Anda di halaman 1dari 16

Makalah

GEJALA DAN TANDA PENYAKIT TANAMAN

OLEH

DODY EURICO PAPALANGI M011221066


AMANDA KUSWANTO M011221069
MUHASRI M011221036
ANDI FAHRIL ALFIQRI M011221044
AYU SILVIA M011221047
NURUL FATIMAH AZZAHR. S TAYEB M011221064
MUTHIA ALMUNAWARA M011221059
MUH. ULUL AZMY ASMAR M011221055

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
dalam menyelesaikan makalah tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya,
kami tidak akan mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa
shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi agung Muhammad SAW yang
syafa’atnya kita nantikan kelak.
Penulisan makalah ini merupakan sebuah tugas dari dosen pengampu.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan dan
pengetahuan pada mata kuliah yang sedang dipelajari, agar kami semua menjadi
mahasiswa yang berguna bagi agama, bangsa dan negara.
Kami menyadari makalah ini masih perlu banyak penyempurnaan karena
kesalahan dan kekurangan. Kami terbuka terhadap kritik dan saran pembaca agar
makalah ini dapat lebih baik. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah
ini, baik terkait penulisan maupun konten, penulis memohon maaf. Demikian
yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Makassar , 12 Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL.............................................................................................................i

KATA PENGANTAR.......................................................................................ii

DAFTAR ISI.................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penyakit dan Gejala............................................................ 2

2.2 Tanda Penyakit Tanaman...................................................................... 6

2.3 Cara Mencegah Penyakit Tanaman....................................................... 8

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN........................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kayu adalah salah satu sumber daya alam yang sangat penting dan
berlimpah di berbagai belahan dunia. Kayu digunakan dalam berbagai aplikasi,
seperti konstruksi, pembuatan kertas, produk furnitur, dan banyak lagi. Namun,
kayu bukan hanya merupakan bahan utama untuk berbagai produk, tetapi juga
merupakan sumber beragam komponen kimia yang berharga. Di antara
komponen-komponen tersebut, terdapat empat yang sangat penting: selulosa,
hemiselulosa, lignin, dan zat ekstraktif. Ekstraksi atau isolasi komponen-
komponen ini dari kayu memiliki implikasi besar dalam industri pulp dan kertas,
industri kimia, serta dalam pengembangan berbagai produk berbasis biomassa.
Selulosa adalah komponen utama dalam dinding sel kayu, dan memiliki
struktur polimer yang terdiri dari rantai panjang glukosa yang saling berhubungan.
Selulosa digunakan dalam produksi kertas, tekstil, dan berbagai produk makanan.
Hemiselulosa adalah polimer yang lebih pendek dan bercabang, dan merupakan
komponen penting dalam proses pembuatan pulp kertas. Lignin, di sisi lain,
adalah komponen yang memberikan kekuatan dan ketahanan terhadap degradasi
terhadap kayu. Namun, dalam produksi pulp dan kertas, lignin harus dihilangkan
karena dapat mengganggu kualitas produk akhir. Terakhir, zat ekstraktif
mengandung berbagai senyawa kimia, seperti tanin, resin, dan minyak atsiri, yang
dapat digunakan dalam berbagai aplikasi, seperti industri farmasi dan kimia.
Isolasi atau ekstraksi komponen kimia kayu telah menjadi subjek
penelitian yang penting dalam upaya memaksimalkan penggunaan sumber daya
kayu dan mengurangi limbah. Selain itu, komponen-komponen ini juga menjadi
bahan baku potensial dalam pengembangan produk hijau dan berkelanjutan. Oleh
karena itu, pemahaman mendalam tentang teknik isolasi atau ekstraksi komponen
kimia kayu sangat penting dalam konteks keberlanjutan dan efisiensi sumber daya
alam.
Oleh karena itu dibuatlah makalah ini teknik isolasi atau ekstraksi
komponen kimia kayu, yaitu selulosa, hemiselulosa, lignin dan zat ekstraktif.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka rumusan masalah yang dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana prinsip dasar isolasi atau ekstraksi komponen kimia kayu,
yaitu selulosa, hemiselulosa, lignin, dan zat ekstraktif, dari berbagai jenis
kayu?
2. Apa saja teknik dan metode yang saat ini tersedia untuk mengisolasi atau
mengekstraksi komponen-komponen tersebut, dan bagaimana
perkembangan terkini dalam bidang ini?
3. Apa saja aplikasi potensial dari selulosa, hemiselulosa, lignin, dan zat
ekstraktif yang telah diisolasi atau diekstraksi dari kayu dalam berbagai
industri?
4. Apa saja tantangan dan kendala yang terkait dengan proses isolasi atau
ekstraksi komponen kimia kayu, seperti efisiensi, biaya, dan dampak
lingkungan?

2
BAB II
METODE ISOLASI DAN EKSTRAKSI

3.1 Teknik Konvensional


3.1.1 Pemutihan Pulp
Pemutihan pulp adalah metode konvensional yang telah lama digunakan dalam
industri pulp dan kertas untuk menghilangkan lignin dari serat kayu. Proses ini
melibatkan perlakuan serat kayu dengan bahan kimia, seperti natrium hidroksida
(NaOH) atau natrium sulfida (Na2S), dan panas. Tujuan dari pemutihan pulp
adalah untuk melemahkan ikatan lignin dengan serat selulosa dan kemudian
menghilangkan sebagian besar lignin. Ini menghasilkan pulp dengan kadar lignin
yang lebih rendah, yang memiliki kualitas yang lebih baik dalam pembuatan
kertas. Proses ini memerlukan parameter operasi seperti suhu, tekanan, dan waktu
yang cermat untuk mencapai hasil yang diinginkan.
3.1.2 Proses Delignifikasi
Proses delignifikasi adalah metode konvensional lain yang digunakan dalam
industri pulp dan kertas untuk menghilangkan lignin dari kayu. Proses ini
melibatkan penggunaan berbagai bahan kimia seperti oksigen dan hidrogen
peroksida (H2O2) yang mengoksidasi dan menguraikan lignin. Proses
delignifikasi sering digunakan pada tingkat yang lebih rendah dibandingkan
dengan pemutihan pulp, sehingga menghasilkan pulp yang lebih kaya lignin.
Lignin yang dihasilkan dari proses delignifikasi ini dapat memiliki berbagai
aplikasi, termasuk dalam produksi energi atau sebagai bahan baku dalam industri
kimia. Pengendalian parameter operasi, seperti konsentrasi bahan kimia dan waktu
reaksi, sangat penting dalam proses delignifikasi.

3.2 Metode Modern


3.2.1 Proses Organosolv
Proses organosolv adalah metode modern yang digunakan untuk isolasi
komponen kayu, terutama lignin. Proses ini melibatkan penggunaan campuran
pelarut organik dan air untuk melarutkan dan menghilangkan lignin. Pelarut
organik seperti etanol atau aseton digunakan dalam proses ini. Keuntungan dari
proses organosolv adalah bahwa ia memungkinkan isolasi lignin dengan tingkat
kemurnian yang lebih tinggi daripada metode konvensional. Selain itu, pelarut
organik yang digunakan dalam proses organosolv dapat didaur ulang, sehingga
dapat mengurangi dampak lingkungan. Pengendalian suhu, tekanan, dan rasio
pelarut dalam proses ini sangat penting untuk mendapatkan hasil yang optimal.
3.2.2 Ekstraksi dengan Pelarut Ionic Liquids
Ekstraksi dengan pelarut Ionic Liquids (ILs) adalah metode modern lain yang
digunakan untuk isolasi komponen kayu. Ionic Liquids adalah senyawa kimia
yang bersifat cair pada suhu kamar dan dapat digunakan sebagai pelarut alternatif

3
yang ramah lingkungan. Dalam metode ini, ILs digunakan untuk melarutkan
komponen kayu, seperti lignin, dan kemudian ekstraksi dilakukan untuk
mengisolasi komponen yang diinginkan. Keuntungan dari penggunaan ILs adalah
bahwa mereka tidak menghasilkan limbah berbahaya, dan mereka dapat
digunakan dalam isolasi yang lebih selektif. Pengendalian suhu, jenis ILs, dan
waktu ekstraksi adalah faktor kunci dalam metode ini.

