Anda di halaman 1dari 5

TOPIK 6.

PERANCANGAN DAN EVALUASI SEDIAAN STERIL

TUGAS SAAT PRAKTIKUM

1. Penjelasan mengenai uji evaluasi sediaan steril

a. Uji Endotoksin
 Tujuan: untuk mendeteksi atau mengkuantitasi endotoksin bakteri yang mungkin
terdapat dalam sampel yang diuji. Menggunakan pereaksi Limulus Amebocyte
Lysale (LAL).
 Tipe teknik:
1) Tipe Jendal gel, penetapan titik akhir reaksi dilakukan dengan
membandingkan langsung enceran dari zat uji dengan enceran endotoksin
baku dan jumlah endotoksin dinyatakan dalam Unit Endotoksin (UE).
Kriteria penerimaan: Tabung reaksi dibalik, jika larutan tidak jatuh
maka terjadi jendal.
2) Tipe Fotometrik, terbagi menjadi dua yaitu turbidimetri berdasarkan
pembentukan kekeruhan dan kromogenik berdasarkan pada pembentukan
warna. Kedua tipe ini memerlukan pembuatan kurva baku dan kandungan
endotoksin dari zat uji. Dilakukan salah satu dari kedua jenis tersebut, jika
hasilnya ragu maka kembali menggunakan pengujian tipe jendal gel.

b. Uji Sterilitas (FI V: 1359)


 Media yang umum digunakan:
1) Tioglikolat, digunakan untuk pertumbuhan bakteri anaerob dan juga
untuk mendeteksi bakteri aerob. pH sterilisasi 7,1±0,2. Suhu inkubasi 30o-
35o dalam kondisi anaerob.
2) Soybean-Casein Digest, digunakan untuk pertumbuhan kapang dan
bakteri aerob. pH sterilisasi 7,3±0,2. Suhu inkubasi 22,5±2,5o

 Metode yang digunakan:


1) Penyaringan Membran, digunakan sediaan cairan yang mengandung
pengawet. porositas tidak lebih dari 0,45 μm. Setelah isi wadah yang diuji
disaring melalui membrane, tambahkan inoculum dari sejumlah kecil
mikroba ke dalam pembilas steril terakhir yang digunakan untuk membilas
penyaring.
2) Inokulasi Langsung, digunakan sediaan yang tidak mengandung
pengawet. Setelah isi wadah yang diuji dimasukkan ke dalam media,
tambahkan sejumlah kecil inoculum mikroba ke dalam media.
 Kriteria penerimaan: Jika terdapat kekeruhan maka positif adanya makteri
sehingga tidak memenuhi syarat dalam uji sterilitas.

c. Uji Pirogen (FI V: 1412)


 Tujuan: untuk membatasi risiko reaksi demam pada tingkat yang dapat diterima
oleh pasien pada pemberian sediaan injeksi. Pengujian meliputi pengukuran
kenaikan suhu kelinci setelah penyuntikan sediaan uji secara intravena dan
ditujukan untuk sediaan yang dapat ditoleransi oleh kelinci percobaan pada dosis
tidak lebih dari 10 ml per kg yang disuntikkan secara intravena dalam periode
tidak lebih dari 10 menit.
 Hewan uji: Kelinci dewasa yang sehat, satu ekor dalam satu kandang dengan
suhu 20o-23o.
 Prosedur: lihat FI V hal 1412
 Kriteria penerimaan: sediaan memenuhi persyaratan apabila tidak satupun
kelinci yang menunjukkan kenaikan suhu 0,5o atau lebih. Bila kelinci
menunjukkan kenaikan suhu 0,5o atau lebih, maka dilakukan pengujian kembali
menggunakan 5 ekor kelinci lain. Memenuhi persayaratan apabila tidak lebih dari
3dari 8 kelinci menunjukkan kenaikan suhu 0,5o atau lebih dan jumlah kenaikan
suhu maksimum 8 kelinci tidak melebihi 3,3o.

d. Uji pH (FI V hal 1563)

Sesuai Monografi.

e. Uji Kejernihan
 Prinsip : Perbandingan larutan uji dengan larutan suspensi padanan.
 Prosedur (menggunakan metode visual): Bandingkan larutan uji dengan larutan
suspense padanan masing-masing dalam tabung reaksi dibawah cahaya yang
terdifusi 5 menit setelah pembuatan suspense padanan dengan tegak lurus kea rah
bawah tabung menggunakan latar belakang berwarna hitam.
 Kriteria penerimaan: Larutan dianggap jernih apabila sama dengan larutan
pembanding yang digunakan dengan kondisi yang dipersyaratkan.

f. Uji Kebocoran (Tidak ada di FI)

g. Penetapan volume injeksi pada wadah (FI V hal 1570)

Prosedur:
1) Pilih salah satu atau lebih wadah, bila volume 10 ml atau lebih,
2. Cara kerja Aseptis
 Ruang kerja LAF terdiri dari 3 area, area Kotor (kiri), area Kerja (tengah) dan
area bersih (kanan).
3. Praktek Cuci tangan
4. Praktek memakai baju steril
5. Praktek memakai Glove steril
6. Praktek filling dan sterilitas membran
 Praktek filling tetes mata
- Menggunakan baju steril, masker dan glove steril
- Tangan disemprot dengan alkohol 70%
- Area LAF di bersihkan dengan alcohol swap
- Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dan disemprot menggunakan
alkohol untuk memasukkan dalam area bersih LAF.
- Dibuka kasa steril dengan pinset sebagai alas di area kerja
- Lakukan filling sediaan tetes mata dengan mengambil sediaan dengan spuit dalam
vial kemudian jarum spuit diganti dengan membran filter dan selanjutnya di filter
sediaan dengan memasukkan dalam botol tetes mata.

 Praktek uji sterilitas


- Diambil sebanyak 3 ml sediaan dengan spuit
- Diganti jarum spuit dengan membrane filter dibuang dalam buangan
- Dibuka membrane filter, dan diambil membrane menggunakan piset, dipotong
menjadi dua bagian dan dimasukkan ditanam dalam media yang berbeda,
kemudian media dinkubasi dalam suhu inkubasi sesuai dengan yang ada di FI V.
TOPIK 11. COMPOUNDING SEDIAAN FARMASI STERIL

TUGAS SAAT PRAKTIKUM

Alat dan Bahan:

 Wadah kuning: pembuangan limbah runcing seperti spuit, ujung ampul.


 Sarung tangan steril
 Sarung tangan non steril
 Masker
 NS 15% (lebih pekat dari 0,9%, dan NS 15% termasuk high alert) perbedaan keduanya
karena kondisi pemberiannya.
 D5% 500 ml
 WFI digunakan untuk rekonstitusi, dapat juga menggunakan HCl
 Ampul ranitidine
 Spuit
 Injeksi Ceftriaxone
 Kasa steril
 Kapas an betadine disediakan jika mengalami cedera.
1. Mematahkan ampul ranitidine
 Terdapat 2 teknik:
2. Membuat infus 500 ml D5 ½ NS dari D5 dan NS 15%.
 jumlah volume NS 15% yang dibutuhkan yaitu

V1 x P1 = V camp x P camp
V1 x 15% = 500 ml x 0,45%
V1 = 225/15%
V1 = 15 ml
Sehingga, jumlah NS yang diambil yaitu 15 ml
 D5 yang perlu dibuang dengan spuit adalah 15 ml (melalui tulisan out pada tutup
karet D5%)
 Diambil 15 ml NS 15% dengan spuit (melalui tulisan out pada tutup karet NS)
 Dimasukkan 15 ml dalam D5% ( melalui tulisan in pada tutup karet)
3. Melarutkan serbuk injeksi kering ceftriaxone 1 g dengan cairan yang sesuai
 Diambil WFI sebanyak 9,6 ml menggunakan spuit
 Dimasukkan WFI dalam spuit yang telah diambil ke dalam vial ceftriaxone dengan
tenik noncoring.
4. Mencampur injeksi ceftriaxone dan ranitidine dengan infus 500 ml D5% ½ NS
 Diambil ceftriaxone yang telah dilarutkan dalam WFI dengan spuit
 Dicampurkan ceftriaxone ke dalam D5 ½ NS
 Diambil ranitidine dengan menggunakan spuit
 Dicampurkan ranitidine ke dalam D5 ½ NS
 Dihomogenkan D5 ½ NS.

Anda mungkin juga menyukai