Dosen Pembimbing
Zuchra Helwani, ST.MT.PhD
Kelompok
: II (Dua)
Nama
: Rita P. Mendrova
(1107035609)
Ryan Tito
(1107021186)
Yakub J. Silaen
(1107036648)
Abstrak
Metode ekstraksi artisanal merupakan pengembangan dari metode
tradisional. Proses pada ekstraksi artisanal dilakukan dengan menambahkan
beberapa peralatan dan alur proses sebagai cara untuk meningkatkan yield.
Tujuan percobaan ini adalah mengolah, menentukan yield dan karakteristik dari
sawit off-grade berupa kadar asam lemak bebas (ALB), kadar air dan kadar
kotoran minyak menggunakan metode artisanal. Alat yang digunakan pada
percobaan ini adalah unit sterilizer dan spindle hydraulic press. Parameter
utama yang dipelajari adalah dengan menvariasikan penambahan air panas yaitu
sebesar 10%, 20% dan 30% dari berat sawit umpan. Sterilisasi dilakukan selama
80 menit dengan tekanan press sebesar 20 barr. Yield minimum didapat pada
penambahan air panas 10% yaitu sebesar 2,54%, sedangkan yield maksimum
didapat pada penambahan air panas 30% yaitu sebesar 5,75%. Kadar ALB
minimum didapat pada penambahan air panas 10% yaitu sebesar 11,6%,
sedangkan kadar ALB maksimum didapat pada penambahan air panas 30% yaitu
sebesar 16,37%. Kadar air minimum didapat pada penambahan air panas 10%
yaitu sebesar 0,336%, sedangkan kadar air maksimum didapat pada penambahan
air panas 30% yaitu sebesar 0,961%. Kadar kotoran minimum didapat pada
penambahan air panas 10% yaitu sebesar 0,052%, sedangkan kadar kotoran
maksimum didapat pada penambahan air panas 30% yaitu sebesar 0,108%.
Secara keseluruhan, peningkatan penambahan air panas akan meningkatkan
yield, kadar ALB, kadar air dan kadar kotoran minyak dari sawit offgrade.
Kata Kunci : Artisanal, sawit offgrade, sterilisasi, yield, asam lemak bebas,
kadar air, kadar kotoran.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan teknologi pengolahan sawit antara lain:
1. Mengolah sawit off-grade menggunakan metode artisanal.
2. Menentukan yield dan karakteristik minyak dari sawit off-grade
menggunakan metode artisanal.
1.2. Dasar Teori
Sawit merupakan salah satu tanaman perkebunan yang mempunyai peran
penting bagi subsektor perkebunan. Hilirisasi sawit antara lain memberikan
manfaat dalam peningkatan pendapatan petani dan masyarakat, menciptakan nilai
tambah di dalam negeri, penyerapan tenaga kerja, pengembangan wisata industri,
proses alih teknologi, dan untuk ekspor sebagai penghasil devisa. Diluar itu, dari
sisi pelestarian lingkungan hidup, tanaman sawit merupakan tanaman tahunan
berbentuk pohon dapat berperan dalam penyerapan efek gas rumah kaca seperti
CO2, dan mampu menghasilkan O2 atau jasa lingkungan hidup lainnya seperti
konservasi biodiversity atau ekowisata. Tanaman sawit juga menjadi sumber
pangan dan gizi utama penduduk dalam negeri, sehingga keberadaannya
berpengaruh sangat nyata dalam perkembangan
masyarakat. Bagian terpenting dari tumbuhan kelapa sawit yang diperlukan untuk
memperoleh minyak sawit dan minyak inti sawit adalah buah. Buah yang baik
adalah buah yang berasal dari tandan buah yang sudah matang sempurna.
Minyak yang diperoleh dari daging buah disebut minyak sawit mentah atau
Crude Palm Oil (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut
minyak inti sawit atau Palm Kernel Oil (PKO). Minyak sawit yang terkandung
dalam sel sel serat adalah sekitar 20% 24% dari berat tandan sawit sedangkan
minyak inti sawit sekitar 2% - 4%.
Sifat fraksi
Sangat mentah
Mentah
Kurang matang
Matang
Matang
Lewat matang
Terlalu matang
Jumlah brondolan
Tidak ada
1 12,5% buah luar
12,5 25% buah luar
25 50% buah luar
50 75% buah luar
75 100% buah luar
Buah dalam ikut membrondol
Sawit off-grade dapat terjadi karena beberapa faktor antara lain terlalu cepat
dan terlambatnya waktu pemanenan, lamanya waktu tinggal di tempat
pengumpulan hasil, maupun dipabrik serta keterlambatan sistem pengangkutan
menuju pabrik. Jika TBS yang telah dipanen tidak langsung diproses, maka akan
menyebabkan peningkatan kadar ALB ketika buah di ektraksi menjadi minyak
[Orji, 2006]. Poku [2002] menyatakan sebaiknya TBS diolah tidak lebih dari 48
jam setelah panen untuk menghambat perkembangan enzim lipase yang
meningkatkan kadar ALB.
Pemanenan buah sebaiknya dilakukan tepat pada waktu buah telah
mencapai tingkat kematangan. Pemanenan buah dalam keadaan lewat matang
akan meningkatkan kadar ALB, sebaliknya jika buah dipanen terlalu cepat akan
berakibat pada kuantitas minyak yang dihasilkan karena buah memiliki kadar air
yang tinggi [Pahan, 2012].
pada
yang diinginkan dan kualitas sesuai dengan standar. Yield (rendemen) dan mutu
minyak sangat mempengaruhi nilai jual sehingga memiliki faktor penting agar
tidak terjadi kerugian pihak menajemen pabrik [Hyman, 1990].
Teknologi proses yang digunakan pada metode ini full mechanized dan
sistem pengolahannya dilakukan secermat mungkin agar sasaran produk yang
diinginkan dapat tercapai. Bahan baku yang digunakan berupa TBS yang berasal
dari kebun inti, plasma, maupun pihak ketiga.
1.2.4 Minyak Kelapa Sawit
Minyak kelapa sawit dapat dihasilkan dari inti kelapa sawit yang dinamakan
minyak inti kelapa sawit (palm kernel oil) dan bungkil inti kelapa sawit (palm
kernel meal atau pellet). Minyak kelapa sawit mengandung beberapa asam lemak
yaitu asam kaprilat, asam kaproat, asam laurat, asam miristat, asam palmitat, asam
stearat, asam oleat, dan asam linoleat. Sifat fisiko-kimia minyak kelapa sawit
meliputi warna, bau dan flavor, kelarutan, titik cair dan polimorphism, titik didih
(boiling point), titik pelunakan (slipping point), shot melting point, bobot jenis,
indeks bias, titik kekeruhan (turbidity point), titik asap, titik nyala, dan titik api.
Standar mutu merupakan hal yang penting untuk menentukan minyak yang
bermutu baik. Ada beberapa faktor yang menentukan standar mutu yaitu:
kandungan air dan kotoran dalam minyak, kandungan asam lemak bebas, warna,
dan bilangan peroksida.
Faktor lain yang mempengaruhi standar mutu adalah titik cair dan
kandungan gliserida, refining loss, plastisitas dan spreadability, kejernihan
kandungan logam berat dan bilangan penyabunan. Mutu minyak kelapa sawit
yang baik mempunyai kadar air kurang dari 0,1 persen dan kadar kotoran lebih
kecil dari 0,01 persen, kandungan asam lemak bebas serendah mungkin (kurang
lebih 2 persen atau kurang), bilangan peroksida di bawah 2, bebas dari warna
merah dan kuning.
1.2.5 Komposisi Minyak Kelapa Sawit
sekitar 20,4 - 23,5 sedangkan bilangan iod minyak sawit 50,6 59. Masingmasing setiap umurnya, tidak berubah. Pada minyak sawit tidak terjadi perubahan
yang nyata terhadap bilangan peroksidanya yang sangat rendah (0,9-1,4 meq/1000
gr), tetapi pada minyak inti sawit meningkat sejalan dengan peningkatan umur
panen, bahkan pada saat lewat matang ditemukan bilangan peroksida yang sangat
tinggi (16,4 meq/1000 gr), meskipun pada umur 16 minggu masih berada pada
batas yang masih dapat ditolerir (3,5 meq/1000 gr). Komponen penyusun minyak
sawit terdiri dari trigliserida dan nontrigliserida. Asam-asam lemak penyusun
trigliserida terdiri dari asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh.
1.2.6 Parameter Mutu Minyak
Standar mutu sangat penting untuk menentukan minyak memiliki mutu yang
bagus atau tidak. Penentuan mutu minyak perlu dilakukan karena berpengaruh
pada daya jual minyak sawit. Apabila minyak sawit memiliki mutu yang kurang
bagus, maka nilai jual minyak menjadi rendah. Oleh karena itu pengendalian mutu
minyak memiliki faktor terpenting dalam proses pengolahan TBS. Parameter
mutu minyak sawit diantaranya kadar ALB, kadar kotoran, dan kadar air. Standar
mutu yang digunakan untuk minyak sawit di Indonesia diperlihatkan pada Tabel
1.2.
Tabel 1.2 Syarat mutu minyak sawit mentah
Kriteria Uji
Warna
Kadar air dan kotoran
Asam lemak bebas
(sebagai asam palmitat)
Satuan
%, fraksi massa
Persyaratan mutu
Jingga kemerah-merahan
0,5 maks
%, fraksi massa
5 maks
senyawa aldehid dan keton yang menyebabkan bau tengik. Pengaruh lain yang
disebabkan dari reaksi oksidasi yaitu perubahan warna, penurunan vitamin dalam
minyak, dan dapat menyebabkan keracunan [Ketaren, 1986]. Kadar ALB
maksimal pada CPO yang diolah yaitu 5% [SNI 01-29-2006].
b) Kadar air
Kadar air yang terdapat dalam minyak tergantung pada efektivitas
pengolahan buah serta tingkat kematangan buah. Proses pengolahan di pabrik
tidak terlepas dari air karena merupakan bahan penunjang proses ekstraksi.
Tingkat kematangan buah juga mempengaruhi kadar air dalam minyak. Buah
sawit yang terlalu matang akan memiliki kadar air lebih banyak sedangkan buah
mentah memiliki sedikit kadar minyak. Untuk itu diperlukan sistem pemanenan
tepat waktu dan pengolahan yang efektif agar minyak yang diperoleh memiliki
mutu yang berkualitas. Kadar air maksimal pada CPO yang diolah yaitu 0,1%
[Ketaren, 1986].
c) Kadar kotoran
Kadar kotoran adalah keseluruhan bahan-bahan asing yang tidak larut dalam
minyak dan dinyatakan dengan persen (%) zat pengotor terhadap minyak atau
lemak. Pada umumnya penyaringan minyak dilakukan dengan rangkaian proses
pengendapan yaitu sentrifugasi. Metode sentrifugasi hanya dapat menyaring
kotoran yang berukuran besar, tetapi kotoran yang berupa serabut dan yang
berukuran kecil sulit disaring karena tidak ada perbedaan berat jenis dengan
minyak. Kadar kotoran maksimal pada CPO yang diolah yaitu 0,01% [Ketaren,
1986]
1.2.7 Karakteristik Minyak Kelapa Sawit
Adapun karakteristik minyak sawit yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel
1.3.
Tabel 1.3 Karakteristik Minyak Sawit
No
.
Karakteristik
Nilai
0,898-0,901
Iodine Value
44-58
Saponification Value
195-205
Unsaponification Value, %
< 0,8
Titer, oC
40-47
BAB II
PERCOBAAN
M oe
x 100
Mm
(Owolarafe, 2008)
Keterangan :
Y : Yield
Moe : Mass of oil extracted
Mm : Mass of the mash
2.2.3
palmitat dan dilakukan dengan metode titrasi. Larutan titar yang digunakan yaitu
larutan kalium hidroksida (KOH) 0,1 N yang dibuat dengan cara melarutkan 5,6
gram KOH dalam 1 liter air suling, kemudian distandarisasi dengan larutan asam
oksalat 0,1 N dengan cara :
1. Menimbang 6,3 gram asam oksalat lalu menambahkan aquades pada labu
ukur 1 L hingga tapal batas.
2. Memasukkan larutan kedalam erlenmeyer sebanyak 25 ml
3. Menambahkan 2-3 tetes indikator fenolftalein
4. Menitrasi dengan larutan titar hingga timbul warna merah muda (merah
jambu) yang stabil.
N as .oksalat xV
Normalitas KOH =
V KOH
as .oksalat
25,6 x N x V
W
Keterangan :
V
Kadar air dihitung berdasarkan rumus di bawah ini dan dinyatakan dalam tiga
desimal :
Kadar air=
Keterangan :
Initial weight : berat wadah + berat minyak sebelum dioven (gr)
Final weight : berat wadah + berat minyak setelah dioven (gr)
2.2.5
1. Menggunakan contoh uji hasil penentuan kadar air yang sudah diketahui
beratnya.
2. Mencuci alat penyaring yang akan dipakai dengan pelarut, dikeringkan
dalam oven pada suhu 103oC selama 30 menit, dan didinginkan dalam
desikator selama 15 menit dan kemudian ditimbang.
3. Menambahkan 50 ml pelarut heksan kedalam contoh tersebut dan
memanaskan pada penangas air sampai minyak larut semua dan
kemudian menyaring melalui alat penyaring.
4. Melakukan pencucian beberapa kali dengan menggunakan pelarut setiap
kalinya 10 ml sampai penyaring bersih dari minyak.
5. Mengeringkan alat penyaring dengan seluruh isinya dalam oven pada
suhu 103oC 2oC selama 30 menit.
6. Mendinginkan dalam desikator selama 15 menit kemudian ditimbang.
Kadar kotoran dihitung berdasarkan rumus di bawah ini dan dinyatakan dalam
tiga desimal :
kadar kotoran=
weight of dirty
x 100
weight of oil
Keterangan :
Weight of dirty = berat kotoran (gr)
Weight of oil
= berat minyak (gr)
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1
Hasil Percobaan
Hasil percobaan teknologi pengolahan sawit untuk menentukan yield dan
Yield
(%)
Kadar ALB
(%)
Kadar air
(%)
Kadar kotoran
(%)
2,54
3,23
5,75
11,6
15,79
16,37
0,336
0,682
0,961
0,052
0,086
0,108
Pembahasan
Tahapan proses dari percobaan teknologi pengolahan sawit yaitu dimulai
dengan pencucian sawit offgrade untuk menghilangkan kotoran berupa pasir dan
kelopak bunga. Pencucian juga bertujuan untuk memilih atau menyortir kembali
buah sawit yang akan digunakan. Buah sawit yang telah busuk, luka, maupun
terlalu kecil dipisahkan dan tidak digunakan. Langkah selanjutnya yaitu
memanaskan air di dalam dandang (sterilizer) hingga suhu steam yang terbentuk
kurang lebih 100oC. Steam digunakan untuk mengukus brondolan sawit.
Brondolan sawit ditimbang sebanyak 3 kg dan dimasukkan ke dalam
dandang kemudian ditutup rapat. Pengukusan dilakukan selama 80 menit dengan
menggunakan api kecil. Pengukusan bertujuan untuk menonaktifkan enzim lipase
dan oksidase yang terdapat di dalam sawit serta mengurangi kadar air yang
terkandung di dalam sawit. Setelah dilakukan proses pengukusan, brondolan sawit
dikeluarkan dari dandang dan di masukkan ke dalam spindle hydraulic press.
Brondolan sawit kemudian dikempa dengan tekanan sebesar 20 barr. Selama
proses pengempaan, dilakukan penambahan air panas secara bertahap. Percobaan
teknologi pengolahan sawit dilakukan dengan memvariasikan penambahan air
panas yaitu 10%, 20% dan 30% dari berat sawit umpan. Volume air panas yang
digunakan pada penambahan air panas 10%, 20% dan 30% secara berturut-turut
sebanyak 300 ml, 600 ml, dan 900 ml. Minyak sawit yang keluar dari alat press
ditampung dengan menggunakan wadah. Proses pengempaan dihentikan jika
sudah tidak ada lagi minyak yang keluar dari spindle hydraulic press.
Minyak sawit kemudian dimasukkan ke dalam corong pisah dan di diamkan
sampai terbentuk dua lapisan. Lapisan atas merupakan minyak sedangkan lapisan
bawah adalah air dan pengotor-pengotor lainnya. Lapisan bawah dibuang,
sedangkan lapisan atas (minyak) dimasukkan ke dalam wadah. Minyak yang
didapat di timbang untuk menghitung yieldnya, kemudian dianalisa untuk
mengetahui karakteristik minyak sawit berupa kadar asam lemak bebas, kadar air
dan kadar kotoran.
3.2.1 Pengaruh Penambahan Air Panas terhadap Yield
Percobaan teknologi pengolahan sawit dilakukan dengan memvariasikan
penambahan air panas yaitu 10%, 20%, dan 30% dari berat umpan sawit. Minyak
sawit yang didapat pada penambahan air panas 10% yaitu sebanyak 76,19 gram,
pada penambahan air panas 20% didapat sebanyak 96,86 gram, sedangkan pada
penambahan air panas 30% didapat sebanyak 172,5 gram.
5.75
6
5
4
Yield (%)
3.23
2.54
3
2
1
0
0
10
20
30
Gambar 3.1 Kurva hubungan antara penambahan air panas terhadap yield minyak
dari sawit offgrade.
Yield merupakan perbandingan antara berat hasil dengan berat umpan (Tim
Penyusun, 2013). Hasil yield yang didapat pada variasi penambahan air panas
disajikan pada Gambar 3.1. Berdasarkan Gambar 3.1 dapat dilihat bahwa yield
semakin meningkat seiring bertambahnya persen penambahan air panas. Yield
minimum didapat pada penambahan air panas 10% yaitu sebesar 2,54%,
sedangkan yield maksimum didapat pada penambahan air panas 30% yaitu
sebesar 5,75%.
Minyak sawit akan terperas keluar karena adanya tekanan dari piston ketika
dilakukan proses pengempaan. Pada awal pengempaan, minyak sawit yang
terperas cukup banyak, kemudian kuantitasnya berkurang sedikit demi sedikit.
Minyak sawit yang terperas tidak seluruhnya keluar dari alat pengempa, namun
ada juga yang tertinggal di dalam silinder maupun dicelah antarbuah sawit. Ketika
ditambahkan air panas, minyak akan terbawa oleh air keluar dari silinder. Semakin
banyak volume air panas yang ditambahkan, maka semakin banyak minyak yang
terbawa dan terperas sehingga meningkatkan yieldnya.
3.2.2 Pengaruh Penambahan Air Panas terhadap Kadar Asam Lemak Bebas
20
15.79
16.37
15
11.6
10
Berat Minyak Uji 2,5 gram
5
0
0
10
20
30
Gambar 3.2 Kurva hubungan antara penambahan air panas terhadap kadar ALB
minyak dari sawit offgrade.
Penentuan
kadar
asam
lemak
bebas
(ALB)
dilakukan
dengan
memvariasikan berat contoh uji, yaitu 2,5 gram, 5 gram dan 10 gram. Pada
percobaan ini, contoh uji yang dibahas yaitu contoh uji dengan berat 2,5 gram
saja. Hasil penentuan kadar ALB yang didapat pada variasi penambahan air panas
disajikan pada Gambar 3.2.
Berdasarkan Gambar 3.2 dapat dilihat bahwa kadar ALB semakin
meningkat seiring bertambahnya persen penambahan air panas. Kadar ALB
minimum didapat pada penambahan air panas 10% yaitu sebesar 11,6%,
sedangkan kadar ALB maksimum didapat pada penambahan air panas 30% yaitu
sebesar 16,37%.
Salah satu penyebab tingginya kadar ALB sawit yaitu karena terjadinya
reaksi hidrolisa antara minyak dengan air. Proses pengempaan akan menyebabkan
daging buah menjadi pecah, sehingga minyak dapat keluar dari sawit. Ketika
ditambahkan air panas, terjadi kontak antara minyak dalam buah sawit dengan air,
sehingga terjadi reaksi hidrolisa. Semakin lama reaksi hidrolisa berlangsung
(kontak antara minyak dan air semakin banyak), maka semakin tinggi kadar ALB
yang terbentuk [Ketaren, 1986]. Oleh karena itu, penambahan air panas 30%
menghasilkan minyak dengan kadar ALB yang lebih tinggi dibandingkan dengan
penambahan air panas 10% dan 20%.
3.2.3 Pengaruh Penambahan Air Panas terhadap Kadar Air
Pengaruh penambahan air panas terhadap kadar air dari minyak sawit
offgrade disajikan pada Gambar 3.3. Berdasarkan Gambar 3.3 dapat dilihat bahwa
kadar air semakin meningkat seiring bertambahnya persen penambahan air panas.
Kadar air minimum didapat pada penambahan air panas 10% yaitu sebesar
0,336%, sedangkan kadar air maksimum didapat pada penambahan air panas 30%
yaitu sebesar 0,961%.
1
0.96
0.8
0.68
0.6
0.4
0.34
0.2
0
0
10
20
30
Gambar 3.3 Kurva hubungan antara penambahan air panas terhadap kadar air
dari minyak sawit offgrade.
Minyak sawit yang terperas tidak seluruhnya keluar dari alat pengempa,
namun ada juga yang tertinggal di dalam silinder maupun dicelah antarbuah sawit.
Ketika ditambahkan air panas, minyak akan terbawa oleh air keluar dari silinder.
Semakin banyak volume air panas yang ditambahkan, maka semakin banyak
minyak yang berkontakan langsung dengan air sehingga meningkatkan kadar
airnya.
0.15
0.1
0.11
0.09
0.05
0
0
10
20
30
Gambar 3.4 Kurva hubungan antara penambahan air panas terhadap kadar
kotoran minyak dari sawit offgrade.
Minyak sawit yang terperas tidak seluruhnya keluar dari alat pengempa,
namun ada juga yang tertinggal di dalam silinder maupun dicelah antarbuah sawit.
Selain minyak, juga terdapat kotoran-kotoran yang berukuran kecil. Kotoran ini
bisa jadi berasal dari sawit yang kurang bersih ketika dilakukan pencucian
maupun dari silinder (silinder tidak dibersihkan terlebih dahulu). Ketika
ditambahkan air panas, kotoran akan terbawa oleh air keluar dari silinder.
Semakin banyak volume air panas yang ditambahkan, maka semakin banyak
kotoran yang terbawa oleh air sehingga meningkatkan kadar kotorannya.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
1. Yield semakin meningkat seiring bertambahnya persen penambahan air
panas. Yield minimum didapat pada penambahan air panas 10% yaitu
sebesar 2,54%, sedangkan yield maksimum didapat pada penambahan air
panas 30% yaitu sebesar 5,75%.
2. Kadar asam lemak bebas (ALB) semakin meningkat seiring bertambahnya
persen penambahan air panas. Kadar ALB minimum didapat pada
penambahan air panas 10% yaitu sebesar 11,6%, sedangkan kadar ALB
maksimum didapat pada penambahan air panas 30% yaitu sebesar 16,37%.
3. Kadar air semakin meningkat seiring bertambahnya persen penambahan air
panas. Kadar air minimum didapat pada penambahan air panas 10% yaitu
sebesar 0,336%, sedangkan kadar air maksimum didapat pada penambahan
air panas 30% yaitu sebesar 0,961%.
4. Kadar kotoran minyak semakin meningkat seiring bertambahnya persen
penambahan air panas. Kadar kotoran minimum didapat pada penambahan
air panas 10% yaitu sebesar 0,052%, sedangkan kadar kotoran maksimum
didapat pada penambahan air panas 30% yaitu sebesar 0,108%.
4.2. Saran
Pada percobaan ini, praktikan menghabiskan banyak waktu hanya untuk
melakukan penimbangan dan pengovenan bahan maupun minyak hasil percobaan
dari satu laboratorium ke laboratorium lainnya. Seharusnya peralatan percobaan
teknologi pengolahan kelapa sawit, seperti misalnya neraca digital dan oven,
tersedia dengan lengkap di dalam laboratorium dasar-dasar proses kimia.
DAFTAR PUSTAKA
Ekine, D.I., dan Onu, M. E. 2008. Economic of small-scale palm iol processing in
Ikwerre and Etche local government areas of river state, Nigeria. Jurnal of
agricultural and social research, 8(2), 150 158.
Hyman, E. L. 1990. An economic analysis of small-scale technologies for palm
oil extraction in central and west africa. World development, 18(3), 455
476.
Ketaren, S. 1986. Pengantar teknologi minyak dan lemak pangan. UI Press.
Jakarta.
Orji, M.U., dan Mbata. T. I. 2008. Effect of extraction methods on the quality and
spoilage of Nigerian palm oil. African journal of biochemistry research, 2 (9),
192 196.
Owolarafe, O. K., Taiwo, E. A., dan Oke, O. O. 2008. Effect of processing
condition on yield and quality of hydraulically expressed palm oil.
International agrophysics, 22, 349 352.
Pahan, I. 2012. Panduan Lengkap : Kelapa sawit. Cetakan Xi. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Poku, K. 2002. Small-scale palm processing in africa. FAO Agricultural service
bulletin, 148, Rome, Italy, 3 30.
Tim Penyusun. 2013. Penuntun Praktikum Teknik Reaksi Kimia. Pekanbaru :
Program Studi D-III Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Riau.
Wiemer, H. J., dan Altes, F. W. K. 1989. Small scale processing of oilfruit and
oilseeds. Deutsches Zentrum fur entwicklungstrechnologien. Deutsche
Gesellschaft fur technische zummenarbeit.
Zu, K. S. A., Nsiah. A., dan Bani, R. J. 2012. Effect of processing equipment and
duration of storage of palm fruit on palm oil yield and quality in the
Kwaebibrem District, Ghana. Agricultural research and reviews, 1(1), 1825.
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN
A.1. Menghitung Yield Minyak
76,19 gr
x 100
3000 gr
2,54
96,86 gr
x 100
3000 gr
3,23
172,5 gr
x 100
3000 gr
5,75
= 10,1 ml
= 0,1126 N
= 2,5 gr
ALB =
25,6 x N x V
x 100
W
= 13,7 ml
= 0,1126 N
= 2,5 gr
A LB=
25,6 x N x V
x 100
W
= 14,2 ml
= 0,1126 N
= 2,5 gr
ALB =
25,6 x N x V
x 100
W
= 71,76 gr
Final weight
= 71,52 gr
Kadar air=
( 71,7671,52 ) gr
x 100
71,52 gr
= 0,336
= 69,40 gr
Final weight
= 68,93 gr
Kadar air=
( 69,4068,93 ) gr
x 100
68,93 gr
= 0,682
= 30,157 gr
Final weight
= 29,87 gr
Kadar air=
( 30,15729,87 ) gr
x 100
29,87 gr
= 0,961
= 71,52 gr
= 61,26 gr
Berat minyak
= 0,958 gr
= 1,492 gr
Berat kotoran
Kadar kotoran=
Berat kotoran
x 100
Berat minyak
0,534 gr
x 100
10,26 gr
= 0,052
= 68,93 gr
= 59,40 gr
Berat minyak
= 0,963 gr
= 1,783 gr
Berat kotoran
= (1,783 0,963) gr
= 0,82 gr
Kadar kotoran=
Berat kotoran
x 100
Berat minyak
0,82 gr
x 100
9,53 gr
= 0,086
= 29,87 gr
= 20,097 gr
Berat minyak
= 0,969 gr
= 2,024 gr
Berat kotoran
Kadar kotoran=
Berat kotoran
x 100
Berat minyak
1,055 gr
x 100
9,773 gr
= 0,108
LAMPIRAN B
LAPORAN SEMENTARA
Judul Praktikum
Hari/Tanggal Praktikum
Pembimbing
Asisten Laboratorium
: Romie Zulfadli
Hasil Percobaan
Berat umpan
: 3.000 gram
Waktu sterilisasi
: 80 menit
: 20 barr
V=
10
x 3.000 gr=300 gr=300ml
100
V=
20
x 3.000 gr=600 gr =600 ml
100
V=
30
x 3.000 gr=900 gr =900 ml
100
= 22,2 ml
= 0,1 N
= 25 ml
0,1 N x 25 ml
22,2 ml
= 0,1126 N
Tabel B.1 Data hasil yield yang diperoleh pada berbagai variasi penambahan air
panas (10, 20 dan 30%)
Penambahan air panas
(%)
10
20
30
Berat umpan
(gram)
3.000
3.000
3.000
Berat minyak
(gram)
76,19
96,86
172,5
Berat ampas
(gram)
2.300
2.550
2.700
Yield
(%)
2,54
3,23
5,75
Tabel B.2 Data hasil uji kadar asam lemak bebas dari minyak sawit offgrade pada
berbagai variasi penambahan air panas (10, 20 dan 30%)
Penambahan air panas
(%)
10
20
30
Volume KOH
(ml)
10,1
14,4
9,8
13,7
13,2
11,4
14,2
18,2
15,7
Tabel B.3 Data hasil uji kadar air minyak dari sawit offgrade pada berbagai
variasi penambahan air panas (10, 20 dan 30%)
Penambahan
air panas
(%)
10
20
30
Berat
wadah
kosong
(gram)
61,26
59,40
20,097
Berat
minyak
uji
(gram)
10,5
10
10,06
Berat
awal
(gram)
Berat akhir
(gram)
Kadar air
(%)
71,76
69,40
30,157
71,52
68,93
29,87
0,336
0,682
0,961
Tabel B.4 Data hasil uji kadar kotoran minyak dari sawit offgrade pada berbagai
variasi penambahan air panas (10, 20 dan 30%)
Penambahan
air panas
(%)
Berat
minyak
(gram)
10
20
30
10,26
9,53
9,773
Berat
penyarin
g awal
(gram)
0,958
0,963
0,969
Berat
penyaring
akhir
(gram)
1,492
1,783
2,024
Berat
Kotoran
(gram)
Kadar
kotoran
(%)
0,534
0,82
1,055
0,052
0,086
0,108
Romie Zulfadli