Anda di halaman 1dari 5

453

Pembuatan Etanol Dari Buah Sirsak (Annona Muricata L.) Dengan Metode
Fermentasi

Jovie Mien Dumanauw, Adeanne Carolina Wullur, Wayan Eka Wardana


Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Manado
Email : joviedumanauw@gmail.com

ABSTRAK
Sirsak merupakan jenis tumbuhan yang memiliki batang utama yang berukuran kecil dan juga
rendah. Kurangnya pengetahuan masyarakat di Kecamatan Dumoga tentang manfaat dari buah sirsak
menyebabkan buah ini kurang diminati, sehingga banyak buah yang dibiarkan busuk di pohon atau
rusak dimakan hewan. Padahal daging buah sirsak selain dapat diolah sebagai bahan makanan seperti
jus, buah segar dan dodol juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan etanol karena pada
daging buah sirsak mengandung gula yang cukup tinggi.
Jenis penelitian ini adalah penelitian di laboratorium yang bersifat deskriptif. Buah sirsak yang
dihaluskan hingga menjadi bubur kemudian difermentasi dengan ragi Saccharomyces cereviseae
selama 56 jam dan diperas kemudian didestilasi. Destilat selanjutnya diidentifikasi secara kualitatif
menggunakan NaOH 1N, Iodium 0,1N. Destilat kemudian ditetapkan bobot jenis dan kadar etanol
menggunakan piknometer. Data yang didapat dari perhitungan tersebut dapat dilihat pada table
alkoholometrik.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan etanol dapat dibuat dari 3 kg buah sirsak (Annona
muricata L.) dengan cara difermentasi menggunakan ragi sacaromyces cereviceae dan didestitilasi
menggunakan destilasi uap. Kadar etanol buah sirsak (Annona muricata L.) yang diperoleh yaitu
25,52%.

Kata Kunci : Sirsak, Fermentasi, Destilasi, Etanol.

PENDAHULUAN
Buah sirsak mengandung karbohidrat yang tinggi yaitu gula pereduksi (glukosa dan
fruktosa) dengani kadar 81,9 % hingga 93,6% (Richana, 2011) sehingga dapat dimanfaatkan
sebagai bahan baku pembuatan etanol (Muyassaro, 2014). Kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang manfaat dari buah sirsak menyebabkan buah ini kurang diminati sehingga
banyak buah yang dibiarkan busuk di pohon atau rusak dimakan hewan. Pembuatan etanol
dari buah sirsak (Annona muricata L.) bisa dijadikan alternatif untuk menghasilkan bioetanol
dengan proses fermentasi menggunakan ragi Saccharomyces cerevisiae (Azizah, 2012).
Penelitian ini dilakukan untuk pembuatan pembuatan etanol dari buah sirsak (Annona
muricata L.) dengan metode fermentasi yang bernilai ekonomis dan penentuan kadar etanol
sehingga bermanfaat bagi masyarakat untuk memanfaatkan buah sirsak dengan maksimal
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang dilakukan di Laboratorium
Farmakognosi Jurusan Farmasi Poltekes Kemenkes Manado. Sampel buah sirsak diambil dari
454

kecamatan Dumoga Barat Kab. Bolaang Mongondow dengan karakteristik telah matang,
berwarna hijau kekuningan.
Instrumen Penelitian :
Bahan : Ragi Saccharomyces cereviceae, Asam Asetat, Gula, NaOH 1 N, Iodium 0.1 N,
Es batu
Alat : Timbangan, Gelas ukur, Blender, Destilator, Corong, Piknometer, Tissue, Labu
alas datar, Termometer, Pipa kapiler, Batang pengaduk, Wadah, Erlenmeyer
Prosedur Kerja
1. Pembuatan Etanol
Buah sirsak yang sudah matang dikupas dan dikeluarkan bijinya. Daging buah
dipotong-potong, ditimbang dan diblender. Bubur yang diperoleh ditambahkan gula sebanyak
5 %-7 % dan dipanaskan pada suhu 750C selama 1 jam kemudian didinginkan menggunakan
es batu sampai suhu 300C. Pada bubur ditambahkan ragi Saccharomyces cereviceae sebanyak
16 %-24 % dan disimpan dalam keadaan tertutup kain pada suhu 320C selama 48-56 jam
dengan mengontrol pH tetap 4-6. Saring hasil fermentasi menggunakan kain flannel
kemudian diperas. Sari hasil perasan dari bubur buah sirsak diukur kemudian di destilasi
dengan pemanasan berdasarkan suhu titik didih etanol yaitu 780C. Etanol hasil destilasi
ditampung dan diukur volumenya.
2. Identifikasi Etanol (Depkes, 1995)
Destilat etanol diidentifikasi dengan cara dimasukkan 5 mL ditambahkan 1 mL NaOH
1 N dengan perlahan-lahan setelah 3 menit ditambahkan 2 mL iodium 0,1 N. timbul bau
iodoform dan terbentuk endapan kuning dalam waktu 30 menit.
3. Penentuan Kadar Etanol (Depkes, 1995)
Penentuan kadar alkohol dilakukan dengan melakukan perhitungan kerapatan dan bobot
jenis etanol dengan metode Piknometer dalam Farmakope Indonesia menggunakan rumus :

Rumus kerapatan : Rumus bobot jenis :


B−A 𝜌 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙
𝜌air = g/mL BJ etanol = g/mL
25 𝜌 𝑎𝑖𝑟

C−A
𝜌etanol= g/mL
25
Ket :
A= Berat piknometer kosong (g), B= Berat piknometer berisi air (g), C= Berat piknometer berisi etanol (g), 25 =
Volume piknometer (mL), BJ etanol= Bobot jenis etanol (g/mL), 𝜌etanol=Kerapatan etanol (g/mL), 𝜌air =
Kerapatan air (g/mL
455

Berdasarkan data yang diperoleh pada penentuan bobot jenis yang diperoleh dilakukan
perhitungan kadar etanol pada suhu 250C menggunakan tabel alkoholmetrik pada Farmakope
Indonesia Edisi IV.
HASIL PENELITIAN
Setelah dilakukan proses fermentasi dan penyaringan diperoleh 1000 ml dari 3 kg buah
sirsak yang diolah. Hasil penyaringan kemudian didestilasi menghasilkan rendemen destilat
etanol sebanyak 302 mL atau sebesar : 30,2%.
Pengujian keberadaan etanol dalam destilat dilakukan secara kualitatif dengan
menambahkan NaOH dan Iodium. Hasil pengujian membuktikan adanya etanol dalam
destilat yang ditandai terciumnya bau iodoform dan terbentuk endapan kuning dalam waktu
30 menit. Hasil yang sama diperoleh pada pengujian dengan etanol 70% sebagai pembanding.

Gambar 1.
Hasil uji kualitatif dengan penambahan NaOH dan Iodium pada destilat etanol hasil
fermentasi dengan pembanding alkohol 70% (warna kuning setelah direaksikan, tidak
berwarna: tanpa pereaksi)

Untuk penentuan kadar alkohol dilakukan dengan melakukan penentuan kerapatan dan
bobot jenis menggunakan piknometer. Dari pengujian yang dilakukan diketahui bahwa etanol
hasil fermentasi daging buah sirsak memiliki bobot jenis 0,9606g/ml. Nilai ini selanjutnya
dikonversi menggunakan tabel alkoholmetrik dalam Farmakope Indonesia diketahui kadar
etanol hasil fermentasi danging buah sirsakyaitu 25,52%.
PEMBAHASAN
Kandungan karbohidrat yang cukup tinggi dalam danging buah sirsak sehingga dapat
dijadikan bahan baku pembuatan etanol. Pada proses pembuatan etanol dari buah sirsak
bahan dihaluskan menjadi bubur dan selanjutnya dimasak untuk mengurangi kadar air dan
mencegah pertumbuhan mikroorganisme lain yang tidak diinginkan.
Bubur buah sirsak selanjutnya ditambahkan gula sebesar 5% sebagai starter untuk
meningkatkan aktifitas ragi karena merupakan reaktan utama metabolisme ragi. Menurut
456

Richana (2011), penambahan gula di bawah 3 g akan menurunkan aktifitas khamir sedangkan
konsentrasi diatas 150 g akan menghambat energi fermentasi.
Proses fermentasi etanol menggunakan ragi Saccharomyces cereviseae karena
kemampuannya menguraikan gula dan menghasilkan etanol. Menurut Firdausi dkk (2013),
semakin banyak ragi yang ditambahkan maka semakin banyak jumlah etanol yang terbentuk.
Pada proses fermentasi akan dihasilkan etanol, karbondioksida dan energi. Kondisi anaerob
diperlukan pada saat pertumbuhan dan pembiakan khamir pada proses pembuatan etanol.
Proses fermentasi terjadi selama bubur buah sirsak disimpan pada lemari yang tertutup
rapat untuk mempertahankan suhu optimum yaitu 30-38oC. Menurut Richana (2011)
kenaikan suhu akan menurunkan ketahanan khamir terhadap etanol yang dihasilkan, sehingga
mempercepat pembentukan asam asetat yang bersifat racun.
Proses fermentasi bertujuan untuk menghasilkan etanol, proses fermentasi pada
penelitian ini berlangsung selama 56 jam. Menurut Richana (2011), fermentasi etanol
membutuhkan waktu 30-72 jam. Jika fermentasi dilakukan lebih dari 3 hari kadar etanolnya
dapat berkurang karena alkohol telah dikonversi menjadi senyawa lain, misalnya ester.
Semakin lama proses fermentasi maka gas karbondioksida yang terbentuk juga semakin
banyak dan akan menghambat aktifitas Saccharomyces cereviseae sehingga menurunkan
produksi alkoholnya (Azizah, 2012).
Metode destilasi untuk menghasilkan etanol dalam penelitian ini menggunakan destilasi
uap air yaitu pemisahan zat didasarkan perbedaan titik didih dan volatilitas masing-masing
zat dengan menggunakan panas. Hasil destilat yang diperoleh sebanyak 30,2%.
Destilat yang mengandung etanol kemudian diidentifikasi secara kualitatif untuk
membuktikan ada tidaknya etanol pada hasil destilasi. Destilat ditambahkan dengan 1 ml
NaOH 1N didiamkan selama 3 menit lalu ditambahkan Iodium 0,1N secara perlahan dan
didiamkan selama 30 menit, timbul endapan kuning dan berbau iodoform. Pembanding yang
digunakan yaitu etanol 70% menunjukkan reaksi positif pada pengujian secara kualitatif.
Selanjutnya dilakukan pengujian secara kuantitatif dengan menentukan bobot jenis
untuk dapat menentukan kadar etanol yang didasarkan konversi nilai yang tercantum pada
tabel alkoholometrik dalam Farmakope Indonesia. Kadar etanol yang diperoleh yaitu sebesar
25,52%.
457

KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan disimpulkan bahwa Etanol dapat dibuat buah sirsak
(Annona muricata L.) dengan cara difermentasi menggunakan ragi sacaromyces cereviceae
menghasilkan rendemen 30,2% dengan kadar etanol sebesar 25,52%
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, maka peneliti menyarankan untuk dilakukan
penelitian dengan menggunakan konsentrasi ragi dan gula yang berbeda agar mendapatkan
kadar etanol yang lebih tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Azizah, N., Al-Baarii, A.N., & Mulyani, S. (2012). Pengaruh Lama Fermentasi
Terhadap Kadar Etanol, pH dan Produksi Gas Pada Proses Fermentasi Bioethanol
Dari Whey Dengan Subtitusi Kulit Nanas. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan. Vol 2
No. 12.
2. Departemen Kesehatan RI, (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV.
3. Firdauzi, N. Z., Samodra, N. B., & Hargono (2013).Pemanfaatan Pati Singkong Karet
(Manihot Glaziovii) Untuk Produksi Bioetanol Fuel Grade Melalui Proses Destilasi-
Dehidrasi Menggunakan Zeloit Alam. Jurnal Teknologi Kimia Dan Industri Vol 2, No
3 ; 76 – 81 Diakses Tanggal 15 Juni 2015
4. Muyassaro, P. (2014). Khasiat Ajaib Buah Sirsak. Padi, Jakarta Timur
5. Richana, N. (2011). Bioethanol. Nuansa, Bandung

Anda mungkin juga menyukai