Anda di halaman 1dari 16

Makalah

Ilmu Kayu

KOMPONEN KIMIA DINDING SEL KAYU


(Lignin)

OLEH :

NAMA : NURFADILAH LATIF (M011181322)


ANDI BUNAYYA NANDINI (M011181372)
SEPTIN RINDY TANDIPAO (M011181392)
MUH. IKHSAN (M011181331)
KLS/KLP : B/4

LABORATORIUM PEMANFAATAN DAN PENGOLAHAN HASIL HUTAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Kami
Panjatkan Puji Syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-
Nya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini tentang Komponen Kimia
Dinding Sel Kayu (Lignin).

Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai
pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkonstribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari segala hal tersebut, kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya kami dengan lapang
dada menerima segala saran dan kritik dari pembaca, agar kami dapat memperbaiki makalah
ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi untuk pembaca.

Makassar, 08 Oktober 2019

Penyusun

ii
DAFAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 1
1.3 Tujuan .............................................................................................................................. 2

BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................................................... 3


2.1 Pengertian Lignin ............................................................................................................. 3
2.2 Struktur Kimia Lignin ...................................................................................................... 3
2.3 Peran Lignin Bagi Tumbuhan .......................................................................................... 5

BAB III PEMBAHASAN.............................................................................................................. 8


3.1 Analisis hubungan kadar komponen lignin yang terkandung dalam suatu jenis kayu
dengan tujuan penggunaan kayu ..................................................................................... 8

BAB IV PENUTUP ..................................................................................................................... 10


4.1 Kesimpulan .................................................................................................................... 10
4.2 Saran 10

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 11

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur lignin menurut Glasser and Glasser 1974 ...................................................... 4

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hutan sebagai suatu wilayah yang memiliki banyak tumbuh-tumbuhan lebat yang berisi
antara lain pohon, semak, paku-pakuan, rumput, jamur dan lain sebagainya, serta menempati
daerah yang cukup luas. Hutan berfungsi sebagai penampung karbon dioksida (Carbon
dioxide sink), habitat hewan, modulator arus hidrologika dan pelestarian tanah sebagai salah
satu aspek biosfer bumi yang paling penting (Soerianegara dan Indrawan, 1978). Hutan
sebagai bentuk kehidupan yang tersebar di seluruh dunia. Kita dapat menemukan hutan baik
di daerah tropis maupun daerah beriklim dingin, di dataran rendah maupun di pegunungan,
dipulau kecil maupun di benua besar (Indrianto, 2010).
Kayu sebagai salah satu hasil dari sumber kekayaan alam yang kita sadari atau sangat
dekat dengan kehidupan sehari-hari, sebagai bahan mentah yang mudah diproses untuk
dijadikan barang sesuai kemajuan teknologi seperti meja, kursi, lemari dan lain-lain. Kayu
memiliki beberapa sifat sekaligus, yang tidak dapat ditiru oleh bahan-bahan lain. (Haygreen
dan Bowyer, 1996). Kayu tersusun dari beberapa komponen kimia, komponen kimia kayu
sangat bervariasi, hal ini dipengaruhi oleh faktor tempat tumbuh, iklim dan letaknya didalam
batang atau cabang. Pada komponen kimia kayu terdiri dari selulosa, hemiselulosa, lignin dan
zat ekstraktif masing-masing sangat dibutuhkan oleh tumbuhan. Produksi selulosa
kebanyakan sebagai pulp untuk pembuatan kertas, sedangkan dissolving pulp untuk serat
rayon produksinya masih relatif lemah.
Lignin sebagai komponen penyusun utama dari dinding sel tumbuhan dan beberapa
algae. Lignin juga masih berikatan erat dengan selulosa dan hemiselulosa. Komponen ini
juga sebagai komponen rantai atau cabang panjang yang terbentuk di dalam dinding sel.
Keberadaan lignin sangat melimpah di alam yang mana merupakan komponen polimer
organik kedua terbanyak di bumi setelah selulosa. Struktur dari lignin adalah kompleks, tidak
teratur, acak, dan penyusun utamanya dari senyawa aromatik, yang mana menambah
elastisitas matrik selulosa dan hemiselulosa (Sjostrom, 1995). Oleh karena itu pada makalah
ini akan dibahas mengenai lignin dan kadar komponen lignin yang terkandung dalam suatu
jenis kayu dengan tujuan penggunaan kayu.

1.1 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan lignin yang terkandung didalam kayu?

1
2. Bagaimana struktur kimia lignin?
3. Bagaimana peran lignin bagi tumbuhan?
4. Bagaimana analisis hubungan kadar komponen lignin yang terkandung dalam suatu jenis
kayu dengan tujuan penggunaan kayu?

1.2 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui lignin yang terkandung didalam kayu.
2. Untuk mengetahui struktur kimia lignin.
3. Untuk mengetahui peran lignin bagi tumbuhan.
4. Untuk mengetahui analisis hubungan kadar komponen lignin yang terkandung dalam
suatu jenis kayu dengan tujuan penggunaan kayu.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Lignin
Lignin adalah komponen penyusun utama dari dinding sel tumbuhan dan beberapa
algae. Lignin juga masih berikatan erat dengan selulosa dan hemiselulosa. Komponen ini
merupakan komponen rantai atau cabang panjang yang terbentuk di dalam dinding sel.
Keberadaan lignin sangat melimpah di alam yang mana merupakan komponen polimer
organic kedua terbanyak di bumi setelah selulosa. Struktur dari lignin adalah kompleks, tidak
teratur, acak, dan penyusun utamanya dari senyawa aromatik, yang mana menambah
elastisitas matrik selulosa dan hemiselulosa. Akibat dari kekompleksan inilah lignin
merupakan komponen linoselulosa yang sulit untuk dipecah. Hal ini dikarenakan struktur
kristal pada lignin lebih tinggi daripada selulosa dan hemiselulosa (Achmadi, 1990).
Lignin adalah suatu polimer yang komplek dengan bobot molekul tinggi yang tersusun
atas unit-unit fenilpropana. Lignin termasuk ke dalam kelompok bahan yang polimerisasinya
merupakan polimerisasi cara ekor (endwisepolymerization), yaitu pertumbuhan polimer
terjadi karena satu monomer bergabung dengan polimer yang sedang tumbuh. Polimer lignin
merupakan polimer bercabang dan membentuk struktur tiga dimensi. Di alam keberadaan
lignin pada kayu berkisar antara 25-30%, tergantung pada jenis kayu atau faktor lain yang
mempengaruhi perkembangan kayu (Haygreen dan Bowyer, 1996).
Lignin bersifat tidak larut dalam kebanyakan pelarut organik. Lignin yang
melindungi selulosa bersifat tahan terhadap hidrolisa yang disebabkan oleh adanya ikatan
alkil dan ikatan eter. Pada suhu tinggi, lignin dapat mengalami perubahan struktur
dengan membentuk asam format, metanol, asam asetat, aseton, vanilin dan lain-lain.
Sedangkan bagian lainnya mengalami kondensasi (Judoamidjojo, dkk., 1989)
Lignin mempunyai bobot molekul yang rendah di dalam kayu namun menjadi
makromolekul yang mempunyai bobot molekul lebih tinggi ketika terlarut. Bobot molekul ini
menjadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi fungsi fisik dari lignin. Bobot molekul
lignin tidak seragam, karena dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain proses isolasi lignin,
degradasi makromolekul selama proses isolasi, efek kondensasi dan ketidakteraturan sifat
lignin dalam larutan (Sjostrom, 1995).

2.2 Struktur Kimia Lignin


Lignin sebagai salah satu komponen kimia penyusun kayu selain dari selulosa,
hemiselulosa dan ekstraktif. Lignin adalah gabungan beberapa senyawa yang hubungannya

