Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH SISTEM PERLAKUAN LIMBAH LIMBAH INDUSTRI

KERTAS

Disusun oleh:
Kelompok 3
Allyfhia Fitrah Nugraha 181251012
Fahad ZM 1812510
Satria Rahmat F 1812510
Moch. Rizki FH 1812510

Jl. Alternative Bukit Indah - Purwakarta, Mulyamekar, Kec. Babakancikao,


Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat 41151 (0264) 214952
STT. Wastukancana
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah


memberikan kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas
rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul Sistem Perlakuan Limbah-Limbah Industri Kertas tepat waktu.
Makalah Sistem Perlakuan Limbah Limbah Industri Kertas disusun guna
memenuhi tugas bapak Uus Supriatna pada Pengetahuan Lingkungan di STT.
Wastukancana Purwakarta. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini
dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang Limbah di Industri.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu
selaku dosen mata kuliah. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi
kesempurnaan makalah ini.

Purwakarta, 07 Juli 2020

Kelompok 3
BAB ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Tujuan....................................................................................................1
1.3 Manfaat..................................................................................................1
BAB II KAJIAN PUSTAKA............................................................................
BAB III PEMBAHASAN.................................................................................
3.1 Bahan Baku Industri Kertas................................................................
3.2 Bahan Tambahan..................................................................................
3.3 Proses Produksi Industri Kertas..........................................................
3.4 Limbah Industri Kertas........................................................................
3.5 Karakteristik Limbah Industri Kertas...............................................
3.6 Pengelolaan Limbah Industri Kertas..................................................
3.7 Dampak Pencemaran Limbah Pabrik Kertas....................................
BAB IV PENUTUP...........................................................................................
4.1 Kesimpulan............................................................................................
4.2 Saran......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Limbah merupakan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industry maupun domestic (rumah tangga atau yang lebih dikenal sabagai
sampah), yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak
dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Jenis sampah
ini pada umumnya berbentuk padat dan cair. Kertas adalah bahan yang tipis
dan rata, yang dihasilkan dengan kompresi serat yang berasal dari pulp. Serat
yang digunakan biasanya adalah alami, dan mengandung selulosa dan
hemiselulosa. Pabrik Kertas menghasilkan limbah cair yang mengandung
logam berat jenis Hg dan Cu. Limbah cair tersebut berupa bubur kertas encer
yang apabila dibuang sembarangan akan mengakibatkan pencemaran
lingkungan.

1.2 Tujuan

1.3 Manfaat
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Bahan Baku Industri Kertas


Menurut Rini (2002), kayu sebagai bahan baku dalam industri kertas
mengandung beberapa komponen antara lain:
1. Selulosa Selulosa merupakan komponen yang paling dikehendaki dalam
pembuatan kertas karena bersifat panjang dan kuat. Menurut Stanley (2001)
dalam kayu mengandung sekitar 50 % komponen selulosa.
2. Hemiselulosa Hemiselulosa lebih mudah larut dalam air dan biasanya
dihilangkan dalam proses pulping.
3. Lignin Lignin berfungsi merekatkan serat – serat selulosa sehingga menjadi
kaku. Pada proses pulping secara kimia dan proses pemutihan akan
menghilangkan komponen lignin tanpa mengurangi serat selulosa. Menurut
Stanley (2001) komponen lignin dalam kayu adalah sekitar 30 %.
4. Bahan ekstraktif Komponen ini meliputi hormon tumbuhan, resin, asam
lemak dan unsur lain. Komponen ini sangat beracun bagi kehidupan perairan
dan mencapai jumlah toksik akut dalam limbah industri kertas. Menurut
Stanley (2001), jumlah komponen hemiselulosa dan hidrokarbon dalam kayu
adalah sekitar 20 %.

3.2 Bahan Tambahan


Pada pembuatan pulp (pulping) terdapat bahan-bahan tambahan yang
digunakan untuk membantu proses tersebut. Bahan bahan tersebut diantaranya
ialah:
1. Larutan Cl2¬¬. Larutan ini digunakan sebagai bahan pemutih pada tahap
bleaching (proses pemutihan pulp)
2. Oksigen. Digunakan untuk menghilangkan lignin pada proses pemutihan.
Namun pulp kimia tidak dapat diputihkan hanya dengan oksigen untuk
memperoleh derajat putih yang tinggi tanpa merusak polisakarida.
3. Hidrogen peroksida atau natrium peroksida, atau kombinasi keduanya.
Digunakan dalam salah satu tahap proses pemutihan pulp.
4. Gas Ozon. Digunakan juga dalam salah satu tahap proses pemutihan.
Khususnya digunakan untuk mengoksidasi semua ikatan rangkap pada semua
gugus alipatik dan aromatik.
5. Asam parasetat. Digunakan dalam proses pemutihan dan pulping. Tujuan
penggunaannya ialah untuk delignifikasi (mendegradasi lignin) dan
peningkatan nilai derajat putih kertas.
6. Hipoklorit (H), Klordioksida (D), dan Nitrogen Dioksida (N). Digunakan
sebagai oksidator untuk mendegradasi dan menghilangkan lignin dari gugus
kromoform.
7. NaOH. Sebagai basa kuat untuk mendegradasi lignin dengan cara hidrolisa
dan melarutkan gugus gula sederhana yang masih bersatu di dalam pulp.
8. Enzim hemiselulase (xylanase dan mannase). Bahan tambahan ini berfungsi
meningkatkan bleachability pulp dan mendegradasi lignin. Bahan ini
merupakan teknologi bio-pulping yang aplikasinya baru dapat dilakukan saat
pre-treatment pada kayu yang akan dimasak.

3.3 Proses Produksi Industri Kertas


Secara umum proses pembuatan bubur kertas (pulping) dapat diuraikan
menjadi 9 tahapan:
1. Woodyard – Dimana sebuah lapangan luas umumnya terbuka tempat
menerima dan menyimpan kayu gelondongan siap olah (log) untuk
selanjutnya dilakukan proses pengkulitan, pemotongan kecil-kecil &
penyaringan potongan kayu.
2. Barker – dalam proses penghilangan kulit kayu ini, gelondongan kayu (log)
dimasukkan dalam “debarking drums”, log silinder berputar mengakibatkan
log ikut berputar dan bergesekan satu dengan yang lain melucuti kulit
kayunya.
3. Chipper – Log yang sudah bersih ini kemudian di iris menjadi potongan-
potongan kecil yang di sebut dengan chip. Chip kemudian dikirim ke
penyaringan utama untuk memisahkan chip yang bisa dipakai (ukuran standar
25x25x10mm) dengan yang tidak. Chip yang standar disimpan ditempat
penampungan.
4. Screen – diperlukan filter penyaring untuk memisahkan potongan kayu yang
lebih besar dari target ukuran diatas, dan menghilangkan debu mesin potong
yang tidak perlu.
5. Digester – Dari tempat penampungan, chip dibawa dengan konveyor ke
bejana pemasak (digester). Steam dimasak dengan beberapa tahap. Pertama di
kukus (presteamed), kemudian baru dipanaskan dengan steam di steaming
vessel. chip di masak dengan cairan pemasak yang disebut dengan cooking
liquor.. Larutan dan proses masak ini akan melembutkan dan akhirnya
memisahkan serat kayu yang diinginkan dari “lignin” yaitu unsur kayu
semacam lem yang menahan serat kayu bersatu.
6. Chemical Recovery and Regeneration – proses sampingan kimia inorganik
yang diolah ulang dari proses “memasak” sebelumnya, untuk memasak
kembali. Bahan kimia buangan dari proses memasak sebelumnya masih dapat
diproses ulang, tidak dibuang begitu saja.
7. Blow Tank – ibaratnya setelah selesai dimasak maka makanan disimpan
dalam panci penyimpan untuk disajikan kemudian sesuai selera masing-
masing individu, apa mau sedikit asin, manis, indah didekorasi dan lain
sebagainya. Disini serat kayu sudah terpisah satu sama lain, secara resmi
mereka sudah disebut pulp atau bubur kertas.
8. Washing – “mesin cuci” ini akan membersihkan sisa-sisa larutan kimia dan
lignin yang masih tertinggal, yang dikirim ke proses nomor 6 yaitu chemical
recovery process. Ibaratnya saat anda masak nasi, maka beberapa kali anda
mentiriskan air beras yang anda cuci sebelum dimasak supaya kotoran hilang.
Harap diingat disini anda bukan bertujuan membuatnya menjadi putih bersih!
Pada tahap ini bubur kertas secara alami berwarna coklat dan umunya
digunakan untuk membuat kertas kantong dan corrugated box yang coklat.
9. Bleaching – proses pemutihan bubur kertas menggunakan kimia pemutih atau
bleach, yang tujuan utamanya khusus untuk membuat kertas cetak atau kertas
budaya. Jadi proses pemutihan sangat relatif tergantung pada jenis kertas
yang akan dibuat. Pada tahap inilah pulping telah selesai dan akan dilanjutkan
ke mesin pembuat kertas.

3.4 Limbah Industri Kertas


Pada proses pembuatan kertas terdapat zat yang berpotensi mencemari
lingkungan. Menurut Rini (2002), limbah proses pembuatan kertas yang
berpotensi mencemari lingkungan tersebut dibagi menjadi 4 kelompok yaitu:
1. Limbah cair, yang terdiri dari:
 Padatan tersuspensi yang mengandung partikel kayu, serat dan pigmen
 Senyawa organik koloid terlarut seperti hemiselulosa, gula, alkohol, lignin,
terpenting, zat pengurai serat, perekat pati dan zat sintetis yang menghasilkan
BOD (Biological Oxygen Demand) tinggi
 Limbah cair berwarna pekat yang berasal dari lignin dan pewarna kertas
 Bahan anorganik seperti NaOH, Na2SO4 dan klorin,
 Limbah panas
 Mikroba seperti golongan bakteri koliform.
2. Partikulat yang terdiri dari :
 Abu dari pembakaran kayu bakar dan sumber energi lain
 Partikulat zat kimia terutama yang mengandung natrium dan kalsium.
3. Gas yang terdiri dari :
 Gas sulfur yang berbau busuk seperti merkaptan dan H2S yang dilepaskan
dari berbagai tahap dalam proses kraft pulping dan proses pemulihan bahan
kimia
 Oksida sulfur dari pembakaran bahan bakar fosil, kraft recovery furnace dan
lime kiln (tanur kapur)
 Uap yang mengganggu jarak pandangan
4. Limbah padat yang terdiri dari :
 Sludge dari pengolahan limbah primer dan sekunder
 Limbah dari potongan kayu
3.5 Karakteristik Limbah Industri Kertas
Warnanya yang kehitaman atau abu-abu keruh, bau yang khas, kandungan
padatan terlarut dan padatan tersuspensi yang tinggi, COD yang tinggi dan tahan
terhadap oksidasi biologis.

3.6 Pengelolaan Limbah Industri Kertas


1. Pengelolaan Berdasarkan Wujudnya
A. Pengelolaan limbah cair
Limbah yang dihasilkan dari proses produksi pulp dapat dibedakan
menjadi tiga, yaitu cair, padat, dan emisi udara. Limbah cair yang
dihasilkan dari proses produksi diolah dengan menggunakan Instalasi
Pengelolaan Air Limbah (IPAL). Sistem pengelolaan limbah cair
berdasarkan unit operasinya dibedakan menjadi tiga, yaitu :
 Fisik Pada unit operasi ini, salah satu hal yang ditangani ialah proses
screening (penyaringan). Screening merupakan cara yang efisien dan
murah untuk menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar.
Screening dilakukan pada sisa-sisa potongan kayu yang masih
berukuran besar sehabis diolah pada proses chipper. Setelah
dilakukan penyaringan, umumnya kayu yang masih berukuran besar
akan dikembalikan lagi ke proses chipper, untuk diolah lagi dan
mendapatkan ukuran kayu yang dikehendaki. Bahan tersuspensi
yang mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan
proses pengendapan. Pengendapan primer biasanya terjadi di bak
pengendapan atau bak penjernih. Bak pengendap yang hanya
berfungsi atas dasar gaya berat, tidak memberi keluwesan
operasional. Karena itu memerlukan waktu tinggal sampai 24 jam.
Parameter desain yang utama untuk proses pengendapan ini adalah
kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di dalam
bak pengendap. Bak penjernih bulat yang dirancang dengan baik
dapat menghilangkan 80% zat padat yang tersuspensi dan 50-995
BOD. Beberapa contoh Limbah atau proses-proses yang
menggunakan pengolahan unit ini ialah : Hasil pemasakan
merupakan serat yang masih berwarna coklat dan mengandung sisa
cairan pemasak aktif. Serat ini masih mengandung mata kayu dan
serat-serat yang tidak dikehendaki (reject). Sisa cairan pemasak
dalam serat dibersihkan dengan mengguna- kan washer, sedangkan
pemisahan kayu dan reject dipakai screen. Larutan hasil pencucian
bubur pulp di brown stock washers dinamai weak black liquor yang
disaring sebelum dialirkan ke unit pemekatan.
 Kimia Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan
untuk menghilangkan partikel-partikel yang sukar mengendap,
senyawa fosfor, logam-logam berat, dan zat organik beracun.
Dinamakan secara kimia karena pada proses ini dibutuhkan bahan
kimia yang akan mengubah sifat bahan terlarut tersebut dari sangat
terlarut menjadi tidak terlarut atau dari ukuran sangat halus menjadi
gumpalan (flok) yang dapat diendapkan maupun dipisahkan dengan
filtrasi. Beberapa limbah-limbah atau proses-proses yang
menggunakan pengolahan unit ini ialah : Cairan sisa dari hasil proses
pemutihan yang menggunakan bahan kimia chlorine dioksida,
ekstraksi caustic soda, hidrogen peroksida. Dalam proses pemutihan,
setiap akhir satu langkah dilakukan pencucian untuk meningkatkan
efektivitas proses pemutihan. Sebelum bubur kertas yang diputihkan
dialirkan ke unit pengering, sisa klorin dioksida akan dinetralkan
dengan injeksi larutan sulfur dioksida. Jika pengambilan air
dilakukan dari sungai, maka biasanya industri pulp seharusnya
memberikan bahan pengendap secukupnya dan sedikit larutan hypo
untuk membunuh bakteri dan jamur sebelum mengalami proses
pengendapan di dalam settling basin dan penyaringan sehingga
dihasilkan air proses yang bersih dan bebas jamur. Pemasakan
menggunakan bahan larutan kimia, seperti NaOH (sodium
hidroksida) dan NaS (sodium sulfida) yang berfungsi untuk
memisahkan serat selulosa dari bahan organik. Cairan yang
dihasilkan dari proses pemasakan diolah dan menghasilkan bahan
kimia, dengan daur ulang. Pada proses daur ulang terjadi limbah cair.
Proses pemutihan menggunakan zat-zat kimia, utamanya ClO2 dan
cairan yang masih tertinggal berubah menjadi limbah dengan
kandungan berbagai bahan kimia berupa organoklorin yang
umumnya beracun.
 Biologi Tujuan utama dari pengolahan limbah cair secara biologi
adalah Menggumpalkan dan menghilangkan/menguraikan padatan
organik terlarut yang biodegradable dengan memanfaatkan aktivitas
mikroorganisme. Pengolahan secara biologis mengurangi kadar
racun dan meningkatkan mutu estetika buangan (bau, warna, potensi
yang menggangu dan rasa air). Apabila terdapat lahan yang
memadai, laguna fakultatif dan laguna aerasi bisa digunakan. Laguna
aerasi akan mengurangi 80% BOD buangan pabrik dengan waktu
tinggal 10 hari. Pabrik-pabrik di Amerika Utara sekarang dilengkapi
dengan laguna aerasi bahkan dengan waktu tinggal yang lebih
panjang, atau kadang-kadang dilengkapi dengan kolam aerasi
pemolesan dan penjernihn akhir untuk lebih mengurangi BOD dan
TSS sampai di bawah 30mg/1. Prinsip dasar pengolahan secara
biologi sebetulnya mengadopsi proses pertumbuhan mikroorganisme
di alam, mikroorganisme yang tumbuh membutuhkan energi berupa
unsure karbon (C) dimana unsure karbon (C) tersebut dengan mudah
diperoleh dari senyawa organic dalam air limbah, sehingga senyawa
organic tersebut terurai menjadi CO2 dan H2O. Salah satu limbah
yang menggunakan pengolahan unit ini ialah hasil perasan sludge
yang berasal dari primary clarifier yang berupa larutan. Larutan ini
didinginkan di 6 unit menara pendingin sebelum dialirkan ke deep
tank air activated sludge untuk mengurangi kandungan organik
secara biologi dengan memanfaatkan bakteri dan gas oksigen dari
udara yang diinjeksikan dan bantuan dari pupuk fosfor dan nitrogen.
Setelah penjelasan mengenai tiga unit operasi Instalasi Pengelolaan
Air Limbah diatas, maka satu hal yang penting untuk diketahui ialah
standar baku mutu limbah cair yang telah ditetapkan pemerintah
untuk pabrik pulp. Standar baku mutu limbah cair yang telah
ditetapkan pemerintah berdasarkan Keputusan Menteri LH No 51
Tahun 1995 untuk pabrik pulp, yakni toleransi PH dikisaran 6,0-9,0,
BOD5: 150 mg/l, COD: 350 mg/l, dan TSS 150 mg/l.
B. Pengelolaan limbah padat
Industri bubur kertas umumnya menghasilkan limbah padat berupa
batu dari kapur dan mengandung soda. Ini harus dibuang di
lingkungan aman dan nyaman. Limbah padat itu harus dibuang ke
tempat pembuangan akhir yang secure land fill (aman). Jika tidak,
peristiwa fatal seperti di Love Canal, Niagara Falls (AS), bisa
terulang. Daerah bekas land fill dekat Love Canal dijadikan tempat
pembuangan limbah sebuah pabrik (1940-1950). Setelah pabrik itu
pindah lokasi, land fill itu dijadikan permukiman bagi 500 keluarga.
Beberapa waktu kemudian zat-zat beracun keluar dari tanah land fill
dan mengancam nyawa warga di sekitarnya. Untuk menghindari
jatuhnya korban, daerah itu dikosongkan. Pemerintah menghukum
perusahaan kimia tersebut dengan denda dan ganti rugi bagi warga
yang jumlahnya ratusan juta dollar AS. Peristiwa land fill di Love
Canal itu mendorong Kongres AS menerbitkan undang-undang super
fund (1970- an) untuk melindungi penduduk dari limbah industri.
Dua jenis limbah padat lainnya, diolah dengan menggunakan Bark
Boiler dan Lime Klin. Bark Boiler digunakan untuk pembakaran
kulit kayu. Sedangkan Lime Klin digunakan untuk pengolahan
lumpur kapur.
C. Pengelolaan limbah emisi udara
Untuk limbah berupa emisi udara yang dihasilkan dari proses
produksi pulp, biasanya pabrik pulp menggunakan alat-alat berupa
blow gas treatment di unit pulping, Electro Static Dust Precipitator
pada Recovery Boiler, dan Wet Scrubber di Recausticizing Unit.
Beberapa limbah atau proses yang menghasilkan emisi udara ini,
beserta penanganannya ialah : Kondensat tercemar yang berasal dari
proses digester dikumpulkan dan dialirkan ke unit penanganan
kondensat di evaporator plant. Noncondensable gas (NCG) dibakar
sebagian menjadi limbah di lime klin (tanur kapur). Uap tekanan
tinggi yang dihasilkan dari pembakaran bahan organik digunakan
untuk memutar turbin dan menghasilkan listrik dan steam tekanan
menengah untuk pemanasan dalam proses di seluruh unit operasi
produksi. Sisa bahan kimia menguap karena panas di unit pencucian.
Uap diisap blower dan diarahkan ke sebuah menara penyerap yang
berlangsung dua tahap. Di menara ini digunakan larutan sodium
hidroksida dan diinjeksikan dengan sulfur dioksida (reduktor) untuk
menetralkan sisa bahan kimia berupa klorin dioksida (oksidator)
sehingga gas yang keluar bebas dari unsur gas klorin dioksida.
Limbah yang mengandung partikel solid dari cerobong boiler, baik
dari multi fuel boiler, recovery boiler, maupun lime kiln. Untuk
tujuan ini, pabrik pulp harus memiliki alat electrostatic precipitator.
Sedangkan cerobong asap dari dissolving tank recovery boiler
dilengkapi dengan scrubber yang dialiri weak wash dari recaust
plant.

