Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL

PENELITIAN
PROPOSAL
PENELITIAN

ANALISIS AKRILAMIDA DALAM KOPI BUBUK TRADISIONAL


DAN KOPI LUWAK DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR
KINERJA TINGGI (KCKT) DAN KROMATOGRAFI GAS-
SPEKTROMETRI MASSA (KG-MS)
Oleh:
Sofia Dosen pembimbing:
Nofianti 1. Ridho Asra, M.Farm, Apt
1401164 2. Drs. Rusdi, MS, Apt

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI


(STIFARM)
PADANG
LATAR BELAKANG

Kopi
Bubuk
Penyangraian toxic
kopi
Akrilamida  menyebabkan
C3H5NO Kanker pada
manusia dan
 bersifat
neurotoksik
LATAR BELAKANG
Akrilamida (akrilik amida) C3H5NO

Senyawa kimia beracun berbentuk kristal putih yang tidak bau


dan sangat larut air

Akrilamida terdapat dalam makan berkarbohidrat yang di


bakar, goreng dan pemanggangan pada temperatur diatas 120
ºC. Temperatur yang tinggi maka jumlah akrilamida juga
meningkat

Reaksi kimia utama dikenal sebagai reaksi Maillard

Ketika gula dan asam amino ada secara alami didalam


makanan berkarbohidrat yang dipanaskan, mereka bergabung
membentuk zat yang memberikan rasa dan aroma baru. Ini
juga menyebabkan kecoklatan makanan dan terbentuknya
akrilamida.
Kopi mengandung berbagai tingkat akrilamida

Ketika biji kopi dipanaskan selama proses


pemanggangan akrilamida terbentuk

Namun kopi yang dipanggang lebih gelap memiliki


sedikit akrilamida daripada yang dipanggang sedang

Kadar akrilamida tidak berbeda secara signifikan


antara spesies kopi yang berbeda misal arabika vs
robusta
RUMUSAN MASALAH

2. Berapa kadar akrilamida dalam kopi bubuk


1. Apakah terdapat kandungan akrilamida dalam
tradisional dan kopi luwak yang dianalisis secara
kopi bubuk tradisional dan kopi luwak yang
kuantitatif dengan metode Kromatografi Cair
dianalisis dengan metode Kromatografi Cair
Kinerja Tinggi (KCKT) dan secara kualitatif
Kinerja Tinggi (KCKT) dan Kromatografi Gas-
dengan metode Kromatografi Gas-Spektrometri
Spektrometri Massa (KG-MS)?
Massa (KG-MS)?
HIPOTESIS

Terdapat kandungan akrilamida dalam kopi bubuk dan kopi luwak yang dianalisis secara
kuantitatif menggunakan Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) dan secara kualitatif
menggunakan Kromatografi gas-spektrometri massa (KG-MS).
● Te


ka

pa
Akrilamida
aSe
Bubuk
Pemanggang
Kopi
Suhurdapa
bubuk
t inggi
Te rbohidra
t pada
rbentuk Akri
a nta
pe mana
ra gul
tradisional
frukt
da osa
mino
Kopi
a spa
ka
suhu

Kopi
an
nya wa
rsira
di atma
t tinggi
sa n/pe
) dengna

kopi
(asam
bubuk
nogenik
gi n)
as ka
la mida
a pemangga
ti nggi dia
orgaani
luwak
120

gugus
mik no
nanºCme nga ndung
dal am
(C3H5NO)
re duksi ngan/pe
proses da ri re a ksi
(glukosanggore
ta s a(120
be yang
da n nga n
minoºC)dari a sa m
re fe k be
neurotoksik
rea ksi dan
TINJAUAN PUSTAKA
METODE PENELITIAN

WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN


Penelitian akan dilakukan pada bulan Juli sampai September
2018 di Laboratorium Kimia Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu
Farmasi (STIFARM) Padang dan UPTD Balai Laboratorium
Kesehatan Padang.
ALAT DAN BAHAN
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Bahan yang digunakan untuk analisis adalah:
satu perangkat alat KCKT (HITACHI ®), kolom C18 (Phenomenek ®), detektor UV-Vis (Shimadzu ®), satu perangkat alat Kromatografi gas-spektrometri massa (GC-MS) (Shimadzu ®), timbangan analitik (Precisa XB 220A), batang pengaduk (Iwaki ®), corong
pisah (Iwaki® ), cawan porselen 250 mL, labu ukur (Iwaki ®), gelas piala (Iwaki ®), erlenmeyer (Iwaki ®), gelas ukur (Iwaki ®), tabung reaksi (Iwaki ®), pipet tetes (Iwaki ® ), Vortex Mixer (VM 300), Penguap vakum (IKA RV 10), Ultrasonik (Branson 1800),
empat sampel kopi bubuk tradisional (dua kopi bubuk biasa dan dua kopi bubuk luwak), Akrilamida (C3 H5NO) (Sigma Aldrich), aseton (C3H6O) (PT. Brataco), asetonitril (C2H3N) (Merck),
Waterbath (Memmert). heksana (C6H14) (Merck), aquabidest pro KCKT (Merck), dan kertas saring.

ALAT BAHAN
PENGAMBILAN SAMPEL

Sampel kopi bubuk tradisional diambil dengan cara


simple random sampling. Sampel yang dipilih adalah produk
kopi bubuk robusta dengan bentuk sediaan yang berbeda yaitu
dua kopi bubuk biasa dan dua kopi bubuk luwak dengan cara
mencatat 10 merek kopi bubuk biasa yang dijual di Padang
Sumatera Barat, kemudian diberi nomor lot dikocok dan
diambil dua nomor lot untuk kopi bubuk biasa. Untuk kopi
bubuk luwak dengan cara yang sama yaitu mencatat 10 merek
kopi bubuk luwak yang dijual di Sumatera, kemudian diberi
nomor lot dikocok dan diambil dua nomor untuk kopi bubuk
luwak.
SKEMA KERJA
Preparasi sampel Untuk mengekstraksi
akrilamida

2,2 g bubuk kopi Residu kopi yang telah


Masukkan dalam tabung dihilangkan kandungan lemak
reaksi
(+) 10 mL hexan (+) 20 mL aseton dan (+) 2
untuk tetes aquabides

menghilangkan
kandungan lemak
Di-vortex mixer 5
Di-ultrasonik
(dihomogenkan) 20 menit
menit suhu 40 ± 0,1 °C
Lapisan aseton disaring
dekantasi Tahap
menggunakan kertas saring
dan diuapkan dengan
penghilangan waterbath
kandungan
lemak Residu di(+) 2 mL fase gerak
asetonitril dan aquabides (98:2v/v)
dilakukan 2x
Residu keringkan kocok
dengan penguap
vakum Masing-masing larutan disaring
dengan acrodisc syringe filter 0,45 µm

Sebanyak 20 µL diinjeksikan ke sistem


KCKT
Optimasi kondisi analisa

Sejumlah 20 µL larutan standar akrilamida dengan konsentrasi 10 µg/mL


diinjeksikan ke dalam sistem KCKT

Fase gerak yang digunakan adalah asetonitril dan akuabides dengan perbandingan
( 2:98 v/v ) dan laju alir 0,5 mL/menit pada panjang gelombang 200 nm dalam 15
menit

Kemudian dari data yang diperoleh dipilih kondisi yang memberikan harga
efisiensi yang tinggi dan waktu retensi yang relatif singkat
Pembuatan Standar dan
Kurva Baku Akrilamida
10 mg standar Akrilamida ditimbang

dimasukkan ke dalam labu


ukur 100 mL
Larutan induk akrilamida dilarutkan dengan fase gerak asetonitril : aquabides
(2:98, v/v) sampai tanda batas

Larutan standar akrilamida dengan konsentrasi 2; 5; 10; 15 dan 20 ppm dibuat


dengan mengencerkan larutan induk menggunakan fase gerak.

Pipet larutan induk sebanyak 0,2 mL; 0,5 mL; 1 mL; 1,5 mL; dan 2 mL.

Masing-masing larutan dimasukan


ke dalam labu ukur 10 mL

Cukupkan dengan fase gerak asetonitril dan aquabides (2:98, v/v) sampai tanda
batas. Saring dengan acrodisc syringe filter 0,45 µm.

Larutan standar 2; 5; 10; 15 dan 20 ppm, masing-masing diinjeksikan


sebanyak 20 μL ke dalam sistem KCKT

Luas area dibawah kurva yang diperoleh dihitung dan buat kurva kalibrasi untuk
menentukan persamaan garis regresi linier Y= a + bx
Pengujian Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Batas deteksi dan batas kuantitasi ditentukan dari


regersi kurva baku yang diperoleh

Nilai LOD = 3 × (SD/b) dan LOQ = 10 × (SD/b),


Pembuatan Standar Adisi Untuk mengekstraksi
akrilamida
Sebanyak 6 x 2,2 g bubuk kopi
ditimbang
Residu kopi yang telah
dimasukkan ke dalam dihilangkan kandungan lemak
enam tabung reaksi

Satu larutan sampel tanpa penambahan (+) 20 mL aseton dan (+) 2


standar akrilamida dan lima larutan tetes aquabides
sampel lainnya dengan penambahan
standar akrilamida dengan konsentrasi 0;
2; 5; 10; 15 dan 20 ppm Di-ultrasonik
(dihomogenkan) 20 menit
Kemudian masing-masing campuran dilakukan suhu 40 ± 0,1 °C
penghilangan kandungan lemak dengan 10 mL Lapisan aseton disaring
heksana menggunakan kertas saring
dan diuapkan dengan
menggunakan vortex mixer
waterbath
selama 5 menit
Tahap Residu di(+) 2 mL fase gerak
penghilangan asetonitril dan aquabides (98:2v/v)
dekantasi kandungan
lemak kocok
dilakukan 2x
Residu keringkan dengan Masing-masing larutan disaring
penguap vakum dengan acrodisc syringe filter 0,45 µm

Sebanyak 20 µL diinjeksikan ke sistem


KCKT
Analisis Sampel dengan KCKT

Larutan uji hasil preparasi disaring menggunakan Acrodisc syringe


filter 0,45 µm dan diinjeksikan ke dalam sistem KCKT sebanyak 20
µL pada kondisi analisis yang sesuai dan ditentukan luas area
puncaknya

Konsentrasi Akrilamida dalam sampel dihitung menggunakan


persamaan kurva kalibrasi menggunakan detektor UV dengan
panjang gelombang 200 nm dalam 15 menit,

laju alir lebih kurang 0,5 mL/menit, fase diam oktadesilsilana (ODS
atau C18) (phenomenek) (150 mm × 4,6 mm id, 5 µm), fase gerak
asetonitril : akuabides (2:98).

Amati hasil dan hitung luas area puncak/ area under curve (AUC)
pada larutan baku dan larutan sampel
Analisis Sampel dengan GCMS

Larutan uji hasil preparasi diinjeksikan ke dalam injektor GC-MS sebanyak 1 µL dengan mode splitless pada suhu
260 °C.

Analsis dilakukan dengan menggunakan Shimadzu GCMS-QP 2010 plus dilengkapi dengan detektor spektrometri
massa

Sampel dialiri dengan bantuan gas pembawa Helium dengan kecepatan alir 1,6 mL/menit tekanan 13,7 kPa dan
dipisahkan oleh kolom kapiler 5% fenil 95% metilpolisiloksan (HP-5) (30 m × 0,25 mm i.d × 0,25 µm ketebalan
film).

Sistem ionisasi elektron untuk deteksi GC-MS menggunakan energi ionisasi sebesar 70 ev

Suhu kolom dijaga pada 65 °C, ditingkatkan hingga 170 °C dengan kenaikan 15 °C/menit (ditahan selama 1
menit), kemudian ditingkatkan 200 °C dengan kenaikan suhu 5 °C/menit. Ditingkatkan kembali hingga 250 °C
dengan kenaikan 40 °C/menit dan ditahan selama 15 menit pada suhu 250 ºC. Waktu elusi tiap sampel 30/menit.
Aliran total 60 mL/menit, aliran kolom 0,50 mL/menit, kecepatan linear 25,90 cm/detik, waktu retensi akrilamida
11,3 menit.

Kemudian keempat sampel kopi bubuk tradisional yang terdiri dari sampel A, B, C, dan D, masing-masing yang
telah dimasukan dalam vial yang berpenutup, dan telah diinjeksikan sebanyak 1 µL, selanjutnya sampel tersebut
diamati dengan Kromatografi gas-spektrometri massa
WASSALAMUALAIKUM.WR.WB

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai