Anda di halaman 1dari 10

MARINADE Vol.

02(02) : 01 - 10 (Oktober 2019)


e-ISSN : 2654-4415
online : http://ojs.umrah.ac.id/index.php/marinade

PENERAPAN TEKNOLOGI PROSES PENCAMPURAN SEMI REFINED


CARRAGEENAN (SRC) DAN REFINED CARRAGEENAN (RC) RUMPUT LAUT MERAH
(Kappaphycus alvarezii) TERHADAP KARAKTERISTIK FISIKO-KIMIA KARAGINAN

Application of The Mixing Process of Semi-Refined Carrageenan (SRC) and Refined


Carrageenan (RC) Red Seaweed (Kappaphycus alvarezii) Against The Physicochemical
Characteristics of Carrageenan.

Aidil Fadli Ilhamdy1), Jumsurizal1), Wan Kirana Shabilla1*)


1)
Jurusan Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim
Raja Ali

Korespondensi : aidilfadliilhamdy@gmail.com
Diterima Juli 2019 ; Disetujui September 2019

ABSTRACT
This study aims to determine the application of the mixing process technology of
semi-refined carrageenan and refined carrageenan Kappaphycus alvarezii to the
physicochemical properties of carrageenan to obtain simpler process technology but with
quality products that are in accordance with carrageenan standards. Determination of the
best mixing technology was carried out in several stages, refined carrageenan, and the
semi-refined carrageenan and refined carrageenan mixing process technology, then
followed by physico-chemical analysis, yield, moisture content, ash content, acid insoluble
ash content, gel strength, viscosity, melting point, and cumulative point. The best results
on carrageenan which quality standard characteristics, namely gel strength 376,46 g/cm2,
viscosity 139,47 cP, melting point 55,70 ºC, and the point of departure 38,00 ºC

Keywords: Semi-Refined Carrageenan, Refined Carrageenan, Mixing Process Technology

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan teknologi proses pencampuran
semi refined carragenan dan refined carragenan rumput laut merah Kappaphycus alvarezii
terhadap sifat fisiko-kimia karaginan untuk memperoleh teknologi proses yang lebih
sederhana namun dengan kualitas produk yang sesuai dengan standar karaginan.
Penentuan teknologi pencampuran terbaik dilakukan beberapa tahap yaitu pembuatan
refined carrageenan dan Teknologi proses pencampuran semi refined carrageenan dan
refined carrageenan. Kemudian dilanjutkan analisis fisiko-kimia yaitu rendemen, kadar air,
kadar abu, kadar abu tidak larut asam, kekuatan gel, viskositas, titik leleh dan titik jendal.
Hasil terbaik pada karaginan yang memiliki nilai karakteristik standar mutu karaginan yaitu
kekuatan gel 376,46 g/cm2, viskositas 139,47 cP, titik leleh 55,70 ºC, dan titik jendal
38,00ºC.

Kata kunci: Refined Carrageenan, Semi Refined Carrageenan, Teknologi Pencampuran.