2. Pengelolaan Limbah Berdasarkan Prosesnya


A. Pengolahan primer
Pengolahan primer bertujuan membuang bahan – bahan padatan yang
mengendap atau mengapung. Pada dasarnya pengolahan primer terdiri
dari tahap – tahap untuk memisahkan air dari limbah padatan dengan
membiarkan padatan tersebut mengendap atau memisahkan bagian –
bagian padatan yang mengapung. Pengolahan primer ini dapat
menghilangkan sebagian BOD dan padatan tersuspensi serta sebagian
komponen organik. Proses pengolahan primer limbah cair ini biasanya
belum memadai dan masih diperlukan proses pengolahan selanjutnya.
B. Pengolahan sekunder
Pengolahan sekunder limbah cair merupakan proses dekomposisi bahan –
bahan padatan secara biologis. Penerapan yang efektif akan dapat
menghilangkan sebagian besar padatan tersuspensi dan BOD. Ada 2
proses pada pengolahan sekunder yaitu :
 Penyaring trikle
Penyaring trikle menggunakan lapisan batu dan kerikil dimana
limbah cair dialirkan melalui lapisan ini secara lambat. Dengan
bantuan bakteri yang berkembang pada batu dan kerikil akan
mengkonsumsi sebagian besar bahan – bahan organik.
 Lumpur aktif
Kecepatan aktivitas bakteri dapat ditingkatkan dengan cara
memasukkan udara dan lumpur yang mengandung bakteri ke dalam
tangki sehingga lebih banyak mengalami kontak dengan limbah cair
yang telah diolah pada proses pengolahan primer. Selama proses ini
limbah organik dipecah menjadi senyawa – senyawa yang lebih
sederhana oleh bakteri yang terdapat di dalam lumpur aktif.
C. Pengolahan tersier
Proses pengolahan primer dan sekunder limbah cair dapat menurunkan
BOD air dan meghilangkan bakteri yang berbahaya. Akan tetapi proses
tersebut tidak dapat menghilangkan komponen organik dan anorganik
terlarut. Oleh karena itu perlu dilengkapi dengan pengolahan tersier.
Pengolahan limbah cair pada industri pulp dan kertas terdiri atas tahap
netralisasi, pengolahan primer, pengolahan sekunder dan tahap
pengembangan. Sebelum masuk ke tempat pengendapan primer, air
limbah masuk dalam tempat penampungan dan netralisasi. Pada tahap ini
digunakan saringan untuk menghilangkan benda – benda besar yang
masuk ke air limbah. Pengendapan primer biasanya bekerja atas dasar
gaya berat. Oleh karenanya memerlukan waktu tinggal sampai 24 jam.
Untuk meningkatkan proses pengendapan dapat digunakan bahan
flokulasi dan koagulasi di samping mengurangi bahan yang
membutuhkan oksigen. Pengolahan secara biologis dapat mengurangi
kadar racun dan meningkatkan kualitas air buangan (bau, warna, dan
potensi yang mengganggu badan air). Apabila terdapat lahan yang
memadai dapat digunakan laguna fakultatif dan laguna aerasi. Laguna
aerasi akan mengurangi 80 % BOD dengan waktu tinggal 10 hari.
Apabila tidak terdapat lahan yang memadai maka proses lumpur aktif,
parit oksidasi dan trickling filter dapat digunakan dengan hasil kualitas
yang sama tetapi membutuhkan biaya operasional yang tinggi. Tahap
pengembangan dilakukan dengan kapasitas yang lebih besar, melalui
pengolahan fisik dan kimia untuk melindungi badan air penerima (Devi,
2004). Sedangkan endapan (sludge) yang biasanya diperoleh dari proses
filter press dari IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah), menurut Sunu
(2001) dapat dikategorikan sebagai limbah B3 (Bahan Berbahaya dan
Beracun) atau tidak. Pembuangan lumpur organik, termasuk pada
industri pulp dan kertas, dapat dibedakan menjadi :
 Metode pembakaran Metode pembakaran ini merupakan salah satu
cara untuk mencegah dampak lingkungan yang lebih luas sebelum
dilakukan pembuangan akhir. Beberapa metode yang dapat
dilakukan antara lain adalah metode incinerator basah yang
mengoksidasi lumpur organik pada suhu dan tekanan tinggi.
 Metode fermentasi metan dan metode pembusukan Metode
fermentasi metan dilakukan menggunakan tangki fermentasi
sehingga dihasilkan gas metan, sedangkan metode pembusukan akan
diperoleh hasil akhir berupa kompos. Lumpur yang dihasilkan dari
pengolahan buangan pada masa lalu biasanya ditimbun. Akan tetapi
sistem ini menimbulkan bau karena pembusukan dan menyebabkan
pencemaran air tanah dan air permukaan. Sekarang lumpur
dihilangkan airnya dan dibakar atau digunakan sebagai bahan bakar
(Rini, 2002).
3.7 Dampak Pencemaran Limbah Pabrik Kertas
Adapun dampak dari limbah industri kertas yaitu pencemaran lingkungan
dan kesehatan manusia, dan ini dampak bagi pencemaran lingkungan antara lain :
1. Membunuh ikan, kerang, dan invertebrata akuatik lainnya
2. Memasukkan zat kimia karsinogenik dan zat pengganggu aktivitas hormon ke
dalam lingkungan
3. Menghabiskan jutaan liter air tawar
4. Menimbulkan resiko terpaparnya masyarakat oleh buangan zat kimia
berbahaya dari limbah industri yang mencemari lingkungan.

Menurut Green (2005), terdapat beberapa senyawa dalam industri pulp dan
kertas yang berpeluang besar bersifat karsinogenik bagi kesehatan manusia, yaitu:
1. Asbes dapat menyebabkan kanker paru – paru, digunakan pada
penyambungan pipa dan boiler.
2. Aditif kertas lainnya termasuk benzidine-base dyes, formaldehid dan
epichlorohydrin yang berpeluang menimbulkan kanker pada manusia.
3. Kromium heksavalen dan senyawa nikel Senyawa ini umumnya digunakan
pada pengelasan stainless steel dan dikenal sebagai karsinogenik terhadap
paru – paru dan organ pernafasan lain.
4. Debu kayu (utamanya kayu keras) Debu kayu keras dikenal sebagai penyebab
kanker pernafasan.
5. Hidrazin, styren, minyak mineral, chlorinated phenols dan dioxin Senyawa –
senyawa tersebut berpeluang besar menyebabkan kanker.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Limbah industri adalah semua jenis bahan sisa atau bahan buangan yang
berasal dari hasil samping atau suatu proses industri. Limbah industri dapat
menjadi pencemar yang sangat berbahaya bagi lingkungan hidup khususnya untuk
perairan. Limbah tekstil batik yang digunakan dalam penelitian ini ialah limbah
tekstil batik sebelum melalui proses Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
Setelah dilakukan penelitian didapat hasil uji tingkat toksisitas limbah tekstil
batik terhadap Daphnia magna pada LC50 24 jam memiliki nilai 1,62 mg/L
menunjukan sampel limbah tekstil batik masuk ke dalam kategori toksik tinggi
dan uji toksisitas akut pada LC50 48 jam memiliki nilai 1,00 mg/L menunjukan
sampel limbah tekstil batik masuk ke dalam kategori toksik tinggi. Semakin
rendah nilai LC50 suatu zat maka semakin toksik zat tersebut (Verma, 2008).
Hasil dari nilai LC50 24 dan 48 jam limbah tekstil batik termasuk kategori
toksik tinggi bukan karena kandungan BOD dan COD yang tinggi. BOD dan
COD dalam limbah bukan menjadi penyebab kematian Daphnia magna, karena
Daphnia magna diketahui memiliki kemampuan untuk mensintesis hemoglobin
untuk bertahan hidup dalam kondisi lingkungan yang rendah kadar oksigen.
Keberadaan limbah tekstil tanpa melalui proses IPAL yang dibuang langsung
ke lingkungan tentu dapat membahayakan organisme di sekitarnya terutama
organisme yang berada di perairan. Hasil perhitungan konsentrasi aman
menunjukan bahwa nilai NOEC limbah tekstil batik adalah 0,082. Nilai NOEC ini
berada di bawah nilai kadar maksimum yang di perbolehkan berada dilingkungn
limbah industri tekstil batik yaitu 1 mg/L. Hal ini berarti limbah tekstil batik yang
diuji memiliki kriteria toksisitas tinggi.

4.2 Saran
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk penelitian selanjutnya
antara lain:
1. Penelitian toksisitas yang menggunakan limbah cair kertas dapat dilanjutkan
dengan uji lajutan yaitu berupa uji kronis. Uji kronis dilakukan untuk
melihat dampak yang ditimbulkan dari uji kronis tersebut, diantaranya
kesintasan, fekunditas dan reproduksi dari senyawa yang ada pada limbah
cair kertas tersebut.
2. Analisis senyawa kimia pada limbah industri kertas lebih banyak lagi, agar
hasil yang didapat lebih akurat dalam menentukan penyebab kematian dari
hewan uji.
3. Penelitian uji toksisitas dapat dilanjutkan dengan menggunakan jenis
organisme yang berbeda agar didapatkan banyak informasi mengenai
konsentrasi aman yang digunakan dalam penanganan limbah cair kertas.
Selain itu setiap industri sebaiknya memiliki IPAL supaya limbah yang
dikeluarkan tidak toksik dan berbahaya bagi lingkungan.
4. Daphnia magna merupakan pakan bagi hewan-hewan perairan yang
memiliki nilai jual yang amat menguntungkan. Apabila Daphnia magna
punah maka hewan-hewan yang memakan Daphnia magna akan mengalami
kepunahan juga, sehingga perlu dilakukan pelestarian ekosistem air tawar.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/8494776/
MAKALAH_SISTEM_PERLAKUAN_LIMBAH_LIMBAH_INDUSTRI_KERT
AS
http://eprints.polsri.ac.id/3471/3/BAB%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai