Formulasi
R/ Chloramphenicol 500 mg
Boric Acid 1,5 g
Borax 300 mg
Phenyl Mercuric Nitrate 2 mg
WFI ad 100 ml
Jawaban :
A. Persyaratan, prosedur evaluasi, dan kriteria penerimaan sediaan steril
1. Persyaratan : Steril, bebas partikel asing, bebas pirogen, stabilitas, tonisitas,
kejernihan, mempunyai pH yang sesuai
2. Prosedur Evaluasi
Penetapan pH (FI V, 1563) :
a. pH meter dikalibrasi terlebih dahulu dengan larutan dapar
b. pH meter dimasukkan ke wadah yang berisi sampel uji lalu ditunggu sampai
angka konstan
Kejernihan larutan (FI V, 1521)
Metode Visual
Dilakukan penetapan menggunakan tabung reaksi alas datar dengan diameter
dalam 15-25 mm, tidak berwarna, transparan dan terbuat dari kaca netral.
Larutan uji dibandingkan dengan suspensi padanan yang dibuat segar, setinggi
40 mm.
Kedua larutan dibandingkan di bawah cahaya yang terdifusi 5 menit setelah
pembuatan suspensi padanan tegak lurus ke arah bawah tabung menggunakan
latar belakang berwarna hitam.
Difusi cahaya harus sedemikian rupa sehingga suspensi padanan I dapat
dibedakan dari air dan suspense padanan II dapat dibedakan dari suspense
padanan I.
Homogenitas : Dapat ditentukan berdasarkan jumlah partikel maupun distribusi
ukuran partikelnya dengan pengambilan sampel pada berbagai tempat
menggunakan mikroskop untuk hasil yang lebih akurat atau jika sulit dilakukan
atau membutuhkan waktu yang lama, homogenitas dapat ditentukan secara
visual
(Goeswin Agus, Teknologi farmasi liquida dan semisolida, 127)
Uji organoleptik : Mengamati penampilan sediaan dari segi bau dan warna
secara makroskopis.
(Kemenkes, Praktikum Teknologi Sediaan Steril, Modul Bahan Ajar Cetak
Farmasi, hal. 242)
Uji Volume Terpindahkan (FI V, hal 1614)
- Dipilih 30 wadah lalu dipilih 10 wadah dari 30 wadah dan dikocok satu per
satu
- Dituang perlahan-lahan isi dari tiap wadah ke dalam gelas ukur tidak lebih
dari dua setengah kali volume yang diukur dan telah dikalibrasi
- Setelah dituang lalu didiamkan 30 menit untuk wadah dosis ganda dan 5
menit untuk wadah dosis tunggal, kecuaali dinyatakan lain dalam monografi
- Diukur volume dari tiap campuran. Sediaan volume kecil dalam wadah dosis
tunggal, volume dapat dihitung dengan cara berikut:
a. Dikeluarkan isi dari wadah ke dalam wadah yang sesuai dan telah ditara
b. Ditentukan bobot isi dari wadah
c. Dihitung volume setelah penetapan bobot jenis
Uji Kebocoran : Untuk cairan bening tidak berwarna (a) wadah takaran tunggal
yang masih panas setelah selesai disterilkan, dimasukkan ke dalam larutan
metilen biru 0,1%. Jika ada wadah yang bocor maka larutan metilen biru akan
masuk ke dalam karena perubahan tekanan di luar dan di dalam wadah tersebut
sehingga larutan dalam wadah akan berwarna biru. Untuk cairan yang berwarna
(b) lakukan dengan posisi terbalik, wadah takaran tunggal ditempatkan diatas
kertas saring atau kapas. Jika terjadi kebocoran, maka kertas saring atau kapas
akan basah. (c) wadah-wadah yang tidak dapat disterilkan, kebocorannya harus
diperiksa dengan memasukkan wadah-wadah tersebut dalam eksikator, yang
kemudian divakumkan. Jika ada kebocoran larutan akan diserap keluar. Harus
dijaga agar jangan sampai larutan yang telah keluar, diisap kembali jika vakum
dihilangkan. (Goeswin Agoes, Larutan Parenteral, 191)
Cuci tangan secara menyeluruh di sarana cuci tangan yang disediakan dengan
menggunakan sabun cair yang disediakan. Gunakan sikat yang disediakan bila sela kuku kotor,
Sikat sampai sela kuku bersih. Kuku harus pendek pada waktu cuci tangan.
1. Basahi tangan dengan air kran. Tuangkan sabun cair di telapak tangan, gosok.
2. Gosok ujung jari di telapak tangan sisi lain secara bergantian.
3. Gosok kedua telapak tangan satu dengan yang lain.
4. Silangkan jari-jari dan gosok
5. Gosok punggung tangan kanan dengan telapak tangan kiri bergantian.
6. Laksanakan hal serupa secara bergantian.
7. Gosok jari tangan kanan secara teliti dengan tangan kiri.
8. Laksanakan hal serupa bergantian.
9. Gosok kedua pergelangan tangan secara bergantian.
10. Siram dengan air kran untuk menghilangkan semua sisa sabun.
11. Keringkan tangan dengan alat pengering tangan yang disediakan.
b. Berganti pakaian (ppop, hal 688)
kaca mata pelindung
- masker
- sarung tangan steril
- -shoe cover
PROSEDUR TETAP BERGANTI PAKAIAN
a. Memasuki ruangan steril harus melalui ruangan-ruangan ganti pakaian dimana pakaian
biasa diganti dengan pakaiAn pelindung khusus untuk mengurangi pencemaran jasad
renik dan partikel.
b. Pakaian steril hendaklah disimpan dan ditangani sedemikian rupa setelah dicuci dan
disterilkan untuk mengurangi rekontaminasi jasad renik dan debu.
c. Ruangan Ganti Pakaian Pertama
Mula-mula pakain biasa dilepaskan diruang ganti pakaian pertama. Arloji dan
perhiasan dilepaskan dan disimpan atau diserahkan kepada petugas yang ditunjuk.
Pakaian dan sepatu hendaklah dilepas dan disimpan pada tempat yang telah disediakan.
d. Ruangan Ganti Pakaian Kedua
Petugas hendaklah mencuci tangan dan lengan hingga siku tangan dengan larutan
desinfektan (yang setiap minggu diganti). Kaki hendaklah dicuci dengan sabun dan air
dan kemudian dibasuh dengan larutan desinfektan.
Tangan dan lengan dikeringkan dengan pengering tangan listrik otomatis. Sepasang
pakaian steril diambil dari bungkusan dan dipakai dengan cara berikut.
1. masuk ke ruang ganti white area, buka pintu dengan siku
2. sebelum memulai , buang pembungkus bila ada pada bench
3. desinfeksi sarung tangan dengan cairan desifektan
4. pilih baju steril dengan ukuran yang sesuai
5. atur perlengkapan pada bench, usahakan tidak saling bertumbuk
6. desinfeksi sarung tangan dengan cairan desifektan
7. gunakan sarung kepala steril
8. desinfeksi sarung tangan dengan cairan desifektan
9. gunakan masker
10. desinfeksi sarung tangan dengan cairan desifektan
11. gunakan baju coverall steril
12. desinfeksi sarung tangan dengan cairan desifektan
13. gunakan shoe cover steril
14. langkahkan kaki yang telah memakai shoe cover pada area bersih
15. gunakan shoe cover satunya pada area bersih
16. desinfeksi sarung tangan dengan cairan desifektan
17. gunakan kacamata pelindung, pastikan kacamata menutupi penutup kepala steril
18. desinfeksi sarung tangan dengan cairan desifektan
19. gunakan sarung tangan steril sesuai prosedur
20. desinfeksi akhir sarung tangan dengan cairan desifektan
catatan:
Penutup kepala hendaklah menutupi seluruh rambut dan diselipkan ke dalam leher baju
terusan. Penutup mulut hendaklah juga menutupi janggut. Penutup kaki hendaklah
menyelubungi seluruh kaki dan ujung kaki.
Celana atau baju terusan (overall) diselipkan ke dalam penutup kaki. Penutup kaki
diikat sehingga tidak turun waktu bekerja. Ujung lengan baju hendaklah diselipkan ke
dalam sarung tangan. Kaca mata pelindung dipakai pada tahap akhir ganti pakaian.
Membuka pintu untuk memasuki ruang penyangga udara dan ruang steril hendaklah
dengan menggunakan siku tangan dan mendorongnya.
2. Preformulasi Eksipien
a. Asam Borat
Asam borat berupa bubuk kristal putih atau kristal putih, higroskopis,
Pemerian tidak berwarna
(Farmakope Indonesia, Edisi 3, Hal. 49)
Larut dalam 20 bagian air, dalam 3 bagian air mendidih, dalam 16
Kelarutan bagian etanol (95%) P dan dalam 5 bagian gliserol P
(Farmakope Indonesia, Edisi 3, Hal. 49)
x = 4,5 ml
Untuk mendapatkan borax 45 mg, maka harus memipet sebanyak 4,5 ml larutan
borax dalam fenil merkuri nitrat.
Fenil merkuri nitrat = 2 mg/100 ml x 15 ml = 0,3 mg
x = 0,3 ml
Pengenceran dilakukan dengan menimbang 50 mg lalu dilarutkan dalam aq for
injeksi ad 50 ml kemudian dipipet 0,3 ml.
Water for injection
Aq pro injeksi ditambahkan ad 15 ml
Vol yang tertera pada sediaan = 10 ml
Menurut FI IV, untuk cairan encer dengan volume 10 ml maka kelebihan volume
yang dianjurkan adalah 0,5 ml. Jadi sediaan yang dimasukkan pada botol adalah
10,5 ml.
6. Persiapan alat, bahan dan wadah (Kemenkes, Praktikum Teknologi Sediaan
Steril, Modul Bahan Ajar Cetak Farmasi, hal. 214)
Waktu
Nama alat Cara sterilisasi
sterilisasi
Beaker glass 100 ml Sterilisasi panas kering dengan Oven pada 1 jam
suhu 170˚C
Beaker glass 50 ml Sterilisasi panas kering dengan Oven pada 1 jam
suhu 170˚C
Gelas ukur 100 ml Sterilisasi panas basah dengan autoklaf 15 menit
pada suhu 121˚C
Gelas ukur 10 ml Sterilisasi panas basah dengan autoklaf 15 menit
pada suhu 121˚C
Kaca arloji Sterilisasi panas kering dengan Oven pada 1 jam
suhu 170˚C
Batang pengaduk Sterilisasi panas kering dengan Oven pada 1 jam
suhu 170˚C
Erlenmeyer 100 ml Sterilisasi panas basah dengan autoklaf 15 menit
pada suhu 121˚C
Corong Sterilisasi panas kering dengan Oven pada 1 jam
suhu 170˚C
Kertas saring Sterilisasi panas kering dengan Oven pada 1 jam
suhu 170˚C
Pipet tetes Sterilisasi panas kering dengan Oven pada 1 jam
suhu 170˚C
Karet pipet Direndam dengan alkohol 70% 24 jam 24 jam
Spatel Sterilisasi panas kering dengan Oven pada 1 jam
suhu 170˚C
Kertas perkamen Sterilisasi panas kering dengan Oven pada 1 jam
suhu 170˚C
Tutup karet Direndam dengan alkohol 70% 24 jam
Aluminium foil Sterilisasi panas kering dengan Oven pada 1 jam
suhu 170˚C
Membran filter 0,22 µm Sterilisasi panas kering dengan Oven pada 1 jam
suhu 170˚C
Membran filter 0,45 µm Sterilisasi panas kering dengan Oven pada 1 jam
suhu 170˚C
Buret Sterilisasi panas basah dengan autoklaf 15 menit
pada suhu 121˚C
c. Sediaan disterilisasi dengan menggunakan filtrasi membran
7. Prosedur pembuatan
Ruang Prosedur
(Ruang sterilisasi) 1. Semua alat dan wadah disterilisasi
dengan cara masing-masing.
a. Gelas kimia, pipet tetes, batang
pengaduk, spatel, kaca arloji, corong,
membran filter 0,2 µm dan 0,45 µm,
kertas saring, aluminium foil, dan
kertas perkamen disterilisasi dengan
oven pada suhu 170˚C selama 1 jam.
b. Gelas ukur, erlenmeyer, buret, dan
botol 100 ml disterilisasi dengan
autoklaf pada suhu 121˚C selama 15
menit.
c. Karet pipet tetes, tutup karet, wadah
OTM dan tutup wadah OTM direndam
dengan alkohol 70% selama 24 jam.
Catatan: gelas kimia dikalibrasi terlebih
dahulu sebelum disterilisasi
2. Bahan disterilisasi dengan cara
masing-masing.
a. Asam borat 1,5 g yang
disterilkan dengan oven 170oC
b. Boraks 300 mg yang disterilkan
dengan oven 170oC
c. Fenil Merkuri Nitrat 2 mg yang
disterilkan dengan oven 170oC
3. Pembuatan air steril pro injeksi
100 ml Aquadest yang disterilkan
dengan Autoklaf pada suhu 121˚C
selama 15 menit
(Ruang penimbangan) 1. Lakukan penimbangan untuk
masing-masing bahan
a. Asam borat ditimbang sebanyak 225
g menggunakan kaca arloji steril,
ditutup dengan aluminium foil dan
diberi label.
b. Borax ditimbang sebanyak 50 mg
menggunakan kaca arloji steril,
ditutup dengan aluminium foil dan
diberi label.
c. Kloramfenikol ditimbang sebanyak
75 mg menggunakan kaca arloji
steril, ditutup dengan aluminium foil
dan diberi label.
d. Fenil merkuri nitrat dibuat dengan
dengan menimbang 50 mg lalu
dilarutkan dalam aq for injeksi ad 50
ml kemudian dipipet 0,3 ml
2. Kaca arloji dan cawan penguap yang
berisi bahan yang telah ditimbang
dan telah ditutup dengan aluminium
foil.
(Ruang pencampuran kelas C) 1. Pembuatan dapar borat pH 7,0
a. Siapkan water for injection;
b. Fenil merkuri nitrat dilarutkan
dalam fenil merkuri nitrat;
c. Asam borat dan borax yang telah
ditimbang dimasukkan ke dalam
beaker glass dan dilarutkan
dengan menggunakan fenil
merkuri;
d. Larutan dapar borat yang telah
dibuat di cek pH nya
menggunakan indikator pH
universal.
2. Pembuatan sediaan tetes mata
a. Kloramfenikol, dilarutkan
dengan larutan dapar borat yang
sudah dibuat, diaduk dan
dipanaskan diatas hot plate suhu
45oC sampai larut
b. Ditambahkan fenil merkuri
nitrat, aduk, cek pH
c. Disaring dengan membran
membrane filter 0,22 µm
(CPOB,2018) yang telah
disterilisasi di LAF
d. Masukkan ke dalam botol dan
tutup botol
(Ruang pengisian kelas A latar 1. Siapkan buret steril dan lakukan
belakang B) pembilasan dengan menggunakan
sediaan sampai semua bagian dalam
buret terbasahi;
2. Larutan dituang ke dalam buret
steril. Ujung bagian atas buret
ditutup dengan aluminium foil;
3. Sebelum diisikan ke dalam botol
tetes mata, jarum buret steril
dibersihkan dengan kapas yang telah
dibasahi alkohol 70%.
4. Isi setiap botol tetes mata dengan
larutan sebanyak 10,5 ml.
5. Pasangkan tutup botol tetes mata.
(Ruang evaluasi) 1. Dilakukan evaluasi sediaan yang
meliputi :
a. Evaluasi IPC
- Pemeriksaan pH
- Uji kejernihan dan warna
- Kejernihan larutan
b. Evaluasi sediaan akhir
1. Evaluasi fisik
- Organoleptik
- Uji kejernihan
- Penetapan pH
- Uji volume terpindahkan
- Uji Kebocoran
2. Evaluasi biologi
- Uji sterilitas
2. Sediaan diberi etiket dan brosur
kemudian dikemas dalam wadah
sekunder.
8. Evaluasi sediaan
a. organoleptis : dengan menggunakan panca indra kita dapat mengevaluasi rasa,
bau dan warna ( jernih, tidak berbau dan tidak berwarna.
b. Uji kejernihan :
- Masukkan sampel dan pelarut pembanding 2 tabung yang berbeda
- Bandingkan selama 5 menit dengan latar belakang hitam lalu amati
tegak lurus ke arah bawah tabung
- Syarat : cairan dapat dikatakan jernih apabila kejernihannya sama
dengan kejernihan air atau pelarut yang dipakai
c. Uji Volume Terpindahkan (FI V, hal 1614)
- tuang perlahan isi cairan dari wadah kedalam gelas ukur secara hati-hati
untuk menghindarkan pembentukan gelembung udara
- lihat hasilnya apakah sesuai dengan volume sebelumnya / volume yang
ditentukan
- Syarat : volume rata-rata yang diperoleh dari 10 wadah tidak kurang dari
100% dan tidak ada satupun wadah yang kurang dari 95% dari volume
yang dinyatakan pada etiket.
d. Uji kebocoran
- Uji kebocoran dilakukan dengan cara membalikkan botol sediaan tetes
mata dengan mulut botol menghadap kebawah
- Diamati ada tidaknya cairan yang keluar menetes dari botol
e. uji PH (FI V, hal 687)
- Pengecekan pH dilakukan dengan menggunakan pH meter atau kertas
indikator universal
- Syarat : 7,0 – 7,5