1
Ilhamdy et al. 2019 MARINADE Vol. 02(02): 01-10

PENDAHULUAN alvarezii. Beberapa industri karaginan di


Filipina memproduksi karagenan
Industri makanan menyumbang 70– dengan proses pemurnian alternatif
80% dari total produksi dunia, yang lebih sederhana, dikenal sebagai
diperkirakan sekitar 45.000 metrik ton karagenan PES/PNG (Kintanar et al.
per tahun, dari yang sekitar 45% 1997). Setelah melakukan perebusan
digunakan untuk produk susu dan 30% alkali dan pencucian air, produk
untuk daging dan daging derivative dihaluskan dan dilakukan pemutihan
(McHugh 2003). Pemanfaatan rumput (bleaching). Pemutihan bertujuan untuk
laut terus meluas pada produk non menghilangkan warna pudar sekaligus
pangan seperti suplemen, industri menghilangkan bakteri. Produk Philipine
farmasi, kosmetik, cat dan industri natural grade (PNG) atau Processed
tekstil. Berbagai macam produk dari Eucheuma Seaweed (PES) di pasar
rumput laut dengan nilai estimasi sekitar Amerika atau Eropa dikelopmpokkan
5-6 milyar US dolar, dan sekitar 90% sebagai bahan baku food grade.
produksi digunakan untuk konsumsi Tujuan penelitian ini untuk
pangan dunia dalam bentuk karaginan, mengetahui optimasi penerapan
alginat dan agar-agar (Chen et al. teknologi proses pencampuran semi
2017). refined carragenan dan refined
Proses produksi refined carrageenan carragenan terhadap sifat fisiko-kimia
meliputi pencucian, alkalisasi, karaginan untuk memperoleh teknologi
pembilasan/penyaringan, pemutihan, proses yang lebih sederhana namun
pemotongan, pemisahan dengan cairan dengan kualitas produk yang sesuai
alkalisasi, ekstraksi, presitipasi, dengan standar karaginan.
pengepresan, filtrasi dan dikeringkan
kembali (KEPMEN ketenagakerjaan RI BAHAN DAN METODE
2016). Proses pemurnian bertujuan Bahan
untuk menghilangkan komponen tidak Bahan utama yang digunakan pada
larut air, yaitu selulosa, hemiselulosa, β- penelitian ini adalah Semi Refined
glucan, senyawa protein, senyawa Carrageenan dan Refined Carrageenan.
lemak dan polimer lainnya. Salah satu Bahan kimia yang digunakan antara lain
penyebab warna putih kekuningan pada akuades, kalium hidroksida (KOH)
karaginan yaitu terdapat selulosa, (Jerman), etanol teknis dan bahan-
pigmen fikoeritin dan fikosianin. (Wenno bahan untuk uji Fisiko-kimia.
et al. 2012).
Berkembangnya pemanfaatan Pembuatan Refined Carrageenan
karaginan di dunia industri, mendorong (RC) (Siregar et al. 2016)
perkembangan teknologi proses dalam Prosedur ekstraksi diawali dengan
pemanfaatan rumput laut Kappaphycus perendaman 30 g rumput laut kering

2
Ilhamdy et al. 2019 MARINADE Vol. 02(02): 01-10

dalam 400 mL KOH 6% (b/v) selama 24 menit dan ditimbang. Sampel kira-kira
jam. Selanjutnya rumput laut sebanyak 2 gram ditiimbang dan
dipanaskan pada suhu 80°C selama 2 diletakkan dalam cawan kemudian
jam dalam 800 mL KOH 6% (b/v). dipanaskan dalam oven selama 3-4 jam
Setelah itu rumput laut dicuci dengan air pada suhu 105-110oC. Cawan kemudian
mengalir untuk proses netralisasi dan didinginkan dalam desikator dan setelah
selanjutnya diekstraksi dalam 800 mL dingin ditimbang kembali.
akuades pada suhu 80°C selama 2 jam.
Ekstrak rumput laut diencerkan dalam Kadar Abu (AOAC 2005)
akuades hangat dengan rasio 1:4 (v/v) Prinsip analisis kadar abu adalah
kemudian disaring menggunakan kain mengetahui jumlah abu yang terdapat
nylon (100 mesh). Filtrat yang dihasilkan pada suatu bahan terkait dengan
dipresipitasi menggunakan etanol teknis mineral dari bahan yang dianalisis.
dengan rasio 1:2 (v/v). Kappa karaginan Cawan abu porselen dibersihkan
murni yang terpresipitasi dipisahkan kemudian dikeringkan dalam oven
dengan vakum filter kemudian bersuhu sekitar 105oC selama 30 menit.
dikeringkan dengan oven (60°C; 12 Cawan abu porselen yang telah
jam). dikeringkan dalam oven dimasukkan
dalam desikator (30 menit) dan
Teknologi Proses Pencampuran SRC kemudian ditimbang (A). Sampel
dan RC sebanyak 5 g (C) ditimbang kemudian
Pada SRC mengacu (Ilhamdy et al. dimasukkan ke dalam cawan abu
2019), hasil Proses SRC dan RC yang porselen. Cawan abu berisi sampel
sudah dikarakterisasi sifat fisiko-kimia dibakar diatas kompor listrik sampai
kemudian dilakukan pencampuran tidak berasap dan dimasukkan ke dalam
dengan berbagai perlakuan. Konsentrasi tanur pengabuan dimasukkan dalam
yang di campurkan antara SRC dan RC desikator (30 menit) kemudian
yaitu 25 : 75, 50 : 50, 75 : 25 dan 100 : ditimbang (B).
0. Hasil Karaginan yang sudah
dicampurkan kemudian di analisis Kadar Abu Tidak Larut dalam Asam
kembali Kekuatan Gel, Viskositas, Titik (FMC Corp 1977)
Leleh dan Titik Jendal. Rumput laut yang telah diabukan
dididihkan dengan 25 ml HCl 10%
Kadar Air (AOAC 2005) selama 5 menit. Bahan-bahan yang
Cawan kosong yang akan digunakan tidak terlarut disaring dengan
dikeringkan terlebih dahulu pada suhu menggunakan kertas saring tak berabu.
105-110oC selama 15 menit atau Kertas saring diabukan dengan cara
samapi berat konstan, kemudian yang sama seperti di atas, lalu
didinginkan dalam desikator selama 30

3
Ilhamdy et al. 2019 MARINADE Vol. 02(02): 01-10

didinginkan dalam desikator untuk Titik Leleh dan Titik Jendal (Freile-
selanjutnya ditimbang. Pelegrin dan Robledo 1997)
Suhu pembentuk gel diperoleh
Rendemen (FMC Corp 1977) dengan menambahkan 10 mL larutan
Rendemen Semi Refined agar panas ke dalam tabung reaksi
Carrageenan (SRC) sebagai hasil (diameter 2,3 cm, tinggi 6 cm). Manik-
ekstraksi dihitung berdasarkan rasio manik kaca (diameter 5 mm)
antara berat SRC yang dihasilkan ditempatkan di tabung reaksi. Tabung
dengan berat rumput laut kering yang dimiringkan ke atas dan ke bawah
digunakan. dalam bak air pada suhu kamar sampai
manik-manik kaca berhenti bergerak.
Kekuatan Gel (Hayashi et al. 2007) Suhu gel dalam tabung segera diukur
Kappa karaginan murni dilarutkan dengan memperkenalkan termometer
dalam akuades pada konsentrasi 1,5% presisi (divisi 0,1 0C). Temperatur
kemudian ditambahkan larutan KCl peleburan gelin tabung reaksi (diameter
dengan konsentrasi 0,2%. Kekuatan gel 2,3 cm, tinggi 16,5 cm) diukur dengan
larutan kappa karaginan murni diukur menempatkan manik-manik besi
pada suhu 20°C menggunakan alat (diameter 9 mm) pada permukaan gel.
texture analyzer TA-XT2i. Tabung reaksi dijepit dalam bak air dan
suhu dinaikkan dari 50 menjadi 100 0C.
Viskositas (Siregar et al. 2016) Titik lebur dicatat dengan termometer
Larutan 1,5% kappa karaginan murni presisi ketika manik tenggelam ke dalam
dipanaskan pada suhu 75°C. Sementara larutan.
itu tabung viskometer juga dimasukkan
ke dalam air pada suhu 75°C sehingga HASIL DAN PEMBAHASAN
pengukuran yang diinginkan tercapai.
Selanjutnya 5 mL larutan kappa Refined Carrageenan (RC)
karaginan murni dimasukkan ke dalam Pada proses pembuatan refined
tabung viskometer hingga mencapai carrageenan terdapat perbedaan fisiko
75% volume tabung kemudian bola kimia pada refined carrageenan yang
viscometer dimasukkan ke dalam dilakukan oleh penelitian sebelumnya,
tabung dan dilepaskan hingga jatuh ini dapat dilihat pada Tabel 1.
sepanjang tabung viskometer. Selang Berdasarkan Tabel 1, Dapat dilihat
waktu tempuh bola dicatat ketika bahwa rendemen pada hasil analisis
melewati dua garis Fiduciary. adalah 16,73%. Pada penelitian ini
rendemen yang dihasilkan belum
memenuhi standar mutu karaginan dari
BSN (2009).