3.3 Teknik Biokimia


3.3.1 Bioproses Mikroorganisme
Teknik biokimia melibatkan penggunaan mikroorganisme, seperti bakteri dan
jamur, untuk menguraikan dan menghilangkan komponen kayu, terutama lignin.
Mikroorganisme ini menghasilkan enzim yang dapat mengurai ikatan kimia dalam
lignin dan mengubahnya menjadi senyawa yang lebih sederhana. Proses ini
disebut bioproses ligninolytic, dan memiliki potensi untuk menghasilkan lignin
dengan tingkat kemurnian yang lebih tinggi daripada metode lainnya. Ini juga
merupakan pendekatan yang lebih ramah lingkungan karena tidak melibatkan
penggunaan bahan kimia berbahaya. Faktor-faktor seperti jenis mikroorganisme,
kondisi lingkungan, dan nutrisi sangat mempengaruhi hasil bioproses ini.
3.3.2 Pemisahan Enzimatik
Pemisahan enzimatik adalah teknik lain dalam biokimia yang melibatkan
penggunaan enzim untuk memisahkan komponen kayu. Enzim yang digunakan
dalam pemisahan enzimatik mampu memecah ikatan kimia dalam selulosa,
hemiselulosa, atau lignin. Proses ini sangat berguna dalam produksi bioetanol, di
mana selulosa dan hemiselulosa perlu diubah menjadi gula-gula yang dapat
difermentasi oleh mikroorganisme untuk menghasilkan bioetanol. Kontrol suhu,
pH, dan jenis enzim adalah faktor kunci dalam pemisahan enzimatik.

4
BAB III
HASIL PEMBAHASAN

3.1 Selulosa
Selulosa adalah salah satu komponen utama dalam kayu dan merupakan
polimer alam yang memiliki struktur dan sifat yang unik. Struktur selulosa terdiri
dari rantai panjang glukosa yang saling berhubungan secara kuat melalui ikatan β-
1,4-glikosidik. Ikatan ini memberikan selulosa sifat fisik dan kimia yang khas.
Selulosa dapat ditemukan di dinding sel kayu dalam bentuk serat panjang yang
tersusun rapat, memberikan kekuatan mekanis yang tinggi pada kayu. Sifat
mekanis ini membuat selulosa sangat berharga dalam aplikasi konstruksi dan
pembuatan kertas. Selain itu, struktur selulosa yang berulang-ulang juga
membuatnya tahan terhadap degradasi oleh enzim yang berfungsi untuk mencerna
gula-gula. Ini membuat selulosa menjadi bahan baku yang ideal untuk produksi
bioetanol melalui proses fermentasi.

Gambar 2.1 Struktur Selulosa

Selulosa juga memiliki sifat hidrofilik yang tinggi, yang berarti ia memiliki
afinitas terhadap air. Sifat ini menjadikan selulosa sebagai bahan baku yang ideal
dalam produksi kertas, karena selulosa dapat menyerap dan mempertahankan air
dengan baik, sehingga memungkinkan pencetakan dan pembentukan lembaran
kertas yang baik. Sifat hidrofilik selulosa juga penting dalam aplikasi tekstil, di
mana selulosa digunakan dalam pembuatan serat selulosa, seperti rayon dan
modal. Serat-serat ini memiliki sifat yang nyaman dan dingin saat digunakan
dalam pakaian. Selain struktur dan sifat uniknya, selulosa juga memiliki beragam

5
fungsi dan aplikasi yang luas. Sebagai komponen utama dinding sel kayu, selulosa
memberikan integritas struktural pada tumbuhan, memungkinkan tumbuhan untuk
tumbuh tinggi dan tegak. Selulosa juga berperan penting dalam pergerakan air dan
nutrisi di dalam tumbuhan, membantu dalam transportasi gula dan mineral dari
akar ke daun. Ini adalah salah satu alasan mengapa selulosa sering digunakan
sebagai bahan baku dalam penelitian tentang bioenergi dan biomaterial.
Aplikasi selulosa yang paling umum adalah dalam produksi kertas. Selulosa
alam, yang diekstraksi dari kayu, digunakan sebagai bahan utama dalam
pembuatan kertas. Proses pembuatan kertas melibatkan penghancuran selulosa
menjadi serat-serat kecil, yang kemudian direkatkan bersama dengan air dan
bahan kimia tambahan untuk membentuk lembaran kertas. Selulosa juga
digunakan dalam pembuatan kertas daur ulang, di mana serat selulosa bekas
digunakan kembali untuk menghasilkan produk kertas baru.
Selulosa juga digunakan dalam industri makanan sebagai bahan pengental
alami. Dalam makanan, selulosa sering digunakan sebagai bahan pengisi dalam
produk seperti sosis dan daging olahan lainnya. Ini membantu mengurangi
penggunaan bahan berbahaya dan meningkatkan kualitas produk akhir. Selain itu,
selulosa digunakan dalam industri farmasi sebagai bahan pembuatan kapsul dan
tablet.
Selulosa juga menjadi fokus penelitian dalam pengembangan biomaterial
yang berkelanjutan. Bahan berbasis selulosa, seperti selulosa nanokristal dan
selulosa bakterial, telah menjadi bahan baku dalam produksi berbagai produk,
termasuk plastik biodegradable, kertas tahan air, dan bahan penyerap. Penggunaan
selulosa dalam aplikasi berbasis biomaterial memberikan alternatif yang lebih
ramah lingkungan dibandingkan dengan plastik konvensional dan bahan-bahan
sintetis lainnya. Dalam konteks bioenergi, selulosa juga menjadi komponen kunci
dalam produksi bioetanol. Proses pemecahan selulosa menjadi gula-gula melalui
reaksi hidrolisis adalah langkah awal dalam produksi bioetanol. Gula-gula ini
kemudian dapat difermentasi oleh mikroorganisme untuk menghasilkan bioetanol,
yang dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif yang lebih ramah
lingkungan.

6
3.2 Hemiselulosa
Hemiselulosa adalah komponen penting dalam kayu dan berperan besar
dalam industri pulp dan kertas. Untuk memahami peran dan pentingnya
hemiselulosa, pertama-tama kita perlu memahami struktur dan sifat dasar dari
komponen ini.
Struktur dan Sifat Hemiselulosa
Hemiselulosa adalah polimer yang lebih pendek dibandingkan dengan
selulosa, yang memiliki rantai utama yang terdiri dari glukosa, tetapi strukturnya
lebih bercabang dan kompleks. Hemiselulosa terdiri dari berbagai jenis
monosakarida, seperti glukosa, xilosa, manosa, galaktosa, dan lainnya. Struktur
bercabang ini memberikan hemiselulosa sifat yang berbeda dari selulosa.
Hemiselulosa adalah polimer amorf, yang berarti struktur molekulnya lebih acak
dan tidak sejajar seperti selulosa. Sifat ini membuat hemiselulosa lebih mudah
larut dalam air daripada selulosa. Salah satu sifat khas hemiselulosa adalah
kemampuannya untuk membentuk gel dalam air ketika dipanaskan. Ini
disebabkan oleh struktur bercabang dan kemampuan hemiselulosa untuk
berinteraksi dengan air. Gel hemiselulosa ini memiliki aplikasi yang penting
dalam berbagai industri, termasuk makanan dan farmasi, di mana gel tersebut
dapat digunakan sebagai bahan pengental alami dan pengikat.

Gambar 2.2 Struktur Hemiselulosa


Peran dalam Industri Pulp dan Kertas
Hemiselulosa memainkan peran yang sangat penting dalam industri pulp dan
kertas, terutama dalam proses pembuatan pulp. Ketika kayu diolah untuk

7
menghasilkan pulp, salah satu langkah utama adalah proses pemutihan pulp.
Hemiselulosa adalah komponen yang secara khusus dihapus selama proses ini.
Dalam proses pemutihan pulp, kayu diuraikan menjadi serat-serat kayu yang
kemudian digunakan untuk pembuatan kertas. Hemiselulosa larut dalam air dan
dapat terlarut selama proses pemutihan. Ini memungkinkan pemisahan
hemiselulosa dari selulosa dan lignin. Proses ini bertujuan untuk menghilangkan
sebagian besar hemiselulosa dan lignin dari serat kayu, sehingga serat yang tersisa
kaya akan selulosa, yang menjadi bahan baku utama dalam pembuatan kertas.
Pentingnya pemisahan hemiselulosa dalam industri pulp dan kertas adalah
bahwa hemiselulosa cenderung mengganggu proses pembuatan kertas. Selama
proses pembuatan kertas, serat selulosa harus direkatkan bersama untuk
membentuk lembaran kertas yang kuat. Hemiselulosa, jika dibiarkan dalam
jumlah besar, dapat mengganggu ikatan antar-serat selulosa dan mengurangi
kekuatan dan kualitas kertas yang dihasilkan.
Oleh karena itu, penghapusan sebagian besar hemiselulosa selama pemutihan
pulp adalah langkah penting untuk memastikan bahwa kertas yang dihasilkan
memiliki sifat mekanis yang sesuai. Setelah proses pemutihan, serat kayu yang
kaya akan selulosa kemudian digunakan dalam pembuatan pulp dan kertas.
Hemiselulosa yang terlarut selama pemutihan seringkali diambil dan diproses
lebih lanjut untuk berbagai aplikasi, seperti bahan pengental dalam makanan atau
produk farmasi. Selain peran hemiselulosa dalam pemutihan pulp, komponen ini
juga dapat digunakan dalam industri pulp dan kertas untuk menghasilkan jenis
kertas tertentu. Hemiselulosa dapat digunakan untuk menghasilkan kertas yang
memiliki sifat khusus, seperti kertas yang memiliki kemampuan cetak yang baik
atau kertas yang tahan terhadap air.
Hemiselulosa juga memiliki peran dalam proses kimiawi tertentu yang
digunakan dalam produksi pulp dan kertas. Proses pulping kimiawi, seperti
pulping dengan metode bisulfit, melibatkan interaksi kimia dengan komponen
hemiselulosa dalam kayu untuk menghasilkan pulp. Proses ini memungkinkan
kontrol lebih besar atas sifat pulp yang dihasilkan, yang dapat berguna dalam
produksi berbagai jenis kertas yang memenuhi persyaratan tertentu.

8
3.3 Lignin
Lignin adalah komponen penting dalam kayu yang memiliki peran utama
dalam memperkuat dinding sel kayu dan memberikan ketahanan terhadap
degradasi. Untuk memahami lebih lanjut tentang lignin, mari bahas struktur dan
fungsi dasarnya, serta tantangan yang terkait dengan pemisahan lignin.

Struktur dan Fungsi Lignin

Struktur lignin sangat kompleks dan bervariasi tergantung pada jenis kayu
dan spesies tumbuhan. Lignin adalah polimer tiga dimensi yang terdiri dari
berbagai unit monolignol yang terhubung satu sama lain. Unit monolignol utama
dalam lignin adalah sinapil, p-koumaril, dan koniferyl. Struktur lignin dapat
berubah-ubah dari satu tumbuhan ke tumbuhan lainnya, dan bahkan dalam bagian
yang berbeda dari pohon yang sama. Fungsi utama lignin adalah memberikan
kekuatan dan ketahanan terhadap degradasi terhadap dinding sel kayu. Lignin
menyusun matriks antar serat selulosa dan hemiselulosa, memberikan dukungan
struktural yang diperlukan untuk menjaga tumbuhan tegak dan kuat. Ini adalah
alasan mengapa kayu memiliki kekuatan dan ketahanan yang tinggi terhadap
pengaruh lingkungan, seperti angin dan hujan.

Gambar 2.3 Lignin

Selain itu, lignin juga memiliki peran dalam perlindungan tumbuhan terhadap
serangan patogen dan hama. Ini berperan sebagai penghalang fisik yang
menghambat organisme merugikan yang mencoba menyerang sel kayu. Lignin

9
juga mengandung senyawa-senyawa kimia, seperti lignan, yang dapat berperan
dalam pertahanan tumbuhan.
Tantangan dalam Pemisahan Lignin
Meskipun lignin memiliki peran penting dalam struktur dan perlindungan
tumbuhan, dalam industri pulp dan kertas, lignin seringkali dianggap sebagai
pengotor. Proses pembuatan pulp mengharuskan pemisahan lignin dari serat
selulosa dan hemiselulosa untuk menghasilkan pulp yang berkualitas tinggi.
Proses pemutihan pulp merupakan salah satu metode utama yang digunakan untuk
pemisahan ini, dan itu melibatkan reaksi kimia yang memecah ikatan lignin dari
serat kayu.
Namun, pemisahan lignin dari serat kayu adalah tugas yang sulit. Salah satu
tantangan utama dalam pemisahan lignin adalah bahwa struktur lignin yang
kompleks dan kuat membuatnya tahan terhadap degradasi. Lignin memiliki ikatan
kimia yang kuat, terutama ikatan β-aryl ether, yang sulit untuk dipecahkan. Proses
pemutihan pulp melibatkan perlakuan dengan bahan kimia dan panas yang
berusaha melemahkan ikatan ini. Meskipun beberapa ikatan lignin dapat
dipecahkan selama proses ini, sebagian besar lignin tetap sulit untuk dihilangkan
sepenuhnya. Selain itu, pemisahan lignin juga memerlukan penggunaan bahan
kimia tambahan, seperti natrium hidroksida dan hidrogen peroksida. Penggunaan
bahan kimia ini tidak hanya mempengaruhi lingkungan, tetapi juga meningkatkan
biaya produksi. Oleh karena itu, ada tekanan besar untuk mengembangkan metode
pemisahan lignin yang lebih efisien dan ramah lingkungan.
Selain masalah pemisahan, lignin juga merupakan sumber potensial bahan
baku yang berharga dalam industri kimia dan energi. Namun, tantangan besar
dalam menggunakan lignin sebagai bahan baku adalah bagaimana mengubah
struktur kompleksnya menjadi produk yang diinginkan. Proses kimia yang
diperlukan untuk mengubah lignin memerlukan pemahaman yang mendalam
tentang struktur dan reaktivitas lignin. Banyak penelitian telah dilakukan dalam
upaya untuk mengatasi tantangan dalam pemisahan dan penggunaan lignin. Salah
satu pendekatan yang sedang dikembangkan adalah produksi pulp yang lebih
ramah lingkungan dengan mengurangi atau menggantikan bahan kimia yang
digunakan dalam proses pemutihan. Metode pemutihan yang lebih lembut, seperti

10
pulping dengan metode organosolv, telah diuji untuk mengurangi dampak
lingkungan.
Upaya dilakukan untuk mengubah lignin menjadi bahan kimia dan bahan
bakar. Proses depolimerisasi dan konversi lignin menjadi senyawa bernilai tinggi,
seperti fenol, telah menjadi fokus penelitian. Lignin juga digunakan sebagai bahan
bakar biomassa untuk menghasilkan energi, seperti bioetanol dan bahan bakar cair
yang dapat digunakan dalam transportasi.

3.4 Zat Ekstraktif


Zat ekstraktif, juga dikenal sebagai ekstraktif kayu atau ekstraktif
lignoselulosa, adalah kelompok senyawa kimia yang ditemukan dalam kayu dan
memiliki berbagai aplikasi dalam industri kimia dan farmasi. Untuk memahami
peran dan signifikansi zat ekstraktif, mari bahas berbagai jenis zat ekstraktif dan
aplikasi mereka dalam kedua industri ini.
Jenis-Jenis Zat Ekstraktif:
Zat ekstraktif terdiri dari berbagai jenis senyawa kimia yang dapat diekstraksi dari
kayu. Beberapa jenis zat ekstraktif yang umum meliputi:
1. Tanin: Tanin adalah senyawa yang sering ditemukan dalam kayu. Mereka
adalah senyawa polifenolik yang dapat membentuk ikatan dengan protein,
logam, dan polisakarida. Tanin memiliki sifat pengawet dan sering digunakan
dalam industri penyamakan kulit, industri tekstil, serta dalam produksi tinta
dan cat.
2. Resin: Resin adalah senyawa yang terkandung dalam kayu dan memiliki
sifat lengket dan perekat. Mereka digunakan dalam berbagai aplikasi, seperti
dalam industri pernis, lem, dan cat, di mana mereka memberikan daya rekat
yang baik.
3. Minyak Atsiri: Minyak atsiri adalah senyawa yang menguap dengan mudah
dan memberikan aroma yang kuat. Mereka sering digunakan dalam industri
parfum, produk perawatan kulit, dan farmasi sebagai bahan dasar untuk
menciptakan berbagai wangi dan rasa.
4. Fenol: Fenol adalah senyawa kimia yang ditemukan dalam kayu dan
memiliki sifat antimikroba. Mereka digunakan dalam industri kimia dan
farmasi sebagai bahan baku untuk sintesis senyawa-senyawa yang penting,
seperti resin fenolik dan berbagai obat-obatan.
5. Lignan: Lignan adalah senyawa polifenolik yang memiliki sifat antioksidan
dan potensial dalam pengobatan berbagai penyakit. Mereka digunakan dalam
pengembangan obat-obatan dan suplemen makanan.

11
BAB V
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Makalah ini menguraikan berbagai gejala dan tanda penyakit tanaman
yang dapat ditemui pada berbagai jenis tanaman. Gejala seperti lesi, bercak, layu,
gugur daun, dan lainnya muncul sebagai manifestasi interaksi kompleks antara
tanaman, patogen penyebab penyakit, dan cara mengatasi. Identifikasi gejala dan
tanda penyakit tanaman adalah langkah pertama yang krusial dalam pengendalian
penyakit dan pemeliharaan pertanian yang sehat. Dengan pemahaman yang
mendalam tentang berbagai gejala dan tanda penyakit tanaman, petani dan ahli
pertanian dapat lebih efektif dalam mengatasi penyakit tanaman dan mendukung
pertanian berkelanjutan.

3.1 Saran
Pemahaman mengenai gejala dan tanda penyakit tanaman harus perlu kita
ketahui untuk mencegah dan mengatasi jika terjadi penyakit tanaman.

12
DAFTAR PUSTAKA

Nuraeni, S., Perlindungan dan Pengamanan Hutan, Universitas Hasanuddin.

Purba, W. S., & Sumardiyono, C. (2018). Tanda dan Gejala Penyakit Layu
Fusarium pada Tanaman Pisang. Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia,
24(2), 85-91.

Soerjani, M. (1996). Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Gadjah Mada


University Press.

Suwandi, A., & Subandiyah, S. (2018). Tanda dan Gejala Penyakit Penyakit Karat
Daun Singkong (Puccinia manihotis) pada Tanaman Singkong. Jurnal
Perlindungan Tanaman Indonesia, 24(2), 92-100.

13

Anda mungkin juga menyukai