3
erat satu sama lain, mengandung karbon, hidrogen dan oksigen, namun proporsi karbonnya
lebih tinggi dibanding senyawa karbohidrat. Sifat kimia lignin yang penting untuk diketahui
diantaranya adalah kadar lignin dan reaktifitasnya (Fengel dan Wegener, 1995).
Komponen utama lignin terdiri dari sinapin-alkohol, koniferil-alkohol, dan p-
kumaralkohol. Komponen ini kurang larut dlam air, sehingga di dalam tanaman , komponen
tersebut ada dalam bentuk glukosida yang larut dalam air dan juga dapat berpindah-pindah di
dalam tanaman tersebut. Struktur kimia pada lignin sangat kompleks dan tidak berpola sama.
Gugus aromatik ditemukan pada lignin, yang saling dihubungkan dengan rantai alifatik, yang
terdiri dari 2-3 karbon (Achmadi, 1990). Beberapa usulan model struktur kimia lignin telah
dikembangkan oleh beberapa ahli. Struktur lignin yang pernah diusulkan Glasser and Glasser
(1974) adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Struktur lignin menurut Glasser and Glasser 1974

Adapun sifat kimia lignin adalah sebagai betikut (Haygreen dan Bowyer, 1996):
1. Gugus OH Fenolik.
2. Atom-atom hidrogen pada lingkaran fenolik yang bersebelahan dengan gugus OH.
3. Gugus OH pada rantai samping, terutama pada atom karbon-α.
4. Ikatan eter pada rantai samping, terutama pada atom karbon-α.
5. Gugus-gugus metoksil.

Lignin sering digolongkan sebagai karbohidrat karena hubungannya dengan selulosa


dan hemiselulosa dalam menyusun dinding sel, namun lignin bukan karbohidrat. Hal ini
ditunjukkan oleh proporsi karbon yang lebih tinggi pada lignin. Pengerasan dinding sel kulit
tanaman yang disebabkan oleh lignin menghambat enzim untuk mencerna serat dengan

4
normal. Hal ini merupakan buktibahwa adanya ikatan kimia yang kuat antara lignin,
polisakarida tanaman dinding sel yang menjadikan komponen-komponen ini tidak dapat
dicerna oleh ternak. Komponen penyusun dari lignin adalah monolignols coniferyl, sinaphyl,
dan p-coumaryl alkhohol yang saling berikatan membentuk struktur 3D (Douglas, 1996).
Dalam alam lignin bersifat hidrofobik yang mana lignin tahan terhadap air, sehingga dinding
sel tidak tembus air. Selain itu lignin tahan terhadap pertumbuhan mikroorganisme dan dapat
menyimpan lebih banyak energy matahari daripada selulosa dan hemiselulosa.
Kandungan lignin pada tumbuhan berbeda-beda, dimana kandungannya kadang lebih
besar/sedikit daripada hemiselulosa atau selulosa tergantung jenis, tipe sel, dan tingkatan
perkembangan dari jaringan dinding pohon tersebut. Dalam beberapa referensi disebutkan
jumlah lignin dalam struktur pohon sekitar 20 – 35%. Rumus empiris dari lignin adalah
C9H10O2(OCH3)n, dimana n adalah rasio CH3 dari grup C9. Dengan kata lain struktur kimia
dari lignin dapat berubah secara dramastis yang membuat sulit untuk mendefinisikannya
(Indrianto, 2010).

2.3 Peran Lignin Bagi Tumbuhan


Lignin terutama terakumulasi pada batang tumbuhan berbentuk pohon dan semak. Peran
lignin pada tumbuhan adalah sebagai berikut (Soerianegara dan Indrawan, 1978):
1. Lignin merupakan struktur penyusun dinding sel
Struktur Dinding Sel Tumbuhan, yang mana sinding sel tumbuhan adalah bagian paling
luar dari sel tumbuhan. Dinding sel juga merupakan salah satu perbedaan antara sel tumbuhan
dan sel hewan. Pada dasarnya dinding sel tumbuhan tersusun atas serabut serabut panjang dan
keras yang masing masing terbenam dalam matriks protein dan polisakarida. Serabut serabut
ini umumnya tersusun atas selulose (selulosa), dan matriksnya sebagian besar tersusun atas
hemiselulose (hemiselulosa) dan pektin.
Molekul selulosa tersusun atas rangkaian linear ribuan unit glukose. Setiap rangkain
linear yang berbentuk sebagai pita ini masing masing dihubungkan oleh ikatan hidrogen
sehingga terbentuk agregat panjang yang tersusun dari 60-70 molekul selulose membentuk
mikrofibril. Mikrofibril ini dikelilingi oleh rantai selulose yang padat tetapi memiliki jumlah
lebih banyak.
Fungsi utama dari dinding sel tumbuhan adalah menyediakan perlindungan bagi sel di
dalamnya. Dinding sel juga berfungsi dalam mengikat serta menghubungkan antara tiap sel
sehingga membentuk jaringan dan tumbuhan yang utuh. Sekilas, dinding sel tumbuhan
merupakan ruang tertutup rapat atau penjara bagi sel tumbuhan di dalamnya, akan tetapi,

5
dinding sel menyediakan plasmodesmata. Fungsi dari plasmodesmata pada dinding sel
tumbuhan adalah sebagai penyedia jalur komunikasi antara sel-sel tumbuhan yang
bersangkutan. Fungsi dinding sel tumbuhan akan mengalami perubahan sesuai dengan
pengkhususan atau spesialisasi (diferensiasi) sel tumbuhan tersebut sehingga fungsi utama
dinding sel yaitu sebagai perlindungan dan kemudahan komunikasi antar sel tetap dapat
disesuaikan.

2. Lignin Sebagai Penyusun Daerah Penyongkong


Lignin merupakan komponen penyusun jaringan penyokong yaitu, jaringan sklerenkim.
Sklerenkim merupakan jaringan penguat atau penyokong tumbuhan yang terdiri atas sel – sel
yang mengalami penebalan sekunder di bagian dinding selnya. Adanya dinding sekunder ini
merupakan ciri khas pada jaringan yang berfungsi memperkuat tubuh tumbuhan dengan
penebalan sekunder yang terjadi pada seluruh dinding selnya. Yang membedakan sklerenkim
dengan jaringan penguat lainnya (kolenkim) ialah sel –sel penyusun sklerenkim merupakan
sel mati (tidak melakukan aktivitas metabolisme). Selain itu, sklerenkim menyokong bagian
tubuh tumbuhan yang telah dewasa. Penebalan sekunder pada dinding sel sklerenkim tersusun
atas senyawa lignin yang menyebabkan jaringan ini memiliki daya regang tinggi (elastis).
Fungsi utama jaringan sklerenkim yaitu:
a. Penyokong Organ Dewasa.
Sklerenkim dapat ditemukan pada bagian yang telah dewasa atau tua. Hal ini karena
sesuai dengan perkembangan selnya, bagian tumbuhan yang telah tua akan mengalami
penurunan aktivitas sel.
b. Pelindunng.
Selain sebagai penyokong, sklerenkim juga berfungsi sebagai pelindung bagian
tumbuhan. Contoh yang terdapat pada kulit biji kelapa, biji kacang, dan lainnya.

Jaringan sklerenkim memiliki ciri –ciri yang membedakan jaringannya dengan jaringan
lainnya, yaitu:
1. Tersusun atas sel – sel mati
Sel – sel penyusun jaringan sklerenkim mengalami penebalan sekunder yang merata
pada dinding selnya oleh senyawa lignin. Awalnya sel – sel sklerenkim merupakan sel – sel
hidup, hal ini karena asal pembentukan sel sklerenkim merupakan jaringan meristem atau
parenkim. seiring dengan aktivitas penebalan pada sel – sel yang berdiferensiasi menjadi
jaringan sklerenkim, aktivitas sel menjadi terhenti karena terhalang dengan penebalan
sekunder yang terdapat di dinding selnya.

6
2. Memiliki dinding sekunder yang merata
Tak seperti kolenkim yang penebalan sekundernya tak merata pada dinding selnya, sel
sklerenkim mengalami penebalan sekunder di seluruh sisi pada dinding selnya atau senyawa
lignin atau tak berlignin. Hal ini menyebabkan organ tumbuhan yang disokong oleh
sklerenkim akan lebih kuat dan elastis.

3. Bersifat elastis
Berbeda dengan kolenkim, jaringan sklerenkim bersifat elastik. Hal ini menyebabkan
kita dapat membentuk berbagai macam kesenian dari bagian tubuh tumbuhan yang disokong
oleh sklerenkim, seperti rotan, pelepah pisang, dan lain-lain.

7
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Analisis hubungan kadar komponen lignin yang terkandung dalam suatu jenis kayu
dengan tujuan penggunaan kayu
Senyawa lignin sangat erat hubungannya dengan selulosa yang berfungsi untuk
memberi kekuatan pada sel disebabkan lignin merupakan senyawa penyusun dinding sel kayu
atau bahan serat berlignoselulosa dimana lignin dan selulosa pada kayu terdapat pada setiap
lapisan dinding sel dan diantara sel dalam diding sel (Haygreen & Bowyer, 1996). Sedangkan
Junaidi dan Yunus (2009) menyatakan dalam industri pulp dan kertas komponen yang harus
dihilangkan adalah lignin agar sel-sel kayu dapat terurai, kayu yang mempunyai kadar lignin
yang tinggi kurang baik untuk industri pulp dan kertas.
Menurut Nandika (2015), menyatakan bahwa secara umum, kayu paling disukai rayap,
terutama rayap tanah dan didominasi jenis rayap Coptotermes sp. Sebagaimana diketahui
kayu disenangi rayap karena kayu mengandung selulosa, di mana selulosa merupakan
makanan utama rayap dan dalam kayu kandungan selulosa berkisar 40-50%. Disamping itu
lignin dalam kayu berpengaruh dan memperkecil perubahan dimensi sehubungan dengan
perubahan kandungan air dan juga bahwa lignin mempertinggi racun kayu yang membuat
kayu tahan terhadap serangan jamur dan serangga (Haygreen & Bowyer, 1996). Salah satu
faktor yang memengaruhi keawetan kayu, yaitu kandungan selulosa dan lignin. Hasil
penelitian menyatakan bahwa semakin tinggi kandungan lignin dalam kayu, kelas awet kayu
semakin baik terutama rayap (Sumarni dan Roliadi, 2002).
Pada penelitian Fatimah, dkk (2013) menyataan bahwa pohon Eucalyptus pellita
sebagai bahan baku pulp dan kertas distribusi kadar lignin Eucalyptus pellita cenderung
menyerupai kadar alfa-selulosa yang condong ke kanan dengan rerata 29,82 ± 4,07 % dan
koefisien variasi 13,64 %. Rendahnya koefisien variasi mengindikasikan keragaman
kandungan lignin seluruh individu cukup rendah. Hasil penelitian Eucalyptus pellita pada
sifat kadar ekstraktif etanol-toluena (Kv = 30,78 %) dan air panas (Kv = 82,91 %)
menunjukkan koefisien variasi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan koefisien variasi
pada komponen dinding sel seperti holoselulosa (Kv = 2,19 %), alfa-selulosa (Kv = 5,73 %)
dan lignin (Kv = 13,64 %). Jika dibandingkan dengan koefisien variasi sifat kimia (ekstraktif,
holoselulosa dan lignin) pada 6 jenis Eucalyptus lainnya (Pereira et al., 2012), maka koefisien
variasi ekstraktif dan holoselulosa pada Eucalyptus pellita lebih tinggi, tetapi pada lignin
lebih rendah. Jika dibandingkan dengan koefisien variasi panjang serat dan sifat fisika kayu

8
Eucalyptus pellita (Susilawati dan Marsoem, 2006), maka pada hasil penelitian komponen
dinding sel Eucalyptus pellita memiliki koefisien variasi yang lebih rendah. Begitu juga
halnya dengan sifat fisika kayu E. globulus (Santos et al., 2008) yang memiliki koefisien
variasi yang lebih tinggi dibandingkan koefisien variasi komponen dinding sel Eucalyptus
pellita. Berdasarkan kategori komponen kimia kayu daun lebar (hardwood) di Indonesia
menurut Direktorat Jenderal Kehutanan (1976), kadar ekstraktif, holoselulosa, alfa-selulosa
dan hemiselulosa Eucalyptus pellita termasuk dalam kelas tinggi, sedangkan kadar lignin
termasuk dalam kategori sedang. Jika dibandingkan dengan jenis Eucalyptus pellita dan
Eucalyptus lainnya, kadar holoselulosa termasuk dalam kategori tinggi, sedangkan kadar
ekstraktif, alfa-selulosa, hemiselulosa dan lignin masih termasuk dalam kisaran rata-rata.
Sehingga dapat menguntungkan untuk tujuan produksi pulp dan kertas.

9
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari malakah ini yaitu lignin sebagai komponen penyusun
utama dari dinding sel tumbuhan dan beberapa algae. Lignin juga masih berikatan erat
dengan selulosa dan hemiselulosa. Lignin dalam kayu berpengaruh dan memperkecil
perubahan dimensi sehubungan dengan perubahan kandungan air dan juga bahwa lignin
mempertinggi racun kayu yang membuat kayu tahan terhadap serangan jamur dan serangga.
Sehingga dapat menguntungkan untuk tujuan produksi pulp dan kertas.

4.2 Saran
Komponen kimia kayu sangat bervariasi, hal ini dipengaruhi oleh faktor tempat
tumbuh, iklim dan letaknya didalam batang atau cabang. Pada komponen kimia kayu terdiri
dari selulosa, hemiselulosa, lignin dan zat ekstraktif masing-masing sangat dibutuhkan oleh
tumbuhan. Lignin juga masih berikatan erat dengan selulosa dan hemiselulosa. Sehingga
dapat menguntungkan untuk tujuan produksi pulp dan kertas.

10
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, S. S. 1990. Kimia Kayu. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Direktorat Jendral Kehutanan. 1976. Vademecum Kehutanan Indonesia. Jakarta: Direktorat


Jenderal Kehutanan Departemen Pertanian.

Douglas A., dkk. 1996. Principles of Analysis. 5 Ed. Saunders College Publishingth.

Fatimah, S., Susanto, M., dan Lukmandaru, G. 2013. Studi Komponen Kimia Kayu
Eucalyptus Pellita F. Muell Dari Pohon Plus Hasil Uji Keturunan Generasi Kedua Di
Wonogiri, Jawa Tengah. Jurnal Ilmu Kehutanan. Vol. 7 (1): Hal. 57-69.

Fengel, D., dan Wegener, G. 1995. Kayu: Kimia, Ultrastruktur, Reaksi-Reaksi (Terjemahan).
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Haygreen, J.G dan J.L Bowyer. 1996. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu, Suatu Pengantar
(Terjemahan Sutjipto, AH). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Indrianto, Ir. 2010. Ekologi Hutan. Bandar Lampung: Bumi Aksara.

Judoamidjojo, R.M., Said, E. G., dan Hartoto, L. 1989. Biokonversi. Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Pendidikan Tinggi. Bogor: Pusat Antar
Universitas Bioteknologi Institut Pertanian Bogor.

Junaidi, A. B., & Yunus, R. 2009. Kajian potensi tumbuhan gelam (Melaleuca cajuputi
Powell) untuk bahan baku industri pulp: Aspek kandungan kimia kayu. Jurnal Hutan
Tropis. Vol.10 (28): Hal. 248–291.

Nandika, D., Rismayadi, Y., & Diba, F. 2003. Rayap: Biologi dan pengendaliannya.
Surakarta: Muhammadiyah University Press.

Pereira BLC, Oliveria AC, Carvalho AMML, Carneiro ACO, Santos LC & Vital BR. 2012.
Quality of wood and charcoal from eucalyptus clones for ironmaster use. International
Journal of Forestry Research 2012 : Page 1-8.

Santos A, Amaral ME, Vaz A, Anjos O, & Simoes R. 2008. Effect of Eucalyptus globulus
wood density on papermaking potential. TAPPI Journal. Vol.7 (1): 25 – 31.

11
Sjostrom, E. 1995. Kimia Kayu: Dasar-dasar dan Penggunaan Edisi Kedua. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Soerianegara, I dan Indrawan. 1978. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor: Departemen
Manajemen Huta Fakultas Kehutanan IPB.
Sumarni, G., & Roliadi, H. 2002. Daya tahan 109 jenis kayu Indonesia terhadap rayap tanah
(Coptotermes curvignathus Holmgren). Buletin Penelitian Hasil Hutan. Vol.20 (3): Hal.
177–185.

Susilawati S & Marsoem SN. 2006. Variation in wood physical properties of Eucalyptus
pellita growing in Seedling Seed Orchard in Pleihari, South Kalimantan. Indonesian
Journal of Forestry Research. Vol. 3 (2): Hal. 123-138.

12

Anda mungkin juga menyukai