Dosen Pembimbing
Zuchra Helwani, ST.MT.PhD
Kelas
:C
Kelompok
: II (Dua)
Nama Kelompok
: 1. Hadi Ikrima
2
3
4
(1407039955)
Indri Rahmadani
(1407034652)
Muhammad Ageng Al Fitrah
(1407038881)
Rahayu Safitri
(1407030503)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan teknologi pengolahan sawit antara lain:
1. Mengolah sawit off-grade menggunakan metode artisanal.
2. Menentukan yield, kadar asam lemak bebas (ALB) dan kadar air dari
minyak kelapa sawit off-grade.
1.2
Tinjauan Pustaka
Minyak sawit berasal dari buah pohon kelapa sawit (Elaeis
Fraksi Buah
Sifat Fraksi
Sangat mentah
Jumlah
Brondolan
Tidak ada
Fraksi 00 (F-00)
Fraksi 0 (F-0)
Mentah
Fraksi 1 (F-1)
Kurang matang
Fraksi 2 (F-2)
Matang
Fraksi 3 (F-3)
Matang
Fraksi 4 (F-4)
Lewat matang
Fraksi 5 (F-5)
Terlalu matang
Sawit off-grade dapat terjadi karena beberapa faktor antara lain terlalu
cepat dan terlambatnya waktu pemanenan, lamanya waktu tinggal di Tempat
Pengumpulan Hasil (TPH) maupun dipabrik serta keterlambatn system
pengangkutan menuju pabrik. TBS yang telah dipanen tidak langsung diproses,
maka akan menyebabkan peningkatan kadar ALB ketika buah diekstraksi menjadi
minyak. TBS diolah tidak lebih dari 48 jam setelah panen untuk menghambat
perkembangan enzim lipase yang mengakibatkan peningkatan kadar ALB.
Pemanenan buah sebaiknya dilakukan tepat pada waktu buah telah
mencapai tingkat kematangan. Pemanenan buah dalam keadaan lewat matang
akan meningkatkan kadar ALB, sebaliknya jika buah dipanen terlalu cepat akan
berakibat pada kuantitas minyak yang dihasilkan karena buah memilki kadar air
yang tinggi (Pahan,2012).
1.2.2 Metode Pengolahan Kelapa Sawit
Proses ekstraksi buah kelapa sawit yang telah digunakan sampai saat ini
yaitu dengan menggunakan metode tradisional, artisanal dan modern. Perbedaan
dari ketiga proses tersebut terletak pada teknologi yang digunakan serta sumber
bahan baku.
a. Metode Tradisional
Metode pengolahan tradisional merupakan proses ekstraksi buah sawit
yang paling praktis dan sederhana namun membosankan dan tidak tepat guna
(Ekine dan Onu, 2008), prinsip pengolahan tidak begitu sulit namun kurang
efisien. Secara umum metode ini hanya mengandalkan tenaga manusia (dilakukan
secara manual) untuk mengolah buah sawit dengan menggunakan media air panas
untuk proses ekstraksi buah. Oleh karena itu diperlukan pekerja yang tidak sedikit
dalam proses pengolahannya. Metode pengolahan secara tradisional ini
merupakan metode pengolahan yang dilakukan ditempat pemanenan maupun
disekitar masyarakat namun proses pengolahannya berjalan lambat (Hyman,
1990).
Pada
ekstraksi
artisanalproses
produksi
dilakukan
dengan
c. Metode Modern
Metode ekstraksi modern merupakan proses pengolahan sawit yang
mementingkan yield (rendemen) dan kualitas minyak. Peralatan yang digunakan
dan proses pengolahan menjadi prioritas untuk menghasilkan yield (rendemen)
yang diinginkan dan kualitas sesuai standar. Yield (rendemen) dan mutu minyak
sangat mempengaruhi nilai jual sehingga memiliki faktor penting agar tidak
terjadi kerugian pihak manajemen pabrik (Hyman, 1990).
Teknologi proses yang digunakan pada metode ini full mechanized dan
sistem pengolahannya dilakukan secermat mungkin agar sasaran produksi yang
diinginkan dapat tercapai. Bahan baku yang digunakan berupa TBS yang berasal
dari kebun inti, plasma, maupun pihak ketiga.
1.2.3 Komposisi Minyak Kelapa Sawit
Minyak kelapa sawit tersusun atas lemak dan minyak alam yang terdiri
atas trigleserida, digleserida, dan monogleserida, asam lemak bebas, moisture,
pengotor, dan komponen-komponen minor bukan minyak/lemak yang secara
umum disusun oleh senyawa yang tidak dapat tersabunkan. Asam-asam lemak
penyusun minyak/lemak terdiri atas :
1. Asam Lemak Jenuh (Saturated Fatty Acid / SFA)
Tidak mengandung ikatan rangkap, dan secara umum penyusun lemak berasal
dari sumber hewani.
2. Asam Lemak tak Jenuh (Unsaturated Fatty Acid / UFA)
Mengandung ikatan rangkap, secara umum penyusun lemak berasal dari
sumber nabati dan terdiri atas;
1.3.3
yang bagus atau tidak. Penentuan mutu minyak perlu dilakukan karena
berpengaruh pada daya jual minyak sawit. Apabila minyak sawit memilki mutu
yang kurang bagus, maka nilai jual minyak menjadi rendah. Oleh karena itu
pengendalian mutu minyak memiliki faktor terpenting dalam proses pengolahan
TBS. parameter mutu minyak sawit diantaranya kadar ALB, kadar kotoran, kadar
air. Standar mutu yang digunakan untuk minyak sawit di Indonesia diperlihatkan
pada Tabel 1.3
Tabel 1.3Syarat mutu minyak sawit mentah
N
o.
1.
2.
Karakteristik
Warna
3.
Asam lemak
bebas (sbg asam
palmitat)
Kadar kotoran
4.
Kadar air
Syarat
Cara Pengujian
Visual
0,05
0,5
BS 684-1958
yang berkualitas. Kadar air maksimal pada CPO yang diolah yaitu 0,1% (Ketaren,
1986).
c. Kadar kotoran
Kadar kotoran adalah keseluruhan bahan-bahan asing yang tidak larut
dalam minyak dan dinyatakan dengan % zat pengotor terhadap minyak atau
lemak. Pada umumnya penyaringan minyak dilakukan dengan rangkaian proses
pengendapan yaitu sentrifugasi. Metode sentrifugasi hanya dapat menyaring
kotoran yang berukuran besar, tetapi kotoran berupa serabut dan yang berukuran
kecil sulit disaring karena tidak ada perbedaan berat jenis dengan minyak. Kadar
kotoran maksimal pada CPO yang diolah yaitu 0,01% (Ketaren, 1986).
BAB II
PERCOBAAN
2.1 Alat dan bahan
palmitat dan dilakukan dengan metode titrasi. Larutan titar yang digunakan yaitu
larutan Natrium Hidroksida (NaOH) 0,5 N yang dibuat dengan cara melarutkan 10
gram NaOH padat dalam 1 liter air suling, kemudian distandarisasi dengan larutan
asam oksalat 0,1 N dengan cara :
1. Menimbang 3,15 gram asam oksalat lalu menambahkan aquades pada
labu ukur 1 L hingga tapal batas.
2. Memasukkan larutan kedalam erlenmeyer sebanyak 25 ml
3. Menambahkan 2-3 tetes indikator fenolftalein
4. Menitrasi dengan larutan titar hingga timbul warna merah muda (merah
jambu) yang stabil.
Uji kadar asam lemak bebas dilakukan dengan cara:
1. Memanaskan minyak hasil percobaan pada suhu 60oC sampai 70oC
kemudian diadukhingga homogen.
2. Menimbang contoh uji sebanyak 2,5 gram dalam erlenmeyer 250 ml.
3. Menambahkan 50 ml pelarut etanol 95%.
4. Memanaskan diatas penangas air dan mengatur suhunya pada 40oC
sampai contoh minyak larut semuanya.
5. Menambahkan larutan indikator fenolftalein sebanyak 1-2 tetes.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1
Hasil Percobaan
Hasil percobaan pengolahan kelapa sawit disajikan pada tabel 3.1.Pengujian
terhadap hasil percobaan yang dilakukan antara lain penentuan yielddan kadar
asam lemak bebas. Percobaan juga dilakukan dengan memvariasikan waktu
pengukus sebanyak 30 menit, 45 menit, 60 menit. Kelapa sawit yang diumpankan
untuk setiap run sebanyak 1000 gram dan volume air pengukusan sebanyak 6000
ml.
Tabel 3.1 Data hasil percobaan pengolahan kelapa sawit
No
Berat
Berondolan
(g)
Penambahan
Air (ml)
Waktu
Pengukusan
(menit)
Berat
Minyak
(g)
Yield
(%)
ALB (%)
1.
1000
6000
30
122,83
12,283
63,033
2.
1000
6000
45
198,16
19,816
63,771
3.
1000
6000
60
288,24
28,824
84,208
3.2
Pembahasan
Ekstraksi minyak dari buah kelapa sawit dilakukan dengan metode ekraksi
artisanal. Pengolahan kelapa sawit pada percobaan ini melibatkan dua unit proses
yaitu unit sterilizer dan unit pengepresan. Tahapan awal dari proses pengolahan
kelapa sawit yaitu pencucian. Pencucian bertujuan untuk membersihkan buah
kelapa sawit dari sisa kelopak dan pasir yang menempel. Kebersihan buah tentu
akan mempengaruhi daripada hasil minyak yang akan didapat.
Tahapan selanjutnya ialah proses sterilisasi buah kelapa sawit dengan
menggunakan alat pengukus sederhana yang terdiri dari dandang dan sumber
pengapian. Proses sterilisasi (pengukusan) bertujuan untuk menonaktifkan enzim-
enzim yang ada pada buah kelapa sawit. Enzim-enzim tersebut dapat meningkatkan
kadar asam lemak bebas pada minyak yang akan dihasilkan. Untuk itu perlu
dilakukannya proses pemanasan pada suhu diatas 55 C untuk menonaktifkan
enzim tersebut. Selain itu proses sterilisasi juga membantu melunakkan daging
buah dan mempermudah pelepasan serat (mesokarp) dari cangkang sehingga
mempermudah kerja pada proses pengepresan. Pada tahap ini waktu pengukus
divariasikan untuk tiap run dengan masing-masing variasi selama 30 menit, 45
menit dan 60 menit. Sedangkan untuk umpan kelapa sawit dimasukkan sebanyak
1000 gram dan volume air pengukusan sebanyak 6000 ml. Buah kelapa sawit
direbahkan dalam unit sterilisasi untuk meratakan distribusi steam dan memperluas
kontak buah kelapa sawit dan steam.
Proses pengepresan merupakan tahapan lanjutan setelah proses sterilisasi.
Pengepresan dilakukan secara manual sehingga perolehan hasil juga dipengaruhi
oleh kekuatan pengepresan. Hasil pengepresan ditampung dengan wadah kosong
dan kemudian dilanjutkan dengan proses pemisahan pada corong pisah. Pemisahan
terjadi secara gravitasi dmana minyak yang memiliki berat jenis yang lebih ringan
akan berada pada lapisan atas sedangkan sisa-sisa air dan pengotor akan berada
pada lapisan bawah karena memiliki berat jenis yang lebih berat. Hasil berupa
minyak kelapa sawit kemudian diuji dengan parameter uji antara lain yield dan
kadar asam lemak bebas. Percobaan juga dilakukan untuk mengetahui pengaruh
waktu pengukus terhadap kualitas minyak.
3.2.1 Pengaruh Waktu Pengukus Terhadap Yield
Proses sterilisasi pada percobaan ini menggunakan steam basah. Percobaan
dilakukan dengan memvariasikan waktu pengukusan yaitu 30 menit, 45 menit dan
60 menit. Minyak sawit yang didapat pada waktu pengukusan 30 menit yaitu
sebanyak 122,83 gram sedangkan pada pada waktu pengukusan 45 menit didapat
sebanyak 198,16 gram dan pada pada waktu pengukusan 60 menit didapat sebanyak
288,24 gram. Pengaruh perbedaan waktu pengukusan terhadap hasil minyak yang
dihasilkan disajikan pada Gambar 3.1.
35
30
25
20
Yield (%)
15
10
5
0
25
30
35
40
45
50
55
60
65
i
Gambar 3.1 Hubungan waktu pengukus terhadap yield pada minyak kelapa sawit
off-grade
Berdasarkan Gambar 3.1 dapat diketahui bahwa perbedaan waktu pengukus
yang digunakan akan berpengaruh pada tingkat perolehan hasil minyak kelapa
sawit. Yield hasil percobaan meningkat seiring bertambahnya waktu pada
pengukusan. Yield minimum didapat pada waktu pengukusan 30 menit yaitu
sebesar 12,283%, sedangkan yield maksimum diperoleh pada waktu pengukusan 60
menit yaitu sebesar 28,824%. Hal ini sesuai pada teorinya pengukusan waktu 60
menit akan menghasilkan yield maksimum dibanding waktu pengukusan 30 menit
dan 45 menit. Proses pengukusan yang optimal akan mempermudah pengepresan
buah kelapa sawit sehingga akan berpengaruh terhadap hasil minyak yang
didapatkan. Minyak sawit akan terperas keluar karena adanya tekanan pada proses
pengepresan. Pada awal proses pengepresan, minyak sawit yang terperas sedikit,
kemudian kuantitasnya bertambah sedikit demi sedikit. Minyak sawit yang terperas
tidak seluruhnya keluar dari alat spindle hydraulic press, namun ada juga yang
tertinggal di dalam silinder maupun dicelah antar buah sawit. Semakin lama waktu
proses pengukusan, maka semakin lunak brondolan sawitnya sehingga semakin
meningkatkan yield dari sawit off grade tersebut.
100
80
60
Kadar ALB (%)
40
20
0
20 40 60 80
Gambar 3.2 Hubungan waktu pengukus terhadap kadar asam lemak bebas
(ALB)pada minyak kelapa sawit off-grade
Berdasarkan Gambar 3.2 dapat dilihat bahwa kadar ALB semakin
meningkat seiring bervariasinya lama waktu pengukusan. Kadar ALB minimum
didapat pada waktu pengukusan 30 menit yaitu sebesar 63,033%, sedangkan kadar
ALB maksimum didapat pada waktu pengukusan 60 menit yaitu sebesar 84,208%.
Salah satu penyebab tingginya kadar ALB sawit yaitu karena terjadinya
reaksi hidrolisa antara minyak dengan air. Proses pengepresan akan menyebabkan
daging buah menjadi pecah, sehingga minyak dapat keluar dari sawit. Ketika
ditambahkan air panas, terjadi kontak antara minyak dalam buah sawit dengan air,
sehingga terjadi reaksi hidrolisa. Semakin lama reaksi hidrolisa berlangsung
(kontak antara minyak dan air semakin banyak), maka semakin tinggi kadar ALB
yang terbentuk (Ketaren, 1986). Hal ini sesuai dengan teori, karena pada variasi
waktu pengukusan 60 menit didapatkan ALB lebih besar dibandingkan dengan
waktu pengukusan 45 menit dan 60 menit.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
1. Yield yang dihasilkan pada variasi waktu pengukus 30 menit, 45 menit dan
60 menit masing-masing adalah 12,283% ; 19,816% dan 28,824%.
2. Kadar asam lemak bebas pada variasi waktu pengukusan 30 menit, 45
menit dan 60 menit masing-masing adalah 63,033% ; 63,771% dan
84,208%.
3. Kadar asam lemak bebas minyak hasil percobaan tidak satupun memenuhi
standar mutu.
4.2 Saran
Sebaiknya untuk percobaan selanjutnya lakukan pengukurantemperatur steam
pada saat pengukusan, Sehingga kita dapat mengetahui temperatur steam yang
optimal pada saat proses pengukusan.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN
Berat sampel I
: 1000gram
Berat sampel II
: 1000 gram
: 1000 gram
Waktu sterilisasi I
: 30 menit
Waktu sterilisasi II
: 45 menit
: 60 menit
gr 1000
x
mr
v
val
0,1 =
gr 1000
x
126 500
2
gr = 3,15 gram
Jadi, 3,15 gram asam oksalat padat dilarutkan kedalam 500ml aquadest.
2. Pembuatan Larutan NaOH 0,5 N
N = 0,5
Mr NaOH = 40
Valensi = 1
V = 500 ml
N=
gr 1000
x
mr
v
val
0,5 =
gr 1000
x
40 500
1
gr = 10 gram
Jadi, 10 gram asam oksalat padat dilarutkan kedalam 500ml aquadest.
3. Standarisasi larutan NaOH dengan menggunakan larutan Asam oksalat
0,1N
- Volume NaOH yang digunakan (VNaOH)
VNaOH yang pertama = 5,1 ml
VNaOH yang kedua = 5,3 ml
- Normalitas larutan Asam oksalat (N)
= 0,1 N
- Volume Asam oksalat (V C2H2O4.2H2O)
= 25 ml
N
x V Asam oksalat
Normalitas NaOH yang pertama= Asam oksalat
V NaOH
0,1 N x 25 ml
5,1 ml
= 0,4901 N
N
x V Asamoksalat
Normalitas NaOH yang kedua= Asamoksalat
V NaOH
0,1 N x 25 ml
5,3 ml
= 0,4717 N
0,4901+ 0,4717
Normalitas NaOH ratarata=
2
4,4809
yield=
122,83 gr
x 100
1000 gr
yield=12,883
yield=
198,16 gr
x 100
1000 gr
yield=19,816
yield=
288,24 gr
x 100
1000 gr
yield=28,824
5. Uji Kadar Asam Lemak Bebas (ALB)
Waktu pengukusan 30 menit
Volume NaOH yang digunakan
V1 = 12,4
V2 = 13,2
V rata-rata =
V 1+V 2
2
12,4 +13,2
2
=12,8 ml
= 0,4809 N
= 2,5 gr
ALB =
25,6 xNxV
x 100
W
V 1+V 2
2
12,8+13,1
2
=12,95 ml
= 0,4809 N
= 2,5 gr
ALB =
25,6 x N x V
x 100
W
= 63,771 %
V 1+V 2
2
16,9+17,3
2
=17,1 ml
= 0,4809 N
= 2,5 gr
ALB =
25,6 x N x V
x 100
W
25,6 x 0,78 N x 2,3 ml
x 100
2,5 gr
= 84,208 %
LAMPIRAN B
DOKUMENTASI
Pembuatan Larutan
NaOH 0,5 dan Asam
Oksalat 0,1
Hasil standarisasi
larutan NaoH 0,5
Proses pengukusan
buah kelapa sawit offgrade
Unit pengepresan
dengan spindell hydraulic
press.
Pengambilan minyak
pada alat spindell hydraulic
press.
Proses pemanasan
minyak pada suhu 40
60oC agar minyak encer.