Anda di halaman 1dari 4

Nama : Dani Riszki Amanda

NIM : C12019010
Kelas : Farmasi 3A
REVIEW JURNAL WATER FOR INJECTION
Judul Jurnal : Praktikum formulasi dan teknologi sediaan steril injeksi metampiron dan
injeksi riboflavin
Pendahuluan : Produk steril yang banyak diproduksi di industri farmasi adalah dalam
bentuk larutan terbagi (ampul) dan bentuk serbuk padat siap untuk digunakan dengan
diencerkan terlebih dahulu dengan larutan pembawa (vial). Sediaan parental, bisa
diberikan dengan berbagai rute : intra vena (i.v), sub cutan (s.c), intradermal,
intramuskular (i.m), intra articular, dan intrathecal. Bentuk sediaan sangat mempengaruhi
cara (rute) pemberian.
Pada praktikum ini dibuat sediaan steril volume kecil berupa injeksi metampiron dan
injeksi riboflavin.. Sterilitas pada sediaan-sediaan ini sangat penting karena cairan tersebut
langsung berhubungan dengan cairan dan jaringan tubuh yang memungkinkan infeksi terjadi
dengan mudah (Ansel, 1985).
Praformulasi : Efek utama Metampiron (antalgin) termasuk ke dalam golongan analgetika
perifer dimana obat ini memiliki efek sebagai analgetik, antipiretik dan antiradang (Tjay &
Rahardja, 2007). Riboflavin (vitamin B2) berperan penting dalam pemeliharaan kesehatan
kulit (bibir), mata, otot dan tulang (Tjay & Rahardja, 2007).
Fisikokimia :
a. Kelarutan Metampiron sangat larut dalam air, larut dalam alkohol (Sweetman, 2009).
Riboflavin sangat larut dalam air, praktis tidak larut dalam alkohol (Sweetman, 2009).
b. Stabilitas Riboflavin stabil dalam bentuk serbuk, namun dalam bentuk larutan dapat
menjadi tidak stabil dengan adanya paparan cahaya dan keberadaan bahan alkali (Sweetman,
2009).
b. Cara penggunaan dan dosis

 Metampiron : Pada penggunaan oral digunakan 0,5-4 gram sehari dalam 3-4 dosis
(Tjay & Rahardja, 2007). Dapat digunakan pada sediaan injeksi intramuskular dan
intravena (Sweetman, 2009).
 Riboflavin : Pada defisiensi 5-10 mg sehari, profilaksis 2 mg (Na-fosfat) (Tjay &
Rahardja, 2007).
Formulasi:
Formulasi Standar Formulasi I
R/ Riboflavin 0,25
Asam salisilat 0,175
Dinatrium hidrogen fosfat 0.225
Natrium salisilat 3,8
Ad aqua pro injectio 50 ml (Kemenkes, 1966)
Formulasi II
R/ Antalgin 15
Ad aqua pro injectio 50 ml (Kemenkes, 1966).
Cara Kerja :
Sterilisasi Alat
1. Menyuci alat-alat yang diperlukan.
2. Menyuci alat-alat dengan tepol , bilas, dan lap hingga kering.
3. Membungkus alat-alat dengan aluminium foil, kemudian memasukkan ke dalam kertas
perkamen.
4. Mensterilkan alat-alat gelas dalam oven dan alat-alat karet dalam autoklaf.
Pembuatan Sediaan :
 Riboflavin
1. Menimbang riboflavin sebanyak 0,275 gram.
2. Menimbang asam salisilat sebanyak 0,175 gram.
3. Menimbang diantrium hidrogen fosfat sebanyak 0,225 gram.
4. Menimbang natrium salisilat sebanyak 3,8 gram.
5. Meleburkan asam salisilat dalam cawan penguap.
6. Melarutkan riboflavin dengan aqua pro injeksi ad 5 mL, kemudian mencampurkan
dengan hasil leburan asam salisilat, aduk ad larut.
7. Menambahkan dinatrium hidrogen fosfat dan natrium salisilat ke dalam campuran
tersebut ad larut.
8. Menambahkan aqua pro injeksi pi ad 45 mL.
9. Menyaring larutan dengan kertas saring.
10.Memasukkan filtrat larutan injeksi riboflavin ke dalam vial 10 mL sebanyak 5 buah
vial.
 Antalgin
1. Menimbang antalgin sebanyak 16,5 gram.
2. Melarutkan antalgin dengan aqua pro injeksi ad 5 mL aduk ad larut.
3. Menambahkan dengan aqua pro injeksi ad 45 mL.
4. Menyaring larutan dengan kertas saring.
5. Memasukkan filtrate larutan injeksi antalgin ke dalam vial 10 mL sebanyak 5 buah
vial.
Evaluasi sediaan
Evaluasi yang dilakukan adalah uji kebocoran vial, uji pH, uji sterilitas dan uji
kejernihan pada sediaan yang dibuat.
1. Uji kebocoran vial dilakukan dengan cara vial yang berisi sediaan riboflain
(berwarna kuning) dan antalgin (bening) dimasukkan dalam beaker glass berisi
larutan metilen blue. Kemudian diamati kebocoran sediaan dengan
memperhatikan warna sediaan, jika terdapat kebocoran maka metilen blue akan
masuk kedalam vial. Hasil yang diperoleh vial memenuhi syarat uji kebocoran.

2. Uji pH dilakukan dengan menggunakan kertas pH yang dimasukkan ke dalam


sediaan kemudian diamati perubahan warna pada kertas pH dan dibandingkan
dengan tabel warna sehingga diketahui pH dari sediaan. Hasil yang diperoleh pH
riboflavin dan antalgin adalah memiliki pH 4.

3. Pengujian selanjutnya adalah pengujian kejernihan. Kejernihan merupakan


indikator kesterilan sediaan yang dibuat, karena sediaan steril umumnya jernih
(kecuali suspensi). Kejernihan dapat diamati dengan mata langsung atau
menggunakan penyinaran sehingga dapat dilihat kejernihan sediaan. Sediaan
riboflavin yang dibuat jernih dan berwarna kekuningan sedangkan sediaan
antalgin jernih dan berwarna lebih bening.
Sediaan steril yang dibuat telah memenuhi persyaratan uji kebocoran vial, uji
kejernihan dan uji pH namun sediaan steril injeksi riboflavin dan antalgin belum memenuhi
persyaratan uji sterilitas.
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil adalah:
1. Sediaan steril adalah sediaan yang bebas dari semua kontaminasi serta pertumbuhan
mikrooganisme baik bentuk vegetatif maupun spora serta bebas dari patogen dan pirogen.
2. Sediaan injeksi merupakan sediaan parenteral yang steril untuk mencegah terjadinya
infeksi dan gejala infeksi pada tubuh.
3. Sediaan volume kecil yang dibuat pada percobaan ini adalah injeksi riboflavin (B2) dan
antalgin (metampiron).
4. Sediaan steril yang dibuat memenuhi syarat uji kebocoran vial, uji kejernihan sediaan dan
uji pH namun tidak memenuhi syarat uji sterilitas.

Anda mungkin juga menyukai