Anda di halaman 1dari 30

Makalah Penelitian “Potensi Mikroalga sebagai Biodiesel dengan Media Kultivasi

Limbah Palm Oil Mill Effluent (POME)”

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki perkebunan kelapa


sawit terbesar di dunia. Pada tahun 2010 telah diproduksikan sekitar 78 juta ton buah
kelapa sawit untuk menghasilkan minyak sawit mentah/crude palm oil (CPO) dan
setiap tahun mengalami peningkatan signifikan. Dalam proses produksi CPO tersebut
juga dihasilkan limbah cair atau palm oil mill effluent (POME) dalam jumlah yang
besar. Diperkirakan setiap 1 ton CPO dapat menghasilkan sekitar 2 m 3 limbah cair
POME. Limbah cair POME saat ini menjadi kendala serius pada industri kelapa
sawit nasional dengan nilai chemical oxygen demand (COD), biological oxygen
demand (BOD) dan total solid yang tinggi (Hadiyanto dan Azimatun Nur, 2014).
Sehingga diperlukan metode pengolahan yang tepat untuk menurunkan kadar
COD/BOD sebelum dibuang ke lingkungan. Di sisi lain, kadar COD yang tinggi
merupakan potensi besar untuk produksi renewable energy berupa biogas ataupun
biohidrogen (Indriyati, 2008; Lam dan Lee, 2010). Selain itu, POME juga diketahui
mempunyai kandungan nitrogen, phosphor dan mineral lainnya yang dapat
dimanfaatkan sebagai sumber potensial menjadi medium pertumbuhan mikroalga.

Sebagian besar produksi biodisel dan surfaktan secara komersial saat ini
dilakukan dengan metode konvensional, di mana minyak diekstrak terlebih dahulu
kemudian diolah menjadi fatty acid methyl ester (FAME) dan surfaktan. Pada
penelitian ini digunakan limbah POME sebagai media proses biologi untuk mengolah
limbah cair agroindustri sekaligus proses terintegrasi biorefinery mikroalga. Pada
penelitian sebelumnya telah dilakukan produksi bioethanol dari residu mikroalga
hasil pengolahan biodisel (Lee dkk, 2015).

YUDHA PADAMANDHALA B. 121120064


RIVALDO HARVIANTO 121120073
1
PRODI S1 TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
Makalah Penelitian “Potensi Mikroalga sebagai Biodiesel dengan Media Kultivasi
Limbah Palm Oil Mill Effluent (POME)”

Limbah cair agroindustri berpotensi mencemari lingkungan, namun demikian


kandungan mikronutriennya dapat dimanfaatkan untuk perkembangbiakan mikroalga
(Azimatun Nur dan Hadiyanto, 2013). Sebagai contoh limbah cair kelapa sawit atau
POME saat ini menjadi kendala serius pada industri kelapa sawit nasional dengan
nilai COD, BOD dan total solid yang tinggi. Pengolahan limbah POME dengan
proses digestion dapat menurunkan konsentrasi COD/ BOD secara signifikan akan
tetapi kelemahannya adalah proses ini juga menurunkan kandungan nutrien yaitu N, P
dan mineral lainnya. Penggunaan membrane memberikan keuntungan dalam recovery
komponen penting dalam POME, akan tetapi teknologi membrane masih belum
ekonomis.

Saat ini pengolahan menggunakan sistem biologi termasuk pond oksidasi


(anaerobic dan aerobic), untuk perkebunan dan pertanian atau pupuk (Ma 1999;
Kennedy and Hishamuddin, 2001). Pengolahan dengan sistem tersebut masih belum
memberikan sisa buangan yang sesuai dengan baku mutu sehingga diperlukan metode
untuk pemanfaatan sisa buangan POME. Penggunaan mikroalga diharapkan dapat
memberikan keuntungan dalam pemanfaatan sisa nutrien berupa nitrogen dan fosfor.

Mikroalga memiliki potensi sebagai bahan baku penghasil energi. Diketahui


pertumbuhan mikroalga lebih cepat dari beberapa tumbuhan lain yang dapat
menghasilkan minyak, seperti jagung, kedelai, kelapa sawit, dan bunga matahari.
Selain itu mikroalga tidak membutuhkan banyak lahan dan air untuk pertumbuhan.
Hal yang lebih mendasar, mikroalga tidak menghasilkan limbah yang berdampak
buruk bagi lingkungan sehingga tidak mempengaruhi kualitas air yang telah
digunakan sebagai pertumbuhan.

Salah satu produksi energi dari tanaman adalah biodiesel. Biodiesel memiliki
keunggulan dibanding diesel dari minyak bumi. Biodiesel dapat digunakan secara
luas pada mesin diesel, tanpa perlu banyak modifikasi. Biodiesel dapat dicampur
dengan diesel konvensional dengan berbagai rasio.

YUDHA PADAMANDHALA B. 121120064


RIVALDO HARVIANTO 121120073
2
PRODI S1 TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
Makalah Penelitian “Potensi Mikroalga sebagai Biodiesel dengan Media Kultivasi
Limbah Palm Oil Mill Effluent (POME)”

1.2.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:
1. Mengetahui jenis mikroalga yang memiliki laju pertumbuhan tertinggi
dalam limbah POME
2. Mengetahui konsentrasi limbah POME terbaik sebagai media kultivasi
terhadap pertumbuhan dan produksi lipid mikroalga
3. Mengetahui data asam lemak dari mikroalga sebagai potensi surfaktan dan
biodiesel
4. Mengetahui penurunan COD pada limbah POME yang digunakan sebagai
media kultivasi mikroalga

1.3. Tinjauan Pustaka


1.3.1. Kelapa Sawit

Kelapa sawit adalah salah satu komoditi yang diharapkan mampu


memberikan kontribusinya dalam perekonomian yang berasal dari sub-sektor
perkebunan. Kelapa sawit merupakan komoditi penting dalam mendorong
perekonomian Indonesia dan Sumatera Utara, sebagai penghasil devisa negara
kelapa sawit merupakan salah satu komoditi yang memberikan sumbangan yang
sangat berarti dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi.

Gambar 1. Kelapa sawit


Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit
merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber
penghasil devisa nonmigas bagi Indonesia. Prospek komoditi minyak sawit dalam
perdagangan minyak nabati dunia mendorong pemerintah untuk memacu
pengembangan ekspor minyak kelapa sawit.

YUDHA PADAMANDHALA B. 121120064


RIVALDO HARVIANTO 121120073
3
PRODI S1 TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
Makalah Penelitian “Potensi Mikroalga sebagai Biodiesel dengan Media Kultivasi
Limbah Palm Oil Mill Effluent (POME)”

1.3.2. Palm Oil Mill Effluent (POME)

Palm Oil Mill Effluent (POME) adalah air limbah yang berasal dari proses
sterilisasi, proses klarifikasi crude oil, dan proses separasi cracked mixture. POME
memproduksi gas metan dalam jumlah besar yang berasal dari proses anaerobik
dan mempunyai 21 kali Potensi Pemanasan Global jika dibandingkan dengan gas
lainnya. Tetapi hal itu dapat diatasi, jika itu dapat digunakan sebagai bahan bakar
pada power generation.

Gambar 2. Limbah POME

Fasilitas treatment air limbah adalah salah satu dari komponen yang
tepenting dalam sistem mill kelapa sawit. Hal ini dikarenakan fasilitas untuk men-
treatment POME yang telah dihasilkan dalam volume yang besar selama produksi
minyak kelapa sawit mentah (CPO). Karena sifat kimia dan fisis dari POME,
sistem yang paling efisien digunakan pada tahap awal dari treatment dari pabrik
air limbah adalah treatment anaerobik. Sistem yang saat ini digunakan sudah
memenuhi syarat dari operator mill kelapa sawit untuk melepaskan POME yang
sudah ditreatment. Tetapi sistem ini melepaskan salah satu dari gas efek rumah
kaca yaitu metana. Metana yang ke atmosfir merupakan hasil by-product dari
sistem anaerobik dari POME.

Dampak ligkungan dari POME


 POME mempunyai tingkat keasaman, temperatur, kebutuhan oksigen
biologis (BOD), kebutuhan oksigen kimiawi (COD) yang tinggi. Ketika
POME larut di dalam sumber mata air, POME dapat mengkontaminasi
sumber air minum bagi manusia dan binatang. POME juga dapat

YUDHA PADAMANDHALA B. 121120064


RIVALDO HARVIANTO 121120073
4
PRODI S1 TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
Makalah Penelitian “Potensi Mikroalga sebagai Biodiesel dengan Media Kultivasi
Limbah Palm Oil Mill Effluent (POME)”

menciderai kehidupan air karena membuat tingkat keasaman air yang


tinggi atau membuat eutrofikasi (dimana pertumbuhan alga secara
berlebihan terjadi pada permukaan air).
 POME biasanya di lepaskan ke kolam terbuka dengan tujuan untuk
remediasi (proses penyembuhan), melepaskan karbon dioksida, metana
dan hidrogen sulfida, dimana semuanya berkontribusi terhadap pergantian
iklim global.

Tabel 1. Baku mutu limbah kelapa sawit

Komponen Hasil Uji (mg/L)

Phospor 418,7

Nitrogen 725,3

Besi 0,4

(sumber: BBTKL Yogyakarta)

1.3.3. Chlorella vulgaris

Gambar 3. Chlorella vulgaris

Chlorella vulgaris adalah alga hijau bersel tunggal dari jenis filum
chlorophytae. Chlorella vulgaris dapat dikembangkan pada kondisi mixotrophic
menggunakan karbon organik dengan energi yang lebih rendah tetapi
menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi (Azimmatun, et al., 2013). Chlorella

YUDHA PADAMANDHALA B. 121120064


RIVALDO HARVIANTO 121120073
5
PRODI S1 TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
Makalah Penelitian “Potensi Mikroalga sebagai Biodiesel dengan Media Kultivasi
Limbah Palm Oil Mill Effluent (POME)”

vulgaris memiliki ketahanan yang tinggi terhadap kontaminan seperti bakteri dari
mikroalga lain, mudah dibiakkan. (Lannan, 2011).

1.3.4. Botryococcus braunii

Gambar 4. Botryococcus braunii


Botryococcus braunii adalah plankton uniselular dan berbentuk oval.
B.braunii dapat menoleransi suhu dari 40˚ C sampai -20˚ C pada kurun waktu
tertentu. Tetapi, B.braunii lebih cenderung hidup pada suhu 23˚C. B. braunii juga
dapat mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil, karena memiliki
kemampuan untuk menghasilkan hidrokarbon dalam jumlah besar sebesar 80%
(Chisti, et al., 2002).
1.3.5. Spirullina platensis

Gambar 5. Spirullina platensis

Spirulina platensis adalah salah satu jenis mikroalga yang berwarna hijau
kebiruan (Blue Green Algae). Dibawah mikroskop, Spirulina platensis tampak
seperti benang tipis (filamen) yang berbentuk spiral. Filamen ini merupakan
kolonisel yang dapat bergerak. Benang filament bersel banyak dengan ukuran
panjang 200-300 dan lebar 5-70 mikron. Spirulina platensis tidak memiliki inti
sel. Spirulina platensis memiliki zat warna Cyanophysin (hijau kebiruan)
sehingga dimasukkan dalam class Cyanophyceae (Phang,2002).

YUDHA PADAMANDHALA B. 121120064


RIVALDO HARVIANTO 121120073
6
PRODI S1 TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
Makalah Penelitian “Potensi Mikroalga sebagai Biodiesel dengan Media Kultivasi
Limbah Palm Oil Mill Effluent (POME)”

1.3.6. Dunaliella salina

Gambar 6. Dunaliella salina


Dunaliella merupakan mikroalga uniselular dengan dua flagela dan termasuk
ke dalam alga hijau (Chlorophyta, Chloropyceae). Dunaliella memiliki
morfologi tubuh seperti Chlamydomonas dengan dua perbedaan utama yang
terdapat pada dinding sel Dunaliella. Dunaliella memiliki dua flagella yang sama
panjang dan tunggal, bentuk kloroplas seperti cangkir. Bentuk sel yang
bervariasi, menjadi oval, bulat, silindris, ellips. Sel dalam setiap spesies tertentu
dapat berubah bentuk dengan perubahan kondisi, akan menjadi bulat jika kondisi
tidak mendukung. Ukuran sel juga bervariasi dengan kondisi pertumbuhan dan
intensitas cahaya yang mempengaruhi.

1.3.7. Faktor Pertumbuhan Mikroalga

Beberapa faktor pertumbuhan mikroalga yang dapat menaikkan laju


pertumbuhan biomassa menurut Hadiyanto dan Azim adalah intensitas cahaya,
temperatur, nutrien, oksigen, karbon dioksida, pH, salinitas dan pengadukan.
1.3.8. Masa Pertumbuhan Mikroalga
Menurut (Becker, 1974 dalam Hadiyanto dan Azim, 2012) masa
pertumbuhan mikroalga dapat diukur berdasarkan biomasa, maupun jumlah sel
dalam mediumnya. Berikut adalah diagram fase pertumbuhan mikroalga
(Fogg dan Thake, 1987).

