Kelompok 5/AP2
1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan mempelajari efektivitas beberapa jenis disinfektan
danantiseptik serta. Selain itu, mempelajaru penerapan metode cakran kertas
saringdan metode difusi sumur untuk mengevaluasi aktivitas dan efektivitas
beberapajenis disinfektan dan antiseptic.
BAB II
METODOLOGI
2.1 Bahan dan Alat
Cawan petri, tabung reaksi, pinset, bunsen, kultur, media NB, disinfektan,
erlenmeyer, air steril, kertas saring, ose, agar NA, alat steril pembuat lubang
sumur, larutan fisiologis, mikrometer sekrup, jagka sorong.
2.2 Prosedur Kerja
9ml larfis
0,1 ml suspensi
0,1 ml suspensi
0,1 ml suspensi 0,5ml disinfektan
+NA
Buat lubang sumur Gores
Letakkan cakram kertas saring
Disinfektan SA EC
Kontrol
Disinfektan
Kontrol Inkubasi, 32oc selama2 hari
Inkubasi, 32oc selama2 hari
UkurBAB
zonaIII
Inkubasi, 32oc selama2
penghambat
BAB III
hari
an Amati kualitatif
Ukur zona
penghambatan
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
3.1.1 Hasil pengamatan metode sumur dan cakram
Metode Sumur Metode Cakram
Desinfekta
(mm) (mm)
n
E.coli S.aureus E.coli S.aureus
Wipol 0,2% - - - -
So Klin 0,4% - - - -
Antis - - - 0,20
Iodium 4% - - - 0,16
Formaldehid - 0,86 - 1,03
2%
Dettol 2,7% - - - -
Toilet seat 1,60 0,18 0,64 0,20
sanitizer
Softaman 1,23 - 1,30 0,488
Keterangan :
(-) tidak ada zona bening
Keterangan :
(+) sedikit
(++) agak banyak
(+++) banyak
(++++) sangat banyak
3.2 Pembahasan
Desinfektan adalah zat kimia yang mematikan sel vegetatif belum tentu
mematikan bentuk spora mikroorganisme penyebab suatu penyakit. Desinfektan
digunakan untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada benda-benda
mati seperti meja, lantai, objek glass dan lain-lain. Antiseptik merupakan zat yang
biasa digunakan untuk menghambat pertumbuhan dan membunuh
mikroorganisme berbahaya yang terdapat pada permukaan tubuh luar makhluk
hidup.
Keefektifan penghambatan merupakan salah satu kriteria pemilihan suatu
senyawa antimikroba untuk diaplikasikan sebagai bahan pengawet bahan pangan.
Semakin kuat penghambatannya semakin efektif digunakan. Mekanisme
penghambatan mikroorganisme oleh senyawa antimikroba dapat disebabkan oleh
beberapa faktor, antara lain gangguan pada senyawa penyusun dinding sel,
peningkatan permeabilitas membran sel yang dapat menyebabkan kehilangan
komponen penyusun sel, menginaktivasi enzim, dan destruksi atau kerusakan
fungsi materialgenetik.
Pada praktikum kali ini digunakan 4 macam metode yaitu metode gores,
langsung, difusi sumur, dan cakram kertas saring. Bakteri yang digunakan untuk
pengujian adalah Escherichia coli dan Staphylococcus Aureus dengan perlakuan
yang sama yaitu masing-masing supensi menggunakan disinfektan/antiseptik
seperti Wipol, So Klin, Antis, Iodium 4%, Formaldehid 2%, Dettol 2,7%, Toilet
seat sanitizer, dan Softaman.
Prinsip metode ini, yaitu mendapatkan koloni yang benar- benar terpisah
dari koloni yanglain, sehingga mempermudah proses isolasi. Penggoresan
yangsempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah. Inokulum digoreskan di
permukaanmedia agar nutrien dalam cawaan petri dengan jarum pindah (lup
inokulasi). Di antaragaris-garis goresan akan terdapat sel-sel yang cukup terpisah
sehingga dapat tumbuh menjadi koloni .Cara penggarisan dilakukan pada medium
pembiakan padat bentuk lempeng. Biladilakukan dengan baik teknik inilah yang
paling praktis. Dalam pengerjaannya terkadangberbeda pada masing-masing
laboratorium tapi tujuannya sama yaiitu untuk membuat goresan sebanyak
mungkin pada lempeng medium pembiakan.
Pada praktikum dilakukan metode gores pada setiap cawan yang berisi
suspensi dan media agar, mendapatkan koloni yang benar-benar terpisah dari
koloni yang lain, sehingga mempermudah proses isolasi. Dilakukan disinfektan
dan antiseptic dengan metode cakram kertas saring, metode difusi sumur, metode
gores, dan metode langsung. Pada metode gores di amati setelah 2 hari praktikum,
karna cawan tersebut harus diinkubasi dengan suhu 55c untuk mengetahui
aktivitas dari mikroba atau koloni. Pada kelompok 1 digunakan desinfektan atau
antiseptic wipol 0,2% yang mengandung bahan aktif nya pine oil 2,5 % terdapat
E.Coli yang sangat banyak maupun S.Aureus, maka kemampuan daya bunuh
desinfektan untuk koloni tersebut belum berhasil atau waktu kontannya tidak
maksimal untuk membunuh bakteri koliform tersebut. Pada kelompok 2
digunakan desinfektan So Klin 0,4% yang mengandung bahan aktif
Benzalkonium Chloride 1,5%, daya atau kemampuan mengahmbat mikroba tidak
ampuh, karna pada pengamatan terdapat koloni yang sangat banyak, dan koloni
S.Aureus lebih banyak dari koloni E.Coli. Kelompok 3 digunakan desinfektan
atau antiseptic Antis dengan bahan aktifnya Alkohol 70%, pada pengamatan ini
kemampuan menghambat mikroba masih kurang ampuh, karna pada pengamatan
ini mikroba masih ada yang tumbuh atau ada aktivitas mikroba. Untuk kelompok
4 digunakan desinfektan atau antiseptic iodium konsetrasi 4%, aktivitas atau
pertumbuhan mikroba lebih sedikit dari pada desinfektan atau antiseptic
sebelumnya. Pada kelompok 5 digunakan desinfektan atau antiseptic formaldehida
2% kemampuan untuk menghambat mikroba pada pengamtan ini belum berhasil,
karna masih terdapat mikroba pada pengamtan di cawan petri, dan pada
pengamatan ini E.Coli lebih banyak tumbuh daripada S.Aureus. pada kelompok 6
digunakan desinfektan atau antiseptic Dettol dengan konsentrasi 2,7% dan bahan
aktifnya choloxyfenol 4,8%, pada desinfektan atau antiseptic ini dilakukan
pengenceran terlebuh dahulu sebelum di gunakan untuk uji desinfektan atau
antiseptic pada pengamatan ini, dan daya atau kemampuan untuk menghambat
mikroba masih kurang ampuh untuk membunuh E.Coli dan S.Aureus. pada
kelompok 7 digunakan desinfektan atau antiseptic toilet seat sanitizer dengan
bahan aktifnya nonglphenol ethoxylate 10-50% dan benzaluonium chloride masih
terdapat aktivitas mikroba, dan pada pengamatan ini kemampuan untuk
menghambat E.Coli lebih bagus dari pada S.Aureus. Sedangkan untuk kelompok
8 digunakan desinfektan atau antiseptic Softman dengan bahan aktifnyan N- alkyl
aminopropyl glycine dan ethgl alkohol 90%, kemampuan untuk mengahambat
mikroba kurang ampuh untuk meghambat E.Coli dan S.Aureus, karna daya
tahannya kurang pada mikroba tersebut.
Pada uji disinfektan atau antiseptik ini juga dilakukan dengan metode
cakram kertas saring. Sama halnya dengan metode gores, langsung, dan difusi
sumur yaitu menggunakan beberapa macam disinfektan seperti Wipol, So Klin,
Antis, Iodium 4%, Formaldehid 2%, Dettol 2,7%, Toilet seat sanitizer, dan
Softaman. Menggunakan suspense bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus
Aureus. Pertama, diambil 0,5 ml suspensi yang sudah diencerkan dan dimasukkan
ke dalam cawan petri steril dan ditambahkan dengan media NA. Setelah media
memadat, 4 kertas saring dicelupakan kedalam disinfektan selama 4 detik secara
bergantian dan 1 kertas saring dicelupkan kedalam air steril sebagai control. Lalu
diletakkan diatas permukaan agar. Selanjutnya cawan petri diinkubasi selama 2
hari pada suhu 37oC.
Pengamatan dilakukan pada hari ke dua. Kelompok ganjil (1,3,5, dan 7)
menggunakan suspensi E.coli, sedangkan kelompok genap (2,4,6, dan 8)
menggunakan suspense S.aureus. Dari hasil pengamatan, Kelompok 1 dengan
menggunakan disinfektan Wipol 0,2% maupun So Klin 0,4% menunjukkan
hasil 0 mm. Pada hasil kelompok 3, dengan menggunakan disinfektan Antis
maupun Iodium 4% menunjukkan hasil 0 mm. Pada hasil kelompok 5,
dengan menggunakan disinfektan Formaldehid 2% maupun Dettol 2,7%
menunjukkan hasil 0 mm. Sehingga dapat dikatakan bahwa
disinfektan tersebut (Wipol 0,2%
So Klin 0,4%, Antis, Iodium 4%, Formaldehid 2%, dan Dettol 2,7%
tidak dapat menghambat pertumbuhan E.coli. Pada hasil
kelompok 7, dengan menggunakan disinfektan Toilet Seat
Sanitizer dan Softaman secara berurutan menunjukkan hasil 0,64
mm dan 1,30 mm.
4.1 Simpulan
4.2 Saran
Metode Gores
Metode Langsung
Kontrol E. coli
Kontrol S. aureus