4
Ilhamdy et al. 2019 MARINADE Vol. 02(02): 01-10

Tabel 1. Fisiko Kimia Refined Carrageenan.


Refined Carrageenan
Fisiko Kimia
Penelitian Standar
Rendemen (%) 16,73 Min.25a
Air (%) 10,09 Maks.12b
Abu (%) 39,71 15-40b
Abu Tidak Larut dalam Asam 0,03 Maks.1b
(%)

Kekuatan Gel (g/cm2) 4,14 20-500b

Viskositas (cP) 7,90 Min.5b


Titik Leleh (0C) -a -
0 a
Titik Jendal ( C) - -
Ket: a = BSN (2009), b = FAO (2007), -a = tidak terbentuk gel pada saat pengujian

Adapun beberapa faktor yang diduga Menurut Wenno et al. (2012)


mempengaruhi rendemen pada refined Kandungan air pada karaginan dapat
carrageenan yaitu lebih banyak mempengaruhi daya simpannya. Kadar
dipengaruhi oleh suhu dan waktu air yang rendah memiliki pengendapan
ekstraksi pada proses semi refined yang baik dengan menggunakan etanol
carrageenan (Basmal et al. 2009). maupun isopropil, hal ini disebabkan
Rendemen pada suatu proses karena adanya pengendap
pembuatan karaginan dapat mengukur mengakibatkan serat yang ada di
parameter efesiensi yang dapat menilai karaginan lebih banyak membentuk gel,
baik atau buruknya suatu proses sehingga kadar air dalam karaginan
ekstraksi pada karaginan (Siregar et al. menjadi berkurang (Yasita dan
2016). Rachmawati 2009)
Menurut Hidayat (2004) Semakin baik Berdasarkan hasil dari analisis, kadar
kualitas karaginan tersebut maka abu pada karaginan adalah 39,71%.
karagenan tersebut memiliki kadar air Pada penelitan menunjukan bahwa
yang rendah. Kadar air menunjukan kadar abu ini memenuhi standar mutu
bahwa sangat berpengaruh untuk karaginan yang telah ditetapkan oleh
mengetahui suatu kualitas pada refined FAO (2007). Perbedaan kadar abu
carrageenan tersebut. Berdasarkan masih diduga ada terdapatnya garam
hasil analisis tersebut, kadar air pada dan mineral pada proses pembuatan
karaginan adalah 10,09%. Pada karaginan, sehingga dapat
penelitan menunjukan bahwa kadar air mempengaruhi kadar abu tersebut
ini memenuhi standar mutu karaginan (Yuniati 2011). Selain itu, Menurut
yang telah ditetapkan oleh FAO (2007). Harun et al. (2013) menyatakan bahwa

5
Ilhamdy et al. 2019 MARINADE Vol. 02(02): 01-10

kadar abu dipengaruhi oleh banyaknya Desiana dan Hendrawati


kandungan mineral di lokasi 2015).
pembudidayaan rumput laut dan tinggi Menurut Fajar dan aziz (2010)
rendahnya salinitas di perairan tersebut. viskositas merupakan suatu hambatan
Menurut Diharmi et al. (2011) garam- air yang mengalir, jika nilai viskositas
garam klorida yang tidak larut asam tinggi maka hambatan air tersebut
yang sebagian besar yaitu garam logam semakin besar untuk mengalir.
berat dan silika yang ditemukan di alam Berdasarkan hasil dari analisis tersebut,
sebagai kuarsa, pasir dan batu yang viskositas pada karaginan adalah 7,90
biasa disebut dengan kadar abu tidak cP. Pada penelitan menunjukan bahwa
larut asam. Berdasarkan hasil dari viskositas ini memenuhi standar mutu
analisis tersebut, kadar abu tidak larut karaginan yang telah ditetapkan oleh
asam pada karaginan adalah 0,03%. FAO (2007). Viskositas pada karaginan
Pada penelitan menunjukan bahwa yang dihasilkan dari rumput laut memiliki
kadar abu ini memenuhi standar mutu kadar air tinggi lebih rendah
karaginan yang telah ditetapkan oleh dibandingkan dengan viskositas pada
FAO (2007). karaginan dengan rumput laut yang
Protein mampu menghasilkan memiliki kadar air rendah (Harun et al.
berbagai produk dengan sifat–sifat yang 2013).
lebih baik seperti peningkatan viskositas Berdasarkan hasil analisis tersebut,
dan pembentukan gel, maka dari itu titik leleh dan titik jendal pada karaginan
kareginan dapat berinteraksi dengan tidak dapat diuji karena tidak
makromolekul lain yang bermuatan membentuk gel pada proses analisis.
(Anggadiredja et al. 2007). Berdasarkan Hal ini diduga karena banyak
hasil dari analisis tersebut, kekuatan gel menghilangnya kadar sulfat, sehingga
pada karaginan adalah 4,14 g/cm2. karaginan tersebut tidak membentuk
Pada penelitan menunjukan bahwa gel. Hal ini sejalan dengan penelitian
kekuatan gel belum memenuhi standar Suryaningrum (1988) yang menyatakan
mutu karaginan yang telah ditetapkan bahwa suhu titik jendal dan titik leleh
oleh FAO (2007). berbanding terbalik dengan kandungan
Adapun faktor yang diduga sulfat dan berbanding lurus dengan
mempengaruhi kekuatan gel tersebut kandungan 3,6-anhidrogalaktosa.
yaitu tingginya kadar sulfat pada
karaginan. waktu ekstraksi dapat Teknologi Proses Pencampuran SRC
mempengaruhi karaginan yang yang dan RC
dihasilkan, semakin cepat waktu
ekstraksi maka kandungan sulfatnya Pada proses pencampuran (blending)
tinggi sehingga menyebabkan nilai terdapat perbedaan fisiko kimia pada
kekuatan gel rendah (Faidliyah 2010; karaginan yang sudah dicampurkan

6
Ilhamdy et al. 2019 MARINADE Vol. 02(02): 01-10

dengan konsentrasi yang berbeda-beda, cP. Pada penelitian ini dengan


ini dapat dilihat pada Tabel 2. konsentrasi yang berbeda, didapatkan
Berdasarkan hasil penelitian, nilai viskositas yang tertinggi pada
kekuatan gel pada karaginan dengan karaginan D dan terendah pada
konsentrasi tertentu menunjukan nilai karaginan A. Dengan ini menunjukan
sebesar 179,32 – 376,46 g/cm2. Dengan bahwa karaginan pada penelitian
penelitian ini dapat dilihat pada tabel 6, sesuai dengan standar mutu PES/EU
bahwa nilai kekuatan gel yang tertinggi 407A.
pada karaginan D dan terendah pada Titik jendal adalah suhu larutan
karaginan B. Pada penelitian ini karaginan yang dalam konsentrasi
dihasilkan karaginan yang tidak sesuai tertentu mulai membentuk gel,
dengan standar mutu PES/EU 407A, sedangkan titik leleh merupakan
tetapi pada karaginan ini tidak bisa kebalikannya yaitu suhu larutan
dinyatakan bahwa karaginan tersebut karaginan yang mencair dengan
tidak baik. Menurut FAO (2007) nilai konsentrasi tertentu (Wenno et al.
kekuatan gel pada karaginan berkisar 2012). Pada penelitian ini titik leleh
20-500 g/cm2, hal ini sejalan dengan memiliki nilai yang berkisar 55,70 –
penelitian Wenno et al. (2012) yaitu 67,40 0C, dengan ini dapat dilihat bahwa
memiliki nilai 196,60-330,00 g/cm2. karaginan C memiliki nilai tertingi dan
Menurut FAO (2007) nilai viskositas karaginan D memiliki nilai terendah.
pada karaginan adalah minimal 5 cP. Sedangkan titik jendal memiliki nilai
Viskositas memiliki faktor kualitas yang bekisar 38,00 - 44,10 0C, dengan ini
penting bagi zat cair dan semi cair menunjukan nilai jendal tertinggi yaitu
(kental) atau produk murni, salah karaginan B dan nilai terendah adalah
satunya adalah karaginan (Failu et al. karaginan D. Menurut FAO (2007)
2016). Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa standar mutu
didapatkan nilai berkisar 10,97 – 139,47 PES/EU 407A masih belum diketahui.

Tabel 2. Fisiko Kimia Karaginan


Karaginan
Fisiko Kimia A B C D Standar Mutu
Karaginan
a
Kekuatan Gel 179,32 140,51 241,42 376,46 20-500
2
(g/cm )
a
Viskositas (cP) 10,97 24,87 32,04 139,47 Min.5
Titik Leleh (ºC) 59,20 60,00 67,40 55,70 -
Titik Jendal (ºC) 43,00 44,10 43,10 38,00 -
Ket: a = FAO (2007)

7
Ilhamdy et al. 2019 MARINADE Vol. 02(02): 01-10

KESIMPULAN seaweeds. Journal Food Chemistry.


228 (1): 625–633.
Berdasarkan hasil penelitian ini Diharmi A, Fardiaz D, Andarwulan N,
pencampuran (blending) terbaik
dan Heruwati ES. 2011. Ekstraksi
memiliki nilai karakteristik yang karagenan hasil isolasi (Eucheuma
memenuhi standar karaginan yaitu spinosum (Alga merah)) dari
karaginan D dengan kekuatan gel Perairan Semenep Madura. Jurnal
376,46 g/cm2, viskositas 139,47 cP, Perikanan dan Kelautan. 16(1):
titik leleh 55,70 0C, dan titik jendal 117-124
38,00 0C.
Desiana E, Hendrawati TY. 2015.
DAFTAR PUSTAKA Pembuatan karagenan dari
Eucheuma cottonii dengan
Anggadiredja TJ, Zatnika A, Purwoto ekstraksi KOH menggunakan
H, Istini S. 2007. Rumput Laut. variabel waktu ekstraksi. Seminar
Jakarta : Penebar Swadaya. Nasional Sains dan Teknologi. 1-7

Association of Official Analytical Faidliyah NM. 2010. Tinjauan kualitas


Chemist [AOAC]. 2005. Official of karaginan Eucheuma cottonii pada
Analysis of the Association of Official penggunaan pelarut dan
Analytical of Chemist. Mayland waktu ekstraksi yang berbeda pada
(USA). The Association of Official metode ekstraksi. Prosiding
Analytical of Chemist, Inc. Seminar Nasional Teknik Kimia.

Badan Standarisasi Nasional. 2009. Failu I, Supriyono E, Suseno SH.


Rumput Laut Kering. SNI 2016. Peningkatan kualitas
2690.1:2009. Jakarta: Badan karagenan rumput laut
Standardisasi Nasional Kappaphycus alvarezii dengan
metode budidaya keranjang jarring.
Basmal J, Sedayu BB, Utomo BSB. Jurnal Akuakultur Indonesia. 15 (2):
2009. Mutu Semi Refined
124–131.
Carrageenan (SRC) yang
diproses menggunakan air limbah Fajar HR, Azis. A. 2010. Pemanfaatan
pengolahan src yang didaur ulang. abu kelopak batang pisang sebagai
Jurnal Pascapanen dan sumber alkali dalam ekstraksi
Bioteknologi Kelautan dan karaginan dari rumput laut. Jurnal
Perikanan. 4(1) : 1–11. Media Perspektif. 10(1): 4-7.

Chen K, Ríos JJ, Pérez-Gálvez A, Roca Food Agricultural Organization. 2007.


M. 2017. Comprehensive chlorophyll Compendium of Food Additive
composition in the main edible Spesificaton. Rome: Communication

8
Ilhamdy et al. 2019 MARINADE Vol. 02(02): 01-10

Division FAO Viale delle Terme di Ilmu Kelautan, Institut Pertanian


Caracalla. Bogor, Bogor.
Food Marine Colloids Corp. 1977. Ilhamdy, A.F., Jumsurizal., Shabilla,
Carrageenan. Marine Monograph W.K, 2019. Sifat Fisiko-Kimia Semi
Number One. Marine Colloid Division Refined Carrageenan (SRC)
FMC Corporation. Springfield,New Kappaphycus Alvarezii dari Perairan
Jersey.USA. p 23-29. Karimun, Kepulauan Riau, Indonesia.
Jurnal Perikanan dan Kelautan.
Freile-Pelegrin Y, Robledo D. 1997.
9(2):1-14
Effects of season on the agar content
and chemical characteteristics of Keputusan Mentri Ketenagakerjaan
Gracilaria cornea from Yucatan, Nomor 140 tahun 2016 tentang
Mexico. Journal Botanica Marina. Penerapan Standar Kompetensi Kerja
40(1): 285-290 Nasional Indonesia Katagori Industri
Pengolahan Golongan Pokok Industri
Harun M, Montolalu RI, Suwetja IK.
Makanan Bidang Industri Pengolahan
2013. Karateristik fisika kimia
Rumput Laut Semi Refined
karaginan rumput laut jenis
Carrageenan dan Refined
(Kappaphicus alvarezii) pada umur
Carrageenan.
panen yang berbeda di Perairan
Desa Tihengo Kabupaten Gorontalo Kintanar QL, Lim-Sylianco CY, Gutierrez
Utara. Jurnal Media Teknologi Hasil JR, Molina HA, Alba OM, Calderon,
Perikanan. 1(1): 7-12. CJ, Pagsanhan EP, Balboa J,
Serrame E, Guantes E, De Castro
Hayashi L, de Paula EJ, Chow F. 2007.
EG, Biares CIB, Calbitaza EL, Saitoh
Growth rate and carrageenan
Y, Imai K. 1997. Toxicological Studies
analyses in four strains of
Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, On Philippine Natural Grade
Carrageenan. Scientific Paper:
Gigartinales) farmed in the
Toxicological Studies. 183-208.
Subtropical Waters of São Paulo
State, Brazil. Journal of Applied McHugh, D. J. (2003). A guide to the
Phycology. 19(1): 393-399. seaweed industry: FAO fisheries
technical paper No. 441 (pp. 61–72).
Hidayat, A., 2004. Pengaruh
Rome: FAO.
kelembaban udara terhadap kualitas
rumput laut kering asin jenis Siregar RF, Santoso J, Uju. 2016.
Eucheuma cottonii dan Gracillaria sp Karakteristik fisiko kimia kappa
Selama Penyimpanan. [Skripsi]. karaginan hasil degradasi
Departemen Teknologi Hasil menggunakan hidrogen peroksida.
Perikanan, Fakultas Perikanan dan Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan
Indonesia. 19(3): 256-266.

9
Ilhamdy et al. 2019 MARINADE Vol. 02(02): 01-10

Suryaningrum TD. 1988. Kajian sifat-


sifat mutu komoditi rumput laut
budidaya jenis Eucheuma cottonii dan
Eucheuma spinosum. [Tesis]. IPB.
Bogor. Indonesia.
Sormin RBD, Soukotta D, Saiful,
Risambessy, Ferdinandus ASSJ.
2018. Sifat fisiko-kimia Semi Refined
Carrageenan dari Kota Ambon dan
Kabupaten Maluku Tenggara Barat.
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan
Indonesia. 21(1): 92-98.
Wenno MR, Thenu JL, Lopulalan CGC.
2012. Karakteristik kappa karaginan
dari Kappaphycus Alvarezii pada
berbagai umur panen. Jurnal PB
Perikanan. 7(1): 61–67.
Yasita D, Rachmawati ID. 2009.
Optimasi proses ekstraksi pada
pembuatan karaginan dari rumput
laut Eucheuma Cottoni untuk
mencapai food grade. [Skripsi]
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
Yuniati, E. 2011. Karakteristik fisiko-
kimia karagenan dan histologi rumput
laut Kappaphycus alvarezii dari
daerah asal bibit dan umur panen
berbeda. [Tesis]. Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor, Bogor.

10

Anda mungkin juga menyukai