Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PULP II

KRAFT PULPING PROCESS DENGAN BAHAN BAKU


KAPUK

Disusun oleh :

Kelompok II

Nama Anggota :

1. Tetania Ade Putri (012.18.006)


2. M.Rizky Darwis Putra (012.18.010)
3. Rayhan Fachrel (012.18.016)
4. Rini Pratiwi (012.18.026)
5. Deby Junio Bakhtiar (012.18.038)

TEKNOLOGI PENGOLAHAN PULP DAN KERTAS

FAKULTAS VOKASI

INSTITUT TEKNOLOGI DAN SAINS BANDUNG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah


memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada penulis, dan tak lupa pula
kita mengucapkan salam dan shalawat kepada Nabi Junjungan kita yakni
Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan
menuju zaman yang lurus dan berpendidikan, seperti yang dapat kita
sekarang ini. Sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Mata Kuliah
Teknologi Pulp II yang berjudul “Proses Pembuatan Pulp dari kapuk
dengan metode kraft’’ Penulis menyusun laporan bertujuan untuk
memenuhi tugas yang di berikan oleh Dosen yang mengajar matakuliah
Teknologi Pulp II dan untuk dapat di manfaatkan ke arah yang lebih
nantinya.

Dalam penulisan laporan ini masih banyak lagi kekurangan-


kekurangan yang harus di perbaiki, maka dari itu penulis senantiasa
menerima kritikan dan saran yang membangun dari pembaca laporan ini.
Harapan dari penulis, semoga laporan ini menambah wawasan dan ilmu,
khususnya bagi penulis sendiri dan pada umumnya bagi pembaca laporan
ini.

Kota Deltamas, 02 Desember 209

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................. i
Daftar Isi .............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Tujuan Praktikum ...................................................................................... 2
1.3 Manfaat Praktikum .................................................................................... 2
1.4 Ruang Lingkup ......................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pulp......................................................................................... 4
2.2 Proses Pembuatan Pulp ............................................................................ 5
2.3 Faktor yang berpengaruh pada pembuatan pulp....................................... 7
BAB III METODELOGI
3.1 Alat-alat Praktikum .................................................................................. 9
3.2 Bahan-bahan Praktikum ........................................................................... 9
3.3 Rancangan Peercobaan ............................................................................. 9
3.4 Diagram alir Percobaan ............................................................................ 10
3.5 Prosedur Kerja .......................................................................................... 10
BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
4.1 Hasil Pengamatan ..................................................................................... 13
4.2 Perhitungan ............................................................................................... 14
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Proses Pembuatan Pulp dan Pengecekan Bilangan Kappa serta Pengecekan
pH Hingga Menjadi Handsheet ................................................................. 18
BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan ................................................................................................. 21

6.2 Saran ........................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 22

LAMPIRAN…………………………………………………………………….23

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penggunaan kertas di dunia saat ini telah mencapai angka yang sangat
tinggi. Menyikapi hal ini pemerintah berencana menjadi produsen pulp dan kertas
terbesar dunia. Permasalahannya adalah, produsen pulp dan kertas di tanah air
pada umumnya menggunakan kayu hutan sebagai bahan baku. 90% pulp dan
kertas yang dihasilkan menggunakan bahan baku kayu sebagai sumber bahan
berserat selulosa. Dapat diprediksikan bahwa akan terjadi eksploitasi hutan secara
besar-besaran apabila kelak Indonesia menjadi produsen pulp terbesar di dunia.
Terganggunya kestabilan lingkungan menjadi dampak yang perlu mendapat
perhatian khusus. Untuk mengatasi hal ini pemerintah harus mencari alternatif
penggunaan kayu hutan sebagai bahan baku pembuat pulp dan kertas.

Proses pembuatan pulp pada umumnya menggunakan proses kimia, yaitu


proses soda, sulfat (kraft), sulfit, dan organosolv. Hasil penelitian mengenai
pembuatan pulp dengan proses soda-antraquinon dengan bahan baku serbuk
menunjukkan reaksi yang baik dalam rendemen maupun sifat lain dari pulp yang
dihasilkan. Namun produksi pulp secara kimia menimbulkan pencemaran yang
cukup serius karena hasil samping yang diproduksi. Polutan atau limbah utama
yang dihasilkan adalah komponen gas yang mengandung senyawa sulfur dan klor
yang dihasilkan dari proses kraft atau sulfit dengan larutan pemasak Na2S atau
NaHSO2.

Bahan baku alternatif perlu dikembangkan untuk dapat mensubstitusi serat


kapuk sebagai bahan baku utama pulp untuk membuat kertas khusus. Serat kapuk
diklasifikasikan sebagai serat panjang, dimana hingga saat ini Indonesia masih
mengimpor serat panjang untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Serat
nonkayu seperti serat kapuk (Ceiba pentandra) dapat digunakan sebagai bahan
baku alternatif serat panjang untuk pembuatan pulp dan kertas karena
ketersediaannya yang cukup melimpah di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mencari kondisi optimum pembuatan pulp kapuk mengetahui sifat

1
fisik dari lembaran pulp putihnya, serta mengetahui morfologi serat dari lembaran
pulp putih dengan analisis Scanning Electron Microscopy (SEM). Bahan baku
dikarakterisasi dengan menganalisis komponen kimia dan morfologi seratnya,
kemudian dilakukan pembuatan pulp dengan proses kraft. Dosis alkali aktif
sebanyak 17-18% dengan sulfiditas 25%, rasio 1 : 4 dan 1 : 8. Temperatur
pemasakan 160 oC selama 2+1,5 jam. Pulp kemudian diputihkan menggunakan
teknologi Elemental Chlorine Free (ECF) dengan tahapan D0ED1D2 (D untuk
klorin dioksida dan E untuk ekstraksi alkali). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa lembaran pulp putih serat daun nanas memiliki sifat yang lebih baik
dibandingkan dengan kapuk sebagai bahan baku kertas khusus.

1.2 Tujuan Praktikum

1. Praktikum ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui cara mengolah


bahan baku kapuk menjadi handsheet pulp.
2. Praktikan mengetahui Chemical ratio yang digunakan dalam proses kraft
pulping.
3. Praktikan mengetahui tahap-tahapan proses pembuatan pulp dengan bahan
baku kapuk menggunakan pemasakan proses kraft.

1.3 Manfaat Praktikum

1. Menambah wawasan dan kemampuan berpikir mengenai penerapan teori


yang telah didapat dari mata kuliah yang telah diterima kedalam penelitian
yang sebenarnya.

2. Hasil penelitian dapat digunakan untuk menggambarkan sistem penilaian


pelayanan yang berjalan saat ini di ITSB.

3. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai sarana diagnosis dalam mencari


sebab masalah atau kegagalan yang terjadi di dalam sistem penilaian
pelayanan yang sedang berjalan. Dengan demikian akan memudahkan
pencarian alternatif pemecahan masalah-masalah tersebut.

4. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai sarana untuk menyusun strategi


pengembangan sistem penilaian pelayanan yang berjalan.

2
1.4 Ruang Lingkup

Penulisan laporan praktikum ini dibatasi pada hal-hal berikut :

1. Melakukan proses kraft pulping pada bahan baku kapuk


2. Melakukan pembuatan Handsheet pulp dari bahan baku kapuk
3. Membuat data laporan praktikum

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pulp

Pulp atau bubur kertas merupakan serat berwarna putih yang diperoleh
melalui proses penyisihan lignin dari biomassa . Pulp dapat diolah dengan lebih
lanjut menjadi kertas, rayon, selulosa asetat dan turunan selulosa yang lain.
Syarat-syarat bahan baku yang digunakan dalam pulp, yakni :

a. Berserat

b. Kadar alpha sellulosa lebih dari 40 %

c. Kadar ligninnya kurang dari 25 %

d. Kadar air maksimal 10 %

e. Memiliki kadar abu yang kecil

Pengelompokan pulp menurut komposisinya dikelompokkan menjadi tiga jenis


yaitu:

1. Pulp kayu (wood pulp)


Pulp kayu adalah pulp yang berbahan baku kayu. Pulp kayu
dibedakan menjadi :
a) Pulp kayu lunak (soft wood pulp). Jenis kayu lunak yang umum
digunakan berupa jenis kayu berdaun jarum (Needle Leaf) seperti
Pinus Merkusi, Agatis Loranthifolia, dan Albizza Folcata.
b) Pulp kayu keras (hard wood pulp) Pada umumnya serat ini terdapat
pada jenis kayu berdaun lebar (Long Leaf) seperti kayu Oak.
2. Pulp bukan kayu (non wood pulp)

Pada saat ini pulp non kayu yang dihasilkan digunakan untuk
memproduksi kertas meliputi : percetakan dan kertas tulis, linerboard,
medium berkerut, kertas koran, tisu, dan dokumen khusus. Pulp non kayu
yang umum digunakan biasanya merupakan kombinasi antara pulp non
kayu dengan pulp kayu lunak kraft atau sulfit yang ditambahkan untuk

4
menaikkan kekuatan kertas. Karekteristik bahan non kayu mempunyai
sifat fisik yang lebih baik daripada kayu lunak dan dapat digunakan di
dalam jumlah yang lebih rendah bila digunakan sebagai pelengkap dan
sebagai bahan pengganti bahan kayu lunak. Sumber serat non kayu
meliputi: - limbah pertanian dan industri hasil pertanian seperti jerami
padi, gandum, batang jagung, dan limbah kelapa sawit.

3. Pulp kertas bekas

Pulp yang berasal dari kertas bekas diolah pada proses Deinking,
yaitu penghilangan tinta dan akan diolah kembali menjadi kertas.

2.2 Proses Pembuatan Pulp

Pulp merupakan hasil pembuburan bahan tumbuh-tumbuhan yang


komponen utamanya adalah selulosa. Pulp merupakan bahan baku utama untuk
pembuatan kertas. Proses pembuatan pulp industri dibagi atas tiga kelompok yaitu
proses mekanis, proses kimia dan proses semi kimia. Semuanya mempunyai
tujuan yang sama yaitu untuk memisahkan serat selulosa dari senyawa
pengikatnya terutama liginin. Lignin merupakan senyawa yang tidak diharapkan
dalam pembuatan pulp dan kertas karena akan membuat lembaran pulp kaku dan
mengurangi aktivitas ikatan permukaan antarserat. Lignin merupakan tambahan
total dari karbohidrat (selulosa dan hemiselulosa) yang terkandung di dalam serat,
yang berfungsi sebagai pengikat antarserat dan memberikan warna kuning pada
pulp.

Pada percobaan skala laboratorium, penggunaan bahan baku bukan kayu


(non wood) seperti kapuk akan memudahkan kondisi operasi pembuatan pulp,
karena bahan ini relatif lebih berserat dan kadar ligninnya juga lebih sedikit.

2.2.1 Secara Mekanis

Pulp dapat dibuat dari kayu dengan penglahan secara mekanis


tanpa perlakuan kimia. Proses ini memiliki keunggulan antara lain
memberikan hasil yang lebih tinggi tetapi itu membutuhkan energi yang
lebih besar. Pulp mekanik lebih banyak diproduksi dari kayu-kayu yang
lunak. Pada proses ini kandungan lignin dan zat-zat lain masih tinggi.

5
2.2.2 Secara Kimia

Pembuatan pulp secara kimia adalah proses pembuatan pulp


dengan menggunakan bahan kimia sebagai bahan utama utnuk melarutkan
bagian-bagian yang tidak diinginkan, sehingga pulp yang berkadar
selulosa tinggi dapat dihilangkan. Pulp yang telah dihasilkan akan mudah
untuk diputihkan dan pada umumnya dilakukan untuk menghasilkan jenis
kertas tertentu seperti tissue, kertas cetak dan lain-lain. Hampir semua
produksi pulp kimia di dunia saat ini masih didasarkan pada proses-proses
dan sulfat, yang terakhir yang paling banyak.

a. Proses Sulfat

Proses kraft menggunakan natrium hidroksida (NaOH) dan


natrium sulfida (Na₂S). Dalam proses ini natrium sulfat yang
ditambahkan, direduksi di dalam tungku pemulihan menjadi
natrium sulfida yang dibutuhkan untuk delignifikasi. Pada proses
ini digunakan bahan pemutih sehingga pulp yang dihasilkan
mempunyai derajat putih yang berkualitas tinggi. Untuk proses ini
sering kali digunakan dalam proses pembuatan pulp dikarenakan
pemulihan bahan kimia yang lebih sederhana dan sifat-sifat
pulpnya yang lebih baik. Walaupun proses ini sering digunakan
namun proses mempunyai kelemahan yang sukar diatasi seperti bau
gas ( dan ) yang tidak enak dan kebutuhan bahan kimia
pemutih yang tinggi untuk pulp kraft dari kayu lunak. Keuntungan
proses kraft adalah proses ini lebih fleksibel karena dapat
digunakan untuk berbagai jenis kayu.

b. Semi Chemical

Proses pembuatan pulp secara semikimia merupakan proses


dua tahap yaitu: tahap pertama serpihan kayu diolah dengan bahan
kimia yang tidak terlalu banyak untuk memutus ikatan interseluler
dengan menghilangkan sebagian hemiselulosa dan lignin,
selanjutnya mengalami perlakuan mekanis utuk memisahkan serat-

6
seratnya. Cara pembuatan pulp secara semikimia dilakukan untuk
mendapatkan hasil pulp yang lebih baik, disamping untuk
mempertahankan keunggulan sifat pulp yang akan diperoleh
dengan cara mekanis. Hasil dan kualitas pulp yang diperoleh
dengan cara semi kimia terletak diantara hasil pulp yang diperoleh
dengan cara kimia maupun mekanis cara semikimia ini lebih sesuai
untuk bahan baku jenis kayu keras. Hasil pulp diperoleh sekitar 60-
70% dan berat kering bahan baku.

2.3 Faktor yang Berpengaruh pada Pembuatan Pulp

Faktor yang berpengaruh pada pembuatan pulp adalah sebagai berikut:

a. Larutan Pemasak (asam asetat, alkohol)

Larutan pemasak memisahkan dan menguraikan serat-serat selulosa


dan non selulosa. Pemisahan serat ini sangat penting sebab kadar non selulosa
yang cukup tinggi akan menurunkan kualitas pulp misalnya mengakibatkan
degradasi dan pelarutan selulosa yang berlebihan sehingga mengakibatkan
sifat-sifat kekuatan pulp turun.

b. Temperatur Pemasak dan Pengeringan

Pengeringan dan pemasakan dibawah suhu penguraian akan


mengakibatkan selulosa dalam bahan baku belum terurai secara sempurna dan
akan mengakibatkan pula beberapa perubahan sifat selulosa. Temperatur
pemasak dapat divariasikan.

c. Waktu Pemasakan

Proses pembuatan pulp yang menggunakan suhu 190 – 200℃, hanya


membutuhkan waktu pemasakan 15 – 30 menit . Waktu pemasakan yang
cukup lama akan merusak struktur selulosa dan pemanasan dibawah suhu
penguraian akan mengakibatkan selulosa dalam bahan baku belum terurai
secara sempurna.

7
d. Tekanan

Tekanan yang digunakan dalam setiap proses tergantung dari jenis


bahan baku yang digunakan dan temperatur operasi.

e. Dimensi

Dimensi serat meliputi panjang serat, diameter serta tebal dinding sel

8
BAB III

METODELOGI

3.1 Alat - Alat Praktikum

Peralatan yang digunakan dalam kegiatan praktikum ini adalah, 1 unit


panci (tempat pemasakan), Beaker gelas 100 ml , Erlenmeyer 100 ml, Buret 50
ml, Oven, Pemanas listrik, dan Blender.

3.2 Bahan – Bahan Praktikum

Bahan yang digunakan dalam kegiatan praktikum adalah, bahan baku non
wood (bahan baku kapuk), aquadest, NaOH dan Na₂S, H2SO4 pekat, Na2S2O3,
KI, Starch, dan KMnO4.

3.3 Rancangan Percobaan


a. Tahap Persiapan
Tahap persiapan pada praktikum ini terdiri dari persiapan alat dan
persiapan bahan baku sebelum proses utama dilakukan.
a) Persiapan Alat
 Disiapkan panci berukuran sedang.
 Di panaskan alat pemanas listrik untuk mencapai suhu isothermal.
b) Persiapan Bahan Baku
 Bahan baku kapuk disiapkan, kemudian dijemur dibawah sinar
matahari. Dipotong-potong sekitar 2-5 cm.
 Bahan baku kapuk disimpan dalam wadah tertutup, agar
kandungan air seragam. Kemudian cek moisture.

9
3.4 Diagram Alir Proses
Disiapkan bahan baku dan peralatan

Dicek Moisture bahan baku

Dipanaskan alat pemanas listrik

Dimasukkan bahan baku kedalam panci

Perbandingan bahan baku dengan White Liquor 1:9


Dimasak bahan baku dengan metode kraft (menggunakan chemical NaOH dan
Na₂S) selama waktu ± 1,5 jam
Residu (Black Liquor) dan filtrate dipisahkan

Filtrate atau bahan baku di washing hingga bersih dan dikeringkan

Dilakukan pengecekan warna, PH, dan kappa number

Dilakukan Penggilingan serat dengan blender

Dibuat Handsheet pulp dan diuji sifat fisiknya

Dirapikan kembali peralatan dan bahan yang tidak terpakai


Gambar 3.1 Diagram Alir Proses Pemasakan Pulp bahan baku kapuk.

3.5 Prosedur Kerja


1. Disiapkan alat dan bahan baku
2. Dicek Moisture Bahan Baku
3. Dipanaskan alat pemanas listrik hingga isothermal
4. Dimasukkan bahan baku kedalam panci
5. Perbandingan bahan baku dengan White Liquor 1:9
6. Dimasak bahan baku dengan metode kraft (menggunakan chemical NaOH
dan Na₂S) selama waktu ± 1,5 jam
7. Residu (Black Liquor) dan filtrate dipisahkan
8. Filtrate atau bahan baku di washing hingga bersih dan dikeringkan
9. Dilakukan pengecekkan warna,PH dan Kappa Number
10. Dilakukan penggilingan serat dengan blender
11. Dibuat Handsheet Pulp dan diuji sifat fisiknya
12. Dirapikan kembali alat dan bahan baku yang tidak terpakai

10
a. Variabel Penelitian
1. Variabel Tetap
 Perbandingan Bahan Baku dengan White Liquor 1 : 9 (ml/gr)
 Temperature pemasakan 150℃
2. Variabel Tidak Tetap
 Waktu pemasakan : 60 menit, 90 menit, dan 120 menit.
 Konsentrasi (NaOH) dan natrium sulfida (Na₂S) : 2%, 4%, 6%,8%.
b. Prosedur dan Perhitungan Bilangan Kappa
 Prosedur (T 236 om-99)
 Timbang KMnO4 1N 0,32 gram kemudian dilarutkan
dengan air sampai 100 ml.
 Timbang Na2SO3 0,2N 2,48 gram kemudian dilarutkan
dengan air sampai 50 ml.
 Timbang KI 1N 3,2 gram kemudian dilarutkan dengan air
sampai 20 ml dan diukur H2SO4 4N 11,1 ml serta
dilarutkanjuga dengan air sampai 100 ml.
 Buat indikator amilum dengan kadar 0,2% dari 100 ml air.
 Siapkan pulp 5-8 gr oven dry (hitung moisture).
 Setelah didapatkan hasil perhitungannya, selanjutnya
diblender dengan air 350 ml dan diletakkan pada
gelasbeker.
 Selanjutnya buat campuran 50 ml KMnO4 1N dan 50 ml
H2SO4 4N kemudian dimasukkan pada larutan pulp yang
tadi telah diblender serta aduk selama 10 menit.
 Kemudian dari sampel larutan pulp + KMnO4 + H2SO4
dimasukkan KI 1N sebanyak 10 ml.
 Masukkan Na2SO3 yang telah dicampur dengan air pada
buret.
 Titrasi menggunakan Na2SO3 tadi sampai warna kuning,
dicatat nilai pada buret-nya.
 Selanjutnya dimasukkan amilum atau pati pada gelas yang
berisi sampel sampai warnanya biru sebagai indikator.

11
 Kemudian dilakukan titrasi lagi sampai warnanya putih dan
dicatat hasilnya.
 Perhitungan

( )
P=

Keterangan :
P = Jumlah KMnO4 Aktual yang Digunakan
b = Jumlah Na2S2O3 yang digunakan Blanko
a = Jumlah Na2S2O3 yang digunakan Sampel
N= Normalitas Na2S2O3

Kappa Number = .

Keterangan :
P = Jumlah KMnO4 Aktual yang Digunakan
F = Faktor Koreksi KMnO4
W = Massa Sempel yang Digunakan

12
BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

4.1 Pengamatan Pulping

Cooking dengan Bahan Baku Kapuk

Sesudah Proses Pemasakan


Waktu NaOH &
No Kappa
Pemasakan Na2S (%) Warna Tekstur pH
Number
Kasar - -
Cokelat
1 15 Menit kekunin
gan
75% dan
25% Cokelat Mulai - -
gelap Melembut
2 45 Menit

Cokelat Lembut 5,64 2


gelap dan Halus
3 90 Menit
kehijau
an

13
Gambar 4.1 Kapuk setelah dioven Gambar 4.2 Proses cooking

Gambar 4.3 Pengukuran pH Blackliquor hasil cooking

4.2 Perhitungan

1. Perhitungan Moisture

14
2. Perhitungan Berat Basah

3. Perhitungan White Liquor

( )

Perbandingan antara Bahan baku dengan Larutan Pemasak 1:6, jadi


WL yang ditambahkan yaitu

Namun bahan baku tidak dapat terendam, bagian tengah tidak


terkena WL. Maka Perbandingan diubah menjadi 1:9

Dengan penambahan air :


1:9

Penambahan air = 1800-1636.29 = 163.71 ml


4. Perhitungan Moisture Pulp setelah matang

15
5. Perhitungan Faktor Koreksi KMnO4
( )

( )

6. Perhitungan Massa sampel yang digunakan (W)

7. Perhitungan Kappa Number

Perhitungan Pembuatan Handsheet pulp menggunakan bahan baku pulp


alang-alang
8. Perhitungan moisture pulp alang-alang

16
9. Perhitungan konsistensi

17
BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Proses Pembuatan Pulp dan Pengecekan Bilangan Kappa serta


Pengecekan pH Hingga Menjadi Handsheet
Proses pembuatan pulp dengan bahan baku kapuk menggunakan
metode kraft merupakan proses pembuatan pulp secara kimiawi. Awalnya
bahan baku yang telah di keringkan terlebih dahulu di oven umtuk
mengetahui kadar moisture nya sehingga kita bisa mengetahui berat basah
dari 200 gram berat kering bahan baku yang akan kita gunakan, dan
didapatkan hasil 225,9 gram berat bahan baku kapuk yang akan digunakan
dalam pemasakan.
Setelah didapatkan hasil 225,9 berat bahan baku kapuk selanjutnya
dilakukan pembuatan larutan pemasak atau white liquor (WL). Pembuatan
larutan pemasak menggunakan patokan TAA charge 110 maka digunakan 28
gram Na2S dan 82 gram NaOH untuk dilarutkan dalam 1 liter air. Takaran
larutan pemsak yang akan digunakan setelah dilakukan perhitungan
didapatkan hasil untuk 200 gram berat kering bahan baku kapuk digunakan
181,81 ml larutan pemasak. Pada praktikum kali ini rasio yang digunakan
antara bahan baku dan larutan pemasak adalah 1:9 sehinga larutan pemasak
yang digunakan adalah 1.636,29 ml. Penggunaan rasio 1:9 dilakukan karena
bahan baku kapuk memiliki volume yang cukup besar untuk ukuran 225,9
gram bahan baku selain itu bahan baku kapuk juga memiliki kemampuan
menyerap larutan cukup tinggi sehingga diperlukan larutan pemasak yang
cukup banyak.
Selanjutnya bahan baku kapuk dimasukan kedalam panci yang telah
disiapkan lalu ditambahkan larutan pemasak sebanyak 1.636,29 ml dan
dimasak diatas kompor listrik sambil dijaga suhu dan dilakukan pengadukan.
Pada saat pemasakan pengadukan bertujuan untuk menghomogenkan bahan
baku, larutan pemasak, dan tingkat kematangan pulp. Selain itu pengadukan
juga dilakukan agar busa tidak meluap keluar dari panci saat pemasakan.
Busa dihasilkan karena adanya reaksi antara bahan baku dan chemical pada

18
larutan pemasak pada saat proses pemasakan. Pada saat pemasakan dilakukan
pengecekan secara berkala di menit ke 30 dan menit ke 80. Di menit ke 90
pemasakan dihentikan karena dianggap sudah matang. Pulp yang telah
matang didiamkan untuk menurunkan suhu dan dikawatirkan masih ada
reaksi kimia berlangsung. Setelah itu pulp dan black liquor dipisahkan dan
pulp dicuci secara berulang kali sampai dirasa pulp bersih dari chemical.
Setelah pulp bersih kemudian pulp diperas dan disimpan di dalam plastik
ziplock, dan black liquor dihitung pHnya didapatkan hasil 3.
Setelah pulp matang kemudian dilakukan pengecekan bilangan kappa.
Pada pengecekan bilangan kappa sampel pulp dioven untuk mengetahui
moisturenya. Selagi menunggu pulp yang dioven dilakukan pembuatan
larutan yang akan digunakan untuk pengecekan bilanggan kappa meliputi :
1. Dibuat larutan KMnO4 1 N dengan melarutkan 0,32 gram KMnO4

dengan air sampai 100 ml

2. Dibuat larutan N2S2O3 0,2N dengan melarutkan 2,48 gram

N2S2O3 dengan air sampai 100 ml

3. Dibuat larutan KI 1N dengan melarutkan 3,2 gram KI dengan air


sampai 20 ml
4. Dibuat larutan H2SO4 4N dengan melarutkan 11 ml larutan H2SO4

pekat dengan air sampai 100 ml

5. Dibuat indikator amilum 100 ml dengan kadar amilum 100 ml

Selanjutnya dicampurkan pulp 6 gram berat basah sampel pulp, 350 ml


air, larutan KMnO4 50 ml, larutan H2SO4 50 ml lalu diaduk sampai homogeny
±10 menit. Setelah sampel dirasa homogen kemudian ditambahkan larutan KI
10 ml diaduk kembali kemudian di titrasi menggunakan N2S2O3. Dititrasi
sampai warna sampel berubah menjadi kuning muda, setelah warna sampel
berubah lalu ditamabahkan amilum sebagai indikator sekitar 5 ml sehingga
warna sampel berubah menjadi ungu atau coklat tua. Setelah ditambahkan
indikator sampel kembali di titrasi sampai berubah warna menjadi bening

