Anda di halaman 1dari 4

NAMA : ANNISA FITRYA SRI RACHMA HERMAWAN

NIM : P2.06.30.1.19.004

LAPORAN PRAKTIKUM INTERAKSI FARMASETIKA


INKOMPATIBILITAS RESEP LARUTAN PARENTERAL

1. JUDUL : “Kasus Interaksi Farmasetika Sediaan Larutan Parenteral”

2. TUJUAN : Untuk mengetahui interaksi farmasetika yang terjadi pada sediaan


larutan pada resep real di pelayanan kefarmasian.

3. ALAT DAN BAHAN


1) Alat:
a. jarum dan suntikan sekali pakai
b. sarung tangan dan peralatan rekonstitusi
2) Bahan:
a. Injeksi Natrium Bikarbonat
b. Infus Ringer Laktat

4. RESEP/FORMULA :

R/ Injeksi Natrium Bikarbonat


Infus RL

Monografi

1) Natrium Bikarbonat
a. Indikasi: asidosis metabolic
b. Dosis: melalui infus intravena secara perlahan, larutan yang kuat (hingga 8,4%)
atau dengan infus intravena kontinu, larutan yang lebih lemah (biasanya 1,26%)
jumlahnya sesuai dengan besarnya defisit basa. (lihat catatan di atas).
2) Ringer Laktat (FI Edisi V, hal 1105)
a. Injeksi Ringer Laktat adalah larutan steril kalsium klorida, kalium klorida, natrium
klorida, dan natrium laktat dalam Air untuk Injeksi. Injeksi Ringer Laktat tidak
boleh mengandung bahan antimikroba.
b. Khasiat dan penggunaan : pelarut
c. pH : 6,0 – 7,5
d. Penyimpanan : dalam wadah kaca atau plastic dosis tunggal, sebaiknya dari kaca
Tipe I atau Tipe II.

5. PERHITUNGAN, PENGENCERAN, PENIMBANGAN :

1) Perhitungan
-
2) Pengenceran
-
3) Penimbangan:

6. CARA KERJA :

1. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).Melakukan dekontaminasi dan desinfeksi


sesuai prosedur tetap.Menghidupkan Laminar Air Flow (LAF) sesuai prosedur tetap.
2. Menyiapkan meja kerja LAF dengan memberi alas penyerap cairan dalam
LAF.Menyiapkan kantong buangan sampah dalam LAF untuk bekas obat.
3. Melakukan desinfeksi sarung tangan dengan alkohol 70 %.
4. Mengambil alat kesehatan dan obat-obatan dari pass box.
5. Melakukan pencampuran secara aseptis.
6. Memberi label yang sesuai untuk setiap spuit dan infus yang sudah berisi obat hasil
pencampuran.
7. Membungkus dengan kantong hitam atau alumunium foil untuk obat-obat yang harus
terlindung dari cahaya.
8. Memasukkan spuit atau infus ke dalam wadah untuk pengiriman.
9. Mengeluarkan wadah yang telah berisi spuit atau infus melalui passbox.
10. Membuang semua bekas pencampuran obat ke dalam wadah pembuangan khusus.
7. PEMBAHASAN

Pencampuran intravena (IV admixtures) adalah proses pencampuran obat steril dengan
larutan intravena steril lain untuk menghasilkan suatu sediaan steril yang ditujukan untuk
penggunaan intravena. Pada kasus ini, pencampuran yang terjadi yaitu antara injeksi Natrium
karbonat dengan Infus Ringer laktat. Pencampuran intravena mengalami inkompatibilitas fisika
dimana kedua bahan tersebut disatukan terjadi pengendapan. Sehingga solusi yang dapat dilakukan
yaitu :

 Endapan Kristal mikro (<50 μm) : dipasang filter 0,22 μm

 Senyawa kalsium sukar larut dalam air

 Hati – hati pencampuran infus yang mengandung kalsium (larutan Ringer Laktat)
jangan dicampurkan dengan Na Bikarbonat

 Jangan memberikan campuran sediaan yang sudah terjadi endapan

 Obat yang dicampur dengan pelarut khusus, tidak boleh dicampur dengan obat lain,
kecuali ada petunjuk

8. KESIMPULAN

1) Inkompatibilitas adalah suatu fenomena fisika kimia seperti presipitasi


terkaitkonsentrasi, dan reaksi asam basa dengan manifestasi produk hasil reaksi
berupaperubahan status fisik atau keseimbangan protonasi-deprotonasi.
2) Macam-macam inkompatibilitas farmasetis yaitu inkompatibilitas kimia dan fisika.
3) Berdasarkan kasus diatas terjadi inkompatibilitas fisika antara injeksi natrium kabonat
dengan infus ringer laktat.
4) Penanganan inkompatibilitas yaitu :
5) Endapan Kristal mikro (<50 μm) : dipasang filter 0,22 μm
6) Senyawa kalsium sukar larut dalam air
7) Hati – hati pencampuran infus yang mengandung kalsium (larutan Ringer Laktat)
jangan dicampurkan dengan Na Bikarbonat
8) Jangan memberikan campuran sediaan yang sudah terjadi endapan
9) Obat yang dicampur dengan pelarut khusus, tidak boleh dicampur dengan obat lain,
kecuali ada petunjuk
9. DAFTAR PUSTAKA :

Anief, Moh. 2000. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek. Cetakan Ke-9. Yogyakarta
:Gadjah Mada Univ.Press

Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan RI: Jakarta.

Anonim, 2017. Petunjuk Praktikum Farmasetika II. Stikes Mandala Waluya : Kendari

IAI, 2015. Informasi Spesialis Obat Indonesia volume 49. PT ISFI penerbit: Jakarta

Syamsyuni.2002.Ilmu Resep.EGC.Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai