Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM FARMASETIKA SEDIAAN STERIL


UJI STERILITAS (LIDOCAINE HCL)
Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktikum Farmasetika Sediaan Steril

KELOMPOK: 1
KELAS A
Ari Esta Enggar Jati 201910410311005
Fadia Prajayanti Sekar Ayu 201910410311007
Anggarda Pramudya 201910410311019
Risma Aulia Hernanda 201910410311028
Maulidaturrahmah 201910410311037
Nur Ifta Mufidah 201910410311046

DOSEN PEMBIMBING:
Apt. DIAN ERMAWATI, M.Farm.
Dra. Apt. USWATUN CHASANAH, M.Kes.
Apt. RADITYA WEKA NUGRAHENI, M.Farm.
Apt. DYAH RAHMASARI, M. Farm.

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sterilitas dapat didefinisikan sebagai bebas dari keberadaan mikroorganisme


yang hidup.Uji sterilitas merupakan suatu pengujian yang dilakukan untuk mengetahui
ada tidaknya mikroorganisme hidup atau yang mempunyai daya hidup dalam suatu
sediaan yang disterilkan. Dengan demikian sediaan dan peralatan tersebut harus bebas
dari mikroorganisme. Menurut Farmakope edisi VI, uji sterilitas digunakan untuk
menetapkan apakah suatu bahan,sediaan,alat yang diharuskan steril memenuhi syarat
sesuai dengan uji sterilitas seperti yang tertera pada masing-masing monografi, dimana
untuk penggunaannya sesuai dengan prosedur pengujian sterilitas sebagai bagian
pengawasan mutu pabrik, seperti tertera dalam sterilisasi dan jaminan sterilitas bahan.
Tujuan proses sterilisasi adalah untuk menghancurkan semua mikroorganisme di
dalam atau di atas permukaan suatu benda atau sediaan dan menandakan bahwa alat
untuk sediaan tersebut bebas dari resiko untuk menyebabkan infeksi.
Prinsip uji sterilitas adalah menginokulasikan atau membiakan mikroorganisme
yang terdapat di dalam sediaan uji pada media perbenihan yang sesuai. Uji sterilitas
dapat dilakukan pada sediaan obat seperti injeksi, obat sediaan tetes mata, infus maupun
pada alat kesehatan seperti kasa steril, jarum suntik, benang bedah dan lain-lain. Pada
percobaan kali ini bahan uji yang digunakan menggunakan sediaan injeksi Lidocaine
HCL 2 ml. Menurut World Federartion of Societies of Anaesthesiologist (WFSA)
Lidokain merupakan obat antiartimia yang juga berperan sebagai agen anestesi lokal
intravena pilihan pada penanganan pasca operasi dikarenakan waktu paruhnya yang
sangat singkat. Pemberian secaranya secara intravena memberikan efek analgesia,
antihiperalgesia, dan antiinflamasi.
Pada percobaan uji sterilitas kali ini, bahan uji yang digunakan menggunakan
sediaan injeksi Lidocaine HCL 2 ml. Lidocaine merupakan obat yang digunakan untuk
menghilangkan rasa sakit atau memberikan efek mati rasa pada bagian tubuh tertentu
(obat bius lokal).
1.2 Tujuan
Untuk menjamin bahwa tidak ada kontaminasi mikroba yang ditemukan dalam sampel
di bawah kondisi pengujian. Uji sterilitas dilakukan pada bahan, sediaan, alat sesuai
dengan farmakope yang dipersyaratkan harus steril (FI VI, hal 1832).
BAB II
TINJAUAAN PUSTAKA

2.1 Definisi Uji Sterilitas

Uji sterilitas merupakan suatu cara pengujian untuk mengetahui suatu sediaan
atau bahan farmasi atau alat-alat kesehatan yang dipersyaratkan harus dalam keadaan
steril. Pengujian sterilitas dilaksanakan pada kondisi aseptik. Untuk mencapai kondisi
tersebut, lingkungan pengujian harus dibuat sama seperti ketika uji sterilitas dilakukan.
Tindakan pencegahan untuk mencegah kontaminasi tidak boleh mempengaruhi
mikroba yang ada dalam pengujian. Kondisi pengerjaan, ketika uji dilakukan dimonitor
secara berkala dengan melakukan sampling yang sesuai pada area kerja dan kontrol
yang sesuai (FI Edisi VI Hal. 1832).

2.2 Lidokain
Lidokain (2-dietilamno-N-2,6 dimetilfenil asetamid) adalah prototipe dari
anastesi lokal amino-amid. Lidokain memiliki efek analgesik anti-hiperalgesik dan anti
inflamasi, yang sering digunakan sebagai adjuvan anastesi umum. Lidokain sangat
penting dalam menurunkan nosiseptif dan respon kardiovaskular setelah operasi, dan
nyeri post-operatif dan atau analgetik. Namun, mekanismenya belum diketahui dengan
jelas sampai saat ini. Lidokain merupakan basa lemah (molekul kation dengan pKa 7,9)
dan kelarutannya dalam air lemah. Setelah pemberian intravena, lidokain mengalami
mengalami distribusi ke organ-organ yang tinggi vaskularisasi (otak, ginjal, dan
jantung), dan kemudian ke organ-organ yang kurang vaskularisasinya (kulit, otot
rangka, dan jaringan lemak).

Indikasi pemberian lidokain meliputi anastesi lokal, neuraxial, regional dan


periferal dengan pemberian infiltrasi, blok, dan topikal, atau dengan profilaksis pada
kejadian aritmia ventrikuler. Mirip dengan anastesi lokal lainnya, mekanisme lidokain
sebagai anastesia lokal maupun regional adalah dengan blokade serat saraf. Lidokain
berikatan dengan kanal natrium, yang menyebabkan perbahan yang menghambat
influx sodium sementara, sehingga menyebabkan depolarisasi. Semua membran
potensial akan dipengaruhi, dimana membran saraf sensoris akan terblok terlebih dulu
karena lebih tipis, tidak bermielin, dan lebih mudah dipenetrasi. Onset kerjanya cepat
dalam blok saraf, tergantung pada dosis yang diberikan, konsentrasi yang digunakan,
saraf yang diblokade, dan status pasien, dan mampu bertahan sampai 5 jam setelah
pemberian sebagai blok saraf perifer (Weinberg et al, 2015; Bill et al, 2004; Estate,
2008).

Indikasi lain yang tak kalah pentingnya adalah pofilaksis atau penatalaksanaan
aritmia ventrikular. Mekanisme kerjanya sebagai antiaritmia memiliki efek langsung
pada berkas Purkinje jantung. Dengan menurunkan aktivitas fase 4 pada mekanisme
aksi potensial, lidokain menurunkan automatisasi jantung. Efek antinosisepsi bekerja
melalui blokade kanal Na dan K secara langsung serta memblok reseptor dopamin dan
reseptor muskarinik presinapsis, anastesi lokal juga menunjukkan blokade Na dan K
secara langsung pada tingkat medula spinalis, yang secara khusus menargetkan neuron
di kornu dorsalis. Mekanisme – mekanisme ini bekerja pada tingkat molekular
(Weinberg et al, 2015; Bill et al, 2004; Estate, 2008).
BAB III
PROSEDUR KERJA

3.1 Komposisi Media dan Cara Pembuatan


Media yang dapat digunakan untuk pengujian (FI VI, Hal 1832) : Media
Tioglikolat Cair (Fluid Thioglycollate Medium), digunakan sebagai media pertumbuhan
bakteri anaerob, termasuk juga untuk mendeteksi bakteri aerob, Media Tioglikolat
Alternatif, digunakan untuk menumbuhkan bakteri terutama pada alat yang memiliki
lumen kecil dan “Soybean-Casein Digest Medium” digunakan untuk pertumbuhan
kapang dan bakteri aerob.

1. Media Cair Tioglikolat (FI VI, hal 1832)


Media cair tioglikolat digunakan sebagai media pertumbuhan bakteri
anaerob, termasuk juga untuk mendeteksi bakteri aerob.

Cara pembuatan :
1. Campur dan panaskan hingga larut L-Sistin P, natrium klorida P, dekstrosa,
yeast extract dan pancreatic digest of casein dalam air murni.
2. Larutkan natrium tioglikolat P atau asam tioglikolat P ke dalam larutan dan
atur pH hingga setelah sterilisasi 7,1 ± 0,2 dengan penambahan natrium
hidroksida 1 N.
3. Jika diperlukan penyaringan, panaskan kembali larutan tanpa mendidih, dan
saring selagi panas melalui kertas saring yang telah dibasahkan.
4. Tambahkan larutan natrium resazurin P, campur dan tempatkan media dalam
tabung yang sesuai, yang memberikan perbandingan permukaan dengan
kedalaman media sedemikian rupa sehingga tidak lebih dari setengah bagian
atas media yang mengalami perubahan warna sebagai indikasi masuknya
oksigen pada akhir masa inkubasi.
5. Sterilisasi menggunakan proses yang telah divalidasi.
6. Jika media disimpan, maka simpan pada suhu antara 2º dan 25º dalam wadah
steril tertutup rapat.
7. Jika lebih dari sepertiga bagian atas media terjadi warna merah muda, media
dapat diperbaiki kembali dengan pemanasan diatas tangas air atau dalam uap
air yang mengalir bebas hingga warna merah muda hilang, dan dinginkan
secepatnya, cegah masuknya udara tidak steril ke dalam wadah. Media tidak
boleh digunakan lebih lama dari waktu penyimpanan yang telah tervalidasi.
8. Media Cair Tioglikolat diinkubasi pada suhu 30° - 35°.
9. Untuk sediaan yang mengandung pengawet raksa yang tidak dapat diuji
menggunakan metode Penyaringan membran.
10. Media Cair Tioglikolat diinkubasi pada suhu 20° - 25° sebagai pengganti
“Soybean Casein Digest Medium” yang telah tervalidasi yang tertera pada uji
Fertilitas Anaerob, Aerob dan Kapang
2. Media Tioglikolat Alternatif (FI VI, hal 1833)
Media tioglikolat alternatif digunakan sebagai media pertumbuhan bakteri
terutama pada alat yang mempunyai lumen kecil. Media ini cara pembuatannya
sama dengan media cair tioglikolat hanya saja tidak menggunakan agar P dan
larutan natrium resazurin P.

Cara Pembuatan :
1. Panaskan semua bahan dalam wadah yang sesuai hingga larut.
2. Campur dan jika perlu pH larutan hingga setelah sterilisasi 7,1 ± 0,2
menggunakan natrium hidroksida.
3. Saring jika perlu, tempatkan dalam tabung yang sesuai dan sterilisasi dengan
uap air.
4. Media dibuat segar, dipanaskan ditangas uap dan didinginkan saat akan
digunakan. Tidak boleh dipanaskan kembali.
5. Gunakan media tioglikolat alternatif dengan cara yang menjamin kondisi
anaerob selama masa inkubasi.
● Media tioglikolat alternatif dapat digunakan jika sudah disetujui.
● Buat campuran menggunakan komposisi sama seperti media cair tioglikolat
tetapi tidak menggunakan agar P dan larutan natrium rezasurin P. sterilkan
seperti diatas.
● pH setelah sterilisasi 7,1 ± 0,2.
● Panaskan dalam tangas air sebelum digunakan dan diinkubasi pada suhu
30°C-35°C dalam kondisi anaerob.
3. Soybean-Casein Digest Medium (FI VI, hal 1833)
Soybean-Casein Digest Medium merupakan media yang digunakan
sebagai pertumbuhan kapang dan bakteri aerob.

Cara pembuatan :
1. Larutkan semua bahan padat dalam air murni, hangatkan hingga larut.
2. Dinginkan larutan hingga suhu ruang, dan jika perlu atur pH larutan hingga
setelah sterilisasi 7,3 ± 0,2 dengan penambahan natrium hidroksida 1N.
3. Jika perlu saring hingga jernih, bagikan dalam wadah-wadah yang sesuai dan
sterilisasi menggunakan proses yang telah divalidasi.
4. Simpan pada suhu antara 2º dan 25º dalam wadah steril dan tertutup baik,
kecuali jika segera digunakan.
5. Media tidak boleh digunakan lebih lama dari waktu penyimpanan yang telah
tervalidasi.
6. Soybean Casein DigestMedium diinkubasi pada 22,5 ± 2,5º.

3.2 SEDIAAN YANG DIUJI

NAMA VOLUME SEDIAAN VOLUME SAMPEL


Lidokain 2 mL 1 mL

3.3 CARA KERJA


1) Metode Inokulasi Langsung ke Dalam Media
a. Isi wadah yang diuji ke dalam media menggunakan pipet atau jarum steril.
b. Ditambahkan sejumlah kecil inokulum mikroba hidup (viable) tidak lebih dari
100 koloni ke dalam media.
c. Dilakukan uji fertilitas sebagai kontrol positif.
d. Diinkubasi semua wadah yang berisi media selama tidak kurang dari 14 hari
dengan suhu 30ºC - 35 ºC untuk media tioglikolat cair dan media Soybean-
Casein Digest pada suhu 22,5 ºC ± 2,5 ºC.
e. Dilakukan pengamatan setelah masa inkubasi.
 Jika setelah masa inkubasi terlihat pertumbuhan mikroba dengan jelas
secara visual dibandingkan dengan tabung yang tidak berisi sampel,
maka sampel tidak memiliki sifat antimikroba pada kondisi uji atau
aktifitasnya telah dihilangkan dengan sempurna. Uji sterilitas kemudian
dapat dilakukan tanpa modifikasi lebih lanjut.
 Jika tidak terlihat pertumbuhan mikroba dengan jelas pada tabung yang
berisi sampel secara visual, dibandingkan dengan tabung yang tidak
berisi sampel, maka sediaan uji mempunyai aktifitas antimikroba,
lakukan uji setelah dinetralisasi dengan bahan penetral yang sesuai atau
dengan cara mengencerkan dalam sejumlah media yang cukup
(Farmakope Indonesia Edisi VI, 2020).
2) Metode Penyaringan Membran
Dalam penyaring membran yang sesuai terdiri dari satu perangkat yang dapat
memudahkan penanganan bahan uji secara aseptis dan membrane yang telah
diproses dapat dipindahkan secara aseptis untuk inokulasi ke dalam media atau satu
perangkat yang dapat ditambahkan media steril ke dalam penyaringnya dan
membrane diinkubasi in situ. Membran yang sesuai, umumnya mempunyai
porositas 0,45 µm,
dengan diameter lebih kurang 47 mm, dan kecepatan penyaringan air 55-75 ml/ menit
pada tekanan 70 cm Hg (FI VI, Hal : 1836).
3.4 PENAFSIRAN HASIL
3.4.1 Tahap Pertama
Pada interval waktu tertentu dan akhir periode inkubasi, amati secara visual
adanya pertumbuhan mikroba dalam media. Jika bahan uji menimbulkan kekeruhan
pada media sehingga tidak dapat ditetapkan secara visual ada atau tidaknya
pertumbuhan mikroba, 14 hari sejak mulai inkubasi, pindahkan sejumlah media (tiap
tabung tidak kurang dari 1 mL) ke dalam media segar yang sama, kemudian inkubasi
bersama-sama tabung awal selama tidak kurang dari 4 hari (Farmakope Indonesia
Edisi VI, 2020).
Jika tidak terjadi pertumbuhan mikroba, maka bahan uji memenuhi syarat
sterilitas. Jika terbukti terjadi pertumbuhan mikroba, maka bahan uji tidak memenuhi
syarat sterilitas, kecuali dapat ditunjukkan bahwa uji tidak absah disebabkan oleh hal
yang tidak berhubungan dengan bahan uji (Farmakope Indonesia Edisi VI, 2020).
Uji dikatakan tidak absah jika satu atau lebih kondisi dibawah ini dipenuhi:
a. Data pemantauan mikrobiologi terhadap fasilitas uji sterilitas menunjukkan
ketidaksesuaian.
b. Pengkajian prosedur uji yang digunakan selama pengujian menunjukkan
ketidaksesuaian.
c. Pertumbuhan mikroba ditemukan pada kontrol negatif
d. Setelah dilakukan identifikasi mikroba yang diisolasi dari hasil uji, pertumbuhan
mikroba (beberapa mikroba) dapat dianggap berasal dari kesalahan pada bahan uji,
atau teknik pengujian yang digunakan pada prosedur uji sterilitas (Farmakope
Indonesia Edisi VI, 2020).
3.4.2 Tahap Kedua
Jika pengujian dinyatakan tidak absah, lakukan uji ulang dengan jumlah bahan
yang sama dengan uji awal. Jika tidak terbukti terjadi pertumbuhan mikroba pada uji
ulang, maka contoh memenuhi syarat uji sterilitas. Jika ditemukan pertumbuhan
mikroba pada uji ulang, maka contoh tidak memenuhi syarat uji sterilitas (Farmakope
Indonesia Edisi VI, 2020).
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. (2020). Farmakope Indonesia Edisi VI. In Departemen Kesehatan Republik
Indonesia

Anda mungkin juga menyukai