YUDHA PADAMANDHALA B. 121120064


RIVALDO HARVIANTO 121120073
7
PRODI S1 TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
Makalah Penelitian “Potensi Mikroalga sebagai Biodiesel dengan Media Kultivasi
Limbah Palm Oil Mill Effluent (POME)”

Gambar 7. Laju pertumbuhan mikroalga


a. Fase lag
Fase lag adalah fase adaptasi mikroalga dalam medium baru.
b. Fase eksponensial
Pada fase ini kecepatan pertumbuhan mikroalga dapat dihitung berdasarkan
kenaikan biomassa dan selisih waktu yang dibutuhkan.
c. Fase stationer
Fase stasioner adalah fase di mana tidak adalah lagi pertumbuhan
mikroalga, atau kecepatan pertumbuhan (growth rate) menjadi nol.
d. Penurunan Fase log
Penurunan pertumbuhan secara umum dipengaruhi oleh biomassa yang
telah mencapai tahap populasi maksimum.
e. Fase kematian
Pada fase ini jumlah sel mikroalga yang mati lebih banyak dari jumlah
sel yang hidup. Nutrien semakin menipis (bahkan habis), cadangan makanan
dalam tubuh sel menjadi berkurang, dan penumpukan racun semakin
meningkat. Pada fase ini sel yang mati bahkan dapat lisis (pecah) dan larut ke
dalam medium.
1.3.9. Biodiesel dari Mikroalga
Salah satu produksi energi dari tanaman adalah biodiesel. Biodiesel
memiliki keunggulan dibanding diesel dari minyak bumi. Biodiesel dapat
digunakan secara luas pada mesin diesel, tanpa perlu banyak modifikasi.
Biodiesel dapat dicampur dengan diesel konvensional dengan berbagai rasio.
Mikroalga penghasil biofuel, atau disebut sebagai algae fuel adalah biofuel
generasi ketiga setelah ditemukannya teknologi generasi kedua, biofuel dari

YUDHA PADAMANDHALA B. 121120064


RIVALDO HARVIANTO 121120073
8
PRODI S1 TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
Makalah Penelitian “Potensi Mikroalga sebagai Biodiesel dengan Media Kultivasi
Limbah Palm Oil Mill Effluent (POME)”

tanaman penghasil lipid. Alga dapat memproduksi energi 20 sampai 100 kali
lipat dibanding tumbuhan tingkat tinggi lain.

Tabel 2. Perbandingan lahan dan produksi lipid


Komoditas Yield Minyak Area Lahan (Ha)

Jagung 177 1540

Kedelai 146 594

Kanola 1190 223

Jarak 1892 140

Kelapa 2689 99

Kelapa sawit 5950 45

Mikroalga 136900 2

(Chisti 2007)

Berdasarkan tabel, mikroalga merupakan sumber biodiesel yang


paling berpotensi dibanding tumbuhan lain. Mikroalga secara umum
memproduksi biomasa dua kali lipat selama 24 jam. Sedangkan
penggandaan biomassa selama fase eksponensial dapat dicapai dalam
waktu 3.5 jam. Kandungan minyak dalam biomassa kering mikroalga
dapat mencapai 80% berat. Namun secara umum mikroalga menghasilkan
lipid dalam range 20-50%. Produktivitas lipid dan produktivitas biomassa
harus sesuai. Produktivitas lipid adalah massa lipid yang diproduksi per
unit volume dari broth mikroalga per hari. Beberapa mikroalga memiliki
kandungan lipid yang tinggi namun pertumbuhannya lambat.

YUDHA PADAMANDHALA B. 121120064


RIVALDO HARVIANTO 121120073
9
PRODI S1 TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
Makalah Penelitian “Potensi Mikroalga sebagai Biodiesel dengan Media Kultivasi
Limbah Palm Oil Mill Effluent (POME)”

Tabel 3. Mikroalga Penghasil lipid (Chisti 2007)


Mikroalga Kandungan minyak(% berat kering)

Dunaliela salina 25-75

Chlorella sp 28-32

Chlorella vulgaris 14-22

Cryphodinium cohnii 20

Tidak semua mikroalga penghasil lipid layak untuk digunakan


sebagai biodiesel. Mikroalga memproduksi banyak jenis lipid, hidrokarbon
dan jenis minyak komplek lainnya. Dengan menggunaan mikroalga untuk
memproduksi biodiesel tidak akan mengganggu stock pangan.

1.3.10. Kultivasi Miksotropik

Kultivasi miksotropik adalah kultivasi dimana mikroalga melakukan proses


heterotrof dan autotrof tergantung ketersediaan sumber energi yang ada.
Kultivasi miksotropik ini biasanya dilakukan pada medium pertumbuhan yang
berwarna keruh seperti limbah. Selain itu beberapa mikroalga dapat hidup
dalam keadaan mixotropic, kombinasi antara heterotrof dan autotrof (Lee, 2008).

1.4. Landasan Teori


Pada penelitian ini, akan digunakan mikroalga Spirullina platensis,
Chlorella vulgaris, Botryococcus braunii dan Dunaliella salina (diperoleh dari
BBPBAP Jepara) dengan menggunakan medium tumbuh yaitu limbah POME
(Palm Oil Mill Effluent; diperoleh dari Socfindo Aek Loba, Asahan, Sumatra
Utara). POME mengandung nitrogen dan fosfat sehingga cocok untuk
pertumbuhan mikroalga. Sebelum digunakan, limbah POME disaring terlebih
dahulu agar kotorannya terpisah. Kultivasi dilakukan dalam 2 liter dengan
mikroalga sebesar 30% v/v.

YUDHA PADAMANDHALA B. 121120064


RIVALDO HARVIANTO 121120073
10
PRODI S1 TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
Makalah Penelitian “Potensi Mikroalga sebagai Biodiesel dengan Media Kultivasi
Limbah Palm Oil Mill Effluent (POME)”

Faktor yang berpengaruh pada pertumbuhan mikroalga adalah intensitas


cahaya, dalam penelitian ini menggunakan lampu TL 15 watt kemudian pH diatur
berkisar 7-8. Setiap hari pH selalu di kontrol, jika keadaan basa ditambahkan
HCl, jika keadaan asam tambahkan NaOH sampai pH yang diinginkan. Pada
penelitian ini pengadukan dilakukan oleh aerator yang berperan sebagai
pengadukan dan suplai oksigen. Pengukuran laju pertumbuhan mikroalga diukur
setiap hari menggunakan Spektrofotometer Sp-300 dengan panjang gelombang
sebesar 680 nm. Pada penelitian ini akan dilakukan perubahan volume limbah
media kultivasi yaitu 0% (tanpa limbah), 10%, 30% dan 50% dari total volume
kultivasi, sedangkan volume bibit mikroalga 30% dari total volume kultivasi dan
sisanya air. Berbagai variasi volume limbah dalam media kultivasi diterapkan
untuk keempat jenis mikroalga.
Dari kultivasi yang dilakukan kemudian dilakukan filtrasi untuk memperoleh
biomassa mikroalga. Biomassa tersebut kemudian diekstraksi lipidnya dengan
menggunakan metode MAE (Microwave Assisted Extraction) yang dipadu
dengan metode konvensional. Selain itu juga dilakukan transesterifikasi dan uji
GC-MS untuk diketahui kandungan asam lemak dari setiap mikroalga yang
digunakan. Limbah POME yang digunakan sebagai medium kultivasi mikroalga
dianalisis COD nya untuk mengetahui besarnya penurunan COD yang dapat
diturunkan oleh mikroalga.

1.5. Hipotesa

Pada penelitian sebelumnya, VCO digunakan sebagai medium pertumbuhan


Spirulina sp. Hasil dari penelitian tersebut adalah VCO dapat dimanfaatkan
sebagai medium kultivasi. Sedangkan pada penelitian ini, kami memanfaatkan
limbah POME sebagai medium mikroalga dan diharapkan dapat menurunkan
kadar COD pada limbah POME, didapatkan biomassa dan growth rate yang
tinggi, serta meningkatkan jumlah produksi lipid yang merupakan bakal dari
biodisel.

YUDHA PADAMANDHALA B. 121120064


RIVALDO HARVIANTO 121120073
11
PRODI S1 TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
Makalah Penelitian “Potensi Mikroalga sebagai Biodiesel dengan Media Kultivasi
Limbah Palm Oil Mill Effluent (POME)”

BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
2.1. Bahan dan Alat Penelitian

a. Bahan yang Digunakan


1. POME 5. Nutrien
2. Kultur Botryococcus braunii, 6. Kertas saring Whatman
Chlorella vulgaris, Spirullina 7. Kalium permanganat
Platensis, Dunaliella Salina 8. Asam sulfat
3. N-heksan 9. Phenol
4. Kloroform 10. Methanol

b. Alat yang Digunakan


1. Botol 2,5 Liter 5. Pompa vakum
2. Selang aerator 6. pH meter
3. Aerator 7. Microwave dan oven
4. Lampu TL 10 W 8. Spektrofotometer

c. Rangkaian Alat
1. Alat kultivasi

1 1. Lampu TL 10
watt
2. Aerator
3 3. Bio-reaktor
Gambar 8. Rangkaian alat kultivasi

YUDHA PADAMANDHALA B. 121120064


RIVALDO HARVIANTO 121120073
12
PRODI S1 TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
Makalah Penelitian “Potensi Mikroalga sebagai Biodiesel dengan Media Kultivasi
Limbah Palm Oil Mill Effluent (POME)”

2. Alat analisis kadar COD

1. Statif
2. Klem
3. Buret
4. Erlenmeyer
5. Kompor listrik

Gambar 9. Rangkaian alat titrasi

3. Alat ekstraksi dan transesterifikasi dengan Microwave

1. Kondensor
2. Sumbat karet
3. Microwave
4. Labu didih
5. Larutan
6. Keramik kaca

Gambar 10. Rangkaian alat microwave assisted method

YUDHA PADAMANDHALA B. 121120064


RIVALDO HARVIANTO 121120073
13
PRODI S1 TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
Makalah Penelitian “Potensi Mikroalga sebagai Biodiesel dengan Media Kultivasi
Limbah Palm Oil Mill Effluent (POME)”

2.2.Penetapan Variabel
a. Variabel berubah
1. Penambahan konsentrasi limbah POME sebesar 0%, 10%, 30% dan 50%
(v/v).
2. Mikroalga yang digunakan adalah jenis Spirullina platensis, Chlorella
vulgaris, Botryococcus braunii, dan Dunaliella salina.
b. Variabel tetap
1. Kultur Mikroalga : 30% (v/v terhadap volume total = 2L)
2. Suhu : 28-30 0C
3. pH : 6.8-7.5
4. Lama pencahayaan : 24 jam
5. Lama aerasi : 24 jam
6. Lama kultivasi : 13 hari

2.3. Cara kerja

a. Diagram Alir Percobaan


1. Persiapan Medium

Limbah POME dari PT. Penyaringan


Socfindo Aek Loba, menggunakan Residu limbah
Sumatera Utara kain hycon

Limbah POME siap digunakan

YUDHA PADAMANDHALA B. 121120064


RIVALDO HARVIANTO 121120073
14
PRODI S1 TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
Makalah Penelitian “Potensi Mikroalga sebagai Biodiesel dengan Media Kultivasi
Limbah Palm Oil Mill Effluent (POME)”

2. Kultivasi dan Pemanenan Mikroalga

Kultur Mikroalga(30% v/v = 600


ml) dan nutrien* Analisis
Limbah POME (0%= tanpa Kultivasi CODawal
limbah, 10%= 200 ml, 30%= Tahap I
600 ml, 50%= 1 L) selama 13 hari

Air (limbah 0%=1,8 L,


limbah 10%= 1,2 L, 30%=
800 ml, 50%= 400 ml)

NaOH 0,1 N Panen


(autoflokulasi)
Sampai pH = 11

Penyaringan Filtrat Analisis COD


menggunakan akhir= 13 hari
kertas saring
Whatman 501 Biomassa Penimbangan
biomassa

YUDHA PADAMANDHALA B. 121120064


RIVALDO HARVIANTO 121120073
15
PRODI S1 TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
Makalah Penelitian “Potensi Mikroalga sebagai Biodiesel dengan Media Kultivasi
Limbah Palm Oil Mill Effluent (POME)”

3. Ekstraksi Lipid Mikroalga


Methanol
dan
kloroform
Biomassa
0,2 g
Ekstraksi Lipid
Methanol
30 % power, 5 Sentrifugasi Evaporasi
5,2 ml
menit; 1000 rpm, 10 menit 70°C
Kloroform 56°C, 1 jam
0,26 ml lipid

Penimbangan
lipid

4. Transesterifikasi

Biomassa Mikroalga
0,1 gram
Transesterifikasi
Methanol
10 ml 70 % power,
1 menit;
n-hexane
10 ml 60°C, 4 jam

Asam sulfat
0,2 ml

Centrifuge Residu biomassa


6000 rpm, 10 menit

Sampel ester

Analisa GC-MS (dilakukan di


Prodi Teknik Kima UII)

YUDHA PADAMANDHALA B. 121120064


RIVALDO HARVIANTO 121120073
16
PRODI S1 TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
Makalah Penelitian “Potensi Mikroalga sebagai Biodiesel dengan Media Kultivasi
Limbah Palm Oil Mill Effluent (POME)”

b. Uraian Cara Kerja

1. Persiapan medium
Mengambil limbah untuk disaring menggunakan kain hycon. Setelah selesai
proses penyaringan diperoleh filtrat berupa Limbah POME yang siap
digunakan dan residu berupa kotoran padat.
2. Kultivasi mikroalga
Limbah POME dicek COD nya dan didapat hasil sebagai COD awal.
Mempersiapkan kultur mikroalga:
Kultur Mikroalga (30% v/v = 600 ml) dan nutrien*, Limbah POME (0% =
tanpa limbah, 10% = 200 ml, 30% = 600 ml, 50% = 1 L), Air (untuk limbah
0% =1,8L, limbah 10% = 1,2 L, limbah 30% = 800 ml, limbah 50% = 400
ml).
(*) Dengan nutrien masing-masing mikroalga sebagai berikut :
 Botryococcus Braunii = 400 ppm KNO3, 20 ppm TSP, 10 ppm ZA, 75
ppm NaHCO3 dan 1,3 gram FeEDTA
 Dunaliella Salina = 1000 ppm NaHCO3, 80 ppm NaNO3, 20 ppm
TSP, 3000 ppm FeEDTA, 100 ml/L vitamin B12
 Spirullina platensis = 1000 ppm NaHCO3, 80 ppm urea, 20 ppm TSP,
2000 ppm NaCl, 100 ml/L vitamin B12
 Chlorella vulgaris = 1000 ppm NaCl, 40 ppm urea, 10 ppm ZA, 20
ppm TSP, 1 ppm FeEDTA, 75 ppm NaHCO3, 25µg vitamin B12
Melakukan kultivasi mikroalga selama 13 hari. Melakukan panen terhadap
mikroalga dengan proses autoflokulasi yaitu menambahkan NaOH untuk
meningkatkan pH kultur, sehingga di dalam kultur tersebut mikroalga akan
mengendap. Setelah itu melakukan proses filtrasi dengan menggunakan kertas
saring Whatman 501. Akan didapat fltrat yakni merupakan Limbah yang akan
dicek COD nya dan akan mendapatkan biomassa mikroalga yang kemudian
dipisahkan dari kertas saring.

YUDHA PADAMANDHALA B. 121120064


RIVALDO HARVIANTO 121120073
17
PRODI S1 TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
Makalah Penelitian “Potensi Mikroalga sebagai Biodiesel dengan Media Kultivasi
Limbah Palm Oil Mill Effluent (POME)”

3. Ekstraksi Lipid Mikroalga


Memasukan biomassa mikroalga kering sebanyak 0,2 gram ke dalam labu
leher tiga. Menyiapkan 10 ml solven yang terdiri dari
Kloroform:Methanol:Larutan garam dengan perbandingan 2:1:0,8 untuk basis
0,2 gram biomassa. Memasukan kloroform dan methanol tersebut ke dalam
labu leher tiga dan memasukannya ke dalam microwave. Mengoperasikan
microwave pada 30% power selama 5 menit. Melanjutkan dengan pemanasan
konvensional pada 56oC dengan pengadukan 300 rpm selama satu jam.
Menambahkan larutan garam ke campuran dan melakukan sentrifugasi pada
1000 rpm selama 10 menit dan mengambil lapisan bawahnya. Setelah itu
menyaring cairan yang diambil ke dalam botol dan mengevaporasi filtratnya
hingga mencapai berat konstan (hanya ada lipid) dan mencatat berat lipid
yang diperoleh.
4. Transesterifikasi
Memasukkan 0,1 gram biomassa mikroalga kering dan 10 ml pelarut n-
hexane dan methanol ke dalam labu leher tiga. Menambahkan 0,2 ml asam
sulfat dan memasukkan campuran tersebut ke microwave dan
mengoperasikannya pada 70% power selama satu menit. Melanjutkan dengan
pemanasan konvensional dan pengadukan 300 rpm selama empat jam. Setelah
itu memasukkan campuran ke dalam centrifuge untuk memisahkan
pengotornya pada 6000 rpm selama sepuluh menit. Kemudian melakukan uji
GC-MS pada lapisan atas yang terlihat setelah dicentrifugasi untuk
mengetahui kandungannya.

2.4. Analisa Hasil


a. Pengukuran Massa Biomassa
Pengukuran massa biomassa dapat dilakukan dengan 2 cara. Cara pertama,
pengukuran massa biomassa dilakukan dengan metode Indirect. Cara kedua
dilakukan dengan metode direct. Masing-masing metode memiliki
keuntungan dan kelebihan tersendiri, kelebihan dari metode direct adalah

YUDHA PADAMANDHALA B. 121120064


RIVALDO HARVIANTO 121120073
18
PRODI S1 TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
Makalah Penelitian “Potensi Mikroalga sebagai Biodiesel dengan Media Kultivasi
Limbah Palm Oil Mill Effluent (POME)”

tidak diperlukan penelitian tambahan untuk memperoleh kurva kalibrasi dan


kelemahannya adalah kemungkinan pengotor dari limbah dan kontaminasi
dari luas ikut tertimbang dan terakumulasi menjadi massa biomassa.
Sedangkan keuntungan metode Indirect adalah tidak diperlukannya proses
pemanenan, karena nilai OD mikroalga dapat dikonversi langsung
menggunakan kurva kalibrasi menjadi berat biomassa dan kelemahannya
adalah akibat limbah yang keruh, pengukuran OD pada media akan
memberikan nilai tinggi.
1. Metode Direct
 Sampel disaring menggunakan pompa vakum dan kertas saring whatman.
 Biomassa yang dihasilkan ditimbang berdasarkan basis basah.
 Kemudian biomassa dioven pada suhu 70oC hingga kering dan biomassa
ditimbang berdasarkan basis kering sampai berat konstan.

2. Metode Indirect
Pertumbuhan mikroalga ditentukan dengan optical density (OD) pada panjang
gelombang 680 nm (Sim, 2001). Terdapat hubungan langsung antara OD
dengan biomasssa kering. Hubungan ini didapat dengan penelitian yang
dilakukan pada media kontrol. Hubungan OD dan biomassa yang dihasilkan
pada media kontrol dihubungkan pada grafik. Dengan linierisasi dapat
diperoleh kurva standar untuk variabel-variabel selanjutnya.

b. Penentuan Parameter Growth rate


Pertumbuhan mikroalga dihitung dengan nilai OD. Pengukuran OD ini
dilakukan setiap 24 jam sekali. Selanjutnya data pertumbuhan digunakan
untuk mengetahui laju pertumbuhan sesuai Persamaan (3).
ln(OD1)−ln⁡(OD0)
µ= ...................................(3)
t−t0
OD1 adalah optical density pada hari terakhir kultivasi, OD0 adalah optical
density pada hari ke-0, tx adalah waktu kultivasi pada hari terakhir kultivasi
dan t0 adalah waktu kultivasi pada hari ke-0.

YUDHA PADAMANDHALA B. 121120064


RIVALDO HARVIANTO 121120073
19
PRODI S1 TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
Makalah Penelitian “Potensi Mikroalga sebagai Biodiesel dengan Media Kultivasi
Limbah Palm Oil Mill Effluent (POME)”

c. Analisa Penurunan COD


1. Bahan yang digunakan untuk sampel adalah 10 ml larutan H2C2O4 0,01 N, 5
ml larutan H2SO4 4N dan larutan KMnO4. Pertama-tama lakukan standarisasi
larutan KMnO4 dengan cara memasukkan 10 ml larutan H2C2O4 0,01 N dan 5
ml H2SO4 4N ke dalam labu erlenmeyer. Campuran kemudian dipanaskan
sampai suhu 70-80°C. Campuran dititrasi dengan larutan KMnO4 sedikit demi
sedikit sampai warna merah anggur yang tidak hilang dengan penggojogan.
Catat kebutuhan titran (b ml). Hitung normalitas KMnO4 dengan rumus:
(𝑉⁡𝑥⁡𝑁)𝐻2𝐶2𝑂4
𝑁⁡𝐾𝑀𝑛𝑂4 = 𝑉⁡𝐾𝑀𝑛𝑂4
...................................(4)
Dengan N adalah normalitas larutan dan V adalah volume larutan
2. Analisa COD dilakukan dengan cara mengambil limbah sebanyak 10 ml,
kemudian dimasukkan ke labu erlenmeyer. Tambahkan 5 ml H2SO4 8N ke
dalam erlenmeyer dan larutan KMnO4 hasil standarisasi dipanaskan sampai
mendidih selama 10 menit. Tambahkan 10 ml H2C2O4 0,01 N dan
pertahankan suhu 70-80ᶿC. Titrasi dengan larutan KMnO4 standar sampai
tercapai TAT (a ml). Hitung COD dengan rumus:

{(10+𝑎)𝑏−(10𝑥𝑐)𝑥31,6𝑥1000}
COD= (metode SNI)
𝑑

a adalah larutan baku KMnO4 (ml)


b adalah normalitas larutan baku KMnO4 yang digunakan dalam titrasi
c adalah normalitas larutan asam oksalat
d adalah contoh yang digunakan (ml)
d. Pengolahan Data
Data hasil yang diperoleh pada variabel yang berbeda dibuat grafik laju
pertumbuhan, tabel produktivitas biomassa, lipid yang diperoleh dan penurunan
COD hasil kultivasi kultivasi dari beberapa jenis mikroalga. Sehingga dapat
diketahui variabel optimum penambahan konsentrasi limbah POME dalam media
kultivasi dan jenis mikroalganya.

YUDHA PADAMANDHALA B. 121120064


RIVALDO HARVIANTO 121120073
20
PRODI S1 TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
Makalah Penelitian “Potensi Mikroalga sebagai Biodiesel dengan Media Kultivasi
Limbah Palm Oil Mill Effluent (POME)”

BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini akan dipelajari perbandingan antara medium kontrol (tanpa
penambahan limbah POME) yang menggunakan nutrien sintesis sebagai sumber
nutrisi dan media penambahan limbah POME mengenai optical density (OD) dan
biomassa.
Empat jenis mikroalga, Spirulina platensis, Chlorella vulgaris, Dunaliella
salina, dan Botryococcus braunii dikultivasi di media yang mengandung konsentrasi
POME yang berbeda. Mikroalga Spirulina platensis umumnya digunakan untuk
pakan dan suplemen. Chlorella vulgaris memiliki karakteristik lipid yang tinggi dan
tahan dibiakkan di limbah. Dunaliella salina umumnya memiliki kandungan
karbohidrat yang tinggi.

3.1. Laju Pertumbuhan dan Biomassa Mikroalga

Spirullina Platensis
0.6

0.5
Optical Density

0.4
Kontrol
0.3
POME 10%
0.2
POME 30%
0.1 POME 50%
0
0 5 10 15
Waktu Kultivasi (hari)

Gambar 11. Grafik Spirullina sp. OD per hari dengan berbagai konsentrasi POME,
λ = 680

YUDHA PADAMANDHALA B. 121120064


RIVALDO HARVIANTO 121120073
21
PRODI S1 TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
Makalah Penelitian “Potensi Mikroalga sebagai Biodiesel dengan Media Kultivasi
Limbah Palm Oil Mill Effluent (POME)”

Chlorella Vulgaris
0.7
0.6

Optical Density 0.5


0.4 Kontrol
0.3 POME 10%
0.2 POME 30%
0.1 POME 50%
0
0 5 10 15
Waktu Kultivasi (Hari)

Gambar 12. Grafik Chlorella vulgaris OD per hari dengan berbagai konsentrasi
POME, λ = 680

Botryococcus Braunii
1
0.9
0.8
0.7
0.6 Kontrol
OD

0.5
0.4 POME 10%
0.3 POME 30%
0.2
POME 50%
0.1
0
0 5 10 15
Waktu Kultivasi (Hari)

Gambar 13. Grafik Botryococcus braunii OD per hari dengan berbagai konsentrasi
POME, λ = 680

YUDHA PADAMANDHALA B. 121120064


RIVALDO HARVIANTO 121120073
22
PRODI S1 TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
Makalah Penelitian “Potensi Mikroalga sebagai Biodiesel dengan Media Kultivasi
Limbah Palm Oil Mill Effluent (POME)”

Dunaliella Salina
0.8
0.7
0.6
0.5
Kontrol
OD

0.4
POME 10%
0.3
POME 30%
0.2
0.1 POME 50%
0
0 5 10 15
Waktu Kultivasi (hari)

Gambar 14. Grafik Dunaliella salina OD per hari dengan berbagai konsentrasi
POME, λ = 680

Tabel 4. Biomassa Mikroalga Hasil Kultivasi

Biomassa (gram)
No. %POME
S. platensis C. vulgaris B. braunii D. salina

1. 0 0,5521 0,5315 0,4892 0,5097

2. 10 0,4603 0,4155 0,4861 0,4797

3. 30 0,4694 0,4268 0,504 0,2937

4. 50 0,3567 0,332 0,3317 0,3095

Pada Tabel 4 menunjukkan bahwa produksi biomasa tertinggi diperoleh pada


media kontrol. Pada 10% POME, keempat mikroalga mengalami penurunan produksi
biomassa dibanding pada media kontrol, dan mengalami peningkatan produksi
biomassa pada 30% POME meskipun tidak sampai sebesar pada medium kontrol.

YUDHA PADAMANDHALA B. 121120064


RIVALDO HARVIANTO 121120073
23
PRODI S1 TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
Makalah Penelitian “Potensi Mikroalga sebagai Biodiesel dengan Media Kultivasi
Limbah Palm Oil Mill Effluent (POME)”

Hal ini mengindikasikan bahwa mikronutrisi yang terkandung dalam 10 dan


30% POME cenderung cocok digunakan untuk pertumbuhan. Namun, laju
pertumbuhan menurun ketika 50% POME ditambahkan. Kandungan karbon organik
yang tinggi mungkin dapat menjadi inhibitor, Selain itu, semakin besar konsentrasi
POME dalam media kultivasi maka penetrasi cahaya yang dapat diterima semakin
berkurang. Abreau dkk (2012) mencatat bahwa Chlorella vulgaris pada kondisi
miksotrofik memberikan laju pertumbuhan tinggi dibanding kondisi autotrofik.
Sementara Kamyab dkk, (2014; 2016) melaporkan bahwa POME di atas 500 mg/L
dapat menghambat pertumbuhan.

3.2. Efek POME Terhadap Lipid Mikroalga

Penambahan POME dapat membentuk kondisi miksotrofik bagi mikroalga,


yakni kondisi di mana mikroalga memanfaatkan cahaya dan karbon organik sebagai
sumber energi. Selain itu penambahan POME juga dapat mengubah rasio karbon dan
nitrogen (C/N) di dalam media (Hadiyanto dan Azimatun Nur, 2013; Azimatun Nur
dan Hadiyanto, 2015). Kondisi ini juga mempengaruhi mikroalga untuk
mengakumulasi lipid atau karbohidrat sebagai stok energi (Widjaja dkk, 2009;
Dragone dkk, 2011).

a. Spirullina platensis
Tabel 5. Hasil lipid Spirullina platensis
No. % POME Basis (gram) Lipid (gram) Yield (%)
1. 0 0,209 0,0722 34,54
2. 10 0,2004 0,069 34,43
3. 30 0,195 0,0241 12,36
4. 50 0,2002 0,0214 10,68

YUDHA PADAMANDHALA B. 121120064


RIVALDO HARVIANTO 121120073
24
PRODI S1 TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
Makalah Penelitian “Potensi Mikroalga sebagai Biodiesel dengan Media Kultivasi
Limbah Palm Oil Mill Effluent (POME)”

b. Chlorella vulgaris
Tabel 6. Hasil lipid Chlorella vulgaris

No. % POME Basis (gram) Lipid (gram) Yield (%)


1. 0 0,2026 0,0613 30,26
2. 10 0,2011 0,026 12,93
3. 30 0,178 0,102 57,30
4. 50 0,2011 0,023 11,44

c. Botryococcus braunii

Tabel 7. Hasil lipid Botryococcus braunii

No. % POME Basis (gram) Lipid (gram) Yield (%)


1. 0 0,2009 0,0622 30,96
2. 10 0,2003 0,059 29,45
3. 30 0,2041 0,1156 56,97
4. 50 0,2004 0,0286 14,27

d. Dunaliella salina

Tabel 8. Hasil lipid Dunaliella salina

No. % POME Basis (gram) Lipid (gram) Yield (%)


1. 0 0,2007 0,0449 22,37
2. 10 0,2005 0,063 31,42
3. 30 0,2089 0,0731 34,99
4. 50 0,2007 0,0314 15,64

YUDHA PADAMANDHALA B. 121120064


RIVALDO HARVIANTO 121120073
25
PRODI S1 TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
Makalah Penelitian “Potensi Mikroalga sebagai Biodiesel dengan Media Kultivasi
Limbah Palm Oil Mill Effluent (POME)”

Pada keempat tabel di atas (5,6,7 dan 8) menunjukkan bahwa Spirullina


platensis memiliki produksi lipid yang lebih tinggi dibandingkan ketiga mikroalga
lainnya jika dikultivasi pada medium kontrol (tanpa limbah POME). Namun,
produksi lipid dari Spirullina platensis selalu mengalami penurunan seiring
bertambahnya konsentrasi POME dalam medium kultivasi. Hal ini menunjukkan
bahwa unsur hara yang terdapat dalam limbah POME tidak dapat dikonversi dengan
baik ke dalam bentuk lipid oleh Spirullina platensis. Sedangkan untuk perolehan lipid
tertinggi pada medium kultivasi dengan 30% POME dicapai oleh Chlorella vulgaris.

3.3. Asam Lemak dalam Mikroalga


Berikut adalah tabel hasil analisis GC-MS yang dilakukan di UII Yogyakarta
untuk mengetahui kandungan asam lemak dalam mikroalga:
Tabel 9. Kandungan Asam Lemak (Fatty Acid) Mikroalga

%
No. Fatty Acid
d. salina s.platensis b. braunii c.vulgaris
4-Hexenoic acid, 2,2,5-trimethyl-, ethyl ester
1 - 32,91 - -
[C12 H24 O]
Hexadecanoic acid, methyl ester
2 11,53 35,97 18,11 4,25
(Methyl palmitate) [C17 H34 O2]
9,12,15-Octadecatrienoic acid, methyl ester
3 - 7,49 - -
(Methyl linolenate) [C19 H32 O2]
4 7-Hexadecenoic acid, methyl ester [C17 H32 O2] - 17,07 - -
Eicosanoic acid, methyl ester
5 - 6,57 - -
(Arachidic acid methyl ester) [C21 H42 O2]
6 11,14-Eicosadienoic acid, methyl ester [C21 H38 O2] - - 20,22 -
1,2-Benzenedicarboxylic acid, bis(2-ethylhexyl) ester
7 - - - 37,29
Bis(2-ethylhexyl) phthalate [C24 H38 O4]
8 16-Octadecenoic acid, methyl ester [C19 H36 O2] - - - 2,10

Dalam tabel 3.2 diketahui bahwa setiap mikroalga mengandung metil palmitat
yang tertinggi adalah Spirullina platensis dengan 35.97%. Spirullina platensis juga
mempunyai asam lemak yang lebih lengkap dibandingkan mikroalga yang lainnya.

YUDHA PADAMANDHALA B. 121120064


RIVALDO HARVIANTO 121120073
26
PRODI S1 TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
Makalah Penelitian “Potensi Mikroalga sebagai Biodiesel dengan Media Kultivasi
Limbah Palm Oil Mill Effluent (POME)”

3.4. Penurunan COD Mikroalga


Kandungan organik dalam POME dapat dikonsumsi oleh mikroalga
ditunjukkan dalam Tabel 10. Efisiensi tertinggi dicatat pada Chlorella vulgaris
(74,5%). Namun demikian, efisiensi tidak dipengaruhi oleh penambahan konsentrasi
POME awal.

Tabel 10. Penurunan COD Mikroalga


C. vulgaris D. salina S. platensis B. braunii
COD in
POME rate COD out Efisiensi
COD out Efisiensi COD out Efisiensi COD out Efisiensi
(%)
(mg/L) (mg/L) (%) (mg/L) (%) (mg/L) (%) (mg/L) (%)
10 150 41,558 72,3 53,923 64 63,196 57,8 67,473 55
30 450 114,746 74,5 131,336 70,8 157,394 65 172,254 61,7
50 750 206,925 72,4 267,267 64,3 397,045 47 201,476 73,1

Hal ini bertolak belakang pada Dunaliella. salina dan Spirullina. platensis, di
mana penambahan POME juga mempengaruhi peningkatan efisiensi pada 10-30%
POME. Ini mengindikasikan bahwa mikroalga tersebut mengkonsumsi karbon
organik sebagai sumber energi lebih banyak di banding sumber cahaya. Namun, pada
50% v/v POME, efisiensi penurunan COD oleh hampir semua mikroalga menjadi
lebih rendah yang bisa disebabkan karena cahaya yang diterima sangat sedikit dan
memperlambat jumlah pertumbuhan biomassa mikroalga, sehingga kemampuan
mikroalga dalam hal menurunkan COD jadi turun.

YUDHA PADAMANDHALA B. 121120064


RIVALDO HARVIANTO 121120073
27
PRODI S1 TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
Makalah Penelitian “Potensi Mikroalga sebagai Biodiesel dengan Media Kultivasi
Limbah Palm Oil Mill Effluent (POME)”

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Dilihat dari profil laju pertumbuhan setiap jenis mikroalga yang digunakan,
jenis mikroalga yang memiliki laju pertumbuhan tertinggi dalam medium
kultivasi dengan limbah POME adalah Chlorella vulgaris
2. Dilihat dari perolehan biomassa maka konsentrasi limbah POME terbaik untuk
media kultivasi adalah 30% POME (kecuali untuk Dunaliella salina), dan
dilihat dari perolehan lipidnya maka konsentrasi limbah POME terbaik juga
30% POME (kecuali untuk Spirullina platensis)
3. Ditinjau dari data asam lemak hasil analisis GC-MS maka jenis mikroalga
dengan asam lemak terbaik adalah Spirullina platensis, diikuti Chlorella
vulgaris, Botryococcus braunii dan Dunaliella salina
4. Penurunan COD terbesar terjadi pada 30 % limbah POME untuk media
kultivasi Chlorella vulgaris dengan efisensi penurunan COD sebesar 74,5 %.
4.2. Saran
a. Pada proses kultivasi dilakukan di dalam bio-reaktor yang steril dan
laboratorium khusus mikrobiologi, karena dengan begitu kontaminasi dari
lingkungan dapat diminimalisir.
b. Dibutuhkan alat pengadukan mikroalga yang bekerja kontinyu untuk mencegah
terbentuknya gumpalan mikroalga yang dapat menyebabkan kematian, karena
apabila mikroalga menggumpal, mereka akan saling memakan satu sama lain
serta menyebabkan sulitnya cahaya masuk menembus mikroalga menggumpal
pada proses fotosintesis.

YUDHA PADAMANDHALA B. 121120064


RIVALDO HARVIANTO 121120073
28
PRODI S1 TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
Makalah Penelitian “Potensi Mikroalga sebagai Biodiesel dengan Media Kultivasi
Limbah Palm Oil Mill Effluent (POME)”

DAFTAR PUSTAKA

Azimatun Nur,M.M., Hadiyanto. 2013. Utilization of Palm Oil Mill Effluent for
Chlorella vulgaris Cultivation Medium under Miksotropik Condition as
Feedstock of Biofuel. International Seminar on Biorenewable Resources
Utilization for Energy and Chemicals.10-11 Oktober 2013, Bandung,
Indonesia.
Azimatun Nur, M.M., Hadiyanto, H. 2015. Enhancement of Chlorella vulgaris
Biomass Cultivated in POME Medium as Biofuel Feedstock under
Mixotrophic Conditions. J. Eng. Technol. Sci. 47(5), 487-497.
Banarjee A, Sharma R, Chisti Y, Benerjee U.C. 2002. Botryococcus brauni : A
Renewable Source of Hydrocarbons and Other Chemicals. Crit. Rev.
Biotechnol. 22(3): 245-279
Chisti Y. 2007. Biodiesel From Microalgae. Biotechnol. Adv. 25(3): 294-306
Dragone, G., Fernandes, B., Vicente, A.A., and Teixeira., 2010, Third generation
biofuels from microalgae, Institute for Biotechnology and Bioengineering,
Centre of Biological Engineering, University of Minho, Campus de Gualtar,
Portugal.

Dragone, G. Fernandes, B.D., Abreu, A.P., Vicente, A.A., Teixeira, J.A. 2011.
Nutrient limitation as a strategy for increasing starch accumulation in microalgae.
Applied Energy. 88: 3331-3335
Kadkhodaei, S., Abbasiliasi, S., Shun, T.J., Fard Masoumi, H.R., Mohamed, M.S.,
Movahedi, A., Rahime R., Arif, A.B. (2015). Enhancement of protein
production by microalgae Dunaliella salina under mixotrophic conditions
using response surface methodology. RSC Adv. 5, 38141-38151

Lam MK and Lee KT, 2010, Renewable and sustainable bioenergies production from
palm oil mill effluent (POME): win-win strategies toward better environmental
protection. Biotechnol Adv. ,29(1):124-41.

YUDHA PADAMANDHALA B. 121120064


RIVALDO HARVIANTO 121120073
29
PRODI S1 TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
Makalah Penelitian “Potensi Mikroalga sebagai Biodiesel dengan Media Kultivasi
Limbah Palm Oil Mill Effluent (POME)”

Lee, O.K., Oh, Y.K, Lee, E.Y. (2015) Bioethanol production from carbohydrate-
enriched residual biomass obtained after lipid extraction of Chlorella sp. KR-
1. Biores. Technol. 196: 22-27
Lee DU, Cha KH, Koo SY. 2008. Antiproliferative Effects of Carotenoids Extrated
From Chlorella Ellipsoidea and Chlorella Vulgaris On Human Colon Cancer
Cell. J. Agric Foods Chem 56: 10521-10526.

Markou, G., Irini A., Dimitris G. 2012. Microalgal carbohydrates: an overview of the
factors influencing carbohydrates production, and of main bioconversion
technologies for production of biofuels. Appl. Microbiol. Biotechnol. 96 (3),
631-645.
Rahmat, Tirna Adhika., Rosa Delima Dias W.S., Danny Soetrisnanto. 2013. Kultivasi
Botryococcus braunii Memanfaatkan Air Dadih (Whey) Tahu sebagai Potensi
Biodiesel.Jurnal Teknologi Kimia dan Industri.Vol.2 No.4. Semarang,
Indonesia. 72-83.

Salla, Ana Cláudia V., Ana Cláudia M., Fábio Ivan S., Luiz Carlos H., Vandré
Barbosa B., Telma Elita B., Luciane Maria C., Costa J.A.V. 2016. Increase in the
carbohydrate content of the microalgae Spirulina in culture by nutrient
starvation and the addition of residues of whey protein concentrate, Bioresour.
Technol. 209,133-141.
Sim, S.J, An,J.Y.,B.W. 2001. Two-Phase Extraction Culture of Botryococcus braunii
Producing Long Chain Unsaturated Hydrocarbons. Biotechno Let.23:201-
205.

Tamarys Arroyo,Heredia., Wei Wei., Roger Ruan., Bo Hu. 2011. Mixotrophic


Cultivation of Chlorella vulgaris and Its Potential Application for The Oil
Accumulation from Non-sugar Materials.Biomass and Bioenergy 35: 2245-
2253.

Yanna, Liang et al. 2009. Biomass and Lipid Productivites of Chlorella vulgaris
Under Authrophic, Heterothropic and Mixothropic Growth
Condition.Springer Science Bussines Media(31): 1043-1049.

YUDHA PADAMANDHALA B. 121120064


RIVALDO HARVIANTO 121120073
30
PRODI S1 TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UPN “VETERAN” YOGYAKARTA

Anda mungkin juga menyukai