19
kemudian pengecekan diulangi secara blanko. Setelah diamati dan dihitung
didapatkan hasil kappa numbernya adalah 5,64.
Tahap selanjutnya adalah pembuatan handsheet pulp, pulp yang telah
dimasak, dan telah dicek pH dan bilangan kappanya serta telah di washing
akan dibuat menjadi handsheet pulp, tahapannya adalah yang pertama
mengecek moisture pulp selanjutnya menentukan ratio antara berat kering
pulp dengan banyaknya air, dengan berat kering 90 kami mendapat berat
basah 300 gr dengan perbandingan air 1:5 jadi air yang ditambahkan 450 ml,
setelah itu pulp di blender agar homogen dan lebih halus, namun dalam
pemblenderan kami menambahkan air lagi sebanyak 1 L dikarenakan alat
blender yang tidak mau berputar, jika proses tersebut selesai, pulp
dihamparkan ke alat sablon dan diratakan hingga permukaannya benar-benar
rata tebal-tipisnya,setelah itu pulp didiamkan beberapa hari hingga benar-
benar kering.

20
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Semakin besar rasio perbandingan chemical dan bahan baku maka


semakin cepat pula waktu pemasakan yang dibutuhkan .Pada proses
pemasakan rasio yang digunakan 1:9 dengan waktu pemasakan 90
menit, sedangkan dengan pemasakan 1:6 dan ditambah air 3 liter
membutuhkan waktu 150 menit.
2. Pengadukan terjadi apabila reaksi antara larutan pemasak dan bahan
baku menimbulkan busa yang berlebih.
3. Pengolahan bahan baku kapuk dilakukan dengan melakukan proses
pengelupasan kapuk dari kulit dan bijinya, serta melakukan
pengecekan moisture untuk menentukan berat kering dan berat basah
dari bahan baku yang akan digunakan pada proses pemasakan.
4. Proses pembuatan pulp dengan bahan baku kapuk tahapan-tahapannya
diantaranya persiapan bahan baku meliputi pengelupasan serta
pemisahan kapuk dengan bijinya dan pengecekan moisture untuk
menentukan berat basah dan berat kering bahan baku yang digunakan,
pembuatan white liquor, pemasakan, pencucian pulp, pengecekan
bilangan kappa, dan pembuatan handsheet pulp.

6.2 Saran

Perhatikan dengan baik saat larutan pemasak ketika mendidih lalu


kecilkan segara pemanas dan lakukan pengadukan secara terus menerus
agar larutan tidak melimpah keluar.

21
DAFTAR PUSTAKA

Modul praktikum teknologi pengolahan pulp II institut teknologi sains bandung

22
LAMPIRAN

23
foto-foto proses pemsakan pulp kapuk dari penimbangan hinga
pembuatan handsheet pulp alang-alang

Kapuk dioven Ditimbang setelah dioven

Kondisi pulp setelah 15 menit Pulp setelah 45 menit

Pulp matang setelah 90 menit

Proses Titrasi

24
Dicampur sampel, air dan KMnO4 Dibilas KMnO4 dengan 50 ml air

Ditambah H2SO4 diaduk 10 menit Ditambah KI lalu dititrasi

Warna mulai berubah Warna jadi kuning

Ditambah amilum Dititrasi lagi

25
Proses Pembuatan Handsheet Pulp
Warna menjadi bening

Disiapkan air Ditimbang pulp

Dituangkan pulp dengan air diblender

dicetak disablon hingga kering

26
Handshet yang telah kering

27

Anda mungkin juga menyukai