Anda di halaman 1dari 27

Laporan Praktikum

Teknik Reaksi Kimia

Dosen Pembimbing
Zuchra Helwani, ST.MT.PhD

TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

Kelas

:C

Kelompok

: II (Dua)

Nama Kelompok

: 1. Hadi Ikrima
2
3
4

(1407039955)

Indri Rahmadani
(1407034652)
Muhammad Ageng Al Fitrah
(1407038881)
Rahayu Safitri
(1407030503)

LABORATORIUM DASAR-DASAR PROSES KIMIA


PROGRAM STUDI D-III TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2016
ABSTRAK

Tanaman kelapa sawit (Elais Quineensis Jack) merupakan tumbuhan


tropis golongan palma yang merupakan tanaman tahunan. Pengolahan
tanaman kelapa sawit terutama buahnya kini menjadi prospek industri
yang menjanjikan.Pada percobaan ini buah kelapa sawit diolah dengan
menggunakan metode ekstraksi artisanal. Metode ekstraksi artisanal
merupakan pengembangan dari metode tradisional. Proses pada ekstraksi artisanal
dilakukan dengan menambahkan beberapa peralatan dan alur proses sebagai cara untuk
meningkatkan hasil perolehan minyak.Tujuan percobaan ini adalah mengolah kelapa
sawit off-grade dan menentukan karakteristik minyak kelapa sawit berupa yield,dan
kadar asam lemak bebas (ALB). Unit proses yang digunakan pada percobaan ini antara
lain unit sterilizer dan spindle hydraulic press. Percobaan dilakukan dengan tiga kali
run, dimana perlakuan berbeda tiap run yang diberikan ialah variasi waktu pengukusan.
Variasi waktu perebusan yang digunakan antara lain 30 menit, 45 menit dan 60 menit.
Adapun perlakuan tetapnya ialah volume air pemanasan yaitu 6000 ml dan berat kelapa
sawit yang diumpankan yaitu 1000 gram. Berdasarkan percobaan didapati bahwa yield
maksimum didapat pada run ke-3 (variasi waktu pengukusan 60 menit) sebesar 28,824%
sedangkan yield minimum didapat pada run ke-1 (variasi waktu pengukusan30 menit)
sebesar 12,283%. Adapun untuk kadar asam lemak bebas minimum pada percobaan
didapati pada run ke-1 (variasi waktu pengukusan 30 menit) sebesar 63,033% sedangkan
kadar asam lemak bebas maksimum didapati pada run ke-3 (variasi waktu pengukusan
60 menit) sebesar 84,208 %. Dari percobaan dapat diketahui pengaruh peningkatan
waktu pengukusan akanmeningkatkan yield dan menurunkan kadar asam lemak bebas
dari kelapa sawit off-grade yang diolah.
Kata kunci: Artisanal,kadar asam lemak bebas, waktu pengukusan, kelapa sawit offgrade, yield

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan teknologi pengolahan sawit antara lain:
1. Mengolah sawit off-grade menggunakan metode artisanal.
2. Menentukan yield, kadar asam lemak bebas (ALB) dan kadar air dari
minyak kelapa sawit off-grade.
1.2

Tinjauan Pustaka
Minyak sawit berasal dari buah pohon kelapa sawit (Elaeis

guineensis), suatu spesies tropis yang berasal dari Afrika Barat,


namun kini tumbuh sebagai hibrida di banyak belahan dunia,
termasuk Asia Tenggara dan Amerika Tengah.Minyak sawit
menjadi minyak pangan yang paling banyak diperdagangkan
secara internasional pada tahun 2007. Minyak yang relatif murah
ini digunakan untuk berbagai tujuan. Permintaan dunia akan
minyak sawit telah melonjak dalam dua dasawarsa terakhir,
pertama karena penggunaannya dalam bahan makanan, sabun,
dan produk-produk konsumen lainnya, dan belakangan ini
sebagai bahan baku mentah bahan bakar nabati. Naiknya tingkat
kemakmuran di India dan Cina, kedua negara importir terbesar di
dunia, akan menambah permintaan akan minyak sawit dan
minyak sayur yang dapat dimakan lainnya untuk berbagai
kegunaan. Buah sawit adalah sumber bahan baku CPO (Crude
Palm Oil) dan PKO (Palm Kernel Oil).
Kelapa sawit merupakan minyak nabati yang penting, di
samping kelapa, kacang-kacangan, jagung, bunga matahari, dan
sebagainya. Komoditas kelapa sawit merupakan komoditas
perdagangan yang menjanjikan. Minyak kelapa sawit yang
mengandung asam lemak jenuh dan tidak jenuh dalam proses
selanjutnya akan menghasilkan fraksi olein, stearin, dan fatty
acid. Olein dipergunakan untuk pembuatan minyak goreng,

stearin digunakan untuk pembuatan mentega, sedangkan fatty


acid dalam pengembangannya dapat digunakan sebagai bahan
dasar oleokimia.
Pada pengolahan TBS di PKS memiliki beberapa stasiun yang satu sama
lainnya saling berkaitan dan saling ketergantungan. Bila pada proses pada bagian
awal terjadi hambatan maka proses selanjutnya akan mengalami hambatan.
Demikian pula bila proses bagian akhir mengalami hambatan maka proses pada
bagian awal akan mengalami gangguan pula.
Karena saling ketergantungan ini, maka setiap stasiun harus beroperasi
dengan maksimal sesuai dengan ketentuan dan kapasitas yang terpasang. Bila hal
ini tidak dapat terlaksana dengan baik, maka hal ini sangat berpengaruh terhadap
jam kerja pabrik dan akan mengakibatkan tidak tercapainya kapasitas olah pabrik
dan kehilangan produksi menjadi meningkat. Proses ekstraksi buah sawit yang
telah digunakan hingga saat ini yaitu dengan menggunakan metode artisanal, dan
metode modern. Perbedaannya terlihat dari bahan baku yang digunakan.
1.2.1 Sawit Off-grade
Sawit off-grade merupakan buah sawit yang berada diluar grade
kematangan buah sehingga tidak layak untuk diolah dipabrik minyak sawit CPO.
Pengklasifikasian sawit off-grade berdasarkan tingkat kematangan buah yaitu
mentah, kurang matang, dan terlalu matang (busuk). Pengolahan sawit off-grade
dipabrik sawit hanya akan merusak kualitas minyak yang dihasilkan dan berakibat
pada rendahnya harga jual minyak sehingga merugikan pihak manajemen PKS
dan petani. Kriteria kematangan buah sawit dapat dilihat pada tabel 1.1.
Tabel 1.1Kriteria kematangan buah sawit
No

Fraksi Buah

Sifat Fraksi
Sangat mentah

Jumlah
Brondolan
Tidak ada

Fraksi 00 (F-00)

Fraksi 0 (F-0)

Mentah

1-12,5% buah luar

Fraksi 1 (F-1)

Kurang matang

12,5-25% buah luar

Fraksi 2 (F-2)

Matang

25-50% buah luar

Fraksi 3 (F-3)

Matang

50-75% buah luar

Fraksi 4 (F-4)

Lewat matang

75-100% buah luar

Fraksi 5 (F-5)

Terlalu matang

Buah dalam ikut


membrondol

Sumber : Pahan, 2012

Sawit off-grade dapat terjadi karena beberapa faktor antara lain terlalu
cepat dan terlambatnya waktu pemanenan, lamanya waktu tinggal di Tempat
Pengumpulan Hasil (TPH) maupun dipabrik serta keterlambatn system
pengangkutan menuju pabrik. TBS yang telah dipanen tidak langsung diproses,
maka akan menyebabkan peningkatan kadar ALB ketika buah diekstraksi menjadi
minyak. TBS diolah tidak lebih dari 48 jam setelah panen untuk menghambat
perkembangan enzim lipase yang mengakibatkan peningkatan kadar ALB.
Pemanenan buah sebaiknya dilakukan tepat pada waktu buah telah
mencapai tingkat kematangan. Pemanenan buah dalam keadaan lewat matang
akan meningkatkan kadar ALB, sebaliknya jika buah dipanen terlalu cepat akan
berakibat pada kuantitas minyak yang dihasilkan karena buah memilki kadar air
yang tinggi (Pahan,2012).
1.2.2 Metode Pengolahan Kelapa Sawit
Proses ekstraksi buah kelapa sawit yang telah digunakan sampai saat ini
yaitu dengan menggunakan metode tradisional, artisanal dan modern. Perbedaan
dari ketiga proses tersebut terletak pada teknologi yang digunakan serta sumber
bahan baku.
a. Metode Tradisional
Metode pengolahan tradisional merupakan proses ekstraksi buah sawit
yang paling praktis dan sederhana namun membosankan dan tidak tepat guna
(Ekine dan Onu, 2008), prinsip pengolahan tidak begitu sulit namun kurang
efisien. Secara umum metode ini hanya mengandalkan tenaga manusia (dilakukan
secara manual) untuk mengolah buah sawit dengan menggunakan media air panas
untuk proses ekstraksi buah. Oleh karena itu diperlukan pekerja yang tidak sedikit
dalam proses pengolahannya. Metode pengolahan secara tradisional ini
merupakan metode pengolahan yang dilakukan ditempat pemanenan maupun
disekitar masyarakat namun proses pengolahannya berjalan lambat (Hyman,
1990).

Metode pengolahan tradisional hanya menghasilkan persentasi minyak


yang sedikit serta kualitas minyak yang rendah. Faktor utama penyebabnya adalah
tahapan proses dan peralatan yang digunakan. Secara umum tahapan proses yang
digunakan terdiri dari pelumatan buah, pemisahan fiber dan nut, dan mengekstrak
minyak dengan cara merendam buah hasil pelumatan menggunakan air panas.
Minyak yang diperoleh memiliki kualitas yang buruk (kadar ALB, kadar kotoran
dan kadar air tinggi) karena menggunakan teknologi yang sederhana (low
technology). Minyak yang dihasilkan memiliki dua tipe yaitu soft oil dan hard oil.
soft oil memiliki kadar ALB 7-12% dan Hard oil pada umumnya 20% namun
mencapai 30-50% (Hyman, 1990).
Adzimah dan Seckley (2009) menyatakan untuk melumat buah pada
bagian digester pengolahan dilakukan menggunakan tenaga manusia. Pelumatan
buah dapat dilakukan dengan cara soaked/ poundin dan foot tramping. Metode
pounding dilakukan dengan cara menumbuk buah didalam lumping menggunakan
alat penumbuk (mortar) dan Foot tramping merupakan metode pelumatan dengan
cara menginjak-injak buah.
b. Metode Artisanal
Metode ekstraksi artisanal merupakan pengembangan dari metode
tradisional.

Pada

ekstraksi

artisanalproses

produksi

dilakukan

dengan

menambahkan beberapa peralatan berupa alat pengepres merupakan langkah


untuk meningkatkan yield (rendemen). Pengepres yang digunakan ada yang
dioperasikan secara manual dan menggunakan motor sebagai penggerak alat.
Keuntungan metode ekstraski artisanal yaitu mudah digunakan, biaya produksi
murah, bisa dioperasikan oleh pekerja yang tidak memiliki keterampilan, dan
pekerja yang digunakan tidak banyak (Hyman, 1990). Sumber bahan baku
produksi berasal dari ladang petani.
Pada umumnya pengepres yang digunakan pada metode artisanal yaitu
hydraulic press. Beberapa jenis pengepres lain yang dapat digunakan yaitu spindle
press, dan UNATA press. Pertimbangan pemilihan alat press berdasarkan
kemampuan pengpres untuk mengeluarkan minyak dan berdasarkan pertimbangan
ekonomis. Untuk pengepres yang menggunakan motor memiliki konversi yang
tinggi namun tidak ekonomis (Hyman, 1990).

c. Metode Modern
Metode ekstraksi modern merupakan proses pengolahan sawit yang
mementingkan yield (rendemen) dan kualitas minyak. Peralatan yang digunakan
dan proses pengolahan menjadi prioritas untuk menghasilkan yield (rendemen)
yang diinginkan dan kualitas sesuai standar. Yield (rendemen) dan mutu minyak
sangat mempengaruhi nilai jual sehingga memiliki faktor penting agar tidak
terjadi kerugian pihak manajemen pabrik (Hyman, 1990).
Teknologi proses yang digunakan pada metode ini full mechanized dan
sistem pengolahannya dilakukan secermat mungkin agar sasaran produksi yang
diinginkan dapat tercapai. Bahan baku yang digunakan berupa TBS yang berasal
dari kebun inti, plasma, maupun pihak ketiga.
1.2.3 Komposisi Minyak Kelapa Sawit
Minyak kelapa sawit tersusun atas lemak dan minyak alam yang terdiri
atas trigleserida, digleserida, dan monogleserida, asam lemak bebas, moisture,
pengotor, dan komponen-komponen minor bukan minyak/lemak yang secara
umum disusun oleh senyawa yang tidak dapat tersabunkan. Asam-asam lemak
penyusun minyak/lemak terdiri atas :
1. Asam Lemak Jenuh (Saturated Fatty Acid / SFA)
Tidak mengandung ikatan rangkap, dan secara umum penyusun lemak berasal
dari sumber hewani.
2. Asam Lemak tak Jenuh (Unsaturated Fatty Acid / UFA)
Mengandung ikatan rangkap, secara umum penyusun lemak berasal dari
sumber nabati dan terdiri atas;
1.3.3

Mono - Unsaturated Fatty Acid / MUFA


Poly - Unsaturated Fatty Acid / PUFA
Parameter Mutu Minyak
Standar mutu sangat penting untuk menentukan minyak memilki mutu

yang bagus atau tidak. Penentuan mutu minyak perlu dilakukan karena
berpengaruh pada daya jual minyak sawit. Apabila minyak sawit memilki mutu
yang kurang bagus, maka nilai jual minyak menjadi rendah. Oleh karena itu
pengendalian mutu minyak memiliki faktor terpenting dalam proses pengolahan

TBS. parameter mutu minyak sawit diantaranya kadar ALB, kadar kotoran, kadar
air. Standar mutu yang digunakan untuk minyak sawit di Indonesia diperlihatkan
pada Tabel 1.3
Tabel 1.3Syarat mutu minyak sawit mentah
N
o.
1.
2.

Karakteristik
Warna

3.

Asam lemak
bebas (sbg asam
palmitat)
Kadar kotoran

4.

Kadar air

Syarat

Cara Pengujian

Kuning jingga smp


kemerahan
5,0

Visual

0,05
0,5

BS 684-1958

SNI 01 3184 1992


BS 684-1958

Sumber : SNI 01-29-2006

a. Kadar asam lemak bebas


Asam lemak bebas (ALB) merupakan asam yang tidak terikat dengan
gliserida disebabkan karena terjadinya reaksi hidrolisa maupun oksidasi. Reaksi
hidrolisa akan dipercepat dengan adanya faktor panas, air, keasaman, dan katalis
(enzim lipase). Semakin lama reaksi hidrolisa berlangsung, maka semakin banyak
kadar ALB yang terbentuk. Reaksi oksidasi minyak sawit akan menghasilkan
senyawa aldehid dan keton yang menyebabkan bau tengik. Pengaruh lain yang
diakibatkan dari reaksi oksidasi yaitu perubahan warna, penurunan vitamin dalam
minyak, dan dapat menyebabkan keracunan (Ketaren, 1986). Kadar ALB
maksimal pada CPO yang diolah yaitu 5%.
b. Kadar air
Kadar air yang terdapat dalam minyak tergantung pada efetivitas
pengolahan buah serta tingkat kematangan buah. Proses pengolahan dipabrik tidak
terlepas dari air karena merupakan bahan penunjang proses ekstraksi. Tingkat
kematangan buah juga mempengaruhi kadar air dalam minyak. Buah sawit yang
terlalu matang akan memiliki kadar air lebih banyak sedangkan buah mentah
memiliki sedikit kadar minyak. Untuk itu diperlukan sistem pemanenan tepat
waktu dan pengolahan yang efektif agar minyak yang diperoleh memiliki mutu

yang berkualitas. Kadar air maksimal pada CPO yang diolah yaitu 0,1% (Ketaren,
1986).
c. Kadar kotoran
Kadar kotoran adalah keseluruhan bahan-bahan asing yang tidak larut
dalam minyak dan dinyatakan dengan % zat pengotor terhadap minyak atau
lemak. Pada umumnya penyaringan minyak dilakukan dengan rangkaian proses
pengendapan yaitu sentrifugasi. Metode sentrifugasi hanya dapat menyaring
kotoran yang berukuran besar, tetapi kotoran berupa serabut dan yang berukuran
kecil sulit disaring karena tidak ada perbedaan berat jenis dengan minyak. Kadar
kotoran maksimal pada CPO yang diolah yaitu 0,01% (Ketaren, 1986).

BAB II
PERCOBAAN
2.1 Alat dan bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan teknologi pengolahan sawit


menjadi CPO adalah sawit off-grade dan air, sedangkan untuk pengujian
karakteristik CPO, bahan-bahan yang digunakan adalah NAOH 0,5 N, asam
oksalat 0,1 N, pelarut etanol 95%, indikator fenolftalein dan aquadest. Peralatan
utama yang digunakan terdiri dari unit sterilisasi (pengukusan) dan pengepres.
Sistem pengukusan yang digunakan yaitu menggunakan steam basah dimana
steam dihasilkan di dalam tempat yang sama dengan brondolan yang akan
dikukus. Pengepres yang akan digunakan adalah jenis spindle hydraulic press.
Sedangkan peralatan yang digunakan untuk menganalisa karakteristik adalah
erlenmeyer 250 ml, gelas ukur 50 ml, labu ukur 1 L, penangas air, buret 50 ml,
statif, neraca digital, desikator, wadah, oven, corong pisah, dan pipet tetes.
Rangkaian peralatan yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Alat pengukusan dan spindell hydraulic press

2.2 Prosedur Percobaan


2.2.1 Pengolahan Kelapa Sawit
Prosedur atau langkah kerja dalam percobaan pengolahan sawit off-grade
menggunakan metode artisanal adalah sebagai berikut :

1. Mencuci sawit off-grade untuk menghilangkan kotoran-kotoran berupa


pasir dan kelopak buah.
2. Memanaskan air di dalam dandang (sterillizer) hingga suhu steam yang
terbentuk kurang lebih 100oC.
3. Menimbang brondolan seberat 1000gram dan memasukkannya kedalam
dandang untuk dikukus. Dimana waktu pengukusan yang digunakan pada
run pertama, run kedua dan run ketiga masing masing adalah 30 menit,
45 menit dan 60 menit.
4. Setelah waktu pengukusan tercapai, kemudian mengepress brondolan
menggunakan spindle hydraulic press.
5. Mendiamkan minyak dalam corong pisah sampai terbentuk dua lapisan
yaitu minyak dan air, kemudian memisahkannya.
6. Menimbang hasil minyak yang diperoleh untuk menghitung yieldminyak.
7. Menganalisa minyak untuk mengetahui karakteristik minyak, berupa
kadar asam lemak bebas dan kadar air.
2.2.2

Uji Kadar Asam Lemak Bebas


Kadar asam lemak bebas dihitung sebagai persentase berat asam

palmitat dan dilakukan dengan metode titrasi. Larutan titar yang digunakan yaitu
larutan Natrium Hidroksida (NaOH) 0,5 N yang dibuat dengan cara melarutkan 10
gram NaOH padat dalam 1 liter air suling, kemudian distandarisasi dengan larutan
asam oksalat 0,1 N dengan cara :
1. Menimbang 3,15 gram asam oksalat lalu menambahkan aquades pada
labu ukur 1 L hingga tapal batas.
2. Memasukkan larutan kedalam erlenmeyer sebanyak 25 ml
3. Menambahkan 2-3 tetes indikator fenolftalein
4. Menitrasi dengan larutan titar hingga timbul warna merah muda (merah
jambu) yang stabil.
Uji kadar asam lemak bebas dilakukan dengan cara:
1. Memanaskan minyak hasil percobaan pada suhu 60oC sampai 70oC
kemudian diadukhingga homogen.
2. Menimbang contoh uji sebanyak 2,5 gram dalam erlenmeyer 250 ml.
3. Menambahkan 50 ml pelarut etanol 95%.
4. Memanaskan diatas penangas air dan mengatur suhunya pada 40oC
sampai contoh minyak larut semuanya.
5. Menambahkan larutan indikator fenolftalein sebanyak 1-2 tetes.

6. Mentitrasi dengan larutan titar NaOH 0,5 N sambil digoyang-goyang


hingga mencapai titik akhir yang ditandai dengan perubahan warna
menjadi merah muda yang stabil untuk minimal 30 detik.
7. Mencatat penggunaan ml larutan titar.
8. Melakukan analisa sekurang-kurangnya duplo, dengan perbedaan
antara kedua hasil uji tidak boleh melebihi 0,05%.
Presentase asam lemak bebas dihitung sebagai asam palmitat dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
25,6 x N x V
ALB=
x 100
W
Keterangan :
V = Volume larutan titar yang digunakan (ml)
N = Normalitas larutan titar
W= Berat contoh uji (g)
25,6 = Berat molekul asam palmitat

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1

Hasil Percobaan
Hasil percobaan pengolahan kelapa sawit disajikan pada tabel 3.1.Pengujian

terhadap hasil percobaan yang dilakukan antara lain penentuan yielddan kadar
asam lemak bebas. Percobaan juga dilakukan dengan memvariasikan waktu
pengukus sebanyak 30 menit, 45 menit, 60 menit. Kelapa sawit yang diumpankan
untuk setiap run sebanyak 1000 gram dan volume air pengukusan sebanyak 6000
ml.
Tabel 3.1 Data hasil percobaan pengolahan kelapa sawit

No

Berat
Berondolan
(g)

Penambahan
Air (ml)

Waktu
Pengukusan
(menit)

Berat
Minyak
(g)

Yield
(%)

ALB (%)

1.

1000

6000

30

122,83

12,283

63,033

2.

1000

6000

45

198,16

19,816

63,771

3.

1000

6000

60

288,24

28,824

84,208

3.2

Pembahasan
Ekstraksi minyak dari buah kelapa sawit dilakukan dengan metode ekraksi

artisanal. Pengolahan kelapa sawit pada percobaan ini melibatkan dua unit proses
yaitu unit sterilizer dan unit pengepresan. Tahapan awal dari proses pengolahan
kelapa sawit yaitu pencucian. Pencucian bertujuan untuk membersihkan buah
kelapa sawit dari sisa kelopak dan pasir yang menempel. Kebersihan buah tentu
akan mempengaruhi daripada hasil minyak yang akan didapat.
Tahapan selanjutnya ialah proses sterilisasi buah kelapa sawit dengan
menggunakan alat pengukus sederhana yang terdiri dari dandang dan sumber
pengapian. Proses sterilisasi (pengukusan) bertujuan untuk menonaktifkan enzim-

enzim yang ada pada buah kelapa sawit. Enzim-enzim tersebut dapat meningkatkan
kadar asam lemak bebas pada minyak yang akan dihasilkan. Untuk itu perlu
dilakukannya proses pemanasan pada suhu diatas 55 C untuk menonaktifkan
enzim tersebut. Selain itu proses sterilisasi juga membantu melunakkan daging
buah dan mempermudah pelepasan serat (mesokarp) dari cangkang sehingga
mempermudah kerja pada proses pengepresan. Pada tahap ini waktu pengukus
divariasikan untuk tiap run dengan masing-masing variasi selama 30 menit, 45
menit dan 60 menit. Sedangkan untuk umpan kelapa sawit dimasukkan sebanyak
1000 gram dan volume air pengukusan sebanyak 6000 ml. Buah kelapa sawit
direbahkan dalam unit sterilisasi untuk meratakan distribusi steam dan memperluas
kontak buah kelapa sawit dan steam.
Proses pengepresan merupakan tahapan lanjutan setelah proses sterilisasi.
Pengepresan dilakukan secara manual sehingga perolehan hasil juga dipengaruhi
oleh kekuatan pengepresan. Hasil pengepresan ditampung dengan wadah kosong
dan kemudian dilanjutkan dengan proses pemisahan pada corong pisah. Pemisahan
terjadi secara gravitasi dmana minyak yang memiliki berat jenis yang lebih ringan
akan berada pada lapisan atas sedangkan sisa-sisa air dan pengotor akan berada
pada lapisan bawah karena memiliki berat jenis yang lebih berat. Hasil berupa
minyak kelapa sawit kemudian diuji dengan parameter uji antara lain yield dan
kadar asam lemak bebas. Percobaan juga dilakukan untuk mengetahui pengaruh
waktu pengukus terhadap kualitas minyak.
3.2.1 Pengaruh Waktu Pengukus Terhadap Yield
Proses sterilisasi pada percobaan ini menggunakan steam basah. Percobaan
dilakukan dengan memvariasikan waktu pengukusan yaitu 30 menit, 45 menit dan
60 menit. Minyak sawit yang didapat pada waktu pengukusan 30 menit yaitu
sebanyak 122,83 gram sedangkan pada pada waktu pengukusan 45 menit didapat
sebanyak 198,16 gram dan pada pada waktu pengukusan 60 menit didapat sebanyak
288,24 gram. Pengaruh perbedaan waktu pengukusan terhadap hasil minyak yang
dihasilkan disajikan pada Gambar 3.1.

35
30
25
20
Yield (%)

15
10
5
0
25

30

35

40

45

50

55

60

65

Waktu Pengukusan (menit)

i
Gambar 3.1 Hubungan waktu pengukus terhadap yield pada minyak kelapa sawit
off-grade
Berdasarkan Gambar 3.1 dapat diketahui bahwa perbedaan waktu pengukus
yang digunakan akan berpengaruh pada tingkat perolehan hasil minyak kelapa
sawit. Yield hasil percobaan meningkat seiring bertambahnya waktu pada
pengukusan. Yield minimum didapat pada waktu pengukusan 30 menit yaitu
sebesar 12,283%, sedangkan yield maksimum diperoleh pada waktu pengukusan 60
menit yaitu sebesar 28,824%. Hal ini sesuai pada teorinya pengukusan waktu 60
menit akan menghasilkan yield maksimum dibanding waktu pengukusan 30 menit
dan 45 menit. Proses pengukusan yang optimal akan mempermudah pengepresan
buah kelapa sawit sehingga akan berpengaruh terhadap hasil minyak yang
didapatkan. Minyak sawit akan terperas keluar karena adanya tekanan pada proses
pengepresan. Pada awal proses pengepresan, minyak sawit yang terperas sedikit,
kemudian kuantitasnya bertambah sedikit demi sedikit. Minyak sawit yang terperas
tidak seluruhnya keluar dari alat spindle hydraulic press, namun ada juga yang
tertinggal di dalam silinder maupun dicelah antar buah sawit. Semakin lama waktu
proses pengukusan, maka semakin lunak brondolan sawitnya sehingga semakin
meningkatkan yield dari sawit off grade tersebut.

3.2.2 Pengaruh Waktu Pengukus Terhadap Kadar Asam Lemak Bebas


Asam lemak bebas adalah asam lemak yang berada sebagai asam bebas
yang tidak terikat sebagai trigliserida. Kadar asam lemak bebas berkaitan langsung
terhadap kualitas minyak. Asam lemak bebas dapat meningkatkan ketengikan
(rancidity) dan perubahan warna yang dapat menurunkan kualitas minyak.
Pengaruh waktu pengukus terhadap kadar asam lemak bebas (ALB) disajikan pada
Gambar 3.2.

100
80
60
Kadar ALB (%)

40
20
0
20 40 60 80

Waktu Pengukusan (menit)

Gambar 3.2 Hubungan waktu pengukus terhadap kadar asam lemak bebas
(ALB)pada minyak kelapa sawit off-grade
Berdasarkan Gambar 3.2 dapat dilihat bahwa kadar ALB semakin
meningkat seiring bervariasinya lama waktu pengukusan. Kadar ALB minimum
didapat pada waktu pengukusan 30 menit yaitu sebesar 63,033%, sedangkan kadar
ALB maksimum didapat pada waktu pengukusan 60 menit yaitu sebesar 84,208%.
Salah satu penyebab tingginya kadar ALB sawit yaitu karena terjadinya
reaksi hidrolisa antara minyak dengan air. Proses pengepresan akan menyebabkan
daging buah menjadi pecah, sehingga minyak dapat keluar dari sawit. Ketika
ditambahkan air panas, terjadi kontak antara minyak dalam buah sawit dengan air,
sehingga terjadi reaksi hidrolisa. Semakin lama reaksi hidrolisa berlangsung
(kontak antara minyak dan air semakin banyak), maka semakin tinggi kadar ALB
yang terbentuk (Ketaren, 1986). Hal ini sesuai dengan teori, karena pada variasi
waktu pengukusan 60 menit didapatkan ALB lebih besar dibandingkan dengan
waktu pengukusan 45 menit dan 60 menit.

Berdasarkan hasil percobaan juga diketahui bahwa tidak satupun hasil


minyak yang memenuhi standar mutu jika parameter yang dilihat ialah kadar asam
lemak bebas. Kadar asam lemak bebas minyak kelapa sawit mentah (CPO) yang
memenuhi mutu ialah maksimal 5 %, dan dari ketiga run yang dilakukan kadar
asam lemak bebas dari minyak yang dihasilkan > 5 %. Hal ini dikarenakan bahan
yang digunakan untuk mendapatkan minyak adalah buah sawit yang telah lama
dipanen. TBS yang telah dipanen tidak langsung diproses, maka akan
menyebabkan peningkatan kadar ALB ketika buah diekstraksi menjadi minyak
(Pahan,2012).

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
1. Yield yang dihasilkan pada variasi waktu pengukus 30 menit, 45 menit dan
60 menit masing-masing adalah 12,283% ; 19,816% dan 28,824%.
2. Kadar asam lemak bebas pada variasi waktu pengukusan 30 menit, 45
menit dan 60 menit masing-masing adalah 63,033% ; 63,771% dan
84,208%.
3. Kadar asam lemak bebas minyak hasil percobaan tidak satupun memenuhi
standar mutu.

4.2 Saran
Sebaiknya untuk percobaan selanjutnya lakukan pengukurantemperatur steam
pada saat pengukusan, Sehingga kita dapat mengetahui temperatur steam yang
optimal pada saat proses pengukusan.

DAFTAR PUSTAKA

Adzimah, S.K. dan Secley, E. (2009). Modification in the design of an already


exiting palm nut fibre separator. African journal of environmental science
and technologi,3(11),387- 398.
Ekine, D.I., dan Onu, M. E. 2008. Economic of small-scale palm iol processing in
Ikwerre and Etche local government areas of river state, Nigeria. Jurnal of
agricultural and social research, 8(2), 150 158.
Hyman, E. L. 1990. An economic analysis of small-scale technologies for palm oil
extraction in central and west africa. World development, 18(3), 455 476.
Ketaren, S. (1986). Pengantar teknologi minyak dan lemak pangan. UI Press.
Jakarta.
Pahan, I. 2012. Panduan Lengkap: Kelapa sawit. Cetakan XI. Penebar swadaya.
Jakarta.

LAMPIRAN A
PERHITUNGAN

Berat sampel I

: 1000gram

Berat sampel II

: 1000 gram

Berat sampel III

: 1000 gram

Waktu sterilisasi I

: 30 menit

Waktu sterilisasi II

: 45 menit

Waktu sterilisasi III

: 60 menit

1. Pembuatan Larutan Asam Oksalat 0,1 N


N = 0,1
Mr Asam Oksalat = 126
Valensi = 2
V = 500 ml
N=

gr 1000
x
mr
v
val

0,1 =

gr 1000
x
126 500
2

gr = 3,15 gram
Jadi, 3,15 gram asam oksalat padat dilarutkan kedalam 500ml aquadest.
2. Pembuatan Larutan NaOH 0,5 N
N = 0,5
Mr NaOH = 40
Valensi = 1
V = 500 ml
N=

gr 1000
x
mr
v
val

0,5 =

gr 1000
x
40 500
1

gr = 10 gram
Jadi, 10 gram asam oksalat padat dilarutkan kedalam 500ml aquadest.
3. Standarisasi larutan NaOH dengan menggunakan larutan Asam oksalat
0,1N
- Volume NaOH yang digunakan (VNaOH)
VNaOH yang pertama = 5,1 ml
VNaOH yang kedua = 5,3 ml
- Normalitas larutan Asam oksalat (N)
= 0,1 N
- Volume Asam oksalat (V C2H2O4.2H2O)
= 25 ml
N
x V Asam oksalat
Normalitas NaOH yang pertama= Asam oksalat
V NaOH

0,1 N x 25 ml
5,1 ml
= 0,4901 N
N
x V Asamoksalat
Normalitas NaOH yang kedua= Asamoksalat
V NaOH

0,1 N x 25 ml
5,3 ml
= 0,4717 N
0,4901+ 0,4717
Normalitas NaOH ratarata=
2

4,4809

4. Menghitung Yield Minyak


Waktu pengukusan 30 menit
mass of oil extracted
yield=
x 100
mass of the mash

yield=

122,83 gr
x 100
1000 gr

yield=12,883

Waktu pengukusan 45 menit


mass of oil extracted
yield=
x 100
mass of the mash

yield=

198,16 gr
x 100
1000 gr

yield=19,816

Waktu pengukusan 60 menit


mass of oil extracted
yield=
x 100
mass of the mash

yield=

288,24 gr
x 100
1000 gr

yield=28,824
5. Uji Kadar Asam Lemak Bebas (ALB)
Waktu pengukusan 30 menit
Volume NaOH yang digunakan
V1 = 12,4
V2 = 13,2
V rata-rata =

V 1+V 2
2

12,4 +13,2
2

=12,8 ml

Normalitas larutan NaOH (N)

= 0,4809 N

Berat sampel minyak uji (W)

= 2,5 gr

ALB =

25,6 xNxV
x 100
W

25,6 x 0,4809 Nx 12,8 ml


x 100
2,5 gr
= 63,033%

Waktu pengukusan 45 menit


Volume NaOH yang digunakan
V1 = 12,8
V2 = 13,1
V rata-rata =

V 1+V 2
2

12,8+13,1
2

=12,95 ml

Normalitas larutan NaOH (N)

= 0,4809 N

Berat sampel minyak uji (W)

= 2,5 gr

ALB =

25,6 x N x V
x 100
W

25,6 x 04809 Nx 12,95 ml


x 100
2,5 gr

= 63,771 %

Waktu pengukusan 60 menit


Volume KOH yang digunakan
V1 = 16,9
V2 = 17,3
Vrata-rata =

V 1+V 2
2

16,9+17,3
2

=17,1 ml

Normalitas larutan NaOH (N)

= 0,4809 N

Berat sampel minyak uji (W)

= 2,5 gr

ALB =

25,6 x N x V
x 100
W
25,6 x 0,78 N x 2,3 ml
x 100
2,5 gr

= 84,208 %

LAMPIRAN B
DOKUMENTASI

Pembuatan Larutan
NaOH 0,5 dan Asam
Oksalat 0,1

Hasil standarisasi
larutan NaoH 0,5

Proses pengukusan
buah kelapa sawit offgrade

Unit pengepresan
dengan spindell hydraulic
press.

Pengambilan minyak
pada alat spindell hydraulic
press.

Minyak yang didapatkan pada


unit pengepresan.

Minyak didiamkan pada


pada corong pisah.

Minyak yang telah


dipisahkan pada corong
pisah.

Proses pemanasan
minyak pada suhu 40
60oC agar minyak encer.

Titrasi minyak dengan


NaOH untuk
menentukan kadar ALB

Anda mungkin juga menyukai