KELOMPOK: 1
KELAS A
Ari Esta Enggar Jati 201910410311005
Fadia Prajayanti Sekar Ayu 201910410311007
Anggarda Pramudya 201910410311019
Risma Aulia Hernanda 201910410311028
Maulidaturrahmah 201910410311037
Nur Ifta Mufidah 201910410311046
DOSEN PEMBIMBING:
Apt. DIAN ERMAWATI, M.Farm.
Dra. Apt. USWATUN CHASANAH, M.Kes.
Apt. RADITYA WEKA NUGRAHENI, M.Farm.
Apt. DYAH RAHMASARI, M. Farm.
Uji sterilitas merupakan suatu cara pengujian untuk mengetahui suatu sediaan
atau bahan farmasi atau alat-alat kesehatan yang dipersyaratkan harus dalam keadaan
steril. Pengujian sterilitas dilaksanakan pada kondisi aseptik. Untuk mencapai kondisi
tersebut, lingkungan pengujian harus dibuat sama seperti ketika uji sterilitas dilakukan.
Tindakan pencegahan untuk mencegah kontaminasi tidak boleh mempengaruhi
mikroba yang ada dalam pengujian. Kondisi pengerjaan, ketika uji dilakukan dimonitor
secara berkala dengan melakukan sampling yang sesuai pada area kerja dan kontrol
yang sesuai (FI Edisi VI Hal. 1832).
2.2 Lidokain
Lidokain (2-dietilamno-N-2,6 dimetilfenil asetamid) adalah prototipe dari
anastesi lokal amino-amid. Lidokain memiliki efek analgesik anti-hiperalgesik dan anti
inflamasi, yang sering digunakan sebagai adjuvan anastesi umum. Lidokain sangat
penting dalam menurunkan nosiseptif dan respon kardiovaskular setelah operasi, dan
nyeri post-operatif dan atau analgetik. Namun, mekanismenya belum diketahui dengan
jelas sampai saat ini. Lidokain merupakan basa lemah (molekul kation dengan pKa 7,9)
dan kelarutannya dalam air lemah. Setelah pemberian intravena, lidokain mengalami
mengalami distribusi ke organ-organ yang tinggi vaskularisasi (otak, ginjal, dan
jantung), dan kemudian ke organ-organ yang kurang vaskularisasinya (kulit, otot
rangka, dan jaringan lemak).
Indikasi lain yang tak kalah pentingnya adalah pofilaksis atau penatalaksanaan
aritmia ventrikular. Mekanisme kerjanya sebagai antiaritmia memiliki efek langsung
pada berkas Purkinje jantung. Dengan menurunkan aktivitas fase 4 pada mekanisme
aksi potensial, lidokain menurunkan automatisasi jantung. Efek antinosisepsi bekerja
melalui blokade kanal Na dan K secara langsung serta memblok reseptor dopamin dan
reseptor muskarinik presinapsis, anastesi lokal juga menunjukkan blokade Na dan K
secara langsung pada tingkat medula spinalis, yang secara khusus menargetkan neuron
di kornu dorsalis. Mekanisme – mekanisme ini bekerja pada tingkat molekular
(Weinberg et al, 2015; Bill et al, 2004; Estate, 2008).
BAB III
PROSEDUR KERJA
Cara pembuatan :
1. Campur dan panaskan hingga larut L-Sistin P, natrium klorida P, dekstrosa,
yeast extract dan pancreatic digest of casein dalam air murni.
2. Larutkan natrium tioglikolat P atau asam tioglikolat P ke dalam larutan dan
atur pH hingga setelah sterilisasi 7,1 ± 0,2 dengan penambahan natrium
hidroksida 1 N.
3. Jika diperlukan penyaringan, panaskan kembali larutan tanpa mendidih, dan
saring selagi panas melalui kertas saring yang telah dibasahkan.
4. Tambahkan larutan natrium resazurin P, campur dan tempatkan media dalam
tabung yang sesuai, yang memberikan perbandingan permukaan dengan
kedalaman media sedemikian rupa sehingga tidak lebih dari setengah bagian
atas media yang mengalami perubahan warna sebagai indikasi masuknya
oksigen pada akhir masa inkubasi.
5. Sterilisasi menggunakan proses yang telah divalidasi.
6. Jika media disimpan, maka simpan pada suhu antara 2º dan 25º dalam wadah
steril tertutup rapat.
7. Jika lebih dari sepertiga bagian atas media terjadi warna merah muda, media
dapat diperbaiki kembali dengan pemanasan diatas tangas air atau dalam uap
air yang mengalir bebas hingga warna merah muda hilang, dan dinginkan
secepatnya, cegah masuknya udara tidak steril ke dalam wadah. Media tidak
boleh digunakan lebih lama dari waktu penyimpanan yang telah tervalidasi.
8. Media Cair Tioglikolat diinkubasi pada suhu 30° - 35°.
9. Untuk sediaan yang mengandung pengawet raksa yang tidak dapat diuji
menggunakan metode Penyaringan membran.
10. Media Cair Tioglikolat diinkubasi pada suhu 20° - 25° sebagai pengganti
“Soybean Casein Digest Medium” yang telah tervalidasi yang tertera pada uji
Fertilitas Anaerob, Aerob dan Kapang
2. Media Tioglikolat Alternatif (FI VI, hal 1833)
Media tioglikolat alternatif digunakan sebagai media pertumbuhan bakteri
terutama pada alat yang mempunyai lumen kecil. Media ini cara pembuatannya
sama dengan media cair tioglikolat hanya saja tidak menggunakan agar P dan
larutan natrium resazurin P.
Cara Pembuatan :
1. Panaskan semua bahan dalam wadah yang sesuai hingga larut.
2. Campur dan jika perlu pH larutan hingga setelah sterilisasi 7,1 ± 0,2
menggunakan natrium hidroksida.
3. Saring jika perlu, tempatkan dalam tabung yang sesuai dan sterilisasi dengan
uap air.
4. Media dibuat segar, dipanaskan ditangas uap dan didinginkan saat akan
digunakan. Tidak boleh dipanaskan kembali.
5. Gunakan media tioglikolat alternatif dengan cara yang menjamin kondisi
anaerob selama masa inkubasi.
● Media tioglikolat alternatif dapat digunakan jika sudah disetujui.
● Buat campuran menggunakan komposisi sama seperti media cair tioglikolat
tetapi tidak menggunakan agar P dan larutan natrium rezasurin P. sterilkan
seperti diatas.
● pH setelah sterilisasi 7,1 ± 0,2.
● Panaskan dalam tangas air sebelum digunakan dan diinkubasi pada suhu
30°C-35°C dalam kondisi anaerob.
3. Soybean-Casein Digest Medium (FI VI, hal 1833)
Soybean-Casein Digest Medium merupakan media yang digunakan
sebagai pertumbuhan kapang dan bakteri aerob.
Cara pembuatan :
1. Larutkan semua bahan padat dalam air murni, hangatkan hingga larut.
2. Dinginkan larutan hingga suhu ruang, dan jika perlu atur pH larutan hingga
setelah sterilisasi 7,3 ± 0,2 dengan penambahan natrium hidroksida 1N.
3. Jika perlu saring hingga jernih, bagikan dalam wadah-wadah yang sesuai dan
sterilisasi menggunakan proses yang telah divalidasi.
4. Simpan pada suhu antara 2º dan 25º dalam wadah steril dan tertutup baik,
kecuali jika segera digunakan.
5. Media tidak boleh digunakan lebih lama dari waktu penyimpanan yang telah
tervalidasi.
6. Soybean Casein DigestMedium diinkubasi pada 22,5 ± 2,5º.
Depkes RI. (2020). Farmakope Indonesia Edisi VI. In Departemen Kesehatan Republik
Indonesia