentuan Kadar Lignin

Alat dan Bahan


Alat : Bahan :
 Timbangan analitik
 Serbuk kayu
 Oven
 Aquades
 Burret
 H2SO4 72%
 Erlenmeyer
 Kertas saring
 Corong
 Beaker glass
 Cawan saring

Langkah Kerja :
 Timbang serbuk 1 gr (bebas ekstraktif)
 Masukkan serbuk kayu ke dalam Erlenmeyer ukuran 1 L /1000 ml
 Tambahkan 400 ml air panas diatas penangas air (100°C),kemudian masukkan ke
dalam penangas selama 3 jam
 Setelah itu disaring dengan kertas saring,serbuk dikering udarakan dalam suhu
ruangan .
 Serbuk tersebut dimasukkan ke dalam beakr glass 100 ml dan tutup dengan gelas
arloji
 Tambahkan 15 ml asam sulfat H2SO4,dan masukkan ke dalam penangas es seama
2 jam dengan suhu 18-20°C

8
 Sering diaduk,sampelnya dimsukkan ke dalam Erlenmeyer kuran 1 L
 Dan diencerkan dengan menambahkan 560 ml aquades panas,dimasukkan ke
penangas selama 4 jam
 Setelahnya saring menggunakan kertas aring yang sudah diketahui BKO,dengan
suhu 103°C

3.5 Penentuan Kadar Holoselulosa


Alat dan Bahan
Alat : Bahan :
 Timbangan analitik
 Serbuk Kayu
 Erlenmeyer 100 ml
 Larutan A (60 ml asam asetat glacial dan
 Water bath / penangas air
20 gr NaOH)
 Filler
 Larutan B (200 gr NaClO2)
 Pipit ukur 10 ml
 Aquades
 Gelas ukur 25 ml dan 100 ml
 Larutan asam asetat 1%
 Penangas es
 Larutan aseton
 Cawan saring
 Vakum
 Oven
 Desikator
 Penjepit logam

Langkah Kerja :
 Timbangan 0,70 gr ( bebas ekstraktif )
 Masukkan kedalam erlenmeyer 100 ml
 Tambahkan larutan A 10 ml
 Tambahkan lagi 1 larutan B
 Tutup rapat erlenmeyer dengan aluminium foil
 Masukkan ke dalam penangas air suhu 70˚C±2˚C selama 30 menit.
 Tambahkan 1 ml larutan B, diamkan selama 45 menit
 Tambahkan 1 ml larutan B, diamkan selama 1 jam 30 menit
 Tambahkan 1 ml larutan B, diamkan selama 2 jam 30 menit.
 Masukkan kedalam penangas es selama 10 menit
 Tambahkan 15 ml aquades dingin kedalam erlenmayer
 Bilas erlenmayer dengan 100 ml asam asetat 1 % hingga bersih
 Hisap menggunakan vakum hingga kering
 Bilas lagi dengan 5 ml aseton
 Kondisikan dengan suhu ruang selama 4 hari
 Timbang cawan saring

9
 Masukkan kedalam oven suhu 103 ˚C selama ±24 jam
 Timbang sampai mendapatkan berat konstan

3.6 Penentuan Kadar Alpha Selulosa


Alat dan Bahan
Alat :  Desikator
 Cawan saring  Penjepit logam
 Pipet ukur 10  Timbangan analitik
 Filler
 Gelas ukur 25 ml dan 100 ml Bahan :
 Gelas arloji  NaOH 17,5%
 Wadah plastik  Aquades
 Batang pengaduk  Larutan asam asetat 10%
 Vakum  Aseton
 Oven
Langkah Kerja :

 Tambahkan 3ml NaOH 17,5% kedalam cawan saring


 Letakkan cawan saring kedalam wadah yang berisi air, hingga terendam ±1cm
 Lepaskan (maserasikan) selama 5 menit. Sambil di aduk
 Sesudah 5 menit tambahkan 3ml NaOH 17,5% kedalam cawan sari
 Di aduk selama 1 menit,
 Diamkan selama 35 menit
 Tambahkan 6 ml aquades
 Keluarkan cawan saring dari wadar berisi air
 Hisap hingga kering
 Bilas dengan 60 ml aquades, hisap hingga kering
 Tambahkan 10 ml asam asetat 10%, diaduk
 Hisap hingga kering
 Bilas menggunakan 10 ml aseton, hisap hingga kering
 Keringkan kedalam oven suhu 103˚C selama ±24 jam
 Timbang sampai mendapatkan berat kering konstan

10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penentuan Kadar Air Hari ke- Berat


Data Timbangan : 1 2,4646 gr
Berat Wadah = 0,6490 2 2,4754 gr
Berat Serbuk = 2,0009
3 2,4789 gr
Berat awal = 2,0009
4 2,4774 gr
5 2,4791 gr
Rumus % Kadar Air (KA) :

𝐵𝐴−𝐵𝐾𝑂
%KA = × 100%
𝐵𝐾𝑂

Keterangan :
BA : Berat awal
BKO: Berat kering oven
KA : Kadar air
Perhitungan :
2,0009−1,8156
KA % = × 100%
1,8156
= 0,1020 → 10,2 %

BKO = Berat terkecil – Berat wadah

= 2,4646 -0,6469

= 1,8156

Jadi, dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa Kadar Air pada Kayu Akasia adalah
10,2%.Hal ini menunjukkan bahwa untuk mengetahui kadar air dalam kayu,perlu dilakukan
metode pengeringan. Pengeringan adalah suatu metode untuk mengeluarkan atau
menghilangakan sebagian air dari suatu bahan dengan cara menguapkan air tersebut dengan
menggunakan energi panas. Biasanya kandungan air bahan tersebut dikurangi sampai suatu
batas agar mikroba tidak dapat tumbuh lagi didalamnya

11
4.2 Penentuan Kadar Ekstrktif Kayu
1. Kadar Larut Dalam Air Dingin
Data Timbangan :
Berat wadah : 1,0871 gr
Berat serbuk : 2 gr
Berat kertas saring : 1,087 gr

Hari ke- Berat

1 2,8015 gr
2 2,8024 gr
3 2,8230 gr
4 2,8172 gr
5 2,7916 gr

BKO = 1,7153
𝐵𝐾𝑂 (1+𝐾𝐴)
% KE = 1−- × 100%
𝐵𝐴
1,7153(1+0,102 )
= 1− × 100%
2

1,7153(1,102)
= 1− × 100%
2
1,8902606
= 1− × 100%
2
= ( 1− 0,9451303 ) × 100%
= 0,0548697 × 100%
= 5,48697 → 5,577 %

2.Kadar Larut Dalam Air Panas

Data timbangan :

Berat Wadah : 1,0871

Berat Serbuk : 2 gr

BKO : 1,7362

12
Hari ke- Berat
1 2,8232 gr
2 2,8508 gr
3 2,8598 gr
4 2,8579 gr
5 2,8305 gr

Perhitungan :
𝐵𝐾𝑂 ( 1+𝐾𝐴)
%KE = 1 − × 100%
𝐵𝐴

1,7362 ( 1+0,102 )
=1− × 100%
2

( 1,9132)
=1− × 100%
2

= 1 - 0,9566 × 100%
= 0,0434 × 100%
= 4,34 %

Jadi hasil uji ekstraktif pada serbuk kayu dalam perlakuan dingin adalah 5,577%
dan perlakuan air dingin adalah 4,34 %. Hal ini menunjukkan bahwa dalam literatur
kandungan ekstraktif kayu daun adalah 3-8 %. Sehingga hasil uji kadar ekstraktif pada
pratikum ini sesuai dengan literatur.Dan dapat disebabkan dari beberapa factor luar misalnya
oven yang sering digunakan sering dibuka tutup,Hal ini yang menyebabkan berat pada
serbuk kayu tidak stabil dan fator lainnya.

4.3 Penentuan Kadar Ekstraktif Kayu Dalam Alkohol Benzen


Pada penentuan kadar ekstraktif kayu dalam alkohol benzene ini hanya dilakukan
penjelasan proses atau langkah-langkahnya,tetapi tidak dilakukan data pengukuran table dan
penimbangan,sehingga tidak terdapat hasil pada materi ini. Zat ekstraktif merupakan bagian
kayu atau zat kimia dalam kayu yang dapat diekstraksi dengan bahan pelarut kimia yang
netral misalnya benzena, eter, aseton, alkohol dan lain-lain. Dalam kayu zat ekstraktif
memiliki kadar yang rendah umumnya berkisar antara 1 % sampai 10 %,ekstraksi alkohol-
benzena adalah zat dalam kayu atau pulp yang terekstraksi oleh alkohol-benzena sebagai
pelarut.

13
4.4 Penentuan Kadar Lignin

𝐵𝐿𝐾𝑂
%Kadar Lignin = × 100%
%𝐾𝐸 +𝐵𝐴

Pada uji kadar lignin hanya memaparkan bagaimana proses dan perhitungan untuk
mengetahui kadar yang terkandung didalam lignin,serta tidak ada data pengukuran untuk
proses tersebut,karena tidak dilakukan praktik.Prosedur umum yang digunakan dalam
penentuan kadar lignin adalah Metode Klason. Prosedur ini memisahkan lignin sebagai
material yang tidak larut dengan depolimerisasi selulosa dan hemiselulosa dalam asam
sulfat 72% yang diikuti oleh hidrolisis polisakarida terlarut dalam asam sulfat 3% yang
dipanaskan. Bagian dari lignin yang larut menjadi filtrat disebut lignin terlarut asam.

4.5 Penentuan Kadar Holoselulosa

𝐵𝐻𝐾𝑂
% Holoselulosa = × 100%
𝐾𝐸 +𝐵𝐴
Kadar holoselulosa dalam kayu merupakan jumlah dari senyawa polisakarida dalam
kayu (selulosa dan hemiselulosa). Berdasarkan SNI 14 – 1303 – 1989 . Holoselulosa
merupakan bagian serat yang bebas sari dan lignin, terdiri dari selulosa dan hemiselulosa.
Tergantung dari jenis kayunya , berwarna putih sampai kekuning-kuningan.Paada materi ini
hanya dijelaskan cara atau proses penentuan kadar holoselulosa dan alat-alat yang
digunakan,sehingga tidak dilakukan perhitungan ataupun praktik.

4.6 Penentuan Kadar Alpha Selulosa

𝐵𝐴𝐾𝑂
%Kadar Alpha Selulosa = × 100%
𝐵𝐴
α Selulosa adalah selulosa berantai panjang, tidak larut dalam larutan NaOH 17,5%
atau larutan basa kuat dengan DP (derajat polimerisasi) 600-1500. Selulosa α dipakai
sebagai penduga atau penentuan kemurnian selulosa. Pada praktikum ini hanya dipaparkan
bagaiman cara penentuan kadar tersebut dan alat-alat yang digunakan,sehingga tidak ada
hasil data.

14
BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Bagian terpenting dari analisa komponen kimia adalah kadar air kayu. Kadar air
sangat menentukan dalam perhitungan kadar dari masing-masing komponen kimia.
KA (kadar air) berfungsi sebagai dasar penghitungan berat bahan baku yang dipakai
dalam proses pemasakan dan juga penambahan air dalam proses pemasakan. Selain
itu KA juga berfungsi untuk menentukan berat kadar kayu.Kadar ekstraktif diartikan
sebagai senyawa yang larut dalam pelarut organik.Kadar selulosa, hemiselulosa, dan
α-Selulosa sangat penting untuk diketahui karena berpengaruh pada proses
selanjutnya yang akan dihasilkan.
Distribusi komponen kimia tersebut dalam dinding sel kayu tidak merata. Kadar
selulosa dan hemiselulosa banyak terdapat dalam dinding sekunder. Sedangkan
lignin banyak terdapat dalam dinding primer dan lamella tengah. Zat ekstraktif
terdapat di luar dinding sel kayu (Novianto, 2009).

Uji kadar komponen kimia kayu ini dilakukan untuk mengetahui dan
menghitung kadar/persentase komponen kimia didalam kayu,dan terdapat beberapa
cara uji kadar komponen kimia tersebut diantaranya dengan penentuan Kadar
Air,Zat ekstraktif(kadar larut air dingin,air panas,dan alkohol benzene),Kadar
Lignin,Kadar Holoselulosa,dan Kadar Alpha Selulosa.

5.2 Saran
Saran yang dapat kami berikan supaya kegiatan praktikum berikutnya lebih baik
lagi antara lain :
 Ketika pelaksanaan praktikum bukan hanya sekedar mendapatkan materi serta
penjelasan,tetapi juga belajar melakukan uji praktik atau analisa tiap materi
tersebut, agar dapat lebih memudah memahami secara nyata.
 Kemudian membaca prosedur praktikum terlebih dahulu agar mengerti dan
memudahkan dalam pekerjaan selama prektikum, Berhati – hati dalam pelaksaan
praktikum.Bertanya kepada pembimbing atau analis jika mengalami kendala atau
kesulitan.
 Peralatan laboratorium harus dilengkapi agar memudahkan dalam praktikum
 Teliti dalam prosedur kerja maupun perhitungan data.

15
DAFTAR PUSTAKA

123dok. (-, - -). Zat Ekstraktif Kayu. Retrieved Mei 21, 2019, from 123dok.com:
https://text- id.123dok.com/document/ozlm6m2ry-zat-ekstraktif-kayu-
tinjauan-pustaka.html

farisjaisyulaziz. (2015, 4). KADAR AIR DAN PENENTUAN KADAR AIR .


Retrieved mei 2019, 2019, from blogspot.com:
http://farisjaisyulaziz.blogspot.com/2015/04/kadar-air-dan-penentuan-kadar-
air.html

sardewforester, w. d. (2015, Mei 5). Selulosa dan Holoelulosa. Retrieved mei


21, 2019, from blogspot.com:
https://warstek.com/2015/05/05/selulosa/p://sardewforester.blogspot.com/20
12/01/holoselulosa.html

Silaban, R. (2013, 09 21). Komponen Kimia Kayu. Retrieved Mei 21, 2019,
from raymoon760.wordpress:
https://raymoon760.wordpress.com/2013/09/21/komponen-kimia-kayu/

srimuliyani. (2014, 1). Komponen Kimia Kayu. Retrieved Mei 21, 2019, from
blogspot.com: http://srimuliyani.blogspot.com/2014/01/komponen-kimia-
kayu.html

vansaka. (2010, Maret -). Komponen kimia kayu yang terdapat pada kayu .
Retrieved mei 21, 2019, from blogspot.com/:
http://vansaka.blogspot.com/2010/03/komponen-kimia-kayu-yang-terdapat-
pada.html

wulaniriky. (2011, Januari 19). PENETAPAN KADAR AIR (METODE OVEn


PENGERING). Retrieved Mei 21, 2019, from wordpress.com:
https://wulaniriky.wordpress.com/2011/01/19/penetapan-kadar-air- metode-
oven-pengering-aa/

16

Anda mungkin juga menyukai