Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL PRAKTIKUM

MATA KULIAH PILIHAN KERTAS

Pemanfaatan Ampas Tebu Dalam Proses Pembuatan Pulping Dengan


menggunakan Proses Soda

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Mata Kuliah Pilihan Kertas

Disusun oleh :

1. Septia Wulandari Aritonang 21030116060020


2. Lucky Chandra 21030116060073

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI

SEKOLAH VOKASI

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2018
HALAMAN PENGESAHAN

Praktikum : Mata Kuliah Pilihan Kertas


Judul Laporan Kegiatan : Pemanfaatan Ampas Tebu Dalam Proses Pembuatan Pulping
Dengan menggunakan Proses Soda

Hari/Tanggal Praktikum :
Dosen Pembimbing : Heny Kusumayanti, ST, MT
Praktikan :

1. Septia Wulandari Aritonang 21030116060020


2. Lucky Chandra 21030115060073

Proposal Praktikum Mata Kuliah Pilihan Kertas dengan Judul : “Pemanfaatan Ampas Tebu
Dalam Proses Pembuatan Pulping Dengan menggunakan Proses Soda” telah diperiksa dan
disetujui.
Semarang, 25 Agustus 2018

Praktikan Praktikan

Septia Wulandari Lucky Chandra

21030115060020 21030115060073
Mengetahui,

Dosen Pembimbing Ka. Laboratorium

Heny Kusumayanti, ST , MT Fahmi Arifan, ST, M.Eng


NIP. 197210291995122001 NIP. 198002202005011001
PELAKSANAAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PILIHAN KERTAS

Praktikum : Mata Kuliah Pilihan Kertas


Judul Laporan Kegiatan : Pemanfaatan Ampas Tebu Dalam Proses Pembuatan Pulping
Dengan menggunakan Proses Soda
Dosen Pembimbing : Heny Kusumayanti, ST, MT
Praktikan :

1. Septia Wulandari Aritonang 21030116060020


2. Lucky Chandra 21030116060073

Mengetahui,
Pranata Laboratorium

Rico Vendamawan, ST, M.Kom

NIP. 19741015 199512 1001


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 JUDUL
Pemanfaatan Ampas Tebu Dalam Proses Pembuatan Pulping Dengan menggunakan
Proses Soda

1.2 LATAR BELAKANG


Perkembangan industri pulp di Indonesia berjalan dengan cepat, tetapi hal tersebut tidak
diimbangi dengan pasokan bahan baku yang memadai. Saat ini, sebagian besar industri tersebut
berjalan pada kapasitas terpasangnya bahan baku dari hutan alam yang semakin menipis dan
mahal. Fakta tersebut diperkuat oleh pernyatan Lestari (2010) berdasarkan data statistik
Kementrian Kehutanan Republik Indonesia 2009 yang mencatat bahwa laju kerusakan hutan
Indonesia mencapai 1,08 ha/tahun. Maka untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu ada upaya
konversi bahan baku kayu dengan memanfaatkan hasil hutan non kayu berlignoselulosa sebagai
subtitusinya.
Pulp merupakan hasil pemisahaan selulosa dari bahan baku berserat atau senyawa-senyawa
kimia turunan selulosa, sebaga bahan baku pembuatan kertas melalui proses mekanis ataupun
kimia (Surest A.H. dkk., 2010).
Ampas tebu merupakan sisa penggilingan tebu yang telah diambil niranya, selama ini
ampas tebu hanya dibuang begitu saja karena dipandang tidak mempunyai nilai ekonomis
(Gunawan dkk., 2012). Ampas tebu yang mudah didapatkan ini ternyata dapat digunakan sebagai
bahan baku alternatif dalam pembuatan pulp. Hal ini karena ampas tebu memiliki sifat serat yang
hampir sama dengan serat kayu daun lebar, sifat serat dan lebar daun pemilihan ampas tebu sebagai
bahan baku alternatif proses pulping (Purnawan dkk., 2012).
Seiring meningkatnya perkembangan industri pulp di Indonesia, namun bahan baku
pembuatan pulp yaitu semakin berkurang karena tidak seimbangnya antara penanaman dan
penebangan kayu, oleh karena itu dibutuhkan teknologi alternatif sebagai bahan pembuatan pulp,
seperti pembuatan pulp dari ampas tebu (Gunawan dkk., 2012).

1.3 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh temperatur pemasakan terhadap kualitas pulp yang dihasilkan dari
ampas tebu?
2. Bagaimana pengaruh lama pemasakan terhadap kualitas pulp yang dihasilkan dari ampas
tebu?
3. Bagaimana kualitas pulp yang dihasilkan dari ampas tebu dengan proses soda?
4. Apakah ampas tebu atau bagase bisa menjadi alternatif sebagai bahan baku pembuatan
pulp?
1.4 TUJUAN PENELITIAN
Pada praktikum yang akan kami lakukan mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh temperatur pemasakan terhadap kualitas pulp yang
dihasilkan dari ampas tebu.
2. Untuk mengetahui pengaruh lama pemasakan terhada kualitas pulp yang dihasilkan
dari ampas tebu.
3. Mahasiswa dapat mengetahui analisa kualitas pulp yang dihasilkan dari ampas tebu
dengan proses soda.
4. Untuk membuat pulp dari bahan baku ampas tebu.

1.5 MANFAAT PENELITIAN


Ampas tebu adalah salah satu limbah yang dapat diolah menjadi bahan baku alternatif
dalam pembuatan kertas. Dapat juga untuk mengatasi limbah ampas tebu yang selama ini banyak
masyarakat yang belum mengetahui manfaat dari ampas tebu, sehingga dapat mengurangi masalah
pencemaran. Hal ini juga dilakukan untuk mengurangi penggunaan bahan baku kayu maka
diperlukan bahan baku alternatif bagi industri pulp dan kertas tersebut. Ampas tebu yang akan
digunakan sebagai bahan baku yang dimana mengandung serat yang akan menghasilkan kualitas
kertas yang lebih baik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Tebu
Tebu (saccaharum oficinarum). Tebu juga tergolong dalam tanama jenis rumput-
rumputan berbiji tungga atau monokotil. Warna, tinggi, serta ukuran tebu berbeda-beda
namun dari pangkal sampai ujung tanaman tebu mengandung air gula sampai 20%
(Purnawan dkk., 2012).

Gambar 1. Tanaman Tebu


(Sudarminto, 2015)
Berikut adalah klasifikasi dari Saccaharum officinarum
Klasifikasi Nama ilmiah
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Sub Kingdom : Viridiplantae
Infra Kingdom : Streptophyta
Super Divisi : Embryophyta
Divisi : Tracheophyta
Sub Divisi : Spermatophyta
Kelas : Magnoliopsida
Super Ordo : Lilianae (monokotil)
Ordo : Poales
Family : Poaceae
Genus : Saccharum L
Spesies/ jenis : Saccharum officinarum Linn
(www.materipertanian.com)
Ampas tebu atau bagasse merupakan residu atau limbah berserat yang dihasilkan
dari proses penggilingan tanaman tebu seteah diekstrak dan diambil niranya pada industri
pembutan gula (Purnawan dkk., 2012).
Gambar 2. Bagasse (Ampas Tebu)
(Jitunews, 2015)
Tanaman tebu atau sugar cane adalah jenis tumbuhan rumput-rumputan yang hanya
tumbuh didaerah tropis. Tebu memiliki kadar gula yang tinggi. Oleh karena itu, tebu
terkenal pemanfaatannya sebagai bahan pokok pembuatan gula. Akan tetapi, tanaman tebu
juga memiliki banyak manfaat. Baik dari segi kesehatan, segi industri, segi konsumsi
rumah tangga, segi transportasi, segi peternakan dan segi industri rumah tangga.
a) Segi kesehatan : Buat kesehatan gusi dan giig, kesehatan jantung, meredakan
radang tenggorokan, pengobatan penyakit kuning.
b) Segi industri : Bahan pokok gula, bahan pebuatan kertas, bahan pembuat alkohol.
c) Segi konsumsi rumah tangga : Alternatif biobriket, minuman ringan.
d) Segi transportasi : Bahan bakar kereta uap pengangkut tebu.
e) Segi peternakan : Sebagai pakan ternak.
(Samarayarasevika, 2012)
Hasil analisa serat bagasse adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Komposisi kimia bagasse
Kandungan Kadar %

Abu 3,82
Lignin 22,09
Selulosa 37,65
Sari 1,81
Pentosa 27,97
SiO2 3,01

(www.scribd.com/bagasse).
Berdasarkan hasil dari komposisi kimia bagasse yang terdiri dari kadar abu
(3,82%), kadar lignin (22,09%), kadar selulosa (37,65%), kadar sari (1,81%), kadar pentosa
(27,97%), kadar SiO2 (3,01%).
Komposisi kimia dari serat ampas tebu menurut standar tappi terdiri dari holocellulosa,
selulosa lignin,lignin yang larut dalam asam, pentosans, etanol-benzena, dan
polisakarida.(Zobel dkk,2009).
Hemiselulosa adalah fraksi gula mayor kedua setelah selulosa dalam bahan lignoselulosa.
Jumlah hemiselulosa dalam kayu biasanya antara 20% dan 30%. Kayu lunak hemiselulosa
terdiri dari kedua pentosans dan hexosans, sementara hemiselulosa kayu terdiri dari
pentosane (Hamza, 2012).
2.2. Kertas
Salah satu produk buatan manusia yang paling penting adalah kertas. Ini pada
dasarnya dibuat dari selulosa. Selulosa sangat banyak mengandung biopolymer yang
membuat unit structural berskala nano termasuk nanocrystals selulosa, fibril dasar dan
nanofibril (Abdul Khalil dkk,2012)

2.2.1 Pulp
Kandungan yang berpengaruh terhadap pulp adalah sebagai berikut :
A. Selulosa
Selulosa (C6H10O5)n merupakan polimer berantai panjang, dalam hal ini
adalah jumlalh pengulangan unit gula atau derajat polimerisasi yang harganya
bervariasi berdasarkan sumber selulosa dan perlakuan yang diterimanya, selulosa
merupakan senyawa yang menetukan karakter serat yang bermanfaat bahan baku
pembuatan kertas (Surest dkk., 2010).
B. Hemiselulosa
Hemiselulosa adalah senyawa sejenis polisakarida yang mengisi ruang
antara serat-serat selulosa dalam dilimdumgi sel tumbuhan dan larut dalam alkali,
serta mudah terdrolisis oleh asam mineral menjadi gula dan senyawa lain.
Hemiselulosa dapay diisolasi dengan proses ekstraksi (Wibisono dkk., 2010).

C. Lignin
Lignin adalah salah satu sel dalam kayu yang bercampur bersama selulosa.
Lignin sangat berguna bagi kayu karena lignin berfungsi sebagai pengikut antara
serat sehingga menambah support dan kekuatan kayu (Mechanical Strenght) agar
kayu kokoh dan bisa berdiri tegak. Lignin berbentuk polimer tiga dimensi, struktur
kimiawi bercabang serta memiliki derajat polimerisasi yang tinggi. Lamela pada
sel kayu, sebagian besar terdiri dari lignin. Lignin didalam kayu memiliki
persentasse yang berbeda tergantung dari jenis kayu (Wibisono dkk., 2010).

2.2.2 Proses Pembuatan Kertas


Pulping
Pemisahan selulosa dari senyawa pengikatnya, dengan menggunakan berbagai
macam proses, yaitu proses mekanik, proses semi-kimia, dan proses kimia (Effendi
dkk., 2009).
1) Proses Mekanik
Kayu gelondogan dihancurkan atau diserut dengan batu asah sambil
menyemprotkan air ke permukaan kayu untuk mengeluarkan bahan yang sudah
digiling namun banyak serat kayu yang rusak (Purnawan dkk., 2012).
2) Proses Kimia
Pada metode ini serpihan kayu dimasukkan ke dalam bahan kimia untuk
mengeluarkan lignin dan karbohidrat. Ada 3 proses kimia yang digunakan yaitu :
a) Proses Kraft
Sistem pemassakan alkali dengan memakai tekanan dan suhu tinggi dikebal
dalam tahun 1850-an. Menurut metode yang diusulkan oleh C. Watt dan H.
Burgess, dengan larutan Natrium Hidroksida sebagai lindi pemasak
dengancara penguapan atau dibakar. Proses kraft merupakan proses penting
dalam pembuatan pulp alkalis yang melibatkan larutan NaOH dan 𝑁𝑎2 S
dalam pemasakannya. Kertas yang dihasilkan dari proses sulfat termasuk
kuat tetapi memiliki warna coklat tua yang perlu untuk diputihkan kembali
(Gunawan Adi dkk., 2012).
b) Proses Sulfit
Merupakan proses yang menggunakan campuran larutan sulfur dan ion
bisulfat untuk melarutkan lignin. Dengan proses sulfit lignin akan terpisah
seebagai garam-garam lignosulfonat namun struktur molekulnya masih utuh,
proses sulfit membutuhkan rentang ph yang lebar agar proses berlangsung
optimal, pulp dari proses sulfit lebih cerah dan mudah untuk diptuihkan
dibandingkan proses sulfat (Surest dkk., 2010).
c) Proses Soda
Proses soda ditemukan di Inggris tahun 1851 dan merupakan proses kimia
yang tertua. Pada proses soda, bahan kima yang digunakan untuk melarutkan
komponen kayu yang tidak diinginkan adalah soda kaustik (sodium
hidroksida). Sistem pemasakan alkali yang menggunakan tekanan tinggi dan
menambahkan NaOH yang berfungsi sebagai larutan pemasak dengan
perbandingan 4 : 1 dari kayu yang digunakan. Larutan yang dihasilkan
dipekatkan dengan cara penguapan. Keuntungan proses soda adalah mudah
mendapatkan kembali bahan kimia hasil pemasakan (recorvery) NaOH dari
lindi hitam dan bahan baku yang dipakai dapat bermacam-macam. Proses
soda menggunakan larutan natrium Hidroksida (NaOH) sebagai larutan
pemasak, cara ini biasanya dipakai untuk jenis rumput-rumputan. Pulp yang
dihasikan berwarna coklat, dapat diptuihkan dan serat yang dihasilkan kurang
kuat. (Gunawan, 2012).
Sedangkan variabel-variabel yang mempengaruhi proses soda adalah :
- Perbandingan bahan kimia terhadap bahan baku perbandingan bahan kimia
terhadap bahan baku dipengaruhi oleh densitas bahan bau. Karena bahan
baku berdensitas tinggi biasanya kandungan ligninnnya tinggi sehingga
bahan kimia berdensitas tinggi lebih besar dari pada kebutuhan bahan kimia
berdensitas rendah.
- Konsentrasi dari cooking liquior proses pulp sebaiknya dilakukan pada
konsentrasi cooking liquior yaitu pemasakan dimulai pad akonsentrasi rendah
dan diadakan penambahan alkali selama jangka waktu tertentu dalam
pemaskan sehingga konsentrasi white liquor tetap terjaga.
- Suhu dan pemasakan kenaikan suhu dalam proses akan menurunkan hasil
dan viskositas pulp. Dalam suhu yang tinggi degrasi terhaddapa karbohidrat
sangat besar sehingga bila waktu pemasakan singat maka suhu harus tinggi
dan sebaliknya.
3) Organosolv
d) Organosolv
Proses organosolv merupakan proses pemisahan serat menggunakan bahan
kimia organik seperti metanol, etanol, aseton, asam asetat karena mudah
didegradasi. Proses ini mengurai lignin dengan memutuskan ikatan eter
(Effendi Achmad dkk., 2009).
e) Acetosolv
Proses pemisahan serat dengan menggunkan asam asetat sebagai pelarut,
pulp asetosolv dan pulp kraft memiliki kekuatan tarik yang setara. Proses
asetosolv juga merupakan proses yang efisien karena bebas senyawa sulfur,
limbah dapat didaur ulang dengan mudah serta bahan pemasak yang
digunakan dapat diambil kembali tanpa adanya proses pembakaran bahan
bekas pemasak (Wibisono dkk., 2011).

Bleaching (Pemutihan)
Bleaching merupakan suatu proses kimia yang dilakukan untuk
menghilangkan sisa lignin dari proses pulping sehingga diperoleh pulp
dengan kecerahan yang tinggi dan stabil. Adapun faktor ang mempengaruhi
proses pemutihan yaitu konsentrasi, waktu reaksi, suhu, PH, rasio bahan dan
zat bleaching. Bleaching atau pemutihan dibagi menjadi dua proses, yaitu
proses pemutihan secara kimia dan proses pemutihan secara biologi (Ayunda,
2011).

2.3 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PULPING


Proses pembuatan pulp dipengaruhi oleh kondisi proses antara lain :
1. Konsentrasi Lrutan pemasak
Dengan konsentrasi larutan pemasak yang makin besar, maka jumlah
larutan pemasak yang bereaksi dengan lignin semakin banyak. Akan tetapi,
pemakaian larutan pemasak yang bereebihan tidak terlalu baik karena akan
menyebabkan selulosa terdegradasi. Asam asetat bisa digunakan sebagai
larutan pemasak sampai dengan konsentrasi 100% (Mudjijati dkk., 1996).
2. Suhu
Dengan meningkatnya semakin lamanya waktu pemasakan akan
menyebabkan terjadinya degradasi selulosa (Judi, 2000).
3. Waktu Pemasakan
Dengan semakin lamanya waktu pemasakan akan menyebabkan reaksi
hidrolisis lignin meningkat. Namun, waktu pemasakan yang terlalu lama akan
menyebabkan selulosa terhidrolisis, sehingga hal ini akan menurunkan kualitas
pulp. Waktu pemaskaan di atas 5 jam selulosa akan terdegradasi (Wibisono
dkk., 2011).
4. Ukuran bahan baku
Ukuran bahan baku yang berbeda menyebabkan luas kontak anntar bahan
baku dengan larutan pemasak berbeda. Semakin kecil ukuran bahan baku akan
menyebabkanluas kontak anatara bahan baku dengan larutan pemsak semakin
luas, sehingga reaksi lebih baik (Wibisono dk., 2011).
5. Kecepatan pengadukan
Pengadukan berfungsi untuk memperbesar tumbukan antara zat-zat yang
bereaksi sehingga reaksi dapat berlangsung dengan baik (Judi dkk., 2000).

2.4 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MUTU PULP


Mutu pulp dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
a. Panjang Serat
Panjang serat akan mempengaruhi kekuatan kertas, dimana kekuatan kertas
tak begitu penting, misalnya untuk kertas tulis sehingga dapat terdiri dari
sebagian besar serat pendek. Namun demikian perlu pencampurannya dengan
serat panjang, hal ini penting agar lembaran yang berbentuk dapat lancar
berjalan diatas mesin kertas tanpa terputus-putus . Klasifikassi panjang serat
meurut klem sebagai berikut :
- Serat panjang : 2,0 – 3,0 mm
- Serat sedang : 1,0 - 2,0 mm
- Serat pendek : 0,1 – 1,0 mm
b. Kadar Abu dan kadar Silika (SiO2)
Adanya abu dalam pulp akan menyebabkan menurunnya kualitas pulp,
sedangkan adanya silikat dalam abu yang tinggi akan mengakibatkan
pergerakan di dalam digester. Kadar abu pada pulp diperkirakan sebesar 8 –
12 % untuk bahan baku non-kayu.
c. Kadar Selulosa
Selulosa merupakan komponen kayu yang terbesar, yang dalam kayu
jumlahnya mencapai hampir setengahnya. Sellulosa merupakan polimer linier
dengan berat molekul tinggi yang tersusun seluruhnya atas D glukosa sampai
sebanyak 14.000 satuan yang terdapat sebagai berkas-berkas terpuntir mirip
tali, yang terikat satu sama lain oleh ikatan hidrogen (Fessenden, 1986).
d. Bilangan Kappa
Bilangan kappa adalah jumlah mililiter kalium permanganat (KMnO4) 0,1
N yang terpakai oleh 1 gram pulp kering tenur sesuai kondisi standar. Bilangan
kappa ditentukan untuk mengetahui kandungan lignin yang terdapat di dalam
pulp. Pengukuran bilangan kappa ini dimaksudkan untuk mengetahui derajat
delignifikasi yang dicapai selama proses pemasukan dan untuk mengetahui
jumlah larutan pemutih yang dibutuhkan dalam proses bleaching
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan yang Digunakan

Pada praktikum kali ini, alat yang digunakan adalah sendok 1 buah, ember 1 buah, pipet 2
buah, pengaduk 1 buah , kertas PH secukupnya, kaca arloji 2 buah, cawan porselen 3 buah, gunting
1 buah, pisau 1 buah, kain saring secukupnya, kertas saring secukupnya, neraca digital 1 buah ,
termometer 1 buah, klem statif 1 buah, buret 10ml 1 buah, gelas ukur 500mL1 buah, beaker glass
100mL 1 buah, labu takar 1 buah, timbangan elektrik 1 buah, digester 1 buah, oven 1 buah,
desikator 1 buah.

Sedangkan bahan yang digunakan yaitu :


a) Bahan Untuk Pembuatan Pulp
1. Ampas Tebu Kering
2. Larutan Pemasak NaOH
b) Bahan Untuk Analisa Pulp
1. Analisa Kadar Air
2. Analisa Kadar Abu
3. Analisa Kadar Selulosa
- Aquadest
- NaOH
- Kertas Saring
- CH3COOH
4. Analisa Kadar Lignin melalui bilangan permanganat
- Aquadest
- KMnO4
- H2SO4
- KI
- Na2S2O3
c) Bahan Untuk Bleaching
- Kaporit (Ca(ClO)2)
3.2 Variabel Percobaan
Variabel Tetap : - Bahan baku (Ampas Tebu kering) : 400gr
- Volume larutan NaOH : 5000mL
- Konsentrasi (C) NaOH : 4%
- Kecepatan Pengadukan : 150 rpm

Variabel Berubah : -Suhu Pemasakan : 90oC, 100 oC, 110 oC


-Waktu Pemasakan : 60 menit, 90 menit, 120 menit

3.3 Metode Pendekatan


Percobaan yang akan dilakukan meliputi 3 tahap, yaitu :
1. Analisa terhadap bahan dasar
2. Pembuatan Pulp
3. Analisa terhadap hasil pulp
4. Bleaching

Pada analisa bahan dasar Ampas tebu, akan dilakukan beberapa macam analisa, yaitu :
a. Menentukan kadar air
b. Menentukan kadar abu
c. Menentukan kadar  selulosa

Selanjutnya pada analisa hasil pulp pemasakan akan dilakukan beberapa macam analisa, yaitu:

a. Menentukan kadar air


b. Mnentukan kadar abu
c. Menetukan kadar α selulosa
d. Menentukan kadar bilangan permanganate
3.5 Prosedur Kerja
3.5.1 Analisa Bahan Baku
a. Menentukan Kadar Air
Langkah-langkahnya :
1) 5 gram sampel ditimbang dalam cawan porselen
2) Dikeringkan dalam oven pada suhu 1000C selama 1 jam lalu didinginkan dalam desikator
kemudian ditimbang. Hal ini kita ulangi hingga memperoleh penimbangan dengan berat
konstan
𝑎−𝑏
3) Kadar air = 𝑥 100%
2
Keterangan :
a = Berat cawan porselen
b = Berat cawan porselen setelah di oven

b. Menentukan Kadar Abu


Langkah-langkahnya :
1) Sample ditimbang sebanyak 5 gram dalam cawan yang telah dipanaskan sebelumnya pada
suhu 25oC dan telah diketahui berat keringnya.
2) Sampel dalam cawan dimasukan dalam furnace dan dipanaskan sampai suhu 575 oC selama
3-4 jam.
3) Dinginkan dalam desikator
4) Ulangi percobaan hingga diperoleh berat konstan
ba
5) Kadar abu : x100%
berat sampel bebas air
Keterangan :
a = Berat cawan porselen setelah dipanaskan
b = Berat bahan dan cawan setelah dibakar di furnace

c. Menentukan Kadar α Sellulosa


Langkah-langkahnya :
1) Kertas saring dipanaskan dalam oven dengan temperatur 105o C, kemudian ditimbang
hingga beratnya tetap.
2) Pulp kering ditimbang seberat 3 gram dan dipindahkan ke beker gelas 250 ml.
3) Pulp dibasahkan dengan 15 ml NaOH 17,5 % dan maserasi dengan pengaduk selama 1
menit lalu ditambahkan 10 ml NaOH 17,5 % dan diaduk 15 detik dan dibiarkan selama 3
menit. Saring dengan saringan penghisap dan lanjutkan pencucian dengan aquadest  400
ml.
4) Kemudian ditambahkan kembali 3x10 ml NaOH 17,5 % setiap 2,5 : 5 dan 7,5 menit dan
dibiarkan pada 30 menit. Setelah itu ditambah 100 ml aquadest dan dibiarkan selama 30
menit.
5) Campuran dituangkan ke dalam corong yang dilengkapi dengan kertas saring.
6) Endapan dicuci dengan 5x50 ml air suling.
7) Kertas saring yang berisi endapan dipindahkan ke beker gelas yang lain dan endapan dicuci
lagi dengan 400 ml aquadest, ditambahkan asam asetat 2N dan diaduk selama 5 menit.
8) Endapan dikeringkan dengan oven 105o C, kemudian didinginkan dalam eksikator dan
ditimbang hingga berat tetap.
b
9) Kadar selulosa : x100%
3
Keterangan :
b = berat beaker glass dan berat sampel yang telah kering di oven

3.5.2 Poses Pembuatan Kertas


3.5.2 Poses Pembuatan Kertas
1. Persiapan bahan baku Ampas tebu kering

Bahan baku ampas tebu dikupas dan dibuang kulitnya, kemudian dipotong dengan
ukuran 1-2 cm, setelah itu bahan baku dikeringkan selama 24 jam, lalu bahan baku
ditimbang sampai 10 gram.

2. Proses pulping ampas tebu dengan proses soda

Ampas tebu kering yang telah ditimbang dimasukkan kedalam digester


dengan perbandingan 400 gram kulit dan tongkol jagung ditambah 4 L air dan 40
gram NaOH, lalu dimasak selama kurang lebih 1 jam didalam digester. Percobaan
dilakukan 3 kali dengan variable seperti yang disajikan ditabel berikut:

Tabel.1 Variabel Percobaan.

T (SUHU) t (WAKTU) % SELULOSA

60

90oC 90

120

60
100 oC 90

120

60

110 oC 90

120

Proses pemasakan dengan NaOH ini bertujuan untuk mempercepat proses pemisahan serat.
Proses pulping/pemasakan dilakukan pada suhu sesuai variable dan lama pemasakan juga sesuai
variable. Setelah pemasakan berakhir, akan didapat Ampas tebu yang telah dihilangkan ligninnya.
Untuk menghilangkan NaOH ini dilakukan pencucian sampai bersih, agar tidak meninggalkan bau
dari larutan pemasaknya.

3. Analisa Pulp Hasil Pemasakan


1. Menentukan Kadar Air
2. Menentukan Kadar Abu
3. Menentukan Kadar α Sellulosa
4. Menentukan Kadar Lignin Melalui Bilangan Permanganat
Penjelasan :

a. Menentukan kadar air


Langkah-langkahnya :
1. 5 gram sampel ditimbang dalam cawan porselen
2. Dikeringkan dalam oven pada suhu 1000C selama 1 jam lalu didinginkan dalam desikator
kemudian ditimbang. Hal ini kita ulangi hingga memperoleh penimbangan dengan berat
konstan
𝑎−𝑏
3. Kadar air = 𝑥 100%
2
Keterangan :
a = Berat cawan porselen
b = Berat cawan porselen setelah di oven

b. Menentukan Kadar Abu


Langkah-langkahnya :
1. Sample ditimbang sebanyak 5 gram dalam cawan yang telah dipanaskan sebelumnya pada
suhu 25oC dan telah diketahui berat keringnya.
2. Sampel dalam cawan dimasukan dalam furnace dan dipanaskan sampai suhu 575 oC selama
3-4 jam.
3. Dinginkan dalam desikator
4. Ulangi percobaan hingga diperoleh berat konstan
ba
5. Kadar abu : x100%
berat sampel bebas air
Keterangan :
a = Berat cawan porselen setelah dipanaskan
b = Berat bahan dan cawan setelah dibakar di furnace

c. Menentukan Kadar α Sellulosa


Langkah-langkahnya :
1. Kertas saring dipanaskan dalam oven dengan temperatur 105o C, kemudian ditimbang
hingga beratnya tetap.
2. Pulp kering ditimbang seberat 3 gram dan dipindahkan ke beker gelas 250 ml.
3. Pulp dibasahkan dengan 15 ml NaOH 17,5 % dan maserasi dengan pengaduk selama 1
menit lalu ditambahkan 10 ml NaOH 17,5 % dan diaduk 15 detik dan dibiarkan selama 3
menit. Saring dengan saringan penghisap dan lanjutkan pencucian dengan aquadest  400
ml.
4. Kemudian ditambahkan kembali 3x10 ml NaOH 17,5 % setiap 2,5 : 5 dan 7,5 menit dan
dibiarkan pada 30 menit. Setelah itu ditambah 100 ml aquadest dan dibiarkan selama 30
menit.
5. Campuran dituangkan ke dalam corong yang dilengkapi dengan kertas saring.
6. Endapan dicuci dengan 5x50 ml air suling.
7. Kertas saring yang berisi endapan dipindahkan ke beker gelas yang lain dan endapan dicuci
lagi dengan 400 ml aquadest, ditambahkan asam asetat 2N dan diaduk selama 5 menit.
8. Endapan dikeringkan dengan oven 105o C, kemudian didinginkan dalam eksikator dan
ditimbang hingga berat tetap.
b
9. Kadar selulosa : x100%
3
Keterangan :
b = berat beaker glass dan berat sampel yang telah kering di oven

d. Menentukan Kadar Lignin Melalui Bilangan Permanganat


Langkah – langkahnya :

1. Menimbang 1 gram pulp kering, menghancurkan pulp dengan aquadest 25 mL


2. Memindahkan dalam beaker glass 1 liter dan menambahkan 12,5 mL KMnO4 0,1 N; 12,5 mL
H2SO4 4 N dan 375 mL aquadest lalu aduk selama 5 menit
3. Menambahkan 25 mL larutan KI 166 gram/lt, I2 bebas yang terjadi dititrasi dengan 0,1 N
larutan Natrium thiosulfat (Na2S2O3). Misal b larutan blanko KMnO4 membutuhkan a mL
thiosulfat
4. Bilangan Permanganat : a – b

5. Proses Pemutihan (Bleaching)

Langkah – langkahnya :

1. Menimbang sampel (pulp) 4 gram


2. Membuat larutan bleaching 1 gram per liter dengan tahapan :
- Menimbang 0,5 gram kaporit Ca(ClO)2
- Memasukan dalam labu takar 500 ml dan mengencerkan dengan aquadest
3. Bleaching dilakukan dengan konsistensi 1 : 25 sehingga larutan bleaching yang dibutuhkan
sebanyak 62,5 ml
4. Kemudian sampel direndam dalam larutan bleaching dengan kondisi operasi pH 8 – 9 dan
waktu bleaching 1 jam. Bandingkan warna sampel hasil bleaching dengan pulp untuk sampel
bila masih berwarna coklat dilakukan bleaching hingga warna yang lebih putih

6. Proses Pencetakan Lembaran Kertas


Proses pencetakan lembaran dimulai dengan melakukan pengenceran pulp kertas bekas
dan pulp kulit jagung dan tongkol jagung. Pengenceran adonan campuran pulp ini perlu dilakukan
agar dapat diproduksi kertas yang tipis. Kemudian diletakan disebuah alat cetak berupa screen.

7. Pengeringan Kertas

Lembaran kertas yang sudah dicetak dipindahkan ke atas selembar kain dan dipres dan
selanjutnya adalah proses pengeringan yang dilakukan dengan memanfaatkan sinar matahari.
Dalam keadaan matahari terik, selama 1 jam kertas sudah dalam kondisi kering.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Khalil, H. P. S., Bhat, A. H. dan Yusra, A. F. I. 2012. “Green composites from
sustainable cellulose nanofibrils: A review. Carbohydrate Polymers”, Hlm. 87, Hlm. 963–
979.

Anonim. SNI-0494-2008. Analisa bilangan permanganat. Badan Standarisasi Nasional.

Ayunda.2011.Pengertianpemutihan(bleaching).eprints.undip.ac.id/53624/10/daftar_pustaka_34.
PDF
Effendi Ahmad., Artatti K.E., Haryanto T. 2009. Pengaruh konsentrasi larutan pemasak pada
proses delignifikasi eceng gondok dengan proses Organosolv. Fakultas teknik
UNS.
Fessenden, 1986. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga
Gunawan Adi, Endiana Dessy, dan M. Thoba Yusuf. 2012. Pengaruh waktu pemasakan volume
larutan emasak terhadap viskositas pulp dari ampas tebu. Teknik kimia Universita
Sriwijaya.
Husin.2007. Komposisi Kimia Ampas Tebu. Https://id.scribd.com/doc/47591245/Ampas- Tebu.
Jitunews.2015.Bagasse(AmpasTebu).http://cdn.jitunews.com/dynamic/article/2015/08/07
/19040/3Y9pbVtRSV.jpg?w=630
Judi, R. 2000. Penentuan Kondisi Optimum Awal pada Proses Enzimatis Pembuatan Pulp
Kertas dari Pelepah Pisang. Surabaya: Widya Mandala.
Materi.2015.KlasifikasiTanamanTebu.MateriPertanian.
http://www.materipertanian.com/klasifikasi-dan-ciri-ciri-morfologi-tebu/
Mudjijati and Lourentius, S. 1996. “Laporan Penelitian: Pembuatan Pulp Alangalang dengan
Proses Soda”. Hlm. 10-40, Hlm. 12-14.
Perry, S. 1997. Chemical Engineering Handbook. 7th. ed. McGraw Hill. Nort America.
Purnawan, C., Hilmiyana, D., Wantini, Fatmawati E.2012. Pemanfaatan Limbah Ampas Tebu
Untuk Pembuatan Kertas Dekorasi dengan Metode Organosolv. Universitas Sebelas
Maret.
Saleh A., Pakpahan M.M.D., Angelina N. 2009. Pengaruh Konsentrasi Pelarut, Temperatur dan
Waktu Pemasakan pada Pembuatan Pulp dari Sabut Kelapa Muda.Teknik Kimia Fakultas
Teknik Universitas Sriwijaya. Vol16 :3
Samarayarasevika, 2012. Manfaat Tanaman Tebu. eprints.undip.ac.id/53624/4/BAB_II_3-
14.PDF
Sudarminto. 2015. Tanaman tebu.Universitas Brawijaya.
http://darsatop.lecture.ub.ac.id/2015/10/tanaman-tebu-saccarum-officinaru/
Surest, A.H. dan D. Satriawan. 2010. Pembuatan Pulp dari Batang Rosella dengan Proses
Soda. Jurnal Teknik Kimia, III(17).
Surjoseputro, W. dan Tjanarko, L. S. 2001. “Pembuatan Kertas Komposit Dari Serat Alang-
alang Dan Polipropilen”. Skripsi. Hlm. 1-30.
Wawasanilmukimia. 2014. Mengenal Sifat Kaporit dan Kegunaannya.
https://wawasanilmukimia.wordpress.com/2014/.../mengenal-sifat-kaporit-kegunaann.
Wibisono, I., H. Leonardo, Antaresti dan Aylianawati. 2011. Pembuatan Pulp dari Ampas
Tebu. Widya Teknik, X(1): 11-20.
Wibisono, Ivan., dkk. 2011. Pembuatan Pulp dari Alang-Alang. Surabaya: Universitas Katolik
Widya Mandala Surabaya.

Hamza, Yahya ,dkk, 2012. Pre-extraction of hemicelluloses from bagasse fibers: Effects of dry-s
trength additives on paper properties.Iran: Department of Wood and Paper Science and
Technology, Faculty of Natural Resources, University of Tehran

Anda mungkin juga menyukai