FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI II
PERCOBAAN V
PENGUJIAN ANTISEPTIK ATAU DESINFEKTAN
Disusun oleh:
Kelompok 6 E
Gheavanya Azhari Tamim 10060316202
Risa Apriani Hilyah 10060316203
Miranda Dwi Putri 10060316204
Diah Rohaeni 10060316208
Dwina Syafira Arzi 10060316210
IV. Prosedur
4.1. Persiapan Praktikum
a. Sterilisasi alat dan media pertumbuhan bakteri
Sterilisasi alat dan media pertumbuhan bakteri dilakukan dengan cara
panas lembab menggunakan autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit dan jarum
ose disterilisasi dengan cara fikasasi pada nyala api bunsen
b. Penyiapan media pertumbuhan bakteri
Nutrient agar (NA) dibuat dengan melarutkan 4,4 gram serbuk NA dalam
air suling steril sebanyak 220 ml. Kemudian dipanaskan hingga larut dalam labu
Erlenmeyer, disumbat dengan kapas berlemak dan ditutup dengan aluminium foil
lalu disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit.
c. Penyiapan bakteri uji
Bakteri uji yang digunakan yaitu E. Coli dan S. aureus dibiakan pada
aquadest steril. Diambil 10 mL aquadest steril dimasukan ke dalam tabung reaksi,
biakan bakteri diambil menggunakan jarum ose ke dalam tabung reaksi berisi
aquadest kemudian di vortex sampai keruh.
4.2. Hari Praktikum
Tabung reaksi disiapkan sebanyak 6 buah dan beri nama (t15 detik, t30
detik, t45 detik, t60 detik, t75 detik dan t90 detik). Kemudian media agar
sebanyak 15 mL dimasukan kedalam cawan petri sebanyak 6 buah dan beri nama
(t15 detik, t30 detik, t45 detik, t60 detik, t75 detik dan t90 detik). Desinfektan
dimasukan kedalam tabung reaksi sebanyak 5 mL pada masing-masing tabung
reaksi. Kemudian ditambahkan 1 tetes bakteri kedalam tabung, dikocok sampai
tercampur merata. Jarum ose dimasukan kedalam tabung pada interval 15, 30, 45,
60, 75 dan 90 detik dengan teknik aseptis. Selanjutnya jarum ose dioleskan ke
permukaan agar dalam cawan petri. Seluruh biakan diinkubasi pada suhu 37oC
selama 24 jam.
V. Data Pengamatan
5.1. Tabel pengamatan pengujian antiseptik atau desinfektan
Bahan Uji Pertumbuhan pada sub biakan (cawan petri) dalam detik
15 30 45 60 75 90
Larutan 1 + - - - - -
Larutan 2 + + + + + +
Larutan 3 + - - + + +
Larutan 4 + + + + + +
Larutan 5 + + + - - -
Larutan 6 + + + + + +
Standar - + - - + +
1
2
4
5
6
7
VI. Pembahasan
Pada praktikum kali ini bertujuan untuk menguj sampel atau larutan uji
termsuk kedalam desinfektan atau antiseptik dengan metode difusi agar. Sebelum
melakukan percobaan, dilakukan proses sterilisasi pada alat-alat dan media yang
akan digunakan dengan menggunakan autoklaf. Hal ini bertujuan untuk
menghindari terjadinya kontaminasi mikroorganisme lain yang menggangu hasil
pengamatan. Semua pekerjaan dilakukan dengan teknik aseptis untuk mencegah
terjadinya kontaminasi dengan biakan yang mungkin bersifat patogen.
Prosedur kerja aseptis dilakukan dengan beberapa cara, pertama sanitasi
alkohol pada meja tempat melakukan penanaman mikroba menggunakan alkohol
70%. Penggunaan alkohol pada konsenrasi 70% lebih efektif digunakan karena
tidak membunuh semua mikroorganisme (tidak langsung mendenaturasi bakteri)
tetapi hanya mengurangi mikroorganisme sampai tingkat level tertentu. Kedua,
pekerjaan dilakukan diantara dua nyala api bunsen dengan jarak ± 20 cm untuk
meminimalkan kontaminasi serta melindungi praktikan dari mikroorganisme
patogen maupun non patogen. Penyalaan bunsen selama 10 menit sebelum bekerja
bertujuan agar terjadi radiasi yang menyebabkan mikroorganisme yang tidak
diinginkan menjauh. Ketiga, memflambir alat-alat yang digunakan untuk menjaga
kesterilan atau menghindari kontaminan mikroorganisme yang lain.
Media yang digunakan pada percobaan kali ini adalah media agar
(Nutrient agar), karena NA merupakan media umun yang berfungsi untuk
membiakan berbagai macam mikroorganisme serta kultur bakteri. Kandungan
ekstrak daging dan pepton pada NA merupakan sumber nutrisi (berupa protein,
nitrogen, vitamin serta karbohidrat) yang sangat dibutuhkan oleh mikroorganisme
untuk tumbuh dan berkembang. Selain itu kandungan NaCl dalam NA berfungsi
untuk menyeimbangkan tekanan osmotik sel bakteri dan medium, agar bakteri
yang akan ditumbuhkan tidak mati.
Pengambilan suspensi bakteri yang telah dimasukan kedalam beberapa
sampel larutan yang duga desinfektan dan antiseptik dilakukan dengan
menggunakan jarum ose yang telah diflambir harus didiamkan beberapa detik
agar suhunya sedikit turun, hal ini bertujuan agar bakteri tidak mati akibat suhu
yang terlalu tinggi. Setiap kali jarum ose kontak dengan bakteri harus dibersihkan
dahulu dengan alkohol 70% agar terhindar dari kontaminasi dan tetap dalam
keadaan steril. Penyimpanan bakteri dalam inkubator (proses inkubasi) pada suhu
37oC dilakukan karena suhu 37oC merupakan suhu optimum untuk pertumbuhan
bakteri.
Pada pengujian antiseptik dan desinfektan kali ini dilakukan mengunakan
pengujian metode kontak dengan metode difusi agar, dimana parameter
pengamatan berupa ada tidak nya pertumbuhan mikroba. Dengan metode kontak
ini dapat menunjukan waktu yang dibutuhkan untuk suatu bahan uji dapat
menghambat pertumbuhan mikroba dibandingkan terhadap bahan standar. Prinsip
metode difusi agar yaitu proses difusi zat antimikroba (antiseptik dan desinfektan)
yang telah dicampur dengan bakteri pada lempeng agar.
Kelibihan metode kontak dibandingkan metode koefisien fenol dan difusi
agar yaitu minim kontaminasi, lebih mudah dilakukan. Kekurangannya adalah
Penggunaan antiseptik biasanya digunakann untuk untuk mencegah
penyebaran infeksi berbahaya. Senyawa kimia digunakan pada kulit atau
membran mukosa. Syarat yang haru dipenuhi adalah memiliki kemampuan
antimikroba, tidak toksik dan tidak mengiritasi kulit dengan cara destruksi atau
inhibisi mikroorganisme pada jaringan hidup. Sedangkan desinfektan digunakan
untuk melenyapkan atau menghilangkan mikroorganime, termasuk yang
patogen, dari permukaan benda tidak hidup. Desinfeksi tidak membunuh semua
mikroorganisme tetapi hanya mengurangi sampai tingkat level tertentu
Berdasarkan hasil pengamatan setelah proses inkubasi selama 18-24 jam
diperoleh data, larutan standar yaitu alkohol menunjukan hasil (-) atau tidak
terdapat pertumbuhan mikroba pada waktu 15,45 dan 60 detik, hal ini menunjukan
bahwa larutan standar dapat membunuh mikroba karena alkohol bekerja
membunuh mikroba dengan cara menghidrasi/ mengeluarkan air dari sel bakteri
(sebagai antiseptik) dan mendenaturasi protein dasi sel bakteri (sebagai
desinfektan). Tetati pada waktu 15, 75 dan 90 detik menunjukan hasil (+) atau
terdapat pertumbuhan mikroba, hal ini terjadi karena kemungkinan terdapat
kontaminan.
Hasil pengamatan larutan 1 menunjukan hasil (-) atau tidak terdapat
pertumbuhan mikroba dalam waktu 30 detik, larutan 5 menunjukan hasil (-) dalam
waktu 60, hal ini menunjukan bahwa larutan 1 dapat membunuh mikroba dan
diduga desinfektan karena jika dibandingkan dengan larutan standar waktu yag
dibutuhkan untuk memunuh bakteri sangat sacepat.
Hasil pengamatan larutan 2,4, dan 6 menunjukan hasil (+) atau terdapat
pertumbuhan mikroba, hal ini menunjukan bahwa dalam waktu 90 larutan tersebut
tidak dapat membunuh atau mengahambat mikroba atau dalam kata lain untuk
membunuh mikroba tersebut membutuhkan waktu yang lebih lama sehingga
ketiga larutan tersebut diduga merupakan antiseptik.
Hasil pengamatan larutan 3 menunjukan hasil (-) atau tidak terdapat
pertumbuhan mikroba dalam waktu 30-45 detik hal ini menunjukan bahwa larutan
1 dapat membunuh mikroba dan diduga desinfektan karena jika dibandingkan
dengan larutan standar waktu yag dibutuhkan untuk memunuh bakteri sangat
sacepat. Tetati pada waktu 15, 60, 75 dan 90 detik menunjukan hasil (+) atau
terdapat pertumbuhan mikroba, hal ini terjadi karena kemungkinan terdapat
kontaminan.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa pengujian
antiseptik dan desinfektan dengan metode kontak menunjukan bahawa larutan
1,3,5 diduga merupakan desinfektan dilihat dari waktu yang dibutuhkan untuk
membunuh mikroba lebih cepat dibandingkan larutan 2,4, dan 6 yang diduga
sebagi antiseptik.
DAFTAR PUSTAKA
Aboh, M., Oladosu, P., dan Ibrahim, K. (2013). Antimicrobial Activities of Some
Brands of Households Disinfectants Marketed in Abuja Municipal Area
Council, Federal Capital Territory. Nigeria: American Journal of
Research Communication.
Elisabeth, R., Apriliana, E., dan Rukmono, P. (2012). Uji Efektivitas pada
Antiseptik di Unit Perinatologi Rumah Sakit Umum Abdul Moeloek
Bandar Lampung. Medical Journal of Lampung University.
Sari, Retno., Dewi I. and Noorma R., (2004). Pemanfaatan Sirih sebagai Sediaan
Hand Gel Antiseptic : I. Studi Formulasi, Laporan Penelitian, Fakultas
Farmasi,Universitas Airlangga.
Siswandono dan Soekardjo, B., (1995). Kimia Medisinal, 28-29, 157, Airlangga
University Press, Surabaya.
Siswandono dan Soekardjo, B., (2000). Kimia Medisinal, Edisi 2, 228-232, 234,
239, Airlangga University Press, Surabaya.
Shaffer, J.G., (1965) The Role of Laboratory in Infection Control in the Hospital.
Arbor: University of Michigan, School of Pulbic health.
Somani, S.B., Ingole, W.N., and Kulkarni, S.N. (2011). Disinfection of Water by
Using Sodiun Chloride (NaCl) and Sodium Hypochlorite (NaOCl).
Shegaon: Shri Sant Gajanan Maharaj College of Engineering.
Stampi, S., De Luca, G., Onorato, M., Ambrogiano, E., and Zanetti, F. (2002).
Peracetic Acid as an Alternative Wastewater Disinfectant to Chlorine
Dioxide. Bologna: Department of Medicine