Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Ilmiah Pendidikan Kimia “Hydrogen”Vol. 3 No.

2, ISSN 2338-6480
KADAR ASAM KLOROGENAT (CGA) DALAM BIJI KOPI ARABIKA
(Coffea arabica) ASAL WAMENA, PAPUA

Septiani Mangiwa1, Alowisya Futwembun2,& Puteri M. Awak3


1,2,&3
Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Cenderawasih
FMIPA Uncen Baru Waena
1
Email : septhy.mangiwa@yahoo.com

ABSTRACT: Chlorogenic acid (CGA) is one of chemical compound in coffee and class of
polyphenolic compounds that have activity as antioxidant. This study aims to determine the CGA
contain in Arabica coffee beans from Wamena regency of Jayawijaya, Papua. Coffee beans were
roasted by three roasting temperature i.e. 75, 150 and 2250 C while unroasted one was used as
controls. Extraction was performed by soxhletation using metanol as a solvent for 5 hours.
Separation and CGAcontent were determined using HPLC uses C-18 column, 150 mm length, 4,6
mm in diameter, with metanol-fosfat buffer 10 mM pH 2,6(30:70) as eluent, flow rate of 1
mL/minutes, injection volume of 20 µL and measured by spectrophotometer UV-Vis in 329 nm.
The result of the study shows the CGAcontent in treated beans with temperature roasting of 75,
150 and 2250C respectively were 6,93 ; 9,33 and 7,12 % while the unroasted one was 7,73 %.
The lowest CGA content was found in coffee beans roasted in 75 0C while the highest in 1500 C.

Kata Kunci: Biji kopi Arabika, asam klorogenat (CGA), suhu penyangraian, HPLC.

PENDAHULUAN fermentasi, pengeringan, penyimpanan,


Kopi merupakan minuman yang penyangraian, pengemasan hingga tahap
populer dan digemari oleh hampir sebagian penyajian. Aroma dan rasa kopi yang khas
besar penduduk di dunia karena kopi tidak saja dihasilkan pada proses penyangraian
memberikan aroma dan rasa yang khas tetapi (roasting). Aroma yang sangat kuat tercium
juga memberikan banyak manfaat bagi ketika kopi disangrai dengan temperatur di
kesehatan. Hal ini disebabkan karena biji kopi atas 2000C namun proses penyangraian dapat
mengandung berbagai senyawa kimia seperti menurunkan kadar asam klorogenat. Semakin
karbohidrat, protein, mineral, kafein, gelap warna biji kopi sangrai, kadar asam
trigonelin, asam alifatik (asam karboksilat), klorogenat akan semakin berkurang (Belay et
asam klorogenat, lemak dan turunannnya, al., 2009) dan semakin tinggi suhu
glikosida, dan komponen volatil. Asam penyangraian, aktivitas antioksidannya
klorogenat merupakan salah satu senyawa semakin berkurang (Cammerer, et al., 2006).
kimia yang mempunyai aktivitas antioksidan Kadar CGA dalam ekstrak biji kopi dapat
dan terdapat dalam biji kopi dalam jumlah yang ditentukan dengan metoda HPLC tanpa
cukup banyak (Naidu et al., 2008). pemisahan dan pemurnian terlebih dahulu.
Komposisi senyawa kimia kopi Penelitian ini bertujuan untuk menentukan
dipengaruhi oleh jenis dan letak geografis. kadar CGA dalam biji kopi Arabika asal
Sampai saat ini telah ditemukan lebih dari 6000 Wamena dengan metode HPLC. Penentuan
jenis kopi, namun kopi yang banyak kadar CGA dilakukan terhadap biji kopi yang
dikonsumsi dan dijadikan minuman adalah disangrai dengan tiga variasi temperatur (75,
kopi Arabika dan kopi Robusta. Kopi Arabika 150, dan 2250 C).
dikenal sebagai kopi nomor satu karena
memiliki kualitas yang lebih unggul dibanding METODE
jenis kopi lainnya. Sementara itu kopi jenis 1. Alat dan Bahan
Robusta juga banyak dikonsumsi, namun Peralatan yang digunakan adalah
memberikan rasa yang lebih asam. Kopi peralatan gelas laboratorium kimia,
Arabika asal Wamena merupakan biji kopi digunakan pula beberapa peralatan lainnya
yang memiliki kualitas unggul dan telah yaitu: peralatan HPLC Agilent dengan
diekspor ke berbagai negara di dunia. kolom C-18 panjang kolom 25 cm dan
Faktor lain yang mempengaruhi diameter kolom 4,6 mm, seperangkat alat
aroma, rasa dan komposisi senyawa kimia kopi soxhlet, alat spektrofotometer UV-Vis HP
adalah cara pengolahan mulai dari pemetikan,

313
Jurnal Ilmiah Pendidikan Kimia “Hydrogen”Vol. 3 No. 2, ISSN 2338-6480
8452, rotary evaporator, oven, tanur, untuk digunakan pada pengujian
desikator dan neraca analitik. selanjutnya.
Bahan-bahan kimia yang d. Penentuan CGA dalam Biji Kopi
digunakan adalah bahan-bahan dengan Larutan uji dibuat dari ekstrak
kualitas proanalis (p.a), yaitu : asam biji kopi dengan melarutkan ekstrak ke
klorogenat, metanol (E. Merck), buffer dalam metanol. Larutan uji
fosfat, akuades dan kertas saring PTFE dihomogenkan selama 30 menit dan
0,45 µm. disaring menggunakan kertas saring
2. Cara Kerja PTFE 0,45 µm sebelum digunakan.
a. Penyiapan Sampel Penentuan CGA dilakukan secara
Biji kopi kering dipilih secara HPLC menggunakan kolom C-18,
acak dari pasar yang berada di kota panjang 150 mm, diameter 4,6 mm;
Wamena, kemudian diangin-anginkan dengan fasa gerak berupa campuran
sebentar dan dijemur/ dikeringkan di metanol : buffer fosfat 10 mM pH 2,6
bawah sinar matahari. Selanjutnya biji (30:70), laju alir 1 mL/menit dan
kopi diolah dengan 2 cara, yaitu tidak volume injeksi 20 µL. Pendeteksian
disangrai dan disangrai. Proses CGA dilakukan menggunakan
penyangraian dilakukan dengan suhu spektrofotometer UV-Vis pada panjang
75, 150 dan 2250C selama 1 jam 30 gelombang yang memberikan serapan
menit menggunakan penangas pasir. maksimum untuk asam klorogenat.
Setelah itu biji kopi dihaluskan Hasil pemisahan dan kadar CGA yang
menggunakan blender sehingga diperoleh ditunjukkan oleh
diperoleh serbuk biji kopi dan kemudian kromatogram yang dihasilkan. Puncak
diayak untuk memperoleh ukuran yang dihasilkan pada kromatogram
serbuk 100 mesh yang seragam. merupakan suatu indikasi adanya CGA
Selanjutnya serbuk kopi disimpan dalam dan luas area pada kromatogram
wadah yang tertutup rapat. menyatakan kadar CGA dalam ekstrak
b. Penentuan Panjang Gelombang biji kopi.
Maksimum untuk Penentuan CGA
Masing-masing larutan HASIL DAN PEMBAHASAN
standar kerja CGA (2-10 ppm) dibuat Biji kopi Arabika yang berasal dari
dengan metoda pengenceran larutan kota Wamena kabupaten Jayawijaya, Papua
standar induk CGA 1000 ppm dengan merupakan salah jenis kopi terbaik yang telah
pelarut metanol. Sebelum diukur, semua dikenal dan dikonsumsi hingga ke manca
larutan standar dihomogenkan selama negara. Hal ini disebabkan karena biji kopi
10 menit menggunakan magnetic tersebut memiliki kualitas, rasa dan aroma yang
stirrer dan disaring. Masing-masing khas. Kualitas, rasa, dan aroma yang khas
larutan standar kerja diukur dengan dipengaruhi oleh komponen kimia yang
spketrofotometer UV-Vis pada daerah terkandung di dalamnya, salah satunya adalah
200-400 nm. asam klorogenat (CGA). Biji kopi yang
c. Ekstraksi Biji Kopi digunakan dalam penelitian ini adalah biji kopi
Ekstraksi biji kopi dilakukan kering. Sebagai pendahuluan dalam
dengan metode soxhletasi menggunakan menentukan kadar CGA dalam biji kopi
pelarut metanol. Sebanyak 10 gram Arabika asal Wamena maka dilakukan
serbuk biji kopi ditimbang dan penyiapan sampel yang dimulai dengan
dibungkus dengan kertas saring tahapan penjemuran/ pengeringan biji kopi.
membentuk thimble (sarung jari), Pengeringan dilakukan dengan cara
kemudian dimasukkan ke dalam mengangin-anginkan dan menjemur biji kopi di
ekstraktor soxhlet. Ke dalam ekstraktor bawah sinar matahari dengan tujuan untuk
tersebut ditambahkan 250 mL metanol, mengurangi kadar air yang terkandung di
ditambahkan pula batu didih. Perangkat dalamnya. Setelah itu dilakukan proses
soxhlet dipasang dan suhu diatur pada pemisahan kulit tanduk dan kulit ari dari biji
630C (sesuai dengan titik didih kopi menggunakan alat pengupas kulit
metanol). Ekstraksi dilakukan selama sehingga dihasilkan biji kopi yang berwarna
lima jam. Ekstrak yang diperoleh hijau.
kemudian dipekatkan menggunakan Selanjutnya biji kopi diolah dengan
roraty evaporator. Ekstrak kering yang dua cara, yaitu tidak disangrai dan disangrai
diperoleh disimpan pada suhu 40C dengan tiga variasi suhu (75, 150 dan 225 0C)

314
Jurnal Ilmiah Pendidikan Kimia “Hydrogen”Vol. 3 No. 2, ISSN 2338-6480
selama 1 jam 30 menit menggunakan penangas panjang gelombang 329 nm untuk
pasir. Hasil penyangraian menunjukkan bahwa konsentrasi 2 ppm-10 ppm dengan nilai
semakin tinggi suhu yang digunakan maka lineritas R2 = 0,9969.
aroma dan warna kopi yang dihasilkan semakin
kuat. Hal ini disebabkan karena ketika proses
penyangraian dilakukan terjadi pelepasan air
dan penguraian senyawa-senyawa dalam biji
kopi tersebut. Proses pelepasan air dan
penguaraian protein mulai terjadi pada suhu
500C. Biji kopi yang disangrai pada suhu 750C
belum menunjukkan perubahan warna yang
berarti. Perubahan warna biji kopi dari biji kopi
menjadi coklat mulai terjadi ketika biji kopi
disangrai pada suhu 1500C, hal ini disebabkan
karena pada suhu diatas 1000C terjadi pirolisis Gambar 1. Kurva panjang gelombang
dari senyawa-senyawa organik dalam biji kopi. maksimum untuk penentuan
Aroma semakin kuat dan warna kopi semakin CGA.
coklat ketika disangrai pada suhu 2250C 2. Ekstraski Biji Kopi
karena pada suhu 2000C, biji kopi mulai Ekstraksi biji kopi dilakukan
mengalami dekomposisi dan pelepasan aroma. dengan metode soxhletasi, dimana
Biji kopi yang telah diolah, dihaluskan ekstraksi terjadi dengan bantuan uap
dan diayak hingga diperoleh ukuran 100 mesh. metanol, ketika mencapai titik didihnya
Hal ini dilakukan untuk tujuan homogenisasi, (60-630C), metanol akan menguap, uap
yaitu memperoleh ukuran yang seragam. Selain metanol akan terus naik sampai pada
itu, penghalusan bertujuan untuk memperluas konsendor kemudian uapnya akan kembali
permukaan serbuk kopi agar senyawa-senyawa mencair dan ditampung dalam ekstraktor
yang terkandung di dalam serbuk kopi dapat yang berisi sampel yang dibungkus dengan
terekstrak secara maksimal. kertas saring. Di dalam ekstraktor, metanol
1. Panjang Gelombang Maksimum untuk akan mengekstrak analit yang inginkan.
Penentuan CGA Pada sistem ini, lebih menghemat
Penentuan panjang gelombang penggunaan pelarut karena ekstraksi terjadi
maksimum bertujuan untuk mengetahui berulang-ulang dengan pelarut yang sama
daerah yang memberikan serapan dan diharapkan asam klorogenat dapat
maksimum bagi analit yang akan dianalisis. terekstrak secara optimal dalam metanol.
Pemilihan panjang gelombang maksimum Ekstrak yang diperoleh kemudian
sangat penting terutama untuk analisis dievaporasi pada suhu 600C dengan
kuantitatif karena pengukuran yang kecepatan putar 30 untuk tujuan pemekatan.
dilakukan pada panjang gelombang Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari ±
maksimum akan memberikan kepekaan 10 gram biji kopi yang diekstrak dihasilkan
yang maksimum pula. Pada daerah untuk kopi yang tidak disangrai, sangrai 75,
tersebut, bentuk kurva standar adalah linier 150, dan 2250C berturut-turut adalah 1,45 ;
sehingga hukum Lambert-Beer (penyerapan 1,32 ; 1,42 ; dan 1,51 gram atau 14,50;
terjadi dalam suatu volume yang 13,17; 14,23 dan 15,06 %. Ekstrak yang
mempunyai penampang luas yang sama) dihasilkan berupa cairan kental yang
akan terpenuhi. berwarna sesuai dengan suhu penyangraian.
Larutan standar CGA disiapkan Semakin tinggi suhu yang digunakan,
dalam metanol pada konsentrasi 2 ppm–10 ekstrak yang dihasilkan semakin
ppm, kemudian diukur menggunakan memberikan warna yang gelap.
spektrofotometer pada daerah ultraviolet, 3. Penentuan CGA dalam Biji Kopi
yaitu 200 nm-400 nm. Pemilihan daerah Ekstrak kopi dianalisis dengan
absorbansi didasarkan pada analit yang metoda HPLC menggunakan kolom C-18
akan dianalisis. Pengukuran dilakukan panjang 150 mm, diameter 4,6 mm sebagai
dengan menggunakan kuvet kuarsa dengan fase diam dan campuran metanol-buffer
ketebalan 1 mm sebagai tempat sampel dan fosfat 10 mM pH 2,6 (30:70) sebagai fasa
terlebih dahulu dilakukan pengukuran gerak dengan laju alir 1 mL/menit dan
terhadap metanol sebagai blanko. Hasil volume injeksi 20 µL. Pendeteksian CGA
penelitian menunjukkan bahwa CGA dilakukan menggunakan spektrofotometer
memberikan absorbansi maksimum pada UV-Vis pada panjang gelombang 329 nm.

315
Jurnal Ilmiah Pendidikan Kimia “Hydrogen”Vol. 3 No. 2, ISSN 2338-6480
Hasil pemisahan yang diperoleh diberikan pada Gambar 2 dan Gambar 3.
ditunjukkan oleh kromatogram yang

Gambar 2. Kromatogram standar CGA 100 ppm pada 329 nm. Fase diam : C-18 panjang 150
mm, diameter 4,6 mm dan fase gerak : campuran metanol-buffer fosfat mM pH
2,6(30:70).

Gambar 3. Kromatogram CGA di dalam biji kopi Arabika : (a) tidak disangrai, (b) sangrai
750C, (c) sangrai 1500 C, dan (d) sangrai 2250C. Fase diam : C-18 panjang
150 mm, diameter 4,6 mm dan fase gerak : campuran metanol-buffer fosfat
mM pH 2,6 (30:70) , diukur pada 329 nm.
Luas area yang dihasilkan pada dalam biji kopi yang tidak disangrai adalah
kromatogram menggambarkan konsentrasi 7,73 % sedangkan kadar CGA yang
CGA dalam sampel yang dianalisis. Kadar terkandung dalam biji kopi yang disangrai
CGA dalam sampel dapat ditentukan pada suhu 75, 150dan 2250C adalah 6,93;
dengan mengintrapolasikan luas area yang 9,33 dan 7,12 %. Hasil tersebut
diperoleh ke dalam persamaan yang menunjukkan bahwa proses penyangraian
diperoleh dari kurva kalibrasi. Kadar CGA dan suhu penyangraian mempengaruhi
ditunjukkan pada Tabel 1. Dari hasil kadar CGA dalam biji kopi. Kadar CGA
penelitian diketahui bahwa kadar CGA

316
Jurnal Ilmiah Pendidikan Kimia “Hydrogen”Vol. 3 No. 2, ISSN 2338-6480
ditemukan paling tinggi pada suhu
penyangraian 1500C.
Tabel 1. Kadar CGA Dalam Biji Kopi
Arabika
Suhu
Kadar CGA
Sampel Penyangraian
0 %
C
A Tidak disangrai 7,73
B 75 6,93
C 150 9,33
D 225 7,12

SIMPULAN
Penyangraian dan suhu penyangraian
mempengaruhi kadar CGA dalam biji kopi
Arabika asal Wamena Kabupaten Jayawijaya,
Papua. Kadar CGA dalam biji kopi Arabika
asal Wamena berkisar antara 6, 93 – 9,33 %.
Kadar CGA terendah diperoleh pada suhu
penyangraian 750C dan kadar CGA tertinggi
ditemukan pada suhu penyangraian 1500C.

DAFTAR RUJUKAN
Belay A, Gholap A.V. 2009. Characterization
and determination of chlorogenic acid
(CGA) in coffee beans by UV-Vis
spectroscopy. African Journal of Pure
and Applied Chemistry Vol. 3 (11), pp
234-240.
Belitz HD,Grosch W, Schieberle P. 2009.
Coffee, Tea, Cocoa. Food Chemistry.,
Springer, P. 938-950.
Cämmer Bettina, Lothar W., Kroh. 2006.
Antioxidant Activity of Coffee Brews.,
Eur Food Res Technol. 223 : 469-474.
Fujioka K, Shibamoto T . 2008. Chlorogenic
acid and caffeine contents in various
commercial brewed coffee. Food
Chem.106 : 217-221.
Mussato, S.K, Maschado, E.M.S. 2011.
Production, Composition, and
Apllication of Coffee and Its Industrial
Residues. Food Bioprocess Technol.
661-672
Naidu MM, Sulochanamma G, Sampathu SR,
Srinivas P. 2008. Studies on extraction
and antioxidant potential of green
coffee. Food Chemistry. 107 : 337-384.

317

Anda mungkin juga menyukai