BAB I
PENDAHULUAN
Sebagian besar produksi biodisel dan surfaktan secara komersial saat ini
dilakukan dengan metode konvensional, di mana minyak diekstrak terlebih dahulu
kemudian diolah menjadi fatty acid methyl ester (FAME) dan surfaktan. Pada
penelitian ini digunakan limbah POME sebagai media proses biologi untuk mengolah
limbah cair agroindustri sekaligus proses terintegrasi biorefinery mikroalga. Pada
penelitian sebelumnya telah dilakukan produksi bioethanol dari residu mikroalga
hasil pengolahan biodisel (Lee dkk, 2015).
Salah satu produksi energi dari tanaman adalah biodiesel. Biodiesel memiliki
keunggulan dibanding diesel dari minyak bumi. Biodiesel dapat digunakan secara
luas pada mesin diesel, tanpa perlu banyak modifikasi. Biodiesel dapat dicampur
dengan diesel konvensional dengan berbagai rasio.
1.2.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:
1. Mengetahui jenis mikroalga yang memiliki laju pertumbuhan tertinggi
dalam limbah POME
2. Mengetahui konsentrasi limbah POME terbaik sebagai media kultivasi
terhadap pertumbuhan dan produksi lipid mikroalga
3. Mengetahui data asam lemak dari mikroalga sebagai potensi surfaktan dan
biodiesel
4. Mengetahui penurunan COD pada limbah POME yang digunakan sebagai
media kultivasi mikroalga
Palm Oil Mill Effluent (POME) adalah air limbah yang berasal dari proses
sterilisasi, proses klarifikasi crude oil, dan proses separasi cracked mixture. POME
memproduksi gas metan dalam jumlah besar yang berasal dari proses anaerobik
dan mempunyai 21 kali Potensi Pemanasan Global jika dibandingkan dengan gas
lainnya. Tetapi hal itu dapat diatasi, jika itu dapat digunakan sebagai bahan bakar
pada power generation.
Fasilitas treatment air limbah adalah salah satu dari komponen yang
tepenting dalam sistem mill kelapa sawit. Hal ini dikarenakan fasilitas untuk men-
treatment POME yang telah dihasilkan dalam volume yang besar selama produksi
minyak kelapa sawit mentah (CPO). Karena sifat kimia dan fisis dari POME,
sistem yang paling efisien digunakan pada tahap awal dari treatment dari pabrik
air limbah adalah treatment anaerobik. Sistem yang saat ini digunakan sudah
memenuhi syarat dari operator mill kelapa sawit untuk melepaskan POME yang
sudah ditreatment. Tetapi sistem ini melepaskan salah satu dari gas efek rumah
kaca yaitu metana. Metana yang ke atmosfir merupakan hasil by-product dari
sistem anaerobik dari POME.
Phospor 418,7
Nitrogen 725,3
Besi 0,4
Chlorella vulgaris adalah alga hijau bersel tunggal dari jenis filum
chlorophytae. Chlorella vulgaris dapat dikembangkan pada kondisi mixotrophic
menggunakan karbon organik dengan energi yang lebih rendah tetapi
menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi (Azimmatun, et al., 2013). Chlorella
vulgaris memiliki ketahanan yang tinggi terhadap kontaminan seperti bakteri dari
mikroalga lain, mudah dibiakkan. (Lannan, 2011).
Spirulina platensis adalah salah satu jenis mikroalga yang berwarna hijau
kebiruan (Blue Green Algae). Dibawah mikroskop, Spirulina platensis tampak
seperti benang tipis (filamen) yang berbentuk spiral. Filamen ini merupakan
kolonisel yang dapat bergerak. Benang filament bersel banyak dengan ukuran
panjang 200-300 dan lebar 5-70 mikron. Spirulina platensis tidak memiliki inti
sel. Spirulina platensis memiliki zat warna Cyanophysin (hijau kebiruan)
sehingga dimasukkan dalam class Cyanophyceae (Phang,2002).
tanaman penghasil lipid. Alga dapat memproduksi energi 20 sampai 100 kali
lipat dibanding tumbuhan tingkat tinggi lain.
Kelapa 2689 99
Mikroalga 136900 2
(Chisti 2007)
Chlorella sp 28-32
Cryphodinium cohnii 20
1.5. Hipotesa
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
2.1. Bahan dan Alat Penelitian
c. Rangkaian Alat
1. Alat kultivasi
1 1. Lampu TL 10
watt
2. Aerator
3 3. Bio-reaktor
Gambar 8. Rangkaian alat kultivasi
1. Statif
2. Klem
3. Buret
4. Erlenmeyer
5. Kompor listrik
1. Kondensor
2. Sumbat karet
3. Microwave
4. Labu didih
5. Larutan
6. Keramik kaca
2.2.Penetapan Variabel
a. Variabel berubah
1. Penambahan konsentrasi limbah POME sebesar 0%, 10%, 30% dan 50%
(v/v).
2. Mikroalga yang digunakan adalah jenis Spirullina platensis, Chlorella
vulgaris, Botryococcus braunii, dan Dunaliella salina.
b. Variabel tetap
1. Kultur Mikroalga : 30% (v/v terhadap volume total = 2L)
2. Suhu : 28-30 0C
3. pH : 6.8-7.5
4. Lama pencahayaan : 24 jam
5. Lama aerasi : 24 jam
6. Lama kultivasi : 13 hari
Penimbangan
lipid
4. Transesterifikasi
Biomassa Mikroalga
0,1 gram
Transesterifikasi
Methanol
10 ml 70 % power,
1 menit;
n-hexane
10 ml 60°C, 4 jam
Asam sulfat
0,2 ml
Sampel ester
1. Persiapan medium
Mengambil limbah untuk disaring menggunakan kain hycon. Setelah selesai
proses penyaringan diperoleh filtrat berupa Limbah POME yang siap
digunakan dan residu berupa kotoran padat.
2. Kultivasi mikroalga
Limbah POME dicek COD nya dan didapat hasil sebagai COD awal.
Mempersiapkan kultur mikroalga:
Kultur Mikroalga (30% v/v = 600 ml) dan nutrien*, Limbah POME (0% =
tanpa limbah, 10% = 200 ml, 30% = 600 ml, 50% = 1 L), Air (untuk limbah
0% =1,8L, limbah 10% = 1,2 L, limbah 30% = 800 ml, limbah 50% = 400
ml).
(*) Dengan nutrien masing-masing mikroalga sebagai berikut :
Botryococcus Braunii = 400 ppm KNO3, 20 ppm TSP, 10 ppm ZA, 75
ppm NaHCO3 dan 1,3 gram FeEDTA
Dunaliella Salina = 1000 ppm NaHCO3, 80 ppm NaNO3, 20 ppm
TSP, 3000 ppm FeEDTA, 100 ml/L vitamin B12
Spirullina platensis = 1000 ppm NaHCO3, 80 ppm urea, 20 ppm TSP,
2000 ppm NaCl, 100 ml/L vitamin B12
Chlorella vulgaris = 1000 ppm NaCl, 40 ppm urea, 10 ppm ZA, 20
ppm TSP, 1 ppm FeEDTA, 75 ppm NaHCO3, 25µg vitamin B12
Melakukan kultivasi mikroalga selama 13 hari. Melakukan panen terhadap
mikroalga dengan proses autoflokulasi yaitu menambahkan NaOH untuk
meningkatkan pH kultur, sehingga di dalam kultur tersebut mikroalga akan
mengendap. Setelah itu melakukan proses filtrasi dengan menggunakan kertas
saring Whatman 501. Akan didapat fltrat yakni merupakan Limbah yang akan
dicek COD nya dan akan mendapatkan biomassa mikroalga yang kemudian
dipisahkan dari kertas saring.
2. Metode Indirect
Pertumbuhan mikroalga ditentukan dengan optical density (OD) pada panjang
gelombang 680 nm (Sim, 2001). Terdapat hubungan langsung antara OD
dengan biomasssa kering. Hubungan ini didapat dengan penelitian yang
dilakukan pada media kontrol. Hubungan OD dan biomassa yang dihasilkan
pada media kontrol dihubungkan pada grafik. Dengan linierisasi dapat
diperoleh kurva standar untuk variabel-variabel selanjutnya.
{(10+𝑎)𝑏−(10𝑥𝑐)𝑥31,6𝑥1000}
COD= (metode SNI)
𝑑
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini akan dipelajari perbandingan antara medium kontrol (tanpa
penambahan limbah POME) yang menggunakan nutrien sintesis sebagai sumber
nutrisi dan media penambahan limbah POME mengenai optical density (OD) dan
biomassa.
Empat jenis mikroalga, Spirulina platensis, Chlorella vulgaris, Dunaliella
salina, dan Botryococcus braunii dikultivasi di media yang mengandung konsentrasi
POME yang berbeda. Mikroalga Spirulina platensis umumnya digunakan untuk
pakan dan suplemen. Chlorella vulgaris memiliki karakteristik lipid yang tinggi dan
tahan dibiakkan di limbah. Dunaliella salina umumnya memiliki kandungan
karbohidrat yang tinggi.
Spirullina Platensis
0.6
0.5
Optical Density
0.4
Kontrol
0.3
POME 10%
0.2
POME 30%
0.1 POME 50%
0
0 5 10 15
Waktu Kultivasi (hari)
Gambar 11. Grafik Spirullina sp. OD per hari dengan berbagai konsentrasi POME,
λ = 680
Chlorella Vulgaris
0.7
0.6
Gambar 12. Grafik Chlorella vulgaris OD per hari dengan berbagai konsentrasi
POME, λ = 680
Botryococcus Braunii
1
0.9
0.8
0.7
0.6 Kontrol
OD
0.5
0.4 POME 10%
0.3 POME 30%
0.2
POME 50%
0.1
0
0 5 10 15
Waktu Kultivasi (Hari)
Gambar 13. Grafik Botryococcus braunii OD per hari dengan berbagai konsentrasi
POME, λ = 680
Dunaliella Salina
0.8
0.7
0.6
0.5
Kontrol
OD
0.4
POME 10%
0.3
POME 30%
0.2
0.1 POME 50%
0
0 5 10 15
Waktu Kultivasi (hari)
Gambar 14. Grafik Dunaliella salina OD per hari dengan berbagai konsentrasi
POME, λ = 680
Biomassa (gram)
No. %POME
S. platensis C. vulgaris B. braunii D. salina
a. Spirullina platensis
Tabel 5. Hasil lipid Spirullina platensis
No. % POME Basis (gram) Lipid (gram) Yield (%)
1. 0 0,209 0,0722 34,54
2. 10 0,2004 0,069 34,43
3. 30 0,195 0,0241 12,36
4. 50 0,2002 0,0214 10,68
b. Chlorella vulgaris
Tabel 6. Hasil lipid Chlorella vulgaris
c. Botryococcus braunii
d. Dunaliella salina
%
No. Fatty Acid
d. salina s.platensis b. braunii c.vulgaris
4-Hexenoic acid, 2,2,5-trimethyl-, ethyl ester
1 - 32,91 - -
[C12 H24 O]
Hexadecanoic acid, methyl ester
2 11,53 35,97 18,11 4,25
(Methyl palmitate) [C17 H34 O2]
9,12,15-Octadecatrienoic acid, methyl ester
3 - 7,49 - -
(Methyl linolenate) [C19 H32 O2]
4 7-Hexadecenoic acid, methyl ester [C17 H32 O2] - 17,07 - -
Eicosanoic acid, methyl ester
5 - 6,57 - -
(Arachidic acid methyl ester) [C21 H42 O2]
6 11,14-Eicosadienoic acid, methyl ester [C21 H38 O2] - - 20,22 -
1,2-Benzenedicarboxylic acid, bis(2-ethylhexyl) ester
7 - - - 37,29
Bis(2-ethylhexyl) phthalate [C24 H38 O4]
8 16-Octadecenoic acid, methyl ester [C19 H36 O2] - - - 2,10
Dalam tabel 3.2 diketahui bahwa setiap mikroalga mengandung metil palmitat
yang tertinggi adalah Spirullina platensis dengan 35.97%. Spirullina platensis juga
mempunyai asam lemak yang lebih lengkap dibandingkan mikroalga yang lainnya.
Hal ini bertolak belakang pada Dunaliella. salina dan Spirullina. platensis, di
mana penambahan POME juga mempengaruhi peningkatan efisiensi pada 10-30%
POME. Ini mengindikasikan bahwa mikroalga tersebut mengkonsumsi karbon
organik sebagai sumber energi lebih banyak di banding sumber cahaya. Namun, pada
50% v/v POME, efisiensi penurunan COD oleh hampir semua mikroalga menjadi
lebih rendah yang bisa disebabkan karena cahaya yang diterima sangat sedikit dan
memperlambat jumlah pertumbuhan biomassa mikroalga, sehingga kemampuan
mikroalga dalam hal menurunkan COD jadi turun.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Dilihat dari profil laju pertumbuhan setiap jenis mikroalga yang digunakan,
jenis mikroalga yang memiliki laju pertumbuhan tertinggi dalam medium
kultivasi dengan limbah POME adalah Chlorella vulgaris
2. Dilihat dari perolehan biomassa maka konsentrasi limbah POME terbaik untuk
media kultivasi adalah 30% POME (kecuali untuk Dunaliella salina), dan
dilihat dari perolehan lipidnya maka konsentrasi limbah POME terbaik juga
30% POME (kecuali untuk Spirullina platensis)
3. Ditinjau dari data asam lemak hasil analisis GC-MS maka jenis mikroalga
dengan asam lemak terbaik adalah Spirullina platensis, diikuti Chlorella
vulgaris, Botryococcus braunii dan Dunaliella salina
4. Penurunan COD terbesar terjadi pada 30 % limbah POME untuk media
kultivasi Chlorella vulgaris dengan efisensi penurunan COD sebesar 74,5 %.
4.2. Saran
a. Pada proses kultivasi dilakukan di dalam bio-reaktor yang steril dan
laboratorium khusus mikrobiologi, karena dengan begitu kontaminasi dari
lingkungan dapat diminimalisir.
b. Dibutuhkan alat pengadukan mikroalga yang bekerja kontinyu untuk mencegah
terbentuknya gumpalan mikroalga yang dapat menyebabkan kematian, karena
apabila mikroalga menggumpal, mereka akan saling memakan satu sama lain
serta menyebabkan sulitnya cahaya masuk menembus mikroalga menggumpal
pada proses fotosintesis.
DAFTAR PUSTAKA
Azimatun Nur,M.M., Hadiyanto. 2013. Utilization of Palm Oil Mill Effluent for
Chlorella vulgaris Cultivation Medium under Miksotropik Condition as
Feedstock of Biofuel. International Seminar on Biorenewable Resources
Utilization for Energy and Chemicals.10-11 Oktober 2013, Bandung,
Indonesia.
Azimatun Nur, M.M., Hadiyanto, H. 2015. Enhancement of Chlorella vulgaris
Biomass Cultivated in POME Medium as Biofuel Feedstock under
Mixotrophic Conditions. J. Eng. Technol. Sci. 47(5), 487-497.
Banarjee A, Sharma R, Chisti Y, Benerjee U.C. 2002. Botryococcus brauni : A
Renewable Source of Hydrocarbons and Other Chemicals. Crit. Rev.
Biotechnol. 22(3): 245-279
Chisti Y. 2007. Biodiesel From Microalgae. Biotechnol. Adv. 25(3): 294-306
Dragone, G., Fernandes, B., Vicente, A.A., and Teixeira., 2010, Third generation
biofuels from microalgae, Institute for Biotechnology and Bioengineering,
Centre of Biological Engineering, University of Minho, Campus de Gualtar,
Portugal.
Dragone, G. Fernandes, B.D., Abreu, A.P., Vicente, A.A., Teixeira, J.A. 2011.
Nutrient limitation as a strategy for increasing starch accumulation in microalgae.
Applied Energy. 88: 3331-3335
Kadkhodaei, S., Abbasiliasi, S., Shun, T.J., Fard Masoumi, H.R., Mohamed, M.S.,
Movahedi, A., Rahime R., Arif, A.B. (2015). Enhancement of protein
production by microalgae Dunaliella salina under mixotrophic conditions
using response surface methodology. RSC Adv. 5, 38141-38151
Lam MK and Lee KT, 2010, Renewable and sustainable bioenergies production from
palm oil mill effluent (POME): win-win strategies toward better environmental
protection. Biotechnol Adv. ,29(1):124-41.
Lee, O.K., Oh, Y.K, Lee, E.Y. (2015) Bioethanol production from carbohydrate-
enriched residual biomass obtained after lipid extraction of Chlorella sp. KR-
1. Biores. Technol. 196: 22-27
Lee DU, Cha KH, Koo SY. 2008. Antiproliferative Effects of Carotenoids Extrated
From Chlorella Ellipsoidea and Chlorella Vulgaris On Human Colon Cancer
Cell. J. Agric Foods Chem 56: 10521-10526.
Markou, G., Irini A., Dimitris G. 2012. Microalgal carbohydrates: an overview of the
factors influencing carbohydrates production, and of main bioconversion
technologies for production of biofuels. Appl. Microbiol. Biotechnol. 96 (3),
631-645.
Rahmat, Tirna Adhika., Rosa Delima Dias W.S., Danny Soetrisnanto. 2013. Kultivasi
Botryococcus braunii Memanfaatkan Air Dadih (Whey) Tahu sebagai Potensi
Biodiesel.Jurnal Teknologi Kimia dan Industri.Vol.2 No.4. Semarang,
Indonesia. 72-83.
Salla, Ana Cláudia V., Ana Cláudia M., Fábio Ivan S., Luiz Carlos H., Vandré
Barbosa B., Telma Elita B., Luciane Maria C., Costa J.A.V. 2016. Increase in the
carbohydrate content of the microalgae Spirulina in culture by nutrient
starvation and the addition of residues of whey protein concentrate, Bioresour.
Technol. 209,133-141.
Sim, S.J, An,J.Y.,B.W. 2001. Two-Phase Extraction Culture of Botryococcus braunii
Producing Long Chain Unsaturated Hydrocarbons. Biotechno Let.23:201-
205.
Yanna, Liang et al. 2009. Biomass and Lipid Productivites of Chlorella vulgaris
Under Authrophic, Heterothropic and Mixothropic Growth
Condition.Springer Science Bussines Media(31): 1